Sixth Sense
Summary:: Andai saja Mingyu tidak bertemu Wonwoo, ia pasti tidak akan terlibat ke dalam kehidupan aneh namja itu, namja yang selalu berbicara sendirian dan mengaku dapat melihat hantu. "Aku tidak gila!"/ "Kalau kau tidak gila, kenapa kau berbicara sendirian?"/ "Aku tidak berbicara sendirian, aku berbicara dengan anak kecil yang baru saja meninggal. Dia ada di sampingmu."
Couple:: Mingyu x Wonwoo
Rate:: T
Genre:: Humor, Romance, supernatural
.
.
Hiwatari's Present
Enjoy~
.
~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~#~
.
Setelah selesai dengan sarapannya, Wonwoo berjalan ke kamar mandi. Ia membutuhkan sesuatu untuk menyegarkan wajahnya. Sedangkan Baekhyun yang tengah duduk di pinggir kasur membatu saat matanya tidak sengaja melihat kalender yang terpajang di dinding kamar Wonwoo. Ia berjalan mendekatinya dengan perlahan.
Wonwoo yang baru keluar dari kamar mandi, menatap heran pada Baekhyun yang berdiri di depan kalendernya tanpa bergerak sedikitpun.
"Ada apa?" tanya Wonwoo yang berjalan mendekati Baekhyun yang masih diam tidak merespon. Ia ikut melihat kalender yang tengah ditatap serius oleh Baekhyun itu.
Untuk beberapa detik Baekhyun tidak menjawab, hingga akhirnya ia membuka mulutnya dan berujar pelan,
"Ternyata aku sudah seperti ini selama 39 hari," Baekhyun menoleh pada Wonwoo. "Itu artinya waktuku hanya tersisa 10 hari."
Wonwoo terdiam. Jujur, ia tidak tahu apa yang harus ia bantu untuk roh seperti Baekhyun, karena ini pertama kali baginya untuk bertemu roh yang masih dalam masa kritisnya.
"Apa yang bisa kubantu?" tanya Wonwoo. Baekhyun terdiam sejenak sebelum akhirnya ia tertawa kecil.
"Tidak ada. Ini adalah hidupku, aku harus mengatasi dan memperjuangkannya sendiri, tapi aku sendiri justru tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk dapat kembali tersadar. Jika ini memang sudah takdirku, mau berjuang seperti apapun akan percuma saja."
Wonwoo menghela napasnya. Baekhyun menganggukkan kepalanya.
"Benar, ini adalah hidupku. Setiap orang memiliki hidup mereka masing-masing. Dan kau, Jeon Wonwoo, kau juga memiliki hidupmu sendiri." Ia tersenyum tipis pada Wonwoo.
Wonwoo terdiam. Baekhyun kembali duduk di tepi kasur. Diikuti oleh Wonwoo yang kemudian duduk di kasur dan bersandar pada kepala kasurnya. Ia masih terdiam memikirkan sesuatu.
"Hidupku ini… bukanlah milikku lagi sejak aku bisa melihat mereka. Aku merasa seperti membagikan hidupku dengan mereka." Wonwoo menghela napasnya. Ia membuka laci nakasnya hendak mengambil ponselnya, namun ia terdiam saat melihat seutas pita berwarna hitam.
Ia lalu mengambil pita panjang itu dan melihatnya sejenak sebelum akhirnya ia mengikatnya untuk menutupi matanya.
'Bukankah dengan begini, semua hal-hal aneh itu tidak akan terlihat lagi?' batin Wonwoo. Yang dapat ia lihatnya hanyalah kegelapan. Untuk sejenak, ia tidak bisa lagi melihat hantu-hantu itu. Sepertinya penutup mata ini cukup membantunya untuk melepaskan keanehan pada matanya. Ia merasa seperti dulu lagi, di mana ia masih normal.
'Apa lebih baik aku tutup mataku selamanya saja?' pikir Wonwoo.
"Apa yang kau lakukan?" Sebuah suara yang cukup menyebalkan baginya itu menghancurkan pikirannya tentang kenyamanannya. Sepertinya cara menutup mata seperti ini tidak akan berhasil, karena ia masih bisa mendengar suara-suara seperti mereka.
