The Last Uzumaki – chapter 3 : Between Tragic and Happy.
Disclaimer : Masashi Kishimoto, Naruto bukan milikmu saja, itu milik kita juga.. Jadi, pergilah kamu! Jangan pulang kembali!!! (di kunai ma Mas Masashi)
Story : Moshimoshi "5 sekawan"
Editor : Rainbow "5 sekawan"
Warning: Maaf banget, soalnya sebagian tokohnya jadi OOC. Harap maklum karena memang tuntutan cerita…
A/N : Minna-san! Doumo Arigatou for the review!! Kita senenggg bangett! Huehuehue! Maaf ya, updatenya lamaa banget … Hehehehe … Abis nulis kurang lebih 18 halaman butuh waktu lamaa! Oya disclaimer kami terinspirasi dari dia milikmu lho! Huehehe... jasjus + maksa ya? Ohya 1 lagi mungkin kita belum bisa menampilkan Sasuke dan kawan-kawan tapi tenang saja mereka akan kami munculkan di chapter-chapter berikutnya! Mungkin untuk Sasuke ada 1 chapter khusus X9..
Minna-san: "Oi, sambutannya kelamaan! Cepetan mulai ceritanya!" teriak para minna-san yang udah siap siap ngelempar kunai.
M&R :"Ampun minna-san!! Hamba janji ga macem-macem lagi. Oke-oke … SELAMAT MEMBACAAA !"
Don't forget to review! –cool mode switch on- (beneran dilempar kunai sama minna-san karena norak)
The Last Uzumaki – chapter 3
"Aku akan pergi bersamamu.. Kemana saja, walapun harus ke neraka sekali pun..."
Mata ballerina itu melotot tak percaya, mendapati seorang pria gagah di depannya. Sang pria pun beraksi sama seperti dirinya. Terdiam dan tak berkutik. Pria itu hanya menatapi kecantikan si ballerina. Saat itu, salju keperakan mulai turun dari langit dengan perlahan dan dengan lembut. Bulan pun bersinar dengan indah, menerangi wajah-wajah yang saling bertatapan dalam bisu.
"Se.. selamat malam." ucap sang pria sedikit gugup. Ia sadar setelah terdiam beberapa lama.
"Se… selamat ma…lam.." balas sang ballerina. Sang ballerina membalasnya lebih gugup. Memunculkan garis-garis merah di pipinya yang seputih salju.
"Namaku.. Naruto.. Kamu?"
"Na.. namaku.. Hi… Hina.. ta.. Salam kenal Naruto-kun." Ballerina itu menjawab sambil tersenyum pada Naruto
Setelah perkenalan singkat mereka, keduanya kembali menghabiskan waktu dalam hening. Tak mengeluarkan sedikit pun suara apalagi mengerjakan kegiatan apapun. Naruto dan Hinata hanya terduduk di bawah pohon yang berseberangan. Saling bertatapan satu sama lain, masih bingung untuk menyapa satu sama lain. Sampai sebuah suara berat memberanikan diri memanggil salah seorang diantara mereka.
"Hinata-chan.." panggil Naruto dengan nada bergetar. Sedari tadi, ia menahan dingin yang menusuk tulang. Ia tak membawa jaket atau jubah. Awalnya ia bisa menahan rasa dingin itu tapi sekarang, jangan tanya.. Ia sudah tidak kuat untuk menahan dingin yang menusuk tulang itu lebih lama lagi.
"I.. iya Naruto-kun? A.. Ada apa?"
"Bagaimana kalau kita berkeliling hutan? Sekalian untuk menghilangkan hawa dingin.. Aku tau tempat yang sangat indah.." ajak Naruto.
"Hmm… Ba.. baiklah Naruto-kun.." Hinata menerima tawaran Naruto dengan senang hati. Walau mukanya sudah semerah tomat yang masak.
Naruto bangun dari posisinya, menyingkirkan salju yang ada di paha dan pakaiannya. Dan membantu Hinata berdiri dari duduknya. "Ayo Hinata-chan.." ujar Naruto sambil menarik tangan Hinata perlahan.
"A.. arigatou Na.. ruto-kun."
Hinata menerima uluran tangan itu, dan bergandengan tangan dengan Naruto. "Ta… tangan Naruto-kun dingin ya.."
"Masa iya? Aku tak menggunakan jaket atau jubah sih." balas Naruto. Suaranya bergetar menahan dingin. Dan dengan tindakan cepat pula, Hinata melepas jubah terluarnya (Hinata memakai 2 jubah. Satu yang tebal di dalam, dan jubah yang tipis diatas yang tebal), dan memakaikan jubah tipis itu ke Naruto.
"Hi… Hinata-chan? Apa tak apa-apa?" tanya Naruto ragu-ragu.
"Tak apa-apa. Lagipula, aku masih mengenakan jubah yang tebal." Hinata tersenyum manis sekalii ke Naruto. Naruto yang sudah ge-er langsung memalingkan mukanya yang merah padam.
Hinata dan Naruto terus berpegangan tangan. Tangan hangat Hinata terus berpegangan dengan tangan dingin Naruto. Berusaha membagi kehangatan ke tangan dingin itu.
Naruto juga terus memegangi tangan Hinata. Ia bagi ketenangan yang telah ia peroleh selama ia menjajakan kakinya di Forest no Kuro. Mereka hanya berpegangan tangan dalam sunyi. Namun, mereka saling membagi kehangatan dan ketenangan. Saling melengkapi.
Naruto mengajak Hinata mengelilingi hutan. Melewati danau-danau yang membeku karena musim dingin, gua-gua stalaktit yang bersinar di dalam gelap, dan pohon-pohon hijau yang tetap memiliki 'kehangatan' tersendiri. Tetap berdiri dan melaksanakan tugasnya, memberi kehangatan pada semua.
Naruto juga membawa Hinata ke bawah-bawah pohon besar yang tampak hangat, tempat binatang-binatang kecil berkumpul. Mengajak Hinata bermain dengan binatang-binatang imut itu, dan terakhir, mengajak Hinata ke pondoknya, yang baru ia bangun saat ia sampai di Forest no Kuro.
"Na…Naruto-kun? Ini di.. dimana?" tanya Hinata saat sampai di depan pondok Naruto.
"Ini… pondoku… Maaf kecil. Tapi, disini kita dapat menghangatkan diri. Ahh!" Naruto membukakan pintu pondok kecilnya, dan disambut oleh seekor anjing kecil yang bersemangat. "Hey.. Hey! Akamaru! Stop! Ada tamu!" teriak Naruto kegelian. Akamaru menabrak tubuh Naruto dengan bersemangat, sehingga Naruto terjatuh.
"Guk guk!" Akamaru menggonggong pada majikan keduanya, Naruto.
"Iya iya Akamaru.. Kau pasti lapar kan?" tanya Naruto. Naruto dan Hinata masih ada di depan pintu. "Heyy! Akamaru! Biarkan kami masuk dulu.. Dingin!" perintah Naruto.
Akamaru segera masuk ke dalam pondok dan duduk di depan tungku perapian yang dibiarkan menyala oleh Naruto. Naruto dan Hinata masuk ke dalam pondok itu dan melepas jubah mereka, menaruhnya disembarang tempat. Kuda mereka, WhiteLily dan BrownHades dibiarkan menunggu diluar, melihat bintang-bintang berduaan. Segera Naruto ambil makanan Akamaru hari ini, rusa yang baru diburu tadi pagi. "Ini makananmu Akamaru!"
"Guk guk!" Akamaru menggonggong senang, dan dengan cepat, ia habiskan jatah makan malamya hari ini.
"Dia lucu ya.. Na.. naruto.. k..kun.." ucap Hinata.
"Ya! Dia anjing milik sahabatku yang dititipkan padaku! Namanya Akamaru!" ucap Naruto girang, seperti seorang anak kecil yang baru mendapat mainan baru. "Akamaru, beri salam pada Hinata!"
Akamaru segera meninggalkan makan malamnya dan berlari ke arah Hinata, ia menggonggong riang sambil beberapa kali melompat lalu beputar-putar sambil mengibaskan ekornya dan akhirnya ia pun memberikan salam pada Hinata. "affh-affh!"
"Pegang saja kepalanya Hinata! Dia anjing yang baik dan manis kok! Jinak pula!" bujuk Naruto.
"Be.. Benar nih nggak apa-apa?"
"IYA!"
Hinata mengelus kepala Akamaru takut-takut, dengan perlahan ia acak-acak bulu lembut Akamaru. "Ka.. kamu anjing yang baik ya.. Akamaru.."
"Apa kubilang?" tanya Naruto dari dekat perapian.
"I.. iya… Na.. naruto-k.. kun lagi apa? Kok kayaknya sibuk ba.. banget?"
"Ini! Bantuin aku masak yuk Hinata-chan! Rusa panggang!" ajak Naruto.
Dengan gestur malu-malu, Hinata dekati perapian yang menyala, tempat Naruto berdiri. "Si.. sini kubantu."
Dengan semangat, 2 orang yang baru bertemu itu memasak rusa panggang untuk makan malam mereka berdua bersama. Naruto yang tak becus memasak sesekali dibantu Hinata, Hinata yang takut dengan api juga dibantu Naruto untuk memasak.
"SELESAI!" teriak Naruto girang saat masakan yang ia buat bersama Hinata selesai dan siap untuk disantap.
Dengan hati-hati, Naruto mengangkat "MAHA KARYA" nya bersama Hinata, dan mengajak Hinata duduk di pojok pondok. "Ayo Hinata-chan! Makan bareng!"
"I.. iya. Naruto-k..kun.."
Hinata dan Naruto pun makan bersama dalam suasana khidmat. Menikmati makanannya masing-masing. Tiba-tiba, terdengar suara bergemuruh dari luar. Naruto segera menghentikan makannya dan begegas keluar dari pondok. Hinata yang bingung segera menyusulnya, tapi langkah Naruto lebih cepat darinya. Dan ketika Hinata sudah mendekati Naruto, ia pun menabrak punggung laki-laki itu. Naruto mengehentikan langkahnya tiba-tiba.
"AUWWW!" keluh Hinata yang kesakitan.
"Ah maafkan aku Hinata-chan.. Aku mengagetkanmu ya? Tenang saja, tak ada apa-apa kok! Justru aku mau meperlihatkan sesuatu padamu, tapi jangan di sini! Cepat ikut aku!" bisik Naruto dengan tiba-tiba pada Hinata yang hidungnya merah karena tertabrak punggung Naruto.
Hinata hanya bisa pasrah melihat tangannya ditarik oleh Naruto. Hinata diajak berjalan menuju sebuah pohon diluar pondok, dan mereka berdua bersembunyi di balik pohon itu..
"N... Naruto-kun, s... sebenarnya ada apa sih?" tanya Hinata yang masih kebingungan.
"HAHAHAHAHAHAHA!!" Naruto tertawa terbahak-bahak. Bukannya menjawab pertanyaan Hinata. "Maaf Hinata-chan.. Kau mungkin menganggapku aneh, tapi lihatlah kuda-kuda kita!" pinta Naruto ke Hinata.
Hinata pun melihat ke arah kuda miliknya dan Naruto. Dan ia sendiri tak bisa menahan tawanya, karena ternyata yang dilihatnya adalah kuda mereka yang sedang bermesra-mesraan di bawah bintang bintang yang bertaburan dan ditutup dengan sedikit ciuman mesra dari Brown Hades milik Naruto ke White Lily milik Hinata. Ketika kuda-kuda itu sadar sedang diperhatikan oleh majikan mereka masing-masing, muka kedua kuda itu menjadi merah padam.. (A/N: Aduh kenapa yang ciuman malah kuda ya?)
"Hush! Ng.. Ngga sopan melihat kuda kita me... mesra-mesraan! Itu kan melanggar privasi, Na.. Naruto-k..kun!" ucap Hinata ke Naruto.
"Oke-oke.. Ayo kita kembali lagi ke pondok, daripada menggangu para kuda itu." balas Naruto sambil kembali menarik Hinata ke dalam pondok dan mengeluarkan senyum 5 jarinya, dan mereka berdua pun kembali ke pondok untuk tidur. Rencananya, besok Hianta akan mengelilingi Forest No Kuro untuk melihat pemandangan alam yang terhampar. Tentu saja dengan Naruto sebagai guidenya.
1 bulan kemudian..
Malam itu Narutro tertidur pulas. Ia bermimpi, ia mendatangi sebuah tempat yang gelap.. Dan di tempat itu terdapat sebuah sel yang berisi sebuah makhluk. Mahluk berwarna orange yang disegel di dalam tubuh Naruto. Makhluk bernama Kyuubi yang membanunya menghabisi Karin, si penyihir jahat.. Kyuubi memanggil namanya, dan Naruto pun berjalan ke arah Kyuubi...
"Ada apa? Jarang-jarang kau memanggilku begini!" tanya Naruto kepada Kyuubi.
"Jangan berburuk sangka dulu padaku... Kau pikir, kau siapa? Mentang-mentang sudah menyegelku! Toh tidak selamanya aku berbuat jahat padamu, aku hanya ingin kau waspada, terserah kau mau mendengarkanku atau tidak..." jawab Kyuubi panjang lebar.
"Langsung saja ke pokok permasalahannya.. Ada apa sebenarnya?"
"Ini ramalan yang telah diturunkan selama beribu-ribu tahun yang lalu... Ramalan ini diberitahukan kepadaku... Menurut ramalan itu, orang yang berhasil menyegelku adalah sesorang yang akan memikul takdir yang berat dan penuh lika liku..
Seseorang yang akan kehilangan orang yang berharga untuk dirinya,
seseorang yang dengan rela akan menembus ruang waktu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya,
seseorang yang pada nantinya akan dipertemukan dengan pasangan-pasangan yang ditakdirkan untuknya,
seseorang yang tentunya akan melakukan pengorbanan,
serta seseorang yang akan mendapatkan ujian untuk jalan cintanya, dan yang terakhir...
seseorang yang akan memilih antara 2 hal yang paling dicintai dari seluruh hidupnya dan... orang itu adalah KAU. Camkan hal itu baik-baik, Naruto.." Kyuubi menjawab panjang lebar, membuat Naruto tak bisa menyerap setiap kata-kata yang diucapkan Kyuubi.
