Sixth Sense Boy
Summary:: Andai saja Mingyu tidak bertemu Wonwoo, ia pasti tidak akan terlibat ke dalam kehidupan aneh namja itu, namja yang selalu berbicara sendirian dan mengaku dapat melihat hantu. "Aku tidak gila!"/ "Kalau kau tidak gila, kenapa kau berbicara sendirian?"/ "Aku tidak berbicara sendirian, aku berbicara dengan anak kecil yang baru saja meninggal. Dia ada di sampingmu."
Couple:: Mingyu x Wonwoo
Rate:: T
Genre:: Humor, Romance, supernatural
Wonwoo yang baru saja keluar dari dapur, berdiri di belakang counter untuk memantau kondisi, matanya tidak sengaja mendapat dua sosok yang tidak asing baginya. Ia hanya terdiam, mengamati kedua sosok yang tengah berbincang itu dengan tatapan yang entah apa artinya, hingga akhirnya pemilik cafe itu berbalik dan memilih untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Apa? Kenapa kau menatapku dengan tatapan begitu?" tanya Wonwoo pada Sohyun yang berdiri di sudut ruangannya menatapnya dengan tatapan sendu. Wonwoo menghela napasnya.
"Tenanglah, aku sudah memberikan gelangmu pada Mingyu. Kau hanya perlu menunggunya saja. Dia pasti akan menyelesaika masalahmu, karena masalahmu adalah sumber masalahnya." Wonwoo kembali menghela napas seraya merebahkan tubuhnya ke sofa di dalam ruangannya.
Ia memejamkan matanya sejenak. Tak lama memejamkan matanya, ia mengernyit saat merasakan sakit pada dadanya, rasanya sesak. Ia meremas kemejanya pada bagian dadanya, menggigit bibir bawahnya saat ia berusaha membuka matanya. Beberapa detik kemudian ia akhirnya bisa membuka matanya dan terkejut saat melihat beberapa hantu berada di sekelilingnya tengah menunduk menatapnya yang tengah terbaring kesakitan.
Wonwoo dengan segera menjauhkan dirinya dan terduduk di sudut ruangan. Beberapa hantu itu menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal sebelum akhirnya beberapa dari mereka menghilang. Tetapi ada beberapa yang masih berdiri di sana terus menatapnya.
Wonwoo meremas kedua tangannya berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Apakah ini yang dimaksudkan dengan rohnya yang akan 'dimakan' oleh para hantu? Mereka memperebutkan tubuhnya di mana rohnya dipaksa keluar dari tubuhnya dan perlahan-lahan akan tenggelam dalam kegelapan karena tidak dapat kembali ke tubuhnya sendiri?
Wonwoo menatap Baekhyun yang berdiri di sudut kamar yang tengah menatapnya dengan tatapan terkejut. Namja imut itu juga tidak tahu apa yang terjadi pada Wonwoo. Ia juga tidak bisa berbuat apa-apa melihat Wonwoo dikelilingi para hantu seperti itu.
Wonwoo dengan segera beranjak dari ruangannya. Mingyu tidak sengaja menlihat dirinya yang baru keluar dari ruangan pribadinya itu, sedangkan ia juga menatap Mingyu sejenak masih dengan mimik shocknya sebelum akhirnya ia keluar dari counter lalu berjalan cepat keluar dari cafenya.
Mingyu melihat gerak-gerik Wonwoo dengan bingung. Ada apa dengan Wonwoo yang seperti orang panik dan bahkan tidak menghiraukan keberadaannya? Dan mau ke mana namja berwajah datar itu? Mingyu hendak berdiri dari kursinya, namun ditahan oleh Tzuyu. Tzuyu tahu Mingyu berdiri untuk mengejar Wonwoo, maka dari itu ia menahannya.
"Mau ke mana, oppa?" tanya Tzuyu. Mingyu melirik Tzuyu sejenak sebelum akhirnya ia kembali duduk dengan pikirannya yang terus melayang ke Wonwoo. Ia menatap Tzuyu dengan malas lalu menghela napas dan kembali menyeruput kopi panasnya.
.
.
.
.
.
.
"Hyung!" Wonwoo membuka pintu ruangan Seungcheol tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Seungcheol tampak menoleh dengan terkejut.
BAMM!
Seungcheol kembali terperanjat saat Wonwoo menutup pintu ruangannya dengan sangat kuat.
"Kau tidak punya dendam pada pintu ruanganku, 'kan?" tanya Seungcheol.
Wonwoo tidak menjawab. Ia berjalan mundur seraya terus mengamati pintu yang telah tertutup itu.
"Mereka mengejarku, hyung!" ucap Wonwoo panik. Benar, beberapa hantu yang tidak menghilang tadi terus mengejar Wonwoo yang berlari dari cafenya ke sini. Namja berwajah pucat itu terengah-engah. Seungcheol mengernyit bingung.
"Siapa?" tanya sang Dokter.
"Hantu-hantu itu! Mereka berusaha merebut tubuhku bahkan saat aku masih sadarkan diri, hyung. Aku tidak bisa bergerak dan juga bernapas. Dan mereka mengejarku sampai ke sini, hyung!" Wonwoo menghela napasnya karena sepertinya hantu-hantu itu tidak mengejarnya lagi hingga ke ruangan ini. Ia terdiam saat melihat ekspresi Seungcheol yang tampak tidak percaya.
"Aneh 'kan, hyung?" desis Wonwoo. Seungcheol masih terdiam dengan ekspresi yang tidak yakin.
"Hyung, kau percaya padaku, 'kan? Aku tidak gila, aku tidak berhalusinasi. Aku..." Wonwoo takut, ia takut kejadian dulu di mana pertama kali ia panik melihat hantu dan menceritakannya pada Seungcheol, hyungnya itu malah menyangkanya gila.
"Tenanglah, Wonwoo-ya. Hyung percaya padamu, tapi... mereka berusaha merebut tubuhmu di saat kau masih sadar?" Wonwoo menganggukkan kepalanya.
"Apa... apa waktuku sudah habis, hyung?" bisik Wonwoo pelan. Ia tahu. Ia tahu kalau ia tidak akan bisa bertahan lama di tubuh ini selama ia berada di posisi seperti ini. Ia selalu berada di posisi yang terancam antara mempertahankan tubuhnya atau direbut oleh hantu.
"Ssstt! Wonwoo-ya... Jangan mengatakan itu." Seungcheol menggelengkan kepalanya seraya berdiri secara perlahan. Ia menghela napasnya sebelum akhirnya menghampiri Wonwoo yang kini terduduk di sofanya.
"Kau akan baik-baik saja. Mulai sekarang berhenti melakukan kontak mata dengan para hantu itu. Jangan merespon mereka, jangan dengarkan mereka dan jangan lihat mereka. Dengan begitu keberadaanmu dengan dunia lain tidak akan dekat lagi."
Wonwoo tampak mencerna perkataan hyungnya. Memang itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya. Ia kemudian menghela napasnya kemudian membaringkan dirinya di sofa.
"Aku ingin istirahat di sini, hyung. Jika kau ingin keluar dari ruangan ini, bangunkan aku."
Seungcheol tersenyum tipis.
"Aku akan terus berada di ruangan ini hingga sore nanti. Kau istirahatlah."
.
.
.
.
.
.
.
.
"Apa aku tidak bisa kembali ke tubuhku lagi?" gumam Baekhyun yang mengamati tubuhnya tengah terbaring lemas di samping Chanyeol yang tengah memotong apel.
"Bagaimana caranya agar aku bisa sadar?" Baekhyun menghela napasnya. Ia duduk di tepi kasur dan mengamati Chanyeol yang tengah sibuk dengan buahnya. Ia terus mengamati namja berambut merah itu tanpa berkata apapun. Ia terlihat kagum dengan namja yang ada di depannya itu.
"Aku ingin mengenalmu lebih jauh," gumam Baekhyun.
"Bodohnya aku bisa melupakanmu." Ia memukul kepalanya sendiri. Ia kemudian menunduk dan menghela napasnya.
"Tapi kata orang, yang membuatmu sangat tersakit itulah yang paling ingin kau lupakan dalam hidupmu." Ia kembali menghela napasnya seraya mengangkat kepalanya.
"Dunia ini tidaklah baik. Dunia ini penuh dengan kekejaman," Ia menatap Chanyeol.
"Tapi aku sangat ingin hidup di dunia ini. Aku sangat ingin hidup lebih lama di dunia ini dan kembali membuka mataku untuk menatapmu yang tengah duduk di sampingku. Aku ingin berada di dunia ini lebih lama." Bisik Baekhyun menatap sendu jasmaninya yang pucat dan lemas itu.
Saat ia masih asik mengamati tubuhnya sendiri, namja imut itu terkejut saat melihat tangannya bergerak. Begitu pula dengan Chanyeol yang tidak sengaja melihat gerakan tangan Baekhyun yang tengah diinfus itu.
"B-Baekhyun-ah?" panggil Chanyeol. Baekhyun melebarkan matanya menatap Chanyeol yang berdiri.
"A-ani, Chanyeol-ah! Itu bukan aku!" Baekhyun panik dan kembali mengamati tangannya yang kembali bergerak sendiri. Ia menoleh ke samping tubuhnya dan mendapati seorang hantu yeoja tengah menyentuh tangannya dan hendak masuk ke dalam tubuhnya. Sedangkan Chanyeol kini sibuk memanggil dokter.
"Aniii!" Baekhyun mendorong hantu itu. "Ini tubuhku! Apa yang kau lakukan?!" Hantu itu terdorong ke belakang, menatap Baekhyun tajam dan kembali mendekati tubuhnya.
"Pergi! Apa kau gila?! Cari tubuhmu sendiri! Ini tubuhku!" Baekhyun dengan segala caranya menghalangi hantu itu untuk mendekati tubuhnya. Ia tampak panik. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana kalau hantu itu berhasil mengambil alih tubuhnya?
Tidak lama kemudian, akhirnya hantu itu menghilang, meninggalkan Baekhyun yang masih shock dengan napas yang tersenggal-senggal.
"A-apa?" gumam Baekhyun masih tidak percaya. Ia berbalik dan melihat tubuhnya.
"Kenapa hantu lain bisa masuk ke dalam tubuhku sedangkan aku sendiri tidak bisa kembali ke tubuhku sendiri?"
Apa yang harus ia lakukan? Ia tidak mungkin hanya berdiri di sini dan pasrah melihat kematiannya, 'kan? Matanya melirik ke arah Chanyeol yang masuk diikuti oleh seorang dokter di belakangnya. Dokter dan suster terlihat tengah memeriksa keadaannya, sedangkan Chanyeol berdiri di sudut ruangan dengan raut cemas. Baekhyun berkedip lemah.
'Maaf, Chanyeol-ah... Aku masih belum bisa membuka mataku untuk melihatmu. Tunggulah sebentar lagi.'
.
.
.
.
Wonwoo membuka kelopak matanya secara perlahan. Lampu di ruangan Seungcheol menyapanya secara langsung ketika kedua mata tajam itu terbuka. Ia berkedip beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya.
"Sudah bangun?"
Wonwoo mengernyitkan keningnya ketika mendengar suara yang tidak asing. Ia berusaha mencerna suara itu. Terakhir kali ia ingat kalau ia tengah tidur di ruangan kakaknya, dan suara yang barusan ia dengar bukanlah suara kakaknya. Ia akhirnya memutuskan untuk menolehkan kepalanya ke asal suara, medapati seorang namja tampan dengan jas dokter yang menempel di tubuhnya tengah menatap dirinya. Wonwoo dengan segera mendudukkan dirinya, namun tidak membuka suaranya ataupun membalas tatapan Mingyu.
"Seungcheol hyung keluar untuk makan malam dan menyuruhku untuk ke sini dan menemanimu karena ia tidak tega membangunkanmu sedangkan kau tidak ingin ditinggal sendiri di sini."
Ah, sudah jam 7 malam rupanya, Wonwoo menghela napas saat mengetahui kalau ia tertidur terlalu lama. Wonwoo memilih untuk tidak menjawab Mingyu, ia hanya menundukkan kepalanya dengan kedua siku lengannya yang menopang di kedua lututnya. Keheningan kembali tercipta, suasana hening yang sama seperti saat Wonwoo masih tertidur dan Mingyu yang terus memandanginya dalam diam.
"Aku sudah memeriksanya," gumam Mingyu, "dan ada dua darah berbeda di gelang itu."
Wonwoo mengangkat kepalanya dan menatap Mingyu yang menundukkan kepalanya.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi aku sudah memberitahukan tentang gelang itu pada ayah Sohyun dan menyerahkan masalah itu pada polisi untuk diselidiki secara diam-diam."
Wonwoo masih memilih untuk bungkam. Ia tidak tahu harus merespon apa. Memang seharusnya ia senang karena pada akhirnya masalah ini akan segera selesai dan juga masalahnya dengan Mingyu akan selesai, tidak ada lagi yang akan mengganggunya. Tapi entah kenapa mendengar suara Mingyu yang sendu dan tenang itu membuatnya merasa berat.
Wonwoo membuka suaranya, "Aku akan membeli apartemen dan segera pindah dari rumahmu. Aku tidak akan menyulitkanmu dan juga mengganggumu lagi. Kita sudah menepati janji masing-masing. Terima kasih sudah membantuku, dan aku cukup senang bisa membantumu."
Kini berganti Mingyulah yang terdiam dan tidak mampu merespon penuturan Wonwoo. Ia tahu ini semua berakhir, dan itulah yang ia inginkan sejak dulu. Ia ingin semua keanehan dalam hidupnya sejak bertemu dengan Wonwoo dapat segera berakhir. Mingyu kemudian mengangguk perlahan.
"Terima kasih juga sudah membantuku." Kalimat yang singkat dan lirih Mingyu keluarkan dengan ragu-ragu. Sebenarnya bukan itu yang ingin ia katakan pada Wonwoo, tapi ia tidak tahu harus berkata apa lagi dan akhirnya hanya dapat mengeluarkan kalimat itu.
Wonwoo terdiam sejenak sebelum akhirnya ikut mengangguk pelan.
"Apa kau sudah makan malam? Ayo makan bersama, aku sudah sangat lapar."
Wonwoo berdiri perlahan dan menunggu Mingyu untuk berdiri. Ia mengikuti langkah Mingyu yang mendahuluinya. Keluar dari ruangan Seungcheol dan berjalan secara beriringan di sepanjang koridor.
Tzuyu yang kebetulan berjalan beberapa meter dari ruangan Seungcheol tidak sengaja melihat Wonwoo dan Mingyu keluar dari ruangan itu dan berjalan menjauhinya secara berdampingan. Wanita cantik itu memasang wajah dinginnya dengan beberapa file yang ada di tangannya. Ia menatap punggung Wonwoo dengan tatapan dingin dan tidak bersahabat.
"Ahhh... Aku lupa kalau aku masih punya urusan dengan seseorang," gumamnya pelan seraya tertawa kecil yang terdengar datar. Ia menghela napasnya kemudian menunduk. Sedetik kemudian ia menolehkan kepalanya ke samping dengan wajah yang terlihat kesal seraya mendesis.
"Aku lelah terus bersabar dan pelan-pelan seperti ini."
.
.
.
.
.
Wonwoo tengah membereskan counternya sendirian karena Dino mendadak pucat dan tidak enak badan, jadi Hoshi mengantar pegawai termudanya itu pulang ke rumah. Ia menghela napasnya saat ia harus kembali sendirian di cafe yang sudah sepi ini karena sekarang memang sudah jam tutup.
Wonwoo menahan napasnya saat merasakan geli di pergelangan kakinya. Ia tahu pasti ada sesuatu di bawah sana yang tengah mengganggunya, namun ia berusaha menahan dirinya untuk tidak menoleh dan menegur 'sesuatu' itu. Ia tengah berusaha melakukan apa yang dikatakan oleh kakaknya agar tidak mempedulikan hantu itu, bertindak seolah tidak merasakan apa-apa, tidak melihat apa-apa.
Wonwoo menggerutu pelan saat mengingat Baekhyun tidak bisa menemaninya. Tadi saat makan malam, Baekhyun sempat bercerita padanya tentang tubuhnya yang hampir dirasuki oleh hantu. Maka dari itu saat ini namja bertubuh mungil itu tengah menjaga tubuhnya di rumah sakit. Wonwoo menyuruhnya untuk membawa bawang putih dan menaruhnya di kasurnya. Dan dengan bodohnya ia lupa kalau Baekhyun dalam wujud roh, tidak bisa menyentuh benda. Lalu ia berjanji pada Baekhyun akan membawakan bawang putih ke kamar Baekhyun.
Wonwoo kembali menghela napasnya saat ia melihat seorang hantu yeoja baru saja masuk ke dalam cafenya dan berjalan mondar-mandir di depannya. Ia harus menahan dirinya untuk tidak melirik hantu yang mondar-mandir itu. Sulit sekali untuk mengabaikan sesuatu yang bergerak di depanmu. Wonwoo mendesis saat ia mendengar sesosok hantu berada di sampingnya tengah bernyanyi dengan sangat buruk. Biasanya Wonwoo akan berteriak memarahi hantu yang bernyanyi itu, tapi kini ia harus menahan dirinya untuk terus mendengar suara yang luar biasa mengerikan dan juga jelek itu.
'Sial! Ternyata aku benar-benar sudah seperti hidup di dunia hantu, sampai mengabaikan mereka saja terasa sangat sesulit ini.'
Wonwoo mengangkat plastik sampah dan membawanya keluar dari cafe. Setelah selesai membuang seplastik besar sampah itu ke tempatnya, ia menyipitkan matanya saat lampu sebuah mobil mengenai matanya. Ia mengernyit saat mobil itu berhenti tepat di depan cafenya.
Bung, cafenya sudah tutup.
Setidaknya itulah yang hendak Wonwoo katakan jika dua orang namja berpostur besar tidak keluar dari mobil itu dan menyeretnya masuk ke dalam. Tidak sempat berteriak, mulutnya berhasil ditutup dengan lakban, sedangkan tangannya ditahan oleh namja berpostur besar itu. Ia diseret masuk ke dalam mobil. Tubuhnya ditahan oleh namja itu, ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuh kurusnya itu.
"UMMPPH! UMPHHH!" Wonwoo berusaha untuk berontak. Ia dengan sekuat tenaga melepaskan dirinya, namun akhirnya ia hanya bisa terduduk kelelahan.
'APA-APAAN MEREKA INI? MEREKA MAU APA?!' Wonwoo kembali menghentak tangannya yang dicengkram erat oleh namja kekar di sampingnya.
'JANGAN CULIK AKU! AKU HARUS MEMBAWAKAN BAWANG PUTIH UNTUK BAEKHYUN BESOK!' Entah kenapa itulah yang terpikirkan oleh Wonwoo. Ia hanya memikirkan bawang putih Baekhyun, bukan nasibnya.
'ANI! KENAPA MALAH BAWANG PUTIH? APA SALAHKU? KENAPA AKU DICULIK?!'
"UMMMPPPH!" Ia kembali menghentakkan tubuhnya.
"DIAMLAH!" Namja kekar itu membanting tubuh Wonwoo. Wonwoo terdiam. Ia ciut mendengar bentakan dan perlakuan kasar namja disampingnya itu. Ia meringis saat merasakan pergelangan tangannya terasa sangat sakit karena cengkraman kuat monster itu. Ia kembali meringis saat rambutnya dijambak dengan kasar karena kembali berusaha berontak. Beberapa saat kemudian, mereka berhenti di depan sebuah rumah yang tampak seperti gudang persediaan yang kosong.
Wonwoo ditarik keluar lalu di dorong masuk ke dalam ruangan itu. Kedua namja kekar itu dengan segera mengunci pintu itu dan membiarkan Wonwoo menggedor-gedor pintu kayu besar itu.
Wonwoo membanting tubuhnya ke pintu kayu besar itu dengan sekuat tenaganya. Beberapa kali ia melakukan itu hingga akhirnya ia terjatuh dan terduduk di lantai. Ia dapat merasakan sakit luar biasa di sekujur tubuhnya yang ia banting ke pintu kayu keras itu.
Wonwoo melenguh kesakitan saat tangannya terangkat untuk membuka lakban di mulutnya. Mengangkat tangannya aja rasanya sangat sakit. Tidak seharusnya ia mendobrak pintu kayu besar itu dengan tubuh kurusnya ini. Dengan tangan bergetar karena sakit dan panik, Wonwoo merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Ia berusaha menelepon seseorang. Yang terpikirkan olehnya saat ini hanya Mingyu.
Tut... tut...
"Halo, hyung?"
"H-ha... halo, M-ming..." suara Wonwoo bergetar.
"Hyung? Hyung?! Ada apa?" tanya Mingyu.
"Mingyuhh... Cepat datang ke sini! Seseorang menyeretku ke sini, a-aku tidak tahu kenapa. Cepat ke sini." Suara Wonwoo bergetar dan lemah. Kepalanya sakit karena dijambak terus menerus saat di mobil tadi dan sekujur tubuhnya bergetar sakit.
"H-hyung, kau tidak bercanda, 'kan? Kenapa cafemu kau biarkan terbuka dan tidak ada orang seperti ini? Hyung? Kau sedang di mana?" tanya Mingyu panik. Ia tahu Wonwoo bukanlah tipe yang melakukan prank dan semacamnya, tapi ini tidak masuk akan baginya.
"Cepatlah, Gyu." Wonwoo tidak sanggup mengangkat tangannya terlalu lama untuk menempelkan ponselnya di telinganya. Ia lalu memutuskan panggilanya lalu dengan segera mengirimkan keberadaannya lewat pesan pada Mingyu. Ia tidak yakin ia berada di mana, tapi ia sepertinya mengenali beberapa gedung yang ada di sekitar sini saat berada di mobil tadi.
'Sial! Tidak ada signal!' Wonwoo terus mengamati pesannya yang masih loading dan belum terkirim. Ia mendesis saat melihat tanda terkirim pada pesannya tepat saat suara pintu dari sisi lain terdengar. Wonwoo dengan segera menyimpan ponselnya. Ia melebarkan matanya tidak percaya saat melihat seseorang yang baru saja masuk dan berjalan menghampirinya dengan langah angkuh.
"Kau..."
.
.
~TBC~
.
.
Annyeongggg~ Author's back. Hahahaha
Sebenarnya authro sedih karena sejujurnya ff ini sebentar lagi akan selesai sebenarnya author gak rencana bakal secepat ini, tapi asik ngetik-ngetik ehhh alurnya malah jalan ke arah yang hampir ke arah ending hahahaa. Gapapa, setelah selesai, bakal ada karya lain lagi kok yang bakal lebih bagus dari ini ^^
Terima kasih banyak buat pendukung author yang rela menunggu author gaje yang updatenya sering ngadet ini hahaha. Author jujur terharu saat membaca review kalian yang rata-rata masih pada nungguin ff author yng sebenarnya aneh dan penuh kekurangan ini ^^ Berkat review dan dukungan kalian semua, author punya semangat kembali untuk melanjutkan ff yang sebenarnya udah basi pake banget ini ^^
Special thanks buat readers author tercinta yang selalu ngedukung author, terima kasih untuk review dan supportnya baik readers lama maupun readers baru ^^ ::
Kakaoyes, jeruk, kimjeon17, KimHaelin29, hyunhyun, Guest, Gigi onta, Nikeisha Farras, maleslogin, MinJimin, Maharani.s, chocoxvanilla, Miss Arachin, DessertFox, Twelves, IchaPJY, hasniyah nia, Guest, aigyuu, Guest, syupit, aprilbunny9, mintchan17, meanieci, gitakanya, junghaneul9, yuzhie90, Mingoo-nim, wonyu, meanie17, meanieslave, Guest, bananona, Beanienim, hvyesung, yesicayopa, Firda, Seijuurou Eisha, threeemptywords, seira minkyu, purplexing, suncheol, Meanie0617, chimpark22, bangtaninmylove, Akira ayzharu, clarahyun, AdorableKuni, Type your review here, itsathenazi, jirriwmik, Lorethan, cancie17, whatamitoyou, zizi'd, ChoiJayy, Jo jieun, LRS34, pcyehet, July Cutie
Terima kasih banyak buat review kalian ^^
Ah sekedar info, Untuk TaeKook shipper XD bagi kalian yang juga Taekook shipper, boleh mampir ke ff author yang satu lagi judulnya 'Prince?' *promosi*
Akhir kata dari author,
Review please~? Gomawo ^^
*Bow*