"Apa kau masih sakit?" tanya Baekhyun lagi yang tengah berjongkok di atas kasur Wonwoo dan menatap namja di depannya. Wonwoo mengernyit. Ia membuka penutup matanya dan membuangnya. Ia menghela napas lalu membaringkan tubuhnya ke kasur.
"Apa aku seumur hidup akan seperti ini?" gumam Wonwoo seraya memejamkan matanya. Ia mendadak merasa pusing. Ia mengernyit saat merasa semakin pusing hingga akhirnya ia merasa sangat mengantuk.
Baekhyun yang memperhatikan Wonwoo pun mengernyit.
"Hey! Apa kau sudah tidur?" panggil Baekhyun. Ia menghela napasnya. Selama Wonwoo sakit, ia merasa sangat bosan. Tidak ada yang bisa diajak bicara, tidak ada yang bisa digoda, tidak ada yang bisa ia ajak cerita.
Baekhyun terdiam sejenak mengamati Wonwoo. Aura Wonwoo kembali berubah. Aura namja yang tengah terpejam itu semakin melemah. Ketika aura seseorang lemah, itu artinya ia akan dengan mudah dirasuki.
'Apa aku boleh mencobanya lagi?' Baekhyun mengulurkan tangannya hendak menyentuh Wonwoo, namun ia tarik kembali tangannya dengan ragu-ragu.
"Tidak, tidak. Kalau aku masuk ke tubuh orang lain lagi, aku pasti akan keterusan." Baekhyun menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menggigit bibir bawahnya sejenak sebelum akhirnya ia menyentuh pundak Wonwoo.
"Sebentar saja sepertinya tidak apa-apa." Ia lalu masuk ke dalam tubuh Wonwoo. Beberapa detik kemudian, mata Wonwoo tampak terbuka. Ia mengernyitkan keningnya saat merasa asing dengan cahaya yang menusuk matanya.
"Hah, tubuhnya panas," gumam Baekhyun seraya mengipas-ngipaskan tangannya ke lehernya. Ia lalu mendudukkan dirinya dan melihat sekelilingnya.
"Nyamannya menjadi manusia kembali." Ia berdiri lalu berjalan ke arah lemarinya. Sedikit terhuyung karena merasa tubuhnya sangat berat, mungkin karena kondisi tubuh Wonwoo yang sedang lemah, jadinya ia merasa sedikit sulit mengendalikan tubuhnya.
"Maaf, Wonwoo, tapi sepertinya aku ingin jalan-jalan sebentar menggunakan tubuhmu ini. Aku ingin menikmati waktu sejenak sebagai manusia sebelum aku benar-benar menjadi hantu untuk selamanya," gumam Baekhyun pelan seraya mencari baju yang cocok untuk ia pakai keluar.
"Hmm," Baekhyun menggelengkan kepalanya.
"Kenapa bajumu seperti ini semua? Tidak ada yang keren, kah?" Ia mendengus sebelum akhirnya mengambil sebuah kaos berwarna hitam dan celana selutut berwarna putih.
"Terserahlah, orang tampan sepertimu pakai baju apa saja tetap keren, kok." Baekhyun yang masuk ke dalam tubuh Wonwoo mengganti pakainya dan dengan mengendap-endap keluar dari kamarnya. Ia berdecak saat tidak menemukan Mingyu di luar kamar.
"Wonwoo sedang sakit, dia malah di kamarnya sendiri, bukannya menemani Wonwoo. Cih, namja macam apa dia ini," gumam Baekhyun kesal. Ia lalu dengan segera keluar dari rumah Mingyu tentu saja dengan gerakan yang sangat hati-hati.
"Huahhh!" Baekhyun meregangkan tubuhnya, tepatnya tubuh Wonwoo dan tersenyum lebar saat ia dapat melihat suasana di luar rumah. Akhirnya Baekhyun yang selama ini berjalan-jalan dalam wujud roh kini dapat jalan-jalan dengan wujud manusia yang terlihat oleh orang lain, meskipun bukan tubuhnya sendiri.
"Hmm? Aku mau ke mana, ya?" Baekhyun berjalan entah ke mana. Ia hanya mengikuti instingnya untuk berjalan. Tanpa sadar, ia malah berjalan menuju ke arah café milik Wonwoo. Apa mungkin ini hanya instingnya karena ia hanya ingat jalan menuju café itu?