"Tunggu... Apa maksudmu?" Naruto kembali mengangkat alisnya.
"Tak ada lagi yang bisa kau tanyakan padaku.. Waktunya telah habis! Dengarkan hal ini, sudah ada seseorang yang membangunkanmu. Cepatlah pergi, kalau kau tak mau kusantap sebagai sarapanku!" ancam Kyuubi pada Naruto.
Dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Naruto membalikkan badannya, lalu pergi. Dan Naruto pun terbangun. Karena mendengar suara seseorang yang membangunkannya..
"Na.. Naruto-kun.. Bangun. S..sudah pagi, N.. Naruto-k..kun masih ingat kan, kau mau mengantarku untuk melihat pemandangan?" tanya Hinata malu-malu.
"Ehmm.. Ah iya!! Maaf Hinata-chan, aku bangun kesiangan.. Sebentar ya, aku cuci muka dulu dan kita akan berangkat!" Naruto pun bangkit dari tidurnya, lalu bergegas pergi untuk mengambil air. Sekedar untuk membersihkan mukanya yang tampak kacau.
Naruto teringat dengan mimpi yang dialaminya tadi. "Apa maksud Kyuubi tadi?", tanya Naruto dalam hati. Jujur saja, ia kaget dengan perkataan Kyuubi tentang kenyataan yang akan dihadapinya, entah kapan takdir itu datang padanya...
"Aku sudah siap! Ayo kita berangkat!!" ucap Naruto pada Hinata sambil tersenyum. Mereka berjalan ke luar pondok, unutuk mengelili Forest no Kuro. Mengunjungi tempat-tempat indah yang tak pernah terjamah orang lain..
Sebelum mereka melanjutkan perjalanan lebih jauh, Hinata dibuat kaget oleh Naruto. Naruto sengaja membungkukkan badannya, bak pangeran-pangeran terlatih. Naruto memberikan hormat padanya agar dipersilahkan untuk memegang tangan Hinata, sedangkan Hinata hanya tersenyum malu-malu... Mukanya memerah melihat perlakuan Naruto... Lalu dengan ragu-ragu ia memberikan tangan mungilnya untuk dibimbing...
Mereka berjalan mengitari hutan Forest no Kuro yang indah.. Saat ini matahari bersinar cerah, mebuat cuacanya hangat. Sangat aneh... Padahal saat itu masih musim salju, namun suasananya sangat hangat.. Seakan memang di ciptakan hanya untuk mereka berdua...
Mereka menaiki sebuah bukit di pedalaman hutan. Bukit yang sangat indah, yang entah (lagi-lagi) pada hari itu tidak tertutup salju. Jalannya berwarna coklat kemerahan, dan hawanya sungguh hangat. Membuat setiap orang yang melihat bukit itu ingin menaiki bukit itu hingga puncaknya..
Apalagi menurut mitos yang beredar, bila bisa menemukan pelangi di sungai yang terletak di puncak bukit itu, maka orang itu bahagia selamanya... Mitos yang sangat cocok untuk para pasangan yang ingin mengikat cinta di sana. Hinata dibimbing Naruto untuk menaiki bukit yang sedikit terjal dan licin itu..
Mereka menaiki sedikit demi sedikit bukit itu, melewati hamparan-hamparan bunga yang indah nan rupawan. Merasakan kesejukan angin bukit yang sedikit berhembus ke mereka, apalagi Hinata yang terlihat sangat takjub dengan bukit itu. Wajahnya tampak bahagia, dan juga bersemangat. Dan sampailah mereka di puncak bukit.
Mereka berdua tercegang.. masih saling berpegangan tangan. Mereka melihat pemandangan yang menakjubkan di sana.. Di puncak bukit itu terdapat pohon beringin yang rindang dan berwarna unik. Yaitu warna pink muda ke merah-merahan.
Mereka juga melihat puncak bukit itu sama sekali tidak tertup salju, cuaca yang hangat membuat bunga-bunga yang tadinya tertutup salju sedikit demi sedikit mulai menampakkan rupanya yang indah. Bunga-bunga bermekaran, dan barulah terlihat apa jenis bunga itu. Ternyata, bunga yang sedang bermekaran kembali itu adalah bunga lilly bunga yang sangat dicintai oleh Hinata.
Bunga putih yang melambangkan cinta yang suci, cinta yang putih, cinta yang tulus, serta merupakan simbol cinta abadi. Bunga yang mempunyai makna yang dalam... Belum cukup kekagetan mereka yang keluar.. Ketika mereka kembali berjalan, dan (kembali) melihat pemandangan yang sangat indah, mereka kembali berdecak kagum. Pemanadangan yang langka.. Yang pastinya tak akan mereka lupakan seumur hidup mereka. Pemandangan yang membuat setiap orang yang melihatnya ingin mengucapakan, "I'M THE KING OF THE WORLD!!!!"
Pemandangan yang terbentang di depan mereka adalah pemandangan seluruh Foerest no Kuro yang sebagian besar masih tertutup dengan salju putih yang lembut. Sedangkan sebagiannya lagi telah di sinari oleh cahaya matahari yang hangat. Membuat sebagian hutan itu menjadi penuh warna, karena bunga-bunga yang tadinya tertutup oleh salju, namun.. sekarang sudah menampakkan wujudnya lagi...
"Betapa indahnya pemandangan ini, Hinata-chan! Sungguh, aku baru mengetahuinya sekarang!!! Bagaimana menurutmu?" ucap Naruto yang masih terkagum-kagum. Tak percaya pada apa yang mereka lihat. Dan ketika Naruto memalingkan wajahnya untuk melihat Hinata, ia terkejut karena melihat Hinata dengan tatapan kosong yang menghiasi wajahnya, menitikkan air mata saat masih dalam keadaan memandang ke arah Forest no Kuro.
"Ahh... M..maaf Naruto..k-..kun.. entah kenapa a...ku...a..ku jadi menagis melihat pemandangn ini!! Maaf yah.. Jadi membuatmu bingung..." tapi kata-kata Hinata itu terhenti.. Karena Naruto menempelkan telunjuknya ke bibir Hinata.
"Ssst... Diamlah... Jangan perlihatkan senyum sedih itu padaku.. Menangislah jika kau sedih, tumpahkan perasaanmu.. Jangan sampai kau pendam perasaanmu, karena aku merasa.. kau mempunyai masa lalu yang sama denganku. Masa lalu yang pahit, yang tak pernah ingin diingat.. Jadi, tumpahkanlah semua itu padaku.." kata Naruto sambil menarik Hinata ke dalam pelukannya. "Akan kupinjamkan berapapun dadaku untuk menampung air matamu ka..karena... a...a...aishite..teru Hi..hinata," ucap Naruto pada Hinata.
