Zaman dahulu kala, terdapat bangsa yang sangat ditakuti oleh para manusia. Bangsa yang sangat kuat akan kekuatan bela diri maupun sihirnya. Manusia diciptakan pada dasarnya sudah bisa memakai sihir dari lahir, namun kuat atau tidaknya kekuatan sihir itu tergantung pada didikan mereka. Bangsa ini, bangsa yang terkuat dari semua jenis bangsa di dunia. Bangsa yang akhirnya dibantai habis oleh manusia karena kekuatannya yang mengerikan dan terkenal sangat jahat serta kejam.
Bangsa naga.
.
.
HOLY KNIGHT
Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, kami tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam pembuatan fict ini.
Story : © V3 Yagami dan Summer Dash
Genre : Fantasy, Friendship, Adventure, Angst, Romance.
Rated : M
.
.
"Ahahahaha, Sasuke! Cepat ke sini! Sebentar lagi penurunan tahta pendeta wanita, aku penasaran pada sosok Sakura-chan yang akan menjadi penerus Tsunade-sama."
"Larimu terlalu cepat, Sai! Hati-hati nanti–"
BRUK!
Anak kecil bernama Sasuke menutup matanya saat melihat saudaranya itu menubruk pohon yang sudah jelas ada di hadapannya.
"Aku kan sudah bilang, hati-hati kalau lari," ujar Sasuke yang berusaha membantu Sai untuk berdiri.
"Aaahh! Sudah mulaaiii!" teriak Sai.
Kedua anak laki-laki yang berasal dari kerajaan Uchiha yang terkenal ini mulai berlari menerobos kerumunan orang-orang yang sedang melihat pelantikan penurunan tahta pendeta wanita.
"Permisi, permisi, permisi," ucap Sai.
"Maaf permisi." Kini Sasuke yang berucap.
"Itu kan pangeran Sasuke, kenapa ada di sini?" bisik para rakyat.
"Itu juga pangeran Sai, kemana pengawal mereka?"
Sasuke dan Sai tidak mempedulikan bisikan rakyat yang mungkin terkejut kalau mereka tahu bahwa Sasuke dan Sai kabur dari istana untuk melihat upacara pelantikan ini. Begitu mereka—yang masih berumur delapan tahun ini sampai di bagian paling depan, tatapannya terpana pada sosok gadis kecil berambut panjang pink dengan mahkota dan tirai tembus pandang di kepalanya.
"Itu Sakura-chan! Itu Sakura-chan!" ujar Sai heboh sambil terus menyikut lengan Sasuke yang berdiri di sampingnya.
"Iya! IYa! Aku tahu, bisa diam sebentar tidak?" protes Sasuke, dengan wajahnya yang merona.
Masing-masing mata onyx mereka memperhatikan sosok dari anak pendeta wanita yang terkenal dengan ramalan yang jitu, juga bisa mengendalikan cuaca agar tidak terlalu ekstrim, selain itu pendeta wanita juga mempunyai tugas yang sangat berat, yaitu menjaga barang keramat dari turun temurun.
Sakura—nama gadis yang menjadi penerus pendeta wanita kini disiram air suci kepalanya dan diberi tanda pada keningnya sebagai penerus yang baru. Setelah upacara itu selesai, Sakura membuka kedua mata emerald-nya, langsung mendapati kedua sahabatnya berdiri di barisan paling depan, Sakura langsung menyengir.
"Sasuke-kun! Sai-kun!" teriak Sakura sambil melambaikan tangannya.
"Sakura-sama, anda tidak boleh berteriak begitu," tegur salah satu pelayan wanita.
Sai tersenyum canggung sedangkan Sasuke menepuk keningnya sendiri.
.
.
Sakura berlari kecil di depan Sasuke dan Sai yang mengikuti langkahnya. Sesudah upacara pelantikan selesai, Sakura langsung menghampiri Sasuke dan Sai untuk mengajaknya ke suatu tempat… tempat yang memang sudah lama ingin Sakura perlihatkan pada mereka.
