TRAILER THE LAST UZUMAKI.

By Moshimoshi & Rainbow 5 sekawan.


"Kau sangat beruntung, Tuan. Kau memiliki Excalibur, pedang es yang melegenda di seantero jagad raya. Konon, pedang ini hanya tercipta satu buah pada setiap abadnya, Tuan.." ucap pria berjanggut yang menunggu di tempat pandai besi tersebut. Rokok terselip di bibirnya.

--

"Ikutilah kata hatimu, Paduka. Hamba bukan seorang yang ahli dalam permainan perasaan dan juga emosi, namun… jika Paduka ikuti kata hati Paduka, Paduka akan bahagia…" ucap pandai besi itu hangat. Lalu Naruto didorong keluar oleh sang pandai besi, keluar dari tokonya.

--

"Bahkan kecepatan cahaya pun tak akan mampu menandingi kecepatanku untuk mengejarmu, sayang.."

--

"Kukembalikan Akamaru padamu, wahai sahabatku..."

--

"Aku akan pergi ke White Konoha Kingdom. Sendirian."

--

"Wahai cermin, tunjukan takdirku yang sebenarnya. Apa aku harus menghancurkan, atau membantu?" ucap seorang perempuan pirang yang menghadap cermin. Cermin itu menunjukan sebuah kegelapan yang pekat.

"Jadi... menghancurkan adalah pilihanku?" ucapnya lagi. Ia tersenyum menyeringai lalu tertawa melengking, "Lihatlah, ayah. Dendammu akan terbalas."

--

"Pergilah ke pelukis waktu. Dengarkan suaranya, dengarkan perintahnya. Dan kau akan menemukan takdirmu, disana, dan kau akan kembali menentukan nasib banyak orang, wahai penerus Black Konoha Kingdom."

--

"La tua cantante, penyanyiku, belahan jiwaku, yang menghidupkan symphony dalam diriku, tanpanya, aku bagaikan jasad tapa ruh... Pangeran, selamatkanlah belahan jiwamu, dan kumohon... selamatkanlah pula la tua cantante-ku..."

--

"Aku akan membukakan gerbang waktu untukmu," pria pucat itu melangkah menuju sebuah tempat luas yang memungkinkan terjadinya sebuah ritual besar, "pergilah ke dimensi lain dan kau akan menemukan 2 pasangan yang merupakan kunci untuk menuju dimensi tujuanmu, juga tujuanku. Tempat dimana lily-mu dan la tua cantante-ku berada."

"Baik, dan... Terima kasih, Pelukis Waktu."

"Panggil aku Sai." Pria itu tersenyum, lalu mendorong Naruto ke dimensi yang dibuatnya. Menenggelamkan Naruto dalam dimensi yang dipenuhi dengan bahaya.

--

"Kau... orang yang akan menyeberang ya?" tanya pria bermasker itu.

"Tentu. Apa yang dapat kulakukan untukmu, wahai kunci pertama?" Naruto menjawab sopan, lalu menatap mata abu-abu gelap—merah sang kunci pertama.

"Kau harus mencarikan serulingku yang hilang..."

"Seruling apa?"

"Seruling emasku."

--

"Terima kasih telah menemukan seruling emasku, wahai pengembara." Ucap sang kunci pertama yang berlumuran darah. Kunci pertama merebahkan diri di paha sang seruling emas. Seorang perempuan berparas cantik dengan rambut pendek hitam sebahu yang Naruto kenal sebagai Anko.

"Tak mengapa. Yang harus kau khawatirkan sekarang adalah keadaanmu,"

"Itu tidak penting, pengembara. Waktuku semakin sempit, sisa hidupku telah berakhir. Tetapi... kau berhak menerima ini, wahai pengembara." Kunci pertama menutup matanya, lalu meletakan salah satu tangannya ke salah satu matanya. Mata yang beriris merah. Pria itu berkonsentrasi dan menggerakan tangannya ke mata Naruto. Dan seketika mata Naruto terasa panas sesaat, dan kemudian kembali seperti semula. "Sekarang, kau memiliki mataku."

"Terima kasih, wahai kunci pertama. Aku tidak akan menyia-nyiakannya."

"Ya... Sekarang, pergilah! Di ujung gua ini, ada jalan menuju ke tempat kunci kedua! Kau akan selamat, pengembara." Ucap Seruling Emas dengan ekspresi cemas.

Naruto terus menatap kunci pertama—Si Seruling Perak— dan juga Anko—Si Seruling Emas. Mata mereka berdua menyiratkan kecemasan yang lebih. "AYO PERGI, WAHAI PENGEMBARA! SEMOGA KAU BERUNTUNG!" teriak seruling emas sambil mendorong Naruto dan membuatnya berlari menuju ujung gua—dimana dia akan sampai di tempat kunci kedua jika melewati ujung gua ini.

"Kau mengusirnya, agar tidak melihat kematiannya kan?"

"Tentu saja." Dan itulah kalimat terakhir kunci pertama—Si Seruling Perak. Seruling Emas yang menjadi sandaran Seruling Perak hanya bisa tersenyum damai, "Selamat tinggal, Seruling Perak-ku. Aku akan menyusulmu sebentar lagi. Aku janji." Dan Anko melihat musuh-musuh yang mengejarnya telah ada di hadapannya dengan tatapan membunuh.

"Silahkan bunuh aku. Pertemukan aku dengannya."

--

"Jadi.. kau kunci kedua ya?"

"Hn."

"Apa tugasku kali ini?"

"Kau harus bertarung melawanku, wahai pengembara."

"Untuk apa?"

"Untuk mengujimu."

--

"KENAPA KAU MENGUJIKU, BRENGSEK?"

"Karena ini perintah dari penolongku, Naruto-sama."

"Siapa penolongmu?"

"...."

"SIAPA KUTANYA?! JAWAB!!!"

"Edelwise-mu."

--

"Jangan pengecut, ayam! Jangan menggunakan tameng berupa wanita berambut pink itu di depanmu! Aku tak bisa menyerangmu!"

"Dia bukan tameng, dia pasanganku, Paduka."

"Kalau begitu, jangan bawa ia ke pertarungan kita!"

"Dia adalah seorang yang ditakdirkan untuk berpartisipasi juga, Paduka."

--

"Cukup, Sasuke, Sakura. Dia... kuat." Ucap seseorang dengan suara lembut yang Naruto kenal.

"Yang mulia..."

--

"Kaa-san, kenapa kau mengujiku?"

"Karena aku tau... kau akan mengalami takdir yang berat. Semua telah kaa-san ketahui dari peramal istana sejak kau lahir, Naruto. Kau akan kehilangan edelwise-mu, lily-mu, sahabatmu, dan ayahmu. Kau harus berusaha untuk tidak kehilangan semuanya, anakku."

"Aku akan berusaha, dan.... aku sayang Kaa-san."

--

"Terima kasih telah menemaniku bertarung, Naruto-baka-dobe-sama." Ucap Sasuke sambil merangkul Sakura yang merupakan pasangannya. Kushina berdiri di sebelah Sasuke dan Sakura.

"Terima kasih Naruto-sama, karena tidak menyerang kami di bagian vital. Itu semua sengaja kan, Naruto-sama?"

"Iya. Hehehe."

"Sekarang... berangkatlah nak. Kau harus menyelamatkan yang harus kau selamatkan."

"Iya Kaa-san. Aku sayang Kaa-san, juga Tou-san."

--

"Akhirnya, pertempuran terakir dimulai..." ucap Naruto dengan nada cemas. Di depannya, terdapat seorang penyihir yang menyandera lily-nya, Hinatanya.

"JANGAN BANYAK BICARA, UZUMAKI NARUTO! APA KAU MAU LILY-MU INI MATI, HAH?" ucap perempuan pirang itu arogan.

"Tentu tidak, Ino-san."

--

PERTARUNGAN FINAL ITU TELAH SELESAI.

--

"Ino?"

"Sai? Kenapa aku ada disini? Bukankah aku seharusnya melawan pangeran sialan yang dibantu oleh guruku, si Karin sial itu?"

"La tua cantante-ku... Tak akan kubiarkan kau mati. Tidak setelah aku melihatmu seperti ini, sayang...." ucap Sai dengan mimik serius, lalu menutup tubuh Ino yang berlumuran darah itu dengan mantelnya. Mata Ino langsung terpejam. Tidur. "Naruto, terima kasih telah menyelamatkan La tua cantante-ku..." Dan Sai hanya melihat Naruto yang sedang memeluk Hinata yang menutup matanya.

--

"Aku tak dapat menghidupkan Lily-mu lagi, Naruto. Namun, aku dapat membantumu.."

"Membantu apa, Sai?"

"Kau bisa menemui Lily-mu ini setiap musim dingin di danau yang beku di temapt kenangan kalian.. Namun, hal itu memiliki konsekuensi yang berat. Apa kau bersedia?"

"AKU AKAN MELAKUKAN APAPUN, SEKALIPUN NYAWAKU TARUHANNYA, UNTUK MELIHAT LILY-KU BAHAGIA SEKALI LAGI!!"

"Baiklah," Sai menaruh Ino yang terbungkus mantel di tanah yang lembab. "Kau akan bisa menemui Lily-mu ini setiap musim dingin datang di danau yang membeku. Namun, setiap kau bertemu dengannya, usiamu akan berkurang setengahnya."

"Itu bukan sebuah persoalan!! Ketika aku tak bisa menemuinya, aku akan mati dan bertemu dengan Edelwise-ku!"

"Jangan senang dulu. Kau dan Lily-mu ini akan mati, namun akan terus bereinkarnasi. Kau dan ia akan menjadi makhluk imortal. Sekalipun waktu terus berlalu, kau tidak akan pernah mati—kecuali kau telah bereinkarnasi sebanyak 100 kali. Bagaimana?"

"Aku bersedia."

"Namun, perlu keberitau sesuatu, Naruto. Apabila danau itu hancur, maka Lily-mu ini tidak akan pernah bereinkarnasi lagi. Ia akan tetap hancur ditelan oleh kehancuran yang tiada tara."

"Apapun... asal aku bisa melihat senyumnya sekali lagi..."

"Baiklah..."

--

"Kita bertemu lagi, Lily-ku.. Hinata-ku..."

"Naruto."

"Maukah kau berdansa bersamaku, nona?"

"Ten... tentu.."

"Kita akan berdansa selamanya, di bawah sinar rembulan yang terus menyinari kita. Di tempat kenangan kita ini—danau Forest no Kuro yang membeku. Iya kan, Hinata-chan?"

"Tentu, Naruto-kun..."

--

KONOHA'S POST, 13 Maret 18XX.

Peperangan antara Black Konoha Kingdom—dengan rajanya Namikaze Minato,

melawan

White Konoha Kingdom—dengan rajanya Hyuuga Hiashi, telah berakhir.

3 hari yang lalu, kedua kerajaan telah dipastikan hancur.

Tak ada yang tersisa dari kerajaan mereka berdua.

Hanya puing-puing dan memori terburuk yang tersisa.

Tidak ada satupun korban selamat, dan semuanya dipastikan meninggal.

Tidak ada penerus mereka dengan darah yang sama dengan mereka.

Kecuali, 2 orang....

Putra Mahkota Black Konoha Kingdom yang diasingkan selamanya,

dan juga Putri Mahkota White Konoha Kingdom yang menghilang

3 bulan setelah Putra Mahkota Black Konoha Kingdom diasingkan.

Mereka berdua dipastikan tidak ada dalam reruntuhan Black Konoha Kingdom dan White Konoha Kingdom.

Akibat peperangan, perbatasan Black Konoha Kingdom dan White Konoha Kingdom—Forest no Kuro hancur. Hutan-hutan yang selama ini menjadi lokasi perang juga ikut hancur.

Dan dapat dipastikan, butuh waktu lama untuk perehabilitasian hutan-hutan tersebut.

--

"Kenapa Black dan White berperang? Kenapa mereka menghancurkan Forest no Kuro?

KENAPA MEREKA MENGHANCURKAN HINATAKU! JAWAB, TUHAN!!!"

--

Mei 19XX.

"Hai gadis kecil… Berminatkah kamu mendengar suatu kisah dari akhir abad 19 yang mungkin menurutmu kurang menarik?"

"Tentu saja! Tema bosan menunggu matahari tenggelam sendirian. Sedangkan ayah dan ibu masih bertani di ladang. Mereka akan pulang saat matahari tenggelam…"

"Hahaha… Kamu gadis yang manis dan lucu yah… Baik-baik dengarkan cerita kakek ini …."

--

"Jadi... begitulah cerita kakek."

"Jadi kakek bertarung melawan musuh-musuh kuat untuk menyelamatkan pacar kakek? Sampai menembus ruang dan waktu?"

"Ya.."

"Kakek juga membiarkan umur kakek dipotong agar bisa bertemu dengan pacar kakek setiap musim dingin, dan berdansa semalaman?"

"Ya..."

"Namun kakek harus kehilangan pacar kakek karena perang?

"Ya..."

"Huaaa~ Tema mau punya kisah romantis seperti itu.."

--

"Sepertinya... kali ini aku akan menemuimu, Hinata.."

"Kakek bilang apa?"

"Aku akan mati, gadis kecil. Dan... ini ke 101 kalinya aku mati. Jadi... Aku akan berpisah dengan dunia ini..."

"Tapi kek!"

"Sayonara.."

Dan pengembara tua itupun menutup matanya, selama-lamanya....

--

"Selamat malam, Hinata."

"Se.. selamat malam, Naruto-kun."

"Maukah kau berdansa bersamaku, Nona Hinata?"

"Tentu."

"Ya, kita akan berdansa selamanya... Nona Hinata."

THE END.


Pada ngerti nggak ceritanya? Mudah-mudahan ngerti yaa :D

Oh iya, ini adalah chapter untuk sampai tamatnya :) ada alasan kenapa kami nggak menyelesaikan cerita ini. Kalo mau, silahkan check profile kami. Ada sebuah identitas asli atas salah satu flamer di fandom Naruto Indonesia!