Change Destiny Web.

©Naruto, Masashi Kishimoto,1999.

Chapter 2: My Eyes(II).


Disclaimere : Tahun baru datang, tiba-tiba Masashi Kishimoto ngasih angpau berupa Naruto –halah ngimpi-

Rated : T

Genre : Drama/Horror

Warning : OOC –susah mepertahankan karakter Sasuke di sini-, OC.

A/N : Ini chapter terpanjang dalam CDWeb! Disarankan kalau baca CDWeb pake soundtrack Jigoku Shoujo! Ada OC dari chapter ini sampai selanjutnya, tapi ngga banyak. Hanya kenalan pribadi author.

Darbi Arks XIII as Himitsu (Nick name : Hime).

Deeandra Hihara as Hihara.

P. Ravenclaw as Zooi.

Phillip William Wammy as Wammy.


Original idea & story by moshimoshi.

Editor & another idea by rainbow

First Full Moon 1 : My Eyes(II).

- CHANGE DESTINY WEB (CDWeb) -

"I WILL CHANGE YOUR DESTINY"


Gerbang telah dibuka. Merubah takdir dimulai... Sasuke pun dalam sekejap menghilang. Ia ditarik oleh tangan-tangan yang entah mucul darimana, dan menelannya ke dalam sebuah kegelapan yang tiada ujung. Sehingga hanya meninggalkan sekumpulan abu di kursi yang berada di depan komputer Sasuke...

Semuanya berubah menjadi kegelapan. Dan Sasuke berputar-putar dalam suatu pusaran gelap, ia melihat kulitnya sedikit demi sedikit mengelupas. Membentuk kulit baru yang terlihat menyeramkan, dan tubuhnya terkoyak seperti tulang rapuh yang dengan mudahnya diinjak oleh kegelapan. Semakin dalam ia terhisap, dan energinya telah habis. Ia tak kuasa menahan lelah matanya, sehingga sedikit demi sedikit pun akhirnya menutup...

"Di mana aku?" mata Sasuke terbelalak. Matanya terbuka, dan masih dalam keadaan yang kaget, Sasuke bangkit, lalu melihat ke arah sekelilingnya. Rumput-rumput halus yang banyak di sepanjang jalan, dan di tengah bagian jalan itu, terdapat banyak kerikil-kerikil. Jalan itu menuju ke sebuah bangunan kuil yang unik di dekat tebing. Dan di sepanjang jalan menuju kuil itu, terdapat banyak pohon Sakura yang terletak di setiap sisi jalan nya. Saat ini, langit menunjukkan warna biru muda yang cerah dengan udara yang sejuk bercampur dengan bau garam dari laut di sekitarnya. Dan tempat itu persis dengan tempat yang merubah takdirnya beberapa tahun yang lalu... Ya... tempat itu adalah kuil yang ia kunjungi bersama keluarganya saat Itachi masih berumur 13 tahun.

"Tidak mungkin.." Sasuke masih terpaku dengan semua yang ia lihat. Ia betul-betul kembali ke masa lalu karena web itu! Dan tanpa sebab, ia melihat ke dirinya sendiri. Ia kaget karena semuanya berubah. Dimulai dengan pakaiannya, tangannya yang berubah menjadi kecil, hingga kakinya yang berubah kembali menjadi pendek. Ia benar-benar menjadi Sasuke yang dulu.

'Kalau begitu, aku benar-benar berubah menjadi aku yang dulu.. Ini... saat yang sama ketika aku bertemu mahluk aneh dan pingsan!' ucapnya dalam hati. Tapi otaknya berjalan dengan cepat, ia kembali berlari. Menembus hutan-hutan yang berada di dekatnya. Sama persis seperti kejadian 5 tahun yang lalu. Ia terus mencari, mencari, dan mencari. Hingga pada akhirnya, ia kembali menemukan batu itu. Batu yang membuat matanya berubah. Dan dalam keadaan terengah-engah, ia kembali mengatur napasnya yang tersngal-sengal.