"Di sini," ucap Sakura ketika sampai.
Sakura membuka sedikit ranting-ranting yang menutupi pemandangan. Begitu kedua anak laki-laki yang memiliki tinggi yang sama melihat ke pemandangan, mereka terkagum-kagum.
"Bagus 'kan?" tanya Sakura.
"Ini luar biasa," ujar Sai.
"Dari mana kau tahu tempat seperti ini?" tanya Sasuke.
"Insting, hehehe. Sini aku ingin memperlihatkan sesuatu pada kalian," ajak Sakura memasuki tempat itu lebih dalam lagi.
Air terjun yang sangat indah, danau kecil dan beberapa tanaman cantik terdapat di sana, seperti surga dunia. Sasuke dan Sai masih terpana melihat pemandangan yang sangat indah ini, sedangkan Sakura mengambil sesuatu dari dalam gaun putihnya.
"Ini." Sakura menyerahkan selembar kain putih yang kecil, "tulis keinginan kalian di situ."
Sasuke dan Sai menuruti ucapan Sakura. Sai tidak berpikir panjang, dia langsung menuliskan sesuatu di kain putih itu memakai tinta yang sudah Sakura sediakan, berbeda dengan Sasuke yang berpikir lebih dahulu. Sedangkan Sakura sepertinya sudah menulis sesuatu sebelum mereka datang ke sini.
"Ini, sudah selesai," ujar Sasuke menyerahkan kain putih tersebut pada Sakura.
Sakura mengambil kain dari mereka berdua dan memasukkannya pada kotak kecil, "Sasuke-kun, bisa kau gali tanah ini memakai pedangmu?" tanya Sakura.
"Bisa."
Sasuke mulai menggali, begitu sudah tergali sedikit dalam, Sakura meletakkan kotak di tanah dan menguburnya, setelah selesai mengubur Sakura bangkit dan menggenggam tangan Sasuke dan Sai, "Ayo berjanji, saat umur kita sudah dua puluh tahun, kita akan ke sini lagi dan mengambil kain yang tadi, dan kita lihat apakah keinginan kita yang ditulis di kain sudah tercapai atau belum."
"Umur dua puluh? Kenapa harus dua puluh?" tanya Sasuke.
"Karena saat aku berumur dua puluh satu, aku tidak bisa lagi keluar kastil. Aku harus fokus menjaga benda keramat itu," jawab Sakura tersenyum lesu.
"Sakura-chan, kalau memang seberat itu bebannya, lebih baik tolak saja gelar priestess ini," ujar Sai.
"Aku tidak bisa, ini sudah keturunan darahku," jawab Sakura tersenyum lebar.
"Baiklah," ucap Sasuke menggenggam balik tangan Sakura, "umur dua puluh, kita pasti ke tempat ini."
"Iya, aku juga janji," sambung Sai.
Ketika Sai membalas genggaman Sakura. Ada perasaan aneh di dalam jantung gadis itu, perasaan berdebar seolah jantungnya sedang bereaksi pada sesuatu. Begitu pula dengan Sai, yang pada akhirnya saat ini Sai dan Sakura saling tatap.
"Ehem!"
Dehaman Sasuke menyadarkan kembali lamunan mereka.
Saat ini, bahkan mereka belum tahu takdir apa yang akan menimpa nasib ketiga sahabat ini. Tiga anak kecil yang masih polos dan tidak mengerti apa-apa, akan menjadi seperti apa saat mereka dewasa nanti?
.
.
10 tahun kemudian…
Suasana istana kerajaan Uchiha telah dipenuhi oleh tamu-tamu terhormat. Beberapa menyantap makanan kecil dan minum minuman yang sudah disediakan oleh para pelayan. Memang berbeda sekali kalau orang yang keturunan kerajaan, pakaian mereka mewah, kulit mereka bersih, dan cara mereka berbicara pun terdidik. Sakura, walaupun dia bukan keturunan kerajaan, namun darah suci-nya lah yang membuat statusnya dipandang oleh seluruh dunia.
"Sakura-sama, apa anda sudah siap?"
"Iya, tunggu sebentar lagi," jawab Sakura yang kini berdiri di depan cermin.
Terlihat sosok Sakura yang sudah berumur Tujuh belas tahun, dengan rambutnya yang sengaja ia panjangkan, gaun putih panjang membungkus tubuhnya yang putih, mahkota kecil tertempel di atas kepalanya, menghiasi rambut yang kini sudah ditata oleh para pelayannya.
Sakura menghela napas pelan, sungguh berdebar rasanya untuk hari ini. Hari yang akan menentukan nasibnya ke depan. Sakura berjalan dan membuka pintu kamarnya, dikawal oleh para pelayan dan beberapa pengawal menuju ruang utama dimana ada sosok Sasuke, Sai dan Itachi—sang pemimpin kerajaan Uchiha.
"Sakura," panggil Itachi sambil mengulurkan tangannya.
Disambutnya oleh Sakura dengan anggun, pemandangan itu sungguh membuat seluruh anggota kerajaan yang datang menjadi iri pada laki-laki yang akan menjadi pendampingnya.
"Perhatian semuanya," ucap Itachi dengan suaranya yang berat dan lantang, "hari ini, di hari ulang tahun adik kandungku, Sasuke yang ke delapan belas. Sekaligus hari resmi pertunangan antara Sasuke sang pangeran Uchiha dan Sakura sang pendeta wanita."
Terdengar suara tepuk tangan dan ucapan selamat dari mereka, Sakura hanya tersenyum… tersipu saat Sasuke melingkarkan tangan di pinggangnya. Saat ini Sakura sangat nyaman ketika disentuh oleh Sasuke, karena sebagai pendeta wanita tidak boleh ada yang menyentuh dirinya selain anggota inti kerajaan dari kerajaan Uchiha. Sakura melihat ke arah Sai yang mengangkat minumannya dan mengucapkan selamat dari jarak yang sedikit jauh.
Namun, perasaan aneh itu muncul lagi di dalam diri Sakura. Jantungnya berdebar kencang ketika dia harus menatap Sai atau dekat-dekat dengan Sai. Apakah ini artinya Sakura menyukai Sai? Tidak mungkin, Sakura menyukai Sasuke sejak kecil, begitu pula dengan Sasuke.
Setelah acara utama selesai, seluruh tamu menyibukkan diri masing-masing, ada beberapa pasang mata yang tertuju pada sosok Sakura. Memang malam ini Sakura terlihat sungguh berbeda, mungkin karena dia terlahir di darah pendeta wanita dan sekarang posisinya adalah calon putri kerajaan. Saat ini, di sini lah mereka berada…
"Aahhh~ Akhirnya bisa lepas dari para tamu," keluh Sakura sambil melepaskan sepatu hak tingginya.
"Kenapa dilepas?" tanya Sai.
"Aku tidak suka pakai sepatu hak tinggi, lebih baik sepatu biasa yang dapat dipakai untuk lari," jawab Sakura. Lagi–jantungnya kini berdebar, "Sasuke-kun, kenapa kau ajak kita ke sini?"
"Di sana banyak yang menatapmu, aku tidak suka," jawab Sasuke singkat dan jelas.
Sakura merasa akhir-akhir ini Sasuke berubah, laki-laki yang kini menjadi tunangannya itu jadi sedikit lebih dingin dibanding sebelumnya. Entah mungkin karena urusan istana yang membuatnya pusing, atau faktor lain… entahlah… tidak ada yang tahu.
"Malam yang indah ya," ujar Sakura sambil menatap langit malam yang cerah dan bulan yang berbentuk sabit.
"Sekali lagi," ujar Sai tiba-tiba sambil menempatkan dirinya di tengah antara Sasuke dan Sakura, menepuk kedua pundak pasangan itu, "selamat atas pertunangan kalian."
"Kau sebaikanya carilah pasangan, jangan sampai lumutan," ejek Sasuke.
"Sial, kau saja yang beruntung bersama Sakura dari kecil, kalau tidak juga kau akan sama sepertiku."
"Ahahaha, Sasuke-kun dan Sai-kun tetap akrab seperti dulu ya."
"Aa… dia saja yang selalu mengikutiku," jawab Sasuke datar.
"Iya, karena aku khawatir kau akan diculik, Sasuke-sama," balas Sai mengejek sambil menirukan gaya salah satu pengawal Sasuke.
"Kau cari ribut?"
"Hahaha, wajahmu menarik kalau marah."
Saat ini, Sasuke dan Sai hanya saling melontarkan ejekan satu sama lain. Masih dengan posisi Sai di tengah mereka berdua, kini Sakura terdiam… mencoba mencerna sebenarnya apa arti debaran di jantungnya ini setiap berada di dekat Sai.
.
.
Sakura yang sudah selesai menghadiri acara pertunangannya sendiri kini beristirahat di kamarnya. Dia membaringkan tubuhnya di atas kasur yang terukir beberapa malaikat mini di setiap sisi-nya. Sayang istirahatnya kini harus terganggu oleh suara ketukan pintu.
"Masuk." Sakura berkata.
Ketika pintu dibuka, "Ah, Okaa-sama." Sakura langsung bangkit dan menyapa sang ibunda.
"Sakura, aku ada berita buruk untukmu," ujar wanita cantik berambut pirang panjang yang mempunyai tanda yang sama dengan Sakura di dahinya.
"Apa itu?" tanya Sakura.
Tsunade—nama sang ibunda, menduduki kasur yang sedang Sakura singgahi, "Benda keramat yang kaulindungi… mulai bereaksi."
"Apa?! Bukankah benda itu tidak akan bereaksi kalau tidak ada bangsa naga? Okaa-sama bilang kalau bangsa naga–"
"Benar sekali, Sakura," potong Tsunade, "karena itu, aku ingin meminta tolong padamu."
"Eh?"
"Kautahu, 'kan? Siapa yang kita butuhkan untuk berjaga-jaga apabila bangsa naga muncul dan menyerang?" ucap Tsunade pada Sakura.
"Holy Knight," jawab Sakura pelan.
Tsunade menatap pilu pada anak semata wayangnya, "Aku tahu, pasti berat bagimu untuk meninggalkan kota ini. Tapi kau harus mencari semua Holy Knight, agar ketika bangsa naga muncul dan menyerang… mereka bisa melindungi dunia dari bangsa yang jahat itu. Ini demia kita semua, Sakura."
Sakura mengernyitkan dahinya. Memang tidak ada cara lain selain mengumpulkan para Holy Knight untuk mencegah terjadinya kekacauan, karena dengan bersinarnya benda keramat itu adalah sudah termasuk pertanda buruk.
"Baiklah, Okaa-sama… aku akan mencari mereka. Aku akan meninggalkan kota ini untuk mencari Holy Knight."
..To Be Continued..
A/N Hai hai haiii... Fitri di sini. iyaaapp, ini adalah fict collab aku dan si mputce... seperti biasa, chapter satu ini aku yang buat, chapter 2 nanti mputce yang buat. Dan begitu seterusnya :3
Berhubung ini tengah malem dan kayaknya si mputce udah bobok sambil ngiler, kayaknya yang bikin kata pembuka aku dulu deh hehehee...
semoga chapter depan si mputce bikinnya lebih panjang dari ini, ini cuma perkenalan doang :3
Sign,
XoXo
Devil_Dash