"M...maaf Naruto-k...kun. Ma...aafkan aku, di dep..panmu aku jadi be..begini karena a..aku..aku juga s... suka padamu Na..naruto-kun.. t..tapi maaf aku t..tak bisa mence..ceritakannya saat ini Naruto-kun," ucap Hinata yang masih menangis dalam pelukan Naruto. Pada saat Hinata terpana melihat pemandangan didepannya, tiba-tiba ia teringat dengan masa lalunya yang kelam. Masa lalunya sebagai seorang pewaris kerajaan White Konoha Kingdom, saat-saat dimana ia menjalani hidup bahagia bersama orang tuanya, sampai pada ulang tahunnya tahun ini. Dimana ia menerima berita, bahwa dengan tega, ayahnya memaksanya untuk menikah dengan Shino, pewaris Grey Konoha Kingdom. Saat di mana Neji memaksanya kabur, dan ia pun kabur meninggalkan kerajaan itu dengan luka yang menganga lebar di dadanya. Hingga sekarang, ia berdiri di sebelah pria yang ia cintai, di tempat terlarang nan terkutuk ini.
"Tak apa-apa Hinata-chan... Jika kau memang tak mau menceritakannya padaku, itu tak apa. Karena hanya dengan mendengar perasaanmu yang sesungguhnya kepadaku, aku sudah bahagia.. Sampai aku merasa melayang ke awan yang tinggi. Kumohon... Jangan menagis Hinata-chan..." pinta Naruto pada Hinata sambil melepaskan pelukannya pada Hinata.
Walau telah dibujuk oleh Naruto, Hinata tetap saja menangis. Tak ada lagi yang bisa membujuk Hinata untuk behenti menagis. Air matanya tak berhenti mengalir. Mengacuhkan perintah otak Hinata yang meminta air mata itu berhenti. Hinata benar-benar ingin menangis. Menumpahkan segala kepedihan yang dirasakannya. Ia merasa dikhianati, ia juga merasa hancur. Ia tak pantas menerima kebahagiaan kembali, apalagi setelah meninggalkan kerajaan besar yang berharap besar pula padanya.
Melihat tangis Hinata yang tak berhenti, Naruto menjadi gemas. Ia tak tahan lagi. Ia sudah bingung, ia juga telah kehabisan ide untuk membuat Hinata berhenti menangis. Namun, ada satu cara yang belum dicoba. Dan hanya satu cara itulah yang terpikir oleh Naruto. Dan dengan nekat, ia jalankan ide itu. Tanggapan Hinata itu urusan belakangan.
Naruto menarik tangan Hinata untuk kembali ke dalam pelukannya, dan dengan tiba-tiba Naruto memberikan kecupan hangat di bibir Hinata. Kecupan yang lembut, hangat, dan lama. Membuat Hinata kaget dengan tindakan Naruto yang tiba-tiba ini.
Namun, cara itu memang ampuh untuk menghentikan tangisan Hinata. Hinata menikmatinya, dan berharap waktu berhenti. Tak lama kemudian, Naruto melepaskan bibirnya dari bibir Hinata sambil tersenyum. "Setidaknya, bila kau menangis izinkan aku untuk ikut menagis juga bersamamu, bagilah air matamu, agar kesedihan yang ada dalam dirimu juga ikut menghilang sedikit demi sedikit."
Hinata hanya tersenyum. Kini, tangisnya telah berhenti. Berganti dengan senyuman di bibirnya. "Ti.. tidak salah a.. aku men.. mencintaimu, N... naruto-kun."
Melihat balasan Hinata, Naruto hanya terdiam. Memalingkan muka untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah, lalu berjalan membelakangi Hinata. Naruto menoleh sedikit ke arah Hinata, "Masih mau mengelilingi bukit ini?" tanyanya sambil menjulurkan tangannya untuk membimbing Hinata.
"Tentu, apalagi bila itu di lakukan bersamamu.", kata Hinata sambil tersenyum dan mempersilahkan tangannya diraih oleh Naruto. Mereka bergandengan.
"Masih ada 1 tempat lagi yang belum kita kunjungi, Hinata-chan!" ucap Naruto.
"A.. apa itu?"
"Air terjun di dekat sini. Mungkin saja kita bisa melihat pelangi legendaris!" ucap Naruto sambil tersenyum jahil pada Hinata.
"Ka.. kalau begitu a.. ayo.. Ka.. karena a.. aku akan pergi bersamamu, kemanapun. Walaupun harus ke ne.. neraka sekali pun.." ucap Hinata malu-malu.
"Kata-kata yang indah.. Baiklah, jika itu maumu.." ucap Naruto sambil menempelkan tangan Hinata lebih dekat ke badannya.
Mereka berdua pun berjalan mengelilingi bukit itu untuk mencari sungai beserta air terjun legendaris, mencoba menemukan pelangi yang mungkin saja mau menampakkan keragaman warnanya untuk mereka..
White Konoha Kingdom, beberapa hari setelah Hinata kabur.
"Apa kau sudah menemukan anakku, Hizashi?" tanya pemipin White Konoha Kingdom.
"Yaah, menurut keterangan yang di dapat oleh tim pencari, saat ini ia sedang berada di Forest No Kuro." ucap Hizashi pelan.
"APAA?? Sedang apa dia di sana? Hinata.. Hinata... Kau terlalu bodoh, memilih tempat yang salah untuk kabur." ejek Hiashi dengan nada yang merendahkan.
"Bukan Hinata yang terlalu bodoh untuk memilih tempat kabur. Justru kau lah yang bodoh, Hiashi-san.." ucap seorang laki-laki yang sedang duduk sambil mengengkat kakinya ke atas meja samping Hiashi.
"Tutup mulutmu, Shino! Sikapmu sangat tak pantas sebagai pewaris Grey Konoha Kingdom.", balas Hiashi yang tak terima di ejek oleh Shino.
"Apa kau tahu, kalau pewaris dari Black Konoha Kingdom di asingkan dari kerajaannya sendiri, dan kemungkinan besar, ia pergi ke Forest no Kuro. Jika benar, putrimu itu ada di sana, besar peluangnya untuk bertemu dengan pewaris Black Konoha Kingdom! Dan, apabila itu terjadi, ahh... kau mengertikan maksudku, ayah mertua?" ucap Shino dengan penekanan bernada negatif pada kata 'ayah mertua'.
Hiashi tak membalas perkataan Shino. Ia termangu, berpikir. Dan setelah berpikir beberapa saat, Hiashi bereaksi. "Tidak! Itu mustahil! Jika itu benar terjadi, kemungkinan besar mereka yang tidak saling mengenal satu sama lain akan saling... saling jatuh cinta!" ucap Hiashi tak percaya.
"Yah, seperti itulah maksudku. Apalagi pewaris Black Kingdom terkenal kuat, mungkin sebagai persiapan untuk meneruskan kerajaan mereka yang pastinya akan bertarung dengan kerajaan ini, mungkin juga kerajaanku. Pasti akan sulit merebut Hinata dari tangannya. Apalagi bila mereka saling jatuh cinta." Shino mengambil jenak sedikit, lalu memulai lagi. "Itu akan menjadi cinta paling terlarang dan terkutuk sepanjang sejarah Black dan White Konoha Kingdom."
"Ternyata kau cukup pintar, Shino. Dan yang kusesali adalah, kau benar. Kita harus memikirkan strategi lain untuk membawa Hinata pulang kembali." ucap Hiashi sambil memandang Shino.
"Ingat Hiashi-san, itu masih prediksiku saja. Belum tentu benar adanya, walaupun kemungkinan terbuka lebar di depan sana." ucap Shino santai.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Hizashi yang sedari tadi diam. Memperhatikan dua orang di depannya berbicara panjang lebar.
"Tak ada jalan lain.. Kita harus merebut Hinata sekarang, atau semuanya akan jadi lebih gawat. Segera utus pasukan terbaikmu untuk pergi ke Forest no Kuro. Cari Hinata hingga ke ujung terdalam hutan itu. Temukan ia, dan bawa pulang hidup-hidup. Tapi, jika pasukanmu bertemu dengan pewaris Black Kingdom, bunuh dia! Habisi ia hingga ke serpihan terkecil tulang belulangnya! Jangan biarkan ia hidup!" perintah Hiashi kepada Hizashi dengan arogan dan sombong.
"Ah, kau benar Hizashi-san. Seperti itulah rencana yang kumaksud." ucap Shino kepada Hiashi.
"Tunggu! Kau jangan senang dulu, Shino. Dengan kemampuanmu, kau pasti bisa langsung menemui Hinata dan menghabisi pewaris Black Kingdom kan? Jadi, kutugaskan kamu untuk ikut serta dengan para pasukan Hiazashi, dan membawa pulang Hinata. Itu pun jika kau masih mau menikah dengan anaku." ancam Hiashi arogan. Kemenangan telak telah ada di tangannya.
"Dengan senang hati, raja White Konoha Kingdom yang terhormat. Itulah yang kuinginkan." ucap Shino dengan nada terpaksa.
"Pergi kau sekarang! Temukan Hinata, dan bawa pulang ia sekarang juga!!" teriak Hiashi pada Shino dengan senyum kemenangan di bibirnya. Shino pun beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan keluar untuk mencari Hinata. Ia mengerahkan seluruh serangganya yang pintar untuk mencari Hinata sedangkan ia sendiri menaiki kuda yang akan berjalan sambil di bimbing oleh para serangganya.
Forest No Kuro..
"Lihat ini Hinata-chan! Kita berhasil menemukan sungai itu! Aah!! Airnya dingin sekali! Waww.. Air terjunnya juga sangat deras!" ucap Naruto keras. Kekanak-kanakan, ceria, lepas. Begitulah kesan yang ditangkap oleh Hinata.
"I... indah sekali.. He... hebat sekali.. Sungai ini tak mem.. membeku di mu.. musim salju seperti in..ni.. Ta.. tapi, sayang... kita t.. tak menemukan pe.. pelanginya, Na.. Naruto-k.. kun.." ucap Hinata gagap. Cuaca dingin disekitarnya membuatnya sedikit bergetar.
"Biarkan saja, Hinata-chan! Jika memang takdir menunjukan jalannya, kita pasti dapat melihat pelangi itu!" Naruto membalas semangat dan optimis. Hinata tersenyum.
Tetapi... Tiba-tiba saja hujan turun. Mereka berdua yang tadinya ingin bermain air harus mengurungkan kembali niat mereka dan mencari tempat berteduh. Naruto memegang tangan Hinata, mencari tempat yang layak untuk dipakai berteduh.
Naruto berjalan, agak cepat, di depan Hinata. Tangannya terus menarik tangan Hinata lembut. Dan setelah mencari-cari tempat berteduh cukup lama, Naruto menemukan sebuah gua yang ada dibalik derasnya air terjun. Mau tak mau, Naruto dan Hinata harus menembus air terjun itu untuk masuk ke dalam gua,—agar mereka bisa berteduh.
"Hinata-chan! Pegang tanganku erat-erat! Kita harus berteduh,—entah dimana—, dan hanya gua itu yang bisa kita jadikan tempat berteduh! Tapi, kita harus melewati air terjun itu dulu!" ucap Naruto kepada Hinata dibelakangnya. Satu tangannya yang tak memegang apa-apa menunjuk gua dibelakang air terjun.
"A... ano.. Na.. naruto-k.. kun, lebih baik kita se.. segera berteduh. Lihat, hu.. hujan semakin men.. menjadi-ja.. di." Hinata memandang ke atas, memandang ke arah langit yang semakin semangat meneteskan air hujan ke bumi yang mereka pijak.
Mereka berdua pun berjalan menyusuri sungai yang terus mengalir. Mereka cukup beruntung, air sungai belum meluap terlalu tinggi dari yang biasanya, hanya setinggi lutut Naruto yang berbeda sedikit dengan lutut Hinata. Mereka terus berpegangan satu sama lain, berusaha agar mereka tak berpisah. Dan berusaha menerobos air terjun yang sangat deras.
Dingin mendera tubuh mereka, gemetaran menimpa mereka. Namun, semua itu berlangsung sebentar, karena dengan cepat, mereka sampai di dalam gua. Gua itu tak begitu besar, namun cukup untuk mereka berdua berteduh,—beristirahat. Naruto langsung melepaskan jubahnya dan duduk di pinggir gua.
"Semoga hujan cepat berhenti.." ucap Naruto sambil menoleh ke arah langit. Sedangkan Hinata duduk di sebelahnya. Dalam benaknya, Hinata berusaha mencari bahan pembicaraan dengan Naruto. Dan entah mengapa, perasaannya,—hati kecilnya!— berkata akan datang sesuatu yang buruk. Sesuatu yang akan menimpanya dan Naruto.
"Na.. Naruto.. k... kun, ke.. kenapa bisa sam.. sampai di hu.. hutan ini?" tanya Hinata. Memulai perbincangan.
"Eh, eh... Bagaimana ya? Aku hanya mengembara dari satu kerajaan ke kerajaan lain. Kebertulan saja aku sedang singgah disini, dan bertemu denganmu. Yaa, mungkin saja aku akan berhenti mengembara." ucap Naruto dengan sedikit ragu. Naruto tak bisa menjawab dengan lancar dan tegas seperti biasanya, dan Hinata tak bodoh untuk menyadari keganjilan yang ada.
"Ke.. kenapa.. kau mau berhenti, Na.. naruto-k.. kun? A.. apa semuanya ka.. karena aku? Ja.. jangan, Na.. naruto-k... kun! Ka.. kau tak bi.. bisa berhenti karena a.. aku.. Lanjutkanlah tu.. tujuan hi.. hidupmu, Na.. naruto-k.. kun.." Hinata merasa bersalah. Hinata menundukan kepalanya dalam, seakan meminta maaf kepada Naruto.
"TUNGGU! Kenapa kau berkata seperti itu, Hinata-chan? Seakan-akan kau akan menghilang dari pandanganku saja.." ucap Naruto serius. Namun, nada suaranya terdengar jahil. Berusaha mengusir kecanggungan yang ada. Namun, usahanya sia-sia. Hinata dan Naruto masih canggung.
"K.. kan.. sudah ku.. kubilang, a... akuakan pergi bersa... samamu.. Ke... kemana sa.. ja, walaupun harus ke neraka sekali pun... Ka.. karena itu, ja.. jangan hancurkan tujuan hidupmu, Na... naruto-k.. kun. Biarkan a.. aku yang meng... mengikutimu.." ucap Hinata sambil tersenyum.
"Hinata-chan, berjanjilah padaku, bahwa kita akan bersama selamanya!" Naruto menaikkan jari kelingkingnya ke arah Hinata.
"Y... ya.. A.. aku janji.. Ai.. aishiteru, Na.. naruto-k... kun." ucap Hinata sambil tersenyum. Tanpa ragu ia mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Naruto yang terulur padanya. Itulah janji yang terindah sepanjang hidup Hinata, juga Naruto. Lalu Naruto pun mendekatkan bibirnya ke bibir Hinata, Hinata sendiri hanya memenjamkan mata lavendernya yang indah.
Bibir Naruto pun menempel di bibir Hinata dengan lembut. Namun, bibir itu terasa dingin di bibir Hinata. Karena itu, Hinata berusaha membalas ciuman itu dengan memberikan sedikit kehangatan ke bibir Naruto yang dingin. Mereka berciuman lama dan hangat. Saling menyelami perasaan masing-masing. Dan tanpa sadar, sinar matahari menegenai muka mereka berdua, tepat ketika mereka saling melepasakan bibirnya masing-masing. Hinata yang sadar dengan perubahan cuaca itu langsung berdiri, melihat ke arah langit dan mendapati cuaca telah menjadi cerah. Hinata terkejut, karena sedikit demi sedikit pelangi muncul dengan 7 warna yang saling menyatu dan menghiasi langit di atas mereka...
"N... Naruto-kun lihat, pe.. pelangi i... itu mun... ncul! Mem.. membuat langit menjadi le... lebih ber.. warna, dan pe.. pelangi itu muncul sesuai harapan kita!" teriak Hinata histeris kepada Naruto. Sayangnya, Naruto tak sedikit pun membalas perkataan Hinata. Dan Hinata merasa ada yang aneh lalu menoleh kebelakangnya, jelas saja, Naruto tidak membalas perkataannya karena ia tertidur lelap. Bahkan tak sedikit pun menyadari keberadaan Hinata.
"Dasar!! Padahal k.. kau yang paling penasaran dengan pe.. pelangi i... ini kan Naruto-k.. kun?" Hinata hanya tersenyum melihat wajah Naruto yang tertidur nyenyak dengan polosnya.. Ya.. biarlah saat ini mereka tak bisa melihat pelangi itu bersama-sama. Toh kalau sudah takdir, pasti mereka akan melihatnya lagi bersama. Dan kelihatannya, Naruto sangat capek. Dan kemarin, Hinata melihat tidur Naruto tidak pulas.
'Daripada menunggunya bangun, lebih baik aku berkeliling untuk mengeringkan baju. Sekaligus melihat-lihat keadaan sekitar. Hemm... sepertinya tadi aku melihat pohon stroberi yang buahnya merah segar. Pasti rasanya enak! Lebih baik kupetik saja untuk dimakan bersama Naruto-kun sebagai kejutan, kalau nanti ia bangun..' kata Hinata dalam hati. Ia pun menyelimuti Naruto yang sedang tertidur pulas dengan salah satu jubah miliknya, dan pergi meninggalkan Naruto. Tanpa tahu itu akan menjadi pertemuannya yang terakhir dengan orang yang di cintainya...
-SHINO- FOREST NO KURO
"Tuan Aburame, apakah kita harus berpencar untuk mencari nona Hinata?" tanya salah satu pasukan pencari yang dibawa Shino.
"Iya, kalian bagi pasukan yang ada menjadi beberapa kelompok, lalu berpencar. Telusuri seluruh hutan ini! Aku akan mengutus satu serangga pada setiap kelompok, sebagai alat komunikasi antara kalian denganku." Shino memberikan penjelasan singkat tentang apa yang harus dilakukan oleh para pasukan yang ia bawa.
"Siap tuan! Akan kami laksanakan. Lalu... Bagaimana dengan tuan sendiri? Apa anda mebutuhkan pendamping?" ucap seorang prajurit.
"Tidak perlu. Aku bisa mengatasi semua masalah sendiri.. Jangan ada yang coba-coba mengikutiku! Tujuan kalian hanya satu, yaitu Nona Hinata.. Camkan hal itu baik-baik dalam otak kalian.." perintah Shino sambil tersenyum sinis.
Diskusi antara prajurit dan atasannya pun selesai.. Para prajurit saling berpencar sesuai perintah yang di berikan, sedangkan Shino sendiri memanggil salah satu serangga pelacaknya untuk membantunya melacak Hinata. Serangga itu awalnya hanya berputar-putar, melihat kedaan sekelilingnya, sampai akhirnya serangga itu bergetar. Ia telah berhasil menemukan apa yang di carinya, Hinata! Shino melihat perubahan pada serangganya, dan ia pun memerintahkan serangga itu untuk menunjukkan arahnya. Arah menuju Hinata. Serangga itu menurut, lalu menuntun Shino ke arah bukit keabadian.
Saat itu, Hinata sedang mengelilingi pohon stroberi yang terletak cukup jauh dari gua tempat Naruto berada. Hinata mengitari pohon-pohon yang rindang itu sempat bermain-main dengan burung-burung kecil yang menarik rupanya. Hinata memberi makan mereka dengan remah-remah roti yang kebetulan masih bersisa (sisa sarapan tadi pagi). Lalu, ia teringat dengan tujuan awalnya. Yaitu memetik buah stroberi yang segar dan merah. Hinata meninggalkan burung-burung itu dengan sejumput remah roti, dan ia segera memilah-milah stroberi yang segar dan tidak segar.
Setelah itu, ia berhenti sejenak. Merasa ada seseorang yang mendekatinya. Hinata menoleh, meneliti sekitarnya dengan seksama. Tapi.. ia tak menemukan seseorang pun di sana. 'Ah.. mungkin itu hanya angin yang lewat' pikirnya. Tetapi, hawa orang itu semakin mendekat. Membuat bulu kuduknya merinding. Hinata memutuskan untuk cepat-cepat beranjak dari situ setelah ia selesai mengumpulkan stroberi.
Setelah memasukkan stroberi itu ke dalam tas kecilnya, ia memutar langkahnya untuk berjalan pulang. Namun, telah ada tangan seseorang yang melingkari lehernya. Sambil mengancungkan pisau ke lehernya. Ia terkejut. Seluruh buah yang masih ia pegang terjatuh ke tanah. Apalagi ketika orang itu berbisik halus di telinganya.
"Ketemu, Hinata-chan!" bisik orang itu halus.
"Si... siapa kau?" ucap Hinata merinding. Hinata berusaha menenangkan diri, namun, usahanya tak membuahkan hasil yang cukup baik.
"Hanya seseorang yang di utus ayahmu untuk menangkap, dan membawamu pulang kembali dalam kondisi hidup, Hinata-chan" ucap suara dibelakang Hinata lagi. Perasaan Hinata makin kacau.
"KU.. KU TANYA SI.. SIAPA KAU?" teriak Hinata dengan keras.
"Baiklah, putri manja. Aku, adalah seseorang yang rencananya akan menjadi pendamping hidupmu. Kalau saja kau tidak bertindak bodoh untuk kabur dari istana, pasti hal ini tak perlu terjadi.." terang orang itu dengan suara yang halus. Terdengar jahil, juga mematikan.
"KAU... KAU... A... ABURAME SHINO!", Hinata dapat menebak nama orang itu dengan cepat. Karena namanya adalah nama orang yang di bencinya, nama orang yang membuat hidupnya hancur, nama yang membuat ayah dan ibunya tidak peduli lagi dengannya, nama yang mebuat ayahnya menjadi gelap mata, nama yang memberikannya kehancuran, nama yang akan menjadi jodohnya, dan satu lagi... nama yang akan membantu peperangan kembali meledak. Yang akan membuat semua kedamaian dan ketentraman yang dimimpikannya selama ini menghilang.
"Tak kusangka, ternyata kau bukanlah seseorang putri bodoh yang.. ARRGHH.." ucapan Shino terputus. Karena hinata menggigit lengannya dengan kuat. Sehingga ia dengan refleks menggerakkan pisaunya yang berada di leher Hinata. Alhasil, pisau yang bergerak itu melukai leher Hinata dengan cepat. Menyebabkan leher Hinata mengeluarkan banyak darah segar...
"Arghhh.....!" Hinata berteriak pelan dengan ekspresi kesakitan. Ia shock melihat apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.. Hinata melihat tangannya yang penuh dengan darah segar. Darah yang mengalir dari lehernya. Matanya mulai berkunang-kunang, karena ia mengeluarkan banyak darah. Tapi, dalam hatinya ia bertekad, ia tak akan menyerah. Demi membalaskan dendam kepada orang yang ada di depan matanya ini...
Tiba-tiba saja, ia teringat dengan pisau pemberian Neji yang kebetulan di bawanya. Otaknya berpikir dengan cepat. Agar darahnya berhenti, hanya ada satu yang terlintas di otaknya, dan Hinata merealisasikannya. Hinata merobek beberapa bagian gaunnya. Sehingga membentuk perban yang dapat menghentikan darahnya yang mengalir. Melilit kain itu di lehernya, tindakan yang bisa membuat darahnya untuk berhenti mengalir untuk sementara.
Hinata sudah tak peduli lagi dengan nyawanya. Hanya ada satu hal yang terpikir dalam pikirannya. Balas dendam pada klan Aburame! Hanya itu..
Setelah pendarahan itu sedikit berhenti, Hinata mulai bangkit. Berdiri sedikit demi sedikit, lalu mengambil pisaunya. Tidak peduli pada kepalanya yang sudah menjadi berat, serta matanya yang berkunang-kunang... Kini... ia telah siap untuk memulai pertempurannya dengan Shino. Dengan segenap kemampuan dan energinya yang tersisa..
Shino sendiri tercegang, melihat perubahan Hinata yang terlihat jelas di depannya. Perubahan besar dalam tatapan mata dan raut wajah seorang Hyuuga Hinata. Shino tidak menyangka, Hinata berubah sedrastis ini, dan kini.. Hinata telah berdiri di depannya. Dengan tubuh yang bersimbah darah, namun di penuhi dengan keinginan untuk mengalahkan seorang Aburame Shino. Melihat posisi bertarung Hinata, Shino merasa ini menjadi semakin.. menarik.
"Kau boleh maju duluan, tuan putri.." ucapnya sambil meberikan senyum kepada Hinata.
Hinata yang merasa di remehkan menjadi semakin marah. Tapi dicobanya untuk tenang, dan menyerang menggunakan strategi yang baik. Meskipun ia sudah putus asa, gemetar dalam menghadapi lawannya yang terbilang kuat, Hinata memincingkan matanya. Untuk meneliti daerah di sekitarnya, sehingga bisa memprediksikan arah datangnya serangan.
Tapi, Shino tidak kalah licik. Dengan kemampuannya mengendalikan serangga, ia menyuruh 1 serangga kecilnya menempel pada Hinata. Sehingga ia pun bisa mengetahui arah serangan Hinata. Intinya, mereka impas.
"Shino.. sepertinya a.. aku harus me.. nyelesaikan pertarungan ini, de.. ngan serius!" bisik Hinata yang matanya telah berkunang-kunang...
-NARUTO- Gua dibalik air terjun.
"HINATAA-CHAN!!" teriak Naruto yang mencari Hinata. Ia baru saja membuka matanya, dan langsung mendapati Hinata tak ada di sampingnya.
"Hinata-chan!! Kau dimana?" Naruto masih saja berteriak. Bingung karena Hinata menghilang..
"Seingatku, ia penasaran dengan buah stroberi yang ada di sekitar sini. Pasti dia pergi mencarinya! Dasar, putri yang mudah ditebak.", Naruto tertawa geli tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Biarpun begitu, entah kenapa ada sekelebat perasaan gundah dalam hatinya. Dan perasaan itu lama-lama menjadi lebih besar, makin kuat. Ia pun memutuskan untuk mencari Hinata. Benar saja. Dikarenakan hujan, tanah di sekitarnya masih basah. Dengan mudah Naruto dapat menemukan jejak Hinata.
"Tuh kan. Dugaanku tepat sasaran!" ia pun berjalan mengikuti jejak itu...
-SHINO & HINATA-
Hinata mulai maju ke arah Shino. Berbekal dengan keahlian yang diam-diam dia pelajari dari Neji—bermain anggar—, Hinata menyerang ganas. Birpun saat ini keadaannya sangat berbeda—di tangannya, terdapat pedang besar, sedangkan yang biasanya dia pakai adalah sebuah pedang tipis—. Sedangkan Shino masih diam, tak bergeming sedikit pun. Ia pikir, dengan keadaan Hnata yang seperti itu, dapat dipastikan ia telah menang. Ia dapat melacak semua gerakkan Hinata. Namun, tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan. Seekor serangga miliknya datang, dan meberikan suatu berita.
"Apa yang mau kubicarakan?" tanya Shino pada sang serangga, tapi sang serangga itu hanya diam. Shino cukup memakai telepati untuk mengethui maksud sang serangga.
'Gawat! Pewaris Black Konoha Kingdom mulai mencium bau yang tidak beres! Berarti, aku harus cepat menyelesaikan pertarungan ini.', otak Shino berpikir dengan cepat. Namun, hal itu membuatnya lengah, karena 1 serangan Hinata masuk. Mengenai dirinya, lebih tepatnya mengenai perutnya. Tapi tidak semua itu belum selesai.
"Kau bi.. bisa lihat Shino-k.. kun! A.. aku berhasil melum... puhkan dirimu, pe... pedang itu tampak... nya menancap cu... cukup dalam.. Per.. pergilah, Shino-kun! Ja... jangan ganggu hi... hidupku lagi..." Hinata mengatakan itu dengan lembut, karena merasa dirinya telah berhasil.
"Maaf, Nona Hinata. Tugas adalah tugas. Klan Aburame selau mengutamakan tugas, demi nama baik yang telah ada. Kau... yang seharusnya jangan merasa senang dulu.. Lihatlah baik-baik dirimu." ucap Shino dari belakang Hinata. Hinata bergidik mendengar orang yang seharusnya sudah terluka itu muncul kembali di belakangnya.
-NARUTO-
Naruto dengan santainya berjalan mengikuti jejak Hinata. Pikirannya melayang. Betapa bahagianya ia hari ini! Ia masih akan terus berleha-leha, dan bersantai, jika saja tidak ada seekor anjing yang menubruknya dengan keras. Benar saja, anjing itu Akamaru. Entah datang darimana, anjing itu menggigitnya seakan-akan memerintahkan dirinya untuk bergegas.
Karena sesuatu yang buruk telah terjadi, dan Naruto yang instingnya berjalan dengan cepat menyadari hal itu.. Dengan segera, ia berlari mengikuti jejak Hinata untuk mengetahui apa yang terjadi...
-SHINO & HINATA-
Baru saja Hinata ingin berbalik untuk melawan kembali, tapi Shino sudah melumpuhkan dirinya. Ia menyentuh titik-titik tertentu milik Hinata yang membuat diri Hinata lumpuh dalam sekejap.. Mata Hinata semakin lama semakin berat. Seluruh anggota tubuhnya lumpuh, mendadak tak bisa digerakkan barang sedikit pun. Biarpun ia masih dapat melihat hal yang sebenarnya...
Seseorang yang ia tusuk itu bukanlah Shino. Lama kelamaan, orang yang ia tusuk berubah wujud. Menjadi kumpulan-kumpulan serangga yang akhirnya menyebar.. Ternyata, inilah yang dimaksud dengan jurus kamuflasenya. Sungguh bodoh! Hinata telah tertipu.. Namun, saat ini ia sudah tak dapat menahan beban dirinya lagi. Matanya pun tertutup perlahan. Ia bisa merasakan dirinya jatuh dan dibawa oleh Shino. Dan sebelum ia benar-benar tak sadarkan diri ia masih mengucapkan sesuatu.
"Aishiteru Naruto-kun"
Dan Shino tidak menyadari pedang Hinata terjatuh, setelah menancap dalam ragu palsu jurus kamuflasenya. Ia hanya berpikir misi selesai, dan meninggalkan pisau emas itu di atas tanah...
-NARUTO-
"Aishiteru Naruto-kun" kalimat itu menggema dalam diri Naruto. Naruto semakin mempercepat langkahnya, dan sekarang.. ia bisa melihat pohon stroberi itu. Ia terus belari, biarpun sempat terjatuh, kemudian bangun. Akhirnya, ia sampai di tempat yang sama dengan Hinata tadi. Tapi hanya pemandangan kosong yang ia lihat. Jejak Hinata pun telah berakhir di situ.
Hilang... kosong... semuanya menghilang....Hinata menghilang tanpa sebab, bahkan Akamaru pun tidak bisa mencium baunya. Naruto mencari di daerah sekitarnya, dan menemukan sebuah kilauan emas dari balik rerumputan. Dengan sigap ia mengambil pedang itu.. Sebuah pedang bertahtakan batu ruby dengan ukiran indah yang bertuliskan,
White Konoha Kingdom
"Tidak mungkin..." muka Naruto menjadi pucat, dan tanpa sadar ia menjatuhkan pisau itu dari genggamannya..
TO BE CONTINUED
AN: HUAAAAAAA!!! Maafkan kami minna-san! Keterlaluan banget mengHIATUSkan cerita kita dengan amat sangat lama!
Sebenarnya ini udah selesai, tapi di bagian Hinata lawan Shino saya blank. Sebenarnya saya ada ide tapi setengah mati menuangkan nya dalam bentuk cerita apalagi saya masih harus untuk kerja rodi menyelesaikan CDWeb dan I give you Sunshine...
Ampuni saya para minna-san, saya jadi mencoba untuk berpikir meng-discontinue cerita ini tapi saya malah diceramahin sama si Rainbow karena The Last Uzumaki ini banyak scene yang gak terduga.. Sayang banget kalo kudu HIATUS forever..
Huhuhu sekali lagi saya mohon maaf untuk kali ini saya amat sangat keterlaluan ada yang mau tukeran posisi sama saya? – said by Moshimoshi.
Aduh, minna-san, saya capek banget euyy.. Ngedit berlembar-lembar hanya dalam waktu 1 hari! Dikasih TLU (18 halaman), CDWEB (18 halaman), tanggal 30 siang, tanggal 31 siang udah harus beres! Mana dieditnya bareng sama Shinkansen, dan CDWeb pula! Ahh! Stress!! Pasti panjang banget ya? Maaf minna-san, itu udah seirit-iritnya yang saya bisa! GOMEN~!- said by Rainbow.
Oke oke balik ke topik semula.
Gimana??? Saya stress tuh bikin adegan mesra-mesraan mulu. Akhirnya saya buat mereka berpisah lagi! Huahahaha... Maklum ini asli adventure boo -digebukin minna-san- kalo adegan mesra nya gak membuat puas, nanti saya bikinin side story nya deh tapi entar-entar dulu yah.. Karena pikiran saya suka gak fokus ke satu cerita..
Maafkan saya kalau Hinatanya di adegan pertarungan jadi OOC gini. Abis sambil buat cerita saya mikir juga nih kalau saya di posisi Hinata, Shino udah bakal saya bejek-bejek terus di buang ke laut! Hmm... ya sudah jadinya begini deh ala kadarnya... (Rainbow : Itu udah saya edit banyak loh. Tadinya Hinata bener-bener 'perkasa'! Hahahaha-halah, bangga, dan ditimpuk Moshimoshi-)
Aduh minna-san, kalau cerita ini dibahas satu persatu bakal ribet. Lagian saya capek mau istirahat lagi terus lanjut bikin cerita yang lain. (Raibow : Gue juga mau rehat!)
Arigatou bagi yang sudah mereview! Mungkin ini bakal apdet lama, tapi saya usahain mumpung liburan APDET ASAP!! Hmm.. ada yang bisa nebak gimana alur cerita chapter depan? Kalau ada kekurangan(terutama miss typo!), tolong beritahu di review. Kalau ada waktu, akan kami perbaiki.. Yah kayak deskrip dan semacamnya..
Dan satu lagi terima kasih untuk Philip William-Wammy yang telah berbaik hati membuat fanart The Last Uzumaki. Bagi yang ingin melihatnya, silahkan melihat di alamat:
pungky08. deviantart .com
(ini nggak ada spasinya. Dispasi biar bisa tampil aja:))
Uwahhhhh makasih Wammy aku udah ngeliat gambarnya aduh rasanya pengen peluk-peluk kamu! Hua! Wammy makasih banyak hahahahah btw buatin lagi dong –maunya- sekian!
Jangan lupa R n R cerita kami yang lain:
-CDWeb
-Shinkansen Uzumaki Goes to Boarding!
arigatou XD
Mind to REVIEW?
Top of Form
Bottom of Form