Saat ia berjalan mendekati café yang berada beberapa puluh meter di depannya itu, matanya tidak sengaja menangkap sesosok namja tinggi memakai topi hitam tengah membawa sebuket bunga.
"Bukankah itu namja tampan yang hari itu ke café?" gumam Baekhyun. Ia mengikuti namja itu dari belakang. Entah apa yang ia pikirkan, tapi ia memang sudah merasa aneh saat pertama melihat namja berambut merah dan bertopi hitam itu. Dan tanpa sadar, Baekhyun yang ada di dalam tubuh Wonwoo malah mengikuti namja berambut merah itu hingga masuk ke rumah sakit.
'Kenapa aku malah mengikutinya? Seperti stalker saja.' Baekhyun tersadar lalu hendak membalikkan tubuhnya. Namun, ia dengan segera menghentikan gerakannya saat melihat namja berambut merah itu masuk ke sebuah kamar dan tanpa sengaja ia dapat melihat seseorang yang tengah terbaring di kamar itu saat pintu itu dibuka.
Baekhyun membatu. Beberapa detik kemudian ia berjalan mendekati pintu itu dan mengintip ke dalam lewat sedikit kaca yang ada di pintu itu. Baekhyun tercengang. Ia menutup mulutnya dengan tangannya.
'Aku tidak salah lihat, 'kan?' Baekhyun mengerjap-ngerjapkan matanya. Tanpa ia sadari, namja berambut merah yang ada di dalam kamar itu melihatnya dari dalam dan berjalan ke arahnya. Baekhyun masih sibuk melihat seseorang yang tengah berbaring itu.
"Ada apa, ya?" tanya namja tampan itu. Baekhyun tersadar. Ia menatap namja berambut merah itu sejenak sebelum akhirnya kembali mengamati namja yang tengah terbaring dan diinfus itu. Namja itu mirip dengannya. Tidak, sepertinya namja yang tengah terbaring itu benar-benar adalah dia. Sosok Byun Baekhyun yang tengah terbaring koma.
"Ada perlu apa, ya?" tanya namja berambut merah itu. Baekhyun kembali menatap namja tampan itu.
"Kau… kau siapa?" tanyanya. Namja berambut merah itu mengernyitkan keningnya.
"Aku? Kau sendiri siapa?" tanyanya.
Baekhyun tidak bisa berpikir dengan jernih. Otaknya masih memutar dan mencari jawaban, apakah itu benar-benar tubuhnya? Lalu namja di depan ini siapa? Apa hubungannya dengannya? Lalu, apakah sekarang ia bisa kembali masuk ke dalam tubuhnya dan sadar kembali?
"Hei-" Sebelum namja berambut merah itu sempat menegurnya, Baekhyun dengan segera berbalik dan berlari menjauh.
'Bodoh! Kenapa kau lari, Byun Baekhyun?!' Baekhyun menghentikan langkahnya di depan rumah sakit dan mengatur napasnya yang tersenggal-senggal. Ia terdiam saat merasakan setetes air jatuh mengenai lengannya. Ia dengan perlahan menyentuh matanya yang memanas dan basah.
'Kenapa aku menangis?' Baekhyun menyentuh dadanya yang terasa sangat sesak. Ia menoleh ke belakang lalu menggigit bibir bawahnya. Ia tidak tahu apa yang membuatnya menangis, tapi melihat wajah namja berambut merah itu, ia merasa sesak. Bahkan mengingat kejadian di mana namja berambut merah itu menatapnya, membuat tangannya bergetar.
'Ada apa denganmu, Byun Baekhyun?'
.
.
.
.
.
.
.
.
Mingyu terkejut saat masuk ke dalam kamar Wonwoo dan tidak menemukan siapa-siapa di kamar itu. Ia lalu membuka pintu kamar mandi dan tidak menemukan Wonwoo juga.
"Hilang ke mana lagi dia?" gumamnya panik. Sepertinya Wonwoo tidak bisa ditinggal sebentar saja. Ia bisa saja tiba-tiba hilang seperti ini. Kalau Wonwoo hilang, ia biasanya tidak mempermasalahkannya, tapi saat ini namja itu tengah tidak dalam kondisi yang baik.
'Aku bisa gila lama-lama!' Mingyu berlari keluar rumah hanya mengenakan sandal dan juga pakaian rumahnya. Saat ia berlari cukup jauh dari rumahnya, ia tidak sengaja menemukan Wonwoo tengah berjalan dengan perlahan di samping taman dengan kepala yang tertunduk.
