Chapter Two
The Haunted House (2)
Sinar matahari masuk melalui celah atap yang gentingnya copot, membuat seisi ruangan itu terang. Di luar burung-burung berkicau ramai.
"Hoahm…" Narumi terbangun dan menguap lebar. Dia terdiam sebentar melihat wajah manis Kiri yang masih tidur bersandar di bahunya.
"Hei, bangun." Narumi menggoncang pelan bahu Kiri. Dia memalingkan wajah agar bisa menahan keinginan untuk melakukan sesuatu yang terlintas di kepalanya.
Setelah Kiri membuka matanya, Narumi berdiri dan mengamati sekumpulan orang yang tidur berdesak-desakan di empat kasur berdebu. Kaki Kei ada di atas badan Ochiai, Komattaro menindih Seki, dan entah bagaimana Iori sudah pindah tidur di pojok ruangan membawa sebagian besar selimut.
"Hei, semuanya! Bangun!" teriak Narumi. "Sekarang sudah pukul sepuluh pagi!"
Ochiai hanya bergerak sedikit, menyingkirkan kaki Kei dari badannya. Lainnya tetap tidur pulas.
"BANGUN!!!" teriak Narumi sambil menarik paksa selimut Iori.
***
"Jadi begini rencananya," kata Ochiai sambil mengunyah roti isi daging. "Ada kemungkinan kita salah tempat, tapi aku tidak bisa menghubungi ayahku karena di sini tidak ada sinyal. Jadi nanti aku akan berjalan terus sampai menemukan tempat yang ada sinyalnya."
"Bagaimana kalau aku menemanimu?" usul Komattaro.
"Baiklah. Ayo kita berangkat sekarang." Ochiai bangkit berdiri dan berjalan keluar diikuti Komattaro.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Narumi setelah bayangan Ochiai dan Komattaro hilang.
"Tidur lagi, mungkin?" usul Kiri malas.
"Jangan! Ayo kita bagi-bagi tugas! Si riap-riapan dan Aoyama mengurus bahan makanan, dan lainnya sebisa mungkin membersihkan rumah ini!"
Lima belas menit kemudian mereka sudah bersin dan batuk-batuk parah saat mencoba membersihkan debu tebal yang menumpuk.
"Aku menyerah, Narunaru!"
"Uhuk, uhuk! Jangan menyerah dulu, teruskan!"
Sementara itu di dapur Kiri dan Kanako memeriksa kompor minyak tanah tua yang sudah karatan.
"Entahlah. Aku tidak yakin kompor ini masih bisa digunakan," kata Kanako putus asa ketika melihat separo bagian dari kompor itu copot sewaktu dia menyentuhnya.
"Lagipula memangnya di sini ada minyak tanah?" komentar Kiri pelan.
***
"Kak Ochiai, apa sudah ada sinyal?"
"Belum. Aneh, padahal kita sudah berjalan kira-kira satu kilometer, dan di sini tidak ada pohon-pohon tinggi yang mengganggu."
"Ah…"
Setelah beberapa lama Ochiai berteriak senang, "Hei, ada sinyal! Teleponnya tersambung!"
"Akhirnya! Syukurlah…" Komattaro menghembuskan napas lega.
"Halo, Ayah?"
"Oh, kau Kazuhiko. Ada apa? Kau sudah sampai?"
"Justru itu. Apa benar tempat yang disarankan Ayah adalah rumah bobrok yang terpencil?"
"Rumah bobrok? Apa maksudmu? Aku menyarankan vila keluarga kita untuk kalian. Dan vila itu sama sekali tidak bobrok, kau tahu."
"Apa?! Tapi kemarin kami sudah berjalan 2 kilometer ke arah selatan dari halte bus, dan itu satu-satunya rumah bernomor tiga belas di daerah sana!"
"Selatan? Kau salah, Kazuhiko. Kalian harusnya berjalan 2 kilometer ke arah barat."
Ochiai menutup teleponnya dan berkata kesal pada Komattaro, "Cepat kembali. Kita salah tempat."
***
"Kenapa Kazuhiko dan si Komattaro belum kembali juga? Mereka harus ikut membersihkan rumah sialan ini!" gerutu Narumi sambil menyeret kantong sampah ke halaman depan yang penuh semak belukar. "Dan lagi sampah ini harus kubuang ke mana?"
"Hei, Narunaru, ini untukmu." Kiri menyodorkan segelas teh yang dibuat Kanako pada Narumi.
"Terima kasih. Taruh saja dulu. Aku masih harus membuang sampah ini entah di mana."
"Buang saja di situ. Toh halaman depan ini memang mirip tempat pembuangan sampah."
Narumi akhirnya menuruti saran Kiri setelah dia tersandung batu dan isi kantong sampahnya berserakan di tanah.
"Berikan padaku tehnya!" Narumi langsung meneguk habis teh itu. "Apa kau lupa memberi gula? Teh ini pahit!"
"Di atas kepalamu ada sarang laba-laba."
"Ha?"
Kiri berjinjit dan mengambil sarang laba-laba dari atas kepala Narumi. Wajah Narumi langsung merah padam.
"Oh, ya. Ter-terima kasih."
Sialan! Kalau dia berada sedekat ini denganku, aku jadi ingin memeluknya…
"Kiri..!! Kak Narumi….!!" teriak Komattaro sambil berlari ke arah mereka diikuti Ochiai.
"Kenapa kalian pergi selama ini?"
"Hei, Kazuhiko, bagaimana?" tanya Narumi cepat.
Ochiai menjawab sambil terengah-engah sedikit, "Kita salah tempat. Harusnya kita ada di…"
"APA?! Ayo cepat kita pergi dari rumah terkutuk ini! Sia-sia aku membersihkannya!"
"Apa, Occhi? Kita salah tempat?" Kei dan yang lainnya keluar karena mendengar teriakan Narumi.
"Me sudah tahu! Ayo kita tinggalkan rumah ini!"
"Di mana seharusnya tempat latihan kita?"
"Di vila keluargaku. Jaraknya 4 kilometer dari sini…"
"Apa kita harus jalan kaki?"
"Yah… mungkin."
DUAR!
"Apa i…?"
Setelah terdengar suara ledakan, rumah di belakang mereka menghilang, lenyap tanpa bekas.