"Sebentar lagi.. sebentar lagi mahluk itu akan muncul dan akan menerkamku. Aku harus bersiap." dan benar saja. Semuanya berulang seperti masa kecilnya yang dulu. Di belakangnya, muncul seekor rubah berekor 9 dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Malah lebih tepat jika dibilang anak rubah. Ia berbalik dengan ekspresi kaget, dan tiba-tiba rubah itu menerkamnya tanpa permisi. Lagi-lagi, Sasuke menendang batu di belakangnya hingga pecah. Tapi kali ini, Sasuke tidak pingsan. Ia memang terjatuh, tapi ia terus memandang ke arah si rubah. Dan tak lama kemudian, ia berbalik karena ada sebuah pisau yang menggoresnya. Hingga tangan kanannya sedikit berdarah..

Tanpa rasa takut, ia berbalik. Dan melihat sebuah sabit mengkilap yang bercabang-cabang. Sabit itu dipegang oleh seseorang yang tersenyum bengis. Seseorang itu adalah laki-laki berambut abu-abu, memakai hakama merah bermotif ular hitam yang benar benar terbuat dari sisik ular asli. Sosoknya sangat menyeramkan. Ia tertawa, dan suaranya yang menggelegar memecahkan satu persatu batu-batu yang ada di sekelilingnya. Membuat awan putih menjadi hitam pekat. Awan-awan hitam kelabu itu dipenuhi oleh bunyi petir yang saling menyambar satu sama lain.

"HAHAHAHA!!! TERIMA KASIH ANAK KECIL! KAU MEMBUATKU BEBAS!!" pria yang tampak bengis itu berteriak sambil tertawa terbahak-bahak. Suaranya diselingi oleh suara petir yang menyambar, dan tak lama kemudian, awan yang tak kuat lagi menahan beban yang berat itu menurunkan beban yang selama ini ia pikul. Beban itu keluar melalui rintik-rintik hujan yang mulai membasahi sekelilingnya. Sesaat kemudian, Sasuke linglung. Ia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. Jika saja suara rubah itu tidak menyadarkannya, apa yang akan terjadi padanya..

"Terlambat...." ucap sang rubah dengan pelan. Tetapi sebelum Sasuke menyadari apa yang terjadi, ia merasa dirinya tiba-tiba melayang, dan kemudian ia melesat dengan cukup cepat. Beberapa saat kemudian, barulah ia menyadari kalau barusan ia melayang. Karena ekor sang rubah melilitnya dan mendudukkannya di punggung rubah itu. Sehingga sekarang ia berada dalam posisi orang yang sedang menaiki kuda. Rubah itu berjalan dengan cepat, menembus hutan belantara dan lebatnya hujan yang turun. Disusul dengan petir-petir yang menyambar dengan amat ganas..

"KAU SIAPA!?" Sasuke terpaksa berteriak dengan keras. Agar suaranya tidak kalah dengan petir-petir yang menyambar. Agar suaranya dapat didengar oleh sang rubah.

"Bukan saat yang tepat untuk menjelaskan hal itu, teme. Satu-satunya hal yang seharusnya berada diotakmu adalah, kabur! Menyelamatkan dirimu sendiri! Kau harusnya tahu akan hal itu! Kalau kau tidak memaksa untuk kembali ke masa ini, kau pasti masih aman sekarang, teme!" ucap sang rubah sambil terus berlari. Nadanya tampak tak suka dengan kedatangan Sasuke.

"Darimana... kau tahu aku berasal dari masa depan? Siapa orang menyeramkan tadi? Dan apa hubungannya denganku?" tanya Sasuke polos. Masih belum mengerti apa yang ada di depannya.

"Penjelasannya nanti saja, teme! Yang penting sekarang adalah, kita mencari cara untuk kabur saat ia masih lemah! Kekuatanku tak cukup banyak untuk melindungimu. Aku heran denganmu, amat heran. Bisa-bisanya kau menendang batu segel itu hingga pecah! Untung saja di masa lalu Tsunade baa-sama berhasil menyegelnya kembali. Tepat sebelum ia kembali ke wujud asalnya." terang sang rubah panjang lebar. Dan tidak membiarkan Sasuke bicara.

"Tetap saja dobe! Aku belum mengerti permasalahan ini. Siapa orang aneh yang membawa sabit itu? Mukanya sangat bengis, auranya dapat membuat kita merasa dalam bahaya!?" tanya Sasuke lagi. Sasuke benar-benar ingin menuntut penjelasan dari si rubah.

"Namanya… Hidan. Jika kau jenius, kau pasti bisa langsung mengetahui siapa dia! Dan sekarang, berpeganglah padaku, teme! Karena kita akan melompat, dan mengambil jalan memutar!" teriak si rubah mengalahkan bunyi petir yang menyambar.

"Ngg.. Hidan? Rasanya pernah dengar.." ucapan Sasuke terputus. Matanya membelalak melihat apa yang dilakukan oleh rubah itu pada mereka berdua. "HUAAAAAA!!!!!" Sasuke berteriak sambil memegang leher rubah itu erat-erat.

Sang rubah oranye itu melintas melewati hutan hutan yang membentang. Sesekali melihat ke arah belakang. Ia melompat dari tanah ke atas pohon, lalu berpindah dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Menembus hujan lebat yang diselingi oleh petir yang bergemuruh.

Sang rubah tak peduli dengan keadaanya. Biarpun ia harus melewati lumpur-lumpur, dan juga terciprat air hujan, yang penting Sasuke selamat. Sedangkan Sasuke terus berpegangan ke tubuh rubah itu. Tubuhnya mulai menggigil, karena tersiram hujan yang mulai reda. Pada akhirnya, ia memberanikan diri untuk menoleh ke arah belakang.

Sasuke melihat seseorang mulai mengejar-ngejar mereka. Karena hutan yang gelap, ia tak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang ada di ujung sana. Barulah ketika petir menyambar, Sasuke dapat melihat sedikit wujud orang yang mengejarnya.

Mukanya bengis, hakama yang telah dipakai oleh orang itu telah robek-robek. Memperlihatkan dadanya yang bidang. Rambut putihnya menegaskan kesan kejam pada dirinya. Pria itu berlari. Apa yang ia lakukan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Pria itu tidak berlari, tetapi melayang. Sambil memutar-mutar sabitnya yang bercabang-cabang. Lidahnya menjulur dari mulutnya, dan matanya merah. Membelalak sedikit demi sedikit. Warna kulitnya berubah. Dari putih pucat menjadi hitam yang diselilingi dengan garis-garis putih.

"DEWA JANSHIN, aku adalah utusan-Mu yang telah bebas! Ampuni segala kesalahanku, dan aku akan mempersembahkan tumbal yang lezat untukmu! Melewati jiwa si penjaga kuil murni, dan juga manusia yang bau darahnya lezat! HAHAHA!!" pria itu tertawa keras. Suaranya mengalahkan petir-petir yang menyambar dengan amat ganas.

"Dobe, cepatlah! Ia sudah berada di belakang kita! Kau pasti bisa mendengar apa yang dia katakan tadi kan? Wujudnya mulai berubah sedikit demi sedikit, kulitnya menjadi hitam kelam, mukanya tampak semakin jahat, dan matanya... berwarna merah darah! Ia juga terus memutar-mutar sabitnya yang bercabang.." ujar Sasuke sambil melirik ke belakang.

"Aku tahu teme! Itu pertanda harapan kita untuk selamat hanya 50%! Kekuatan iblis itu sudah mencapai puncak! Begitulah yang dijelaskan dalam Kitab Kuil", jawab si rubah sambil terus melompat dalam guyuran hujan.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Cuacanya semakin tak mendukung, dalam sekejap ia bisa menggapai kita, dobe." balas Sasuke.

"Pegangan!" perintah si rubah pada Sasuke. Sasuke menurutinya.

"KAU TAK BISA KABUR DARIKU, Naruto!! Setelah perlakuan ayahmu—Namikaze Minato—yang berhasil menyegel Kyuubi pada dirimu, dan juga menyegel diriku di batuan itu selama 1 abad!" pria itu berteriak. Sambil terus mengejar, juga membidik, mereka berdua dengan sabitnya yang bercabang. Sabitnya menyerap energi petir yang sedang dahsyat, dan menghempaskanya ke arah si rubah—Naruto.

Sayangnya, serangan itu meleset. Dengan cekatan, Naruto berhasil menghindari serangan itu. Ia melompat dan mengucapkan beberapa kata-kata, dan dari mulutnya keluarlah semburan api yang cukup besar. Dapat menambah waktu mereka kabur. Setelah itu, Naruto berlari kembali. Menembus hutan yang luas. Hingga akhirnya, mereka sampai diujung hutan. Dan mereka terus melesat melewati hutan tersebut.