Mingyu berdecak sebentar sebelum akhirnya ia berlari menghampiri Wonwoo.
"Ya! Apa yang kau lakukan?! Apa kau gila?!" Mingyu mencengkram kedua lengan Wonwoo. Wonwoo menaikkan kepalanya. Mingyu tercengang melihat mata Wonwoo yang basah dan memerah.
"Kau kenapa?" tanya Mingyu. Wonwoo menggelengkan kepalanya. Mingyu tanpa sadar memeluk Wonwoo. Sedetik kemudian, tubuh Wonwoo tiba-tiba lemas dan terjatuh di pelukan Mingyu. Mingyu sendiri terkejut dengan Wonwoo yang tiba-tiba tidak sadarkan diri.
"Ya!" Mingyu menggoyang-goyangkan tubuh Wonwoo. Ia menghela napasnya. Ia benar-benar tidak mengerti dengan namja yang ada di pelukannya itu. Sudah tau sedang sakit, tapi malah keluar rumah entah untuk apa, dan sekarang malah menangis lalu tiba-tiba tidak sadarkan diri.
Mingyu kembali menghela napasnya sebelum akhirnya ia menggendong Wonwoo di punggungnya.
"Bisakah kau tidak menghilang seperti ini lagi? Aku lelah mencarimu terus. Jangan hilang tiba-tiba lagi, Jeon Wonwoo. Mulai sekarang kau harus tetap bersamaku." Entah sadar atau tidak, Mingyu mengucapkan itu dengan sangat pelan dan lembut.
Sedangkan Baekhyun, ia di belakang memandangi Mingyu dan Wonwoo yang berjalan menjauh. Pikirannya tidak ada pada kedua orang itu, karena saat ini ia sedang sibuk menghapus air matanya. Entah apa yang ia tangisi sejak tadi. Tapi sedetik kemudian, namja bertubuh mungil itu berbalik dan berlari kembali ke arah rumah sakit.
Apa yang terjadi padanya? Kenapa ia bisa terbaring di rumah sakit itu? Apa yang membuatnya menjadi seperti ini? Siapa namja berambut merah itu? Kenapa hanya bertatap mata dengannya saja bisa membuatnya merasa sangat sesak? Dan yang paling ingin ia ketahui, apakah sekarang ia bisa kembali ke tubuhnya?
Baekhyun mengatur napasnya saat ia telah berdiri di depan pintu kamar pasien yang tadi. Ia mengintip ke dalam dan meremas tangannya sendiri saat ia melihat namja berambut merah itu tengah mengelap wajah tubuhnya dengan lembut.
Baekhyun dengan ragu-ragu masuk menembus ke dalam kamar itu. Ia mendekati tubuhnya sendiri, kemudian matanya teralih untuk memperhatikan gerak-gerik namja tampan yang ada di sampingnya itu.
"Sebenarnya dia siapa?" gumam Baekhyun. Tangannya tanpa sadar terulur dan menyentuh pipi namja itu.
"C-Chanyeol…" Sebuah nama keluar tanpa sadar dari mulut Baekhyun. Ia sendiri tidak sadar mengucapkan nama itu. Sedetik kemudian ia tersadar lalu menarik kembali tangannya.
"Chanyeol? Siapa?" tanyanya sendiri. Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Matanya terus mengamati gerak-gerik Chanyeol yang sangat lembut dalam mengurus tubuh yang tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit itu.
"Apa aku sudah boleh kembali ke dalam tubuhku?" tanya Baekhyun entah pada siapa. Ia lalu dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya dan menyentuh tubuh yang tengah terbaring itu. Ia menahan napasnya. Setelahnya ia meringis kesal saat tangannya malah menembus tubuh itu. Ia dengan kesal melayangkan tinjunya pada tubuh itu, namun tangannya kembali menembus tubuh itu.
"Kenapa tidak bisa? Bukankah ini ada tubuhku?! Bukankah aku sudah bisa kembali setelah aku menemukan tubuhku?! Kenapa tidak bisa?!" Baekhyun kembali terus berusaha untuk masuk ke dalam tubuh itu hingga akhirnya ia terduduk ke lantai saat menyadari bahwa ia benar-benar tidak bisa masuk ke dalam tubuhnya sendiri.
"Apa aku benar-benar akan mati?" gumamnya pelan. Ia dengan perlahan mengalihkan perhatiannya pada namja yang bernama Chanyeol itu. Chanyeol terlihat menghentikan gerakannya. Ia hanya terduduk dan mengamati wajah tenang tubuh Baekhyun yang tengah terbaring.
"Maafkan aku," kata-kata itu keluar dari mulut Chanyeol.
"Seandainya kita berani untuk menghadapi semuanya, seandainya aku tidak selalu mengecewakanmu, seandainya kau tidak terlalu memikirkan perasayaanku, seandainya aku tidak sebodoh ini." Chanyeol menundukkan kepalanya.
Baekhyun terdiam. Sedetik kemudian, ia dapat mendengarkan isakan pilu dari Chanyeol yang masih terus menundukkan kepalanya. Mata Baekhyun memerah, ia tidak tahu apa yang terjadi, tapi ia tahu, sesuatu yang buruk terjadi di antara mereka.
"Baek, maafkan aku. Sadarlah… Dengar aku, aku di sini, Baek."
.
.
.
.
.
.
.
"Nghh…" Wonwoo mengernyitkan keningnya. Ia merasakan posisi yang tidak nyaman saat ia tersadar. Ia semakin mengernyit saat ia dapat melihat sebuah kaki tengah berjalan di atas aspal jalanan. Apa dia sedang tidur berjalan?
"Kau sudah sadar?" suara Mingyu menyapa telinganya.
"Hm?" tanya Wonwoo. Ia memperhatikan wajah Mingyu yang sangat dekat dengannya. Ia baru sadar bahwa saat ini Mingyu tengah membawanya di punggungnya.
"Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Wonwoo.
"Bodoh. Kau sendiri yang berlari keluar dari rumah. Kenapa kau suka sekali menghilang? Aku tidak suka mencari. Kalau kau sekali lagi menghilang, aku tidak akan mencarimu lagi," ucap Mingyu.
Wonwoo mengernyitkan keningnya. Apa dia kesurupan lagi? Ia tidak ingat sama sekali ia keluar dari rumah. Namja bermata tajam itu kembali mengernyit saat kepalanya terasa sangat sakit. Ia menyandarkan kepalanya ke pundak Mingyu.
"Kepalaku sakit sekali," gumamnya.
"Sebentar lagi kita sampai." Mingyu terus berjalan. Rumahnya hanya tinggal beberapa meter di depan sana.
"Aku tidak mau lagi," gumam Wonwoo dengan matanya yang terpejam. Mingyu terdiam.
"Aku tidak mau lagi seperti ini. Aku lelah…" Napas Wonwoo terdengar memberat.
Mingyu menoleh pada Wonwoo. Wajah Wonwoo tepat berada hanya 2-3 cm di depannya. Ia kemudian kembali melangkahkan kakinya memasuki pagar rumahnya sendiri. Ia baru sadar, hidup Wonwoo tidaklah mudah.
Setelah masuk ke dalam kamar Wonwoo, Mingyu dengan perlahan membaringkan Wonwoo ke ranjang. Ia terdiam memperhatikan wajah Wonwoo yang terlelap. Tangannya tanpa sadar terulur ke arah wajah Wonwoo, namun ia menghentikan gerakan tangannya lalu menariknya kembali.
Ia duduk di sisi lain kasur Wonwoo dan kembali memperhatikan Wonwoo.
"Aku akan ada di sini, kau tidak bisa menghilang lagi," gumam Mingyu yang bersadar pada kepala kasur dengan terus memperhatikan wajah Wonwoo.
.
.
.
.
.
.
.
.
Wonwoo membuka matanya dengan perlahan, yang ia lihat saat ini hanyalah ruangan kamarnya yang gelap. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk memperjelas pengelihatannya. Ia menoleh ke arah balkon kamar. Sudah malam rupanya. Wonwoo menghela napas sejenak sebelum akhirnya ia mendudukkan dirinya dan menyentuh keningnya. Masih sedikit hangat, dan kepalanya juga masih sedikit sakit.
Namja bermata tajam itu menyentuh perutnya yang berbunyi. Ia lapar. Apakah Mingyu sudah memasakkan makan malam untuknya?
Wonwoo turun dari kasurnya dan berjalan dengan perlahan keluar dari kamar. Ia mengernyit bingung saat di luar kamar sangatlah sepi. Apa Mingyu pergi bekerja? Atau dia sedang ada di kamar?
Wonwoo berjalan ke dapur dan menghela napas saat tidak ada apa-apa di atas meja makan, padahal sekarang sudah jam 7 malam. Ia kemudian berjalan ke kamar Mingyu dan dengan perlahan membuka pintu kamar Mingyu. Ia terdiam melihat tidak ada siapa-siapa di kamar itu.
"Mingyu?" panggil Wonwoo. Hening. Tidak ada yang menjawab panggilannya. Wonwoo mendengus, ia kemudian menutup pintu kamar Mingyu dan menghadap ke arah dapur.
'Bukankah dia akan terus bersamaku? Dasar, pembohong.' Wonwoo kembali mendengus saat mengingat tidak ada makanan sama sekali di atas meja makan.
"Kalau memang pergi, seharusnya dia meninggalkan sepiring makanan untukku," gumam Wonwoo kesal. Saat ia berbalik, ia terkejut menemukan seorang yeoja berwajah pucat tengah menatapnya datar. Sohyun tengah berdiri di depannya.
"Kau! Kenapa tiba-tiba muncul seperti ini? Kau membuat demamku kembali saja." Wonwoo memijit keningnya. Entah kapan ia baru bisa menyesuaikan dirinya dengan situasi seperti ini, di saat para hantu itu tiba-tiba muncul di depannya.
"Ada apa lagi? Kau mencariku pasti ada sesuatu," gumam Wonwoo malas. Ia menghentikan gerakan tangannya yang tengah memijit keningnya saat ia mendengar perkataan Sohyun yang bergumam padanya. Ia membesarkan matanya hingga beberapa detik kemudian ia segera masuk ke kamar untuk berganti pakaian dan segera keluar dari rumah.
"Apa maksudmu ada sesuatu di rumah sakit? Apa Mingyu ada di sana? Apa kau menyuruhku untuk masuk lagi ke kamarmu?" tanya Wonwoo seraya bergumam. Sejak melihat ada racun di makanan yang diberikan oleh Tzuyu untuk Mingyu, Wonwoo menjadi sedikit khawatir setiap kali Sohyun menyuruhnya ke rumah sakit.
"Masuk ke kamarku."
Wonwoo menghentikan langkahnya saat mendengar jawaban Sohyun. Ternyata tidak ada hubungannya dengan Mingyu. Tapi tidak apa-apalah, ia juga sudah berjanji untuk membantu hantu yeoja itu. Eh? Tapi sepertinya ada yang aneh.
Wonwoo menoleh ke kiri dan kanan. Di mana Baekhyun? Kenapa tidak ada? Wonwoo menoleh ke belakang, dan tidak menemukan Baekhyun di belakangnya. Apa Baekhyun sudah pergi? Wonwoo tersadar saat Sohyun menatapnya. Ia akhirnya dengan ragu-ragu kembali berjalan.
"Aku lapar," gumam Wonwoo. Ia merasa sangat lemas sebenarnya. Tapi ia keluar rumah juga sekalian untuk mencari makan, jika di rumah terus, apa yang akan ia makan?
Lima belas menit Wonwoo berjalan, ia akhirnya dapat melihat sebuah rumah sakit mewah beberapa meter di depan sana.
'Tidak bisakah aku makan dulu?' pikir Wonwoo saat ia telah berada di depan gedung rumah sakit. Ia menoleh ke belakang dan melihat cafenya yang tutup seharian.
Ia kembali menghela napas seraya melangkah masuk ke dalam gedung rumah sakit. Baru selangkah ia masuk ke dalam gedung itu, ia tersentak saat tiba-tiba ada hantu yang lewat di depannya. Hantu namja yang sebelah matanya berdarah, dengan leher yang tersayat, menatapnya sejenak sebelum akhirnya kembali berjalan melewati Wonwoo.
Wonwoo menghela napasnya setelah ia menahan napasnya shock. Ia kembali melangkahkan kakinya. Saat di lantai dua, ia melewati ruangan Mingyu. Ia ingin mencoba untuk masuk ke ruangan itu, namun ia urungkan niatnya saat ia tidak sengaja melihat sesuatu di kamar yang ada di seberang ruangan Mingyu.
Wonwoo berjalan mendekati kamar itu dan mengintip ke dalam kamar melalui kaca kecil di pintu. Ia tertegun saat melihat Baekhyun tengah berdiri di tengah ruangan itu melihat ke arah namja yang tengah terbaring di atas ranjang rawat.
Baekhyun tidak sengaja melihat ke arah Wonwoo dan terdiam sejenak sebelum akhirnya ia keluar dan menghampiri Wonwoo. Ia terdiam. Wonwoo terdiam. Untuk beberapa detik, mereka hanya saling berdiam.
"Aku… tidak bisa kembali ke tubuhku," gumam Baekhyun. Seharian ia ada di dalam kamar ini, ia tidak bisa masuk ke dalam tubuhnya sendiri. Ia juga tidak bisa mengingat kejadian-kejadian semasa hidupnya, dan juga siapa yang selama seharian ini terus menjaganya itu.
"Maafkan aku, tapi aku tidak tahu harus bagaimana membantumu," gumam Wonwoo. Baekhyun tersenyum kecil. Wonwoo sudah banyak membantunya, hanya saja Wonwoo tidak mengetahuinya.
"Mungkin ini pertanda kalau aku akan benar-benar meninggal." Baekhyun tertawa kecil. Ia menghela napasnya sejenak sebelum ia mengalihkan pandangannya. Wonwoo ikut menghela napasnya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau sedang sakit?" tanya Baekhyun. Wonwoo menggaruk belakang kepalanya sebelum akhirnya ia menunjuk ke arah ujung koridor.
"Aku harus mengurus Sohyun," jawab Wonwoo.
"Sohyun? Hantu yang meminta bantuanmu itu?" tanya Baekhyun. Wonwoo mengangguk. Ia kemudian berbalik dan hendak kembali melangkah menuju ujung koridor.
"Eh? Aku ikut!" Baekhyun berlari kecil mengejar Wonwoo. Wonwoo mengernyit.
"Kau mau ikut? Kau 'kan sudah menemukan tubuhmu, kenapa tidak cari cara untuk berusaha masuk ke dalam? Atau setidaknya berusaha mengingat masa hidupmu?"
Baekhyun menggelengkan kepalanya. "Untuk apa aku terus mencoba kalau kenyataannya memang tidak bisa? Selama 10 hari ini, aku akan terus bersamamu. Lebih baik menghabiskan sisa hidupku dengan menyenangkan daripada harus depresi memandangi tubuhku yang terbaring seperti itu." Baekhyun memajukan bibirnya. Ia menendang-nendangkan kakinya ke udara seraya mengikuti Wonwoo dari belakang. Wonwoo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Memangnya apa yang akan kau lakukan di ujung koridor itu? Bukankah ujung koridor itu sudah tidak dipakai lagi?" tanya Baekhyun.
"Ikut saja." Wonwoo mempercepat langkahnya. Semakin ia berjalan masuk ke koridor belakang, aura di sekitarnya semakin mencekam. Di setiap sudut koridor akan selalu terlihat hantu-hantu yang menyeramkan.
Hingga ia berdiri di depan kamar Sohyun, ia menghela napasnya sejenak sebelum akhirnya memutar knop pintu kamar itu dan masuk ke dalam kamar yang gelap itu. Ia lalu menghidupkan lampu kamar itu dan sesuai ingatannya, kamarnya tidak berbeda dengan pertama kali ia masuk ke kamar ini.
Saat ia masuk ke kamar itu, ia dapat melihat Sohyun tengah berdiri di sudut kamar, tepat di samping meja nakas di mana di atasnya terdapat vas bunga yang berisi bunga yang masih segar. Sepertinya Tzuyu sudah datang ke kamar ini dan mengganti bunganya.
"Apa?" tanya Wonwoo. Ia bingung melihat Sohyun yang hanya diam berdiri di sudut kamar itu.
"Dia kenapa?" tanya Baekhyun berbisik pada Wonwoo. Wonwoo menaikkan kedua bahunya. Ia juga tidak mengerti kenapa Sohyun selalu berdiri di sudut kamar itu. Dan kali ini, yeoja itu hanya diam berdiri di sana.
Wonwoo berjalan mendekati Sohyun. Ia mendekati meja nakas itu lalu membuka laci pada meja itu. Tidak ada apa-apa. Kosong. Ia menghela napasnya lalu menutup laci itu. Ia lalu beralih pada bantal yang ada di atas ranjang rawat. Saat ia hendak menaikkan bantal itu, tangannya tidak sengaja menyenggol vas bunga itu. Ia dengan segera menangkapnya dengan kedua tangannya. Vas yang hampir terjatuh ke lantai itu berhasil ia tangkap.
"Suara apa itu?" tanya Baekhyun. Wonwoo terdiam. Ia juga mendengar sebuah suara saat vas itu tersenggol. Ia mengernyit ke arah Sohyun sejenak sebelum akhirnya ia mencoba untuk mengayunkan vas itu.
Trang! Trang!
Wonwoo membatu. Ada sesuatu di dalam vas bunga itu. Ia melirik Sohyun sejenak. Sohyun juga menatapnya namun tidak bereaksi. Dengan penasaran, Wonwoo mengeluarkan setangkai bunga mawar itu dari vas lalu menuangkan sesuatu yang ada di dalam vas ke atas meja.
Sebuah gelang wanita.
"Apa ini gelangmu?" tanya Wonwoo. Sohyun menganggukkan kepalanya. Bahkan di gelang itu jelas terukir nama Kim Sohyun di sana. Saat meluhat ukiran nama Sohyun, Wonwoo kembali mengernyit saat melihat sebuah bercak darah pada gelang itu. Ia kembali melirik Sohyun.
"Apa ini yang ingin kau tunjukkan padaku?" tanya Wonwoo. Sohyun yang diam tidak merespon pertanyaan Wonwoo. Meskipun begitu, Wonwoo tahu, ada sesuatu pada gelang itu.
.
~TBC~
.
Halloooo~ author minta maaf kalau author updatenya lama banget. Kenapa? Karena author sibuk T.T Gak ada waktu. Paginya sibuk kerja, malamnya sibuk kuliah. Pulang kuliah udah capek banget, ngetik bentar, udah ngantuk, matiin laptop. Mianhae *bow*
Untuk reader yang ada comment bilang kalau menghembus bubur bekas makan orang sakit itu bervirus, maafkan author, author bukan dokter, jadi kurang tahu soal itu dan tidak terlalu merinci mencari tahunya. Maafkan author yang lalai, dan terima kasih buat masukannya *bow*
Maaf kalau chap ini pendek, karena author sibuk banget, besok author ospek, jadi ini terpaksa author potong deh tbc nya *cry*
Terima kasih sebanyak-banyaknya buat readers dan reviewers author tercinta, terima kasih karena sudah mau membaca fanfic yang sebenarnya kurang sempurna ini. Terima kasih banyak *bow* :D
fvcksoo, , tfiyy, lulu-shi, Gyurievil XiayuweLiu, whatamitoyou, tatacwt, starrydoll21, PeriWortel13, equuleusblack, cenil, Maharani.s, Rie Cloudsomnia, Ourwonu, Jardinindeyo, jiminnie Dongsaeng, Pearl Metal Gold, Twelves, Itsmevv, hamipark76, hvyesung, little Azaela, Karuhi Hatsune, kookies, nikeagustina16, zhara9697, meaniecrt, seira minkyu, Guest, Wonu nikah yuk, gitakanya, Vioolyt, Mrs. EvilGameGyu, blackjackcrong, Arlequeen Kim, Byunki, hyukie, Herdikichan17, aprilbunny9, Mbee, Guest, kimnoona, hysesar17, itsathenazi, Kim Hye Gun, Gigi Onta, jeonghaneko, jihokr, haya, SheravinaRose, restypw, boobeepboo, Ara94, exoinmylove, tyneeee, hozijcmine, wonuumingyu, yehet94, NichanJung, mingyu, Chel VL, Beanienim, BumBumJin, svtlovers, siti254, Ndahh25, putrifitriana177, alysaeostans, WHO Yizi OsHztWyf, irvansyafii, Devi
Makasih buat review kalian yang sangat mendukung, review kalian selalu menjadi kekuatan author buat perkembangan ff ini. *bow*
Jangan ada silent readers yah readers tercintah~ *tebar kecup basah* XD
Okedeh, akhir kata dari author untuk chap ini,
Review, please~? ^^
Gomawo *bow* m(_ _)