Tetapi itu bukan masalah yang sebenarnya. Karena tepat di tempat mereka berdiri sekarang, tampaklah tebing yang menjulang tinggi. Berdiri dengan kokoh, dan tebing itu berhadapan langsung dengan laut yang mengganas. Karena hujan dan petir yang beradu.

"Jangan bilang kita akan melompat dari sini, dobe! Itu tak membuat kita selamat, tapi malah membuat kita semakin dekat dengan para shinigami." Sasuke berkata dengan cemas.

"Sasuke-teme, jangan bilang kau takut dengan semua ini! Atau, jangan bilang kau tak bisa berenang! Lihatlah ke seberang sana, teme!" perintah Naruto. Sasuke pun menuruti perintah Naruto. Tanpa peduli dengan matanya yang belum bisa menyesuaikan diri dengan lebatnya hujan. Namun, ia masih dapat melihat atap hitam dan tiang merah yang berada di tebing seberang.

"Kuil?" tanya Sasuke dengan polos.

"Ya, kita akan kembali ke sana. Kuil itu adalah tempat teraman untuk kita sementara ini! Dan disitu, aku akan menceritakan semuanya. Hidan akan cukup kerepotan untuk kabur dari hutan, karena api yang bercampur dengan petir, sehingga untuk menemukan kita dikuil akan sulit! Tak ada cara lain selain bertarung membunuhnya, dan pada hitungan ketiga, kita akan melompat! teme, pegangan! Tiga…" teriak Naruto yang mulai menghitung.

"DOBE, jangan gila! Ombaknya menggulung dengan deras!" Sasuke berteriak panik.

"Dua…" hitung Naruto lagi. Tanpa mempedulikan jeritan panik Sasuke.

"DOBE, kau pasti punya cara lain selain ini! Berbaliklah menuju jalan yang lain!" Sasuke masih terus berteriak. Tak peduli biarpun air hujan masuk ke dalam kerongkonganya.

"Satu.. Sekarang!" hitungan telah berakhir. Naruto tidak memedulikan teriakkan Sasuke. Ia terjun bebas kearah laut. Menembus ombak yang bergulung-gulung dan hujan yang sangat deras, sedangkan Sasuke berpegangan erat-erat pada Naruto. Perutnya mual melihat pemandangan yang ada di depannya, karena dalam waktu 5 detik, mereka berdua pasti akan disambut oleh air laut yang asin. Dan hanyut dengan ombak-ombak yang menggulung. "USURATONKICHI!!" kata-kata itulah yang terakhir diteriakkan oleh Sasuke sebelum mereka berdua memasuki laut yang bergelombang.

#####

"Ayo berdiri, baka! Kita masih harus naik ke kuil, dan.. kelihatannya kau baik-baik saja. Tidak mengalami lecet sedikit pun. Setelah mengikuti tangga ini, kita akan sampai di kuil. Kau masih ingin mendengar penjelasanku kan? Atau, jangan-jangan kau sudah kehilangan minat ya?" kata Naruto-rubah yang telah bangkit dan berjalan menaiki tangga tebing menuju ke arah kuil.

Mau tak mau, Sasuke akhirnya mebuka matanya yang hampir tertutup. Ia sudah terlalu lelah dengan semua ini, tapi ia memaksakan matanya untuk terbuka. Demi menuntaskan rasa keingin tahuannya yang meluap. Karena semua ini berhubungan dengan mata sial miliknya.

Sasuke menaiki tangga itu sedikit demi sedikit, dan semakin lama ia berjalan semakin cepat. Karena ia melihat, Naruto sudah sampai ke kuil. Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah, ketika ia sampai diatas, ia tidak melihat seekor wujud rubah. Yang ia lihat adalah, sesosok manusia berambut kuning, bermata biru jernih, tinggi orang itu sepantaran dengannya, dan memakai hakama berwarna putih. Naruto masih bertolak pinggang dan tersenyum jahil ke arah Sasuke.

"Terkejut dengan wujudku ya, teme? Asal kau tahu saja, aku bisa berubah bentuk kapan saja. Dan inilah wujudku yang sebenarnya! Aku suka melihat wajahmu yang pucat karena kaget itu, teme! Betapa sempurnanya dunia!!" Naruto bersiul-siul kegirangan.

Bila boleh jujur, Sasuke memang terkejut dengan wujud anak yang bernama Naruto ini. Tapi setelah itu, ada lagi yang membuat dirinya lebih terkejut. Karena… Naruto adalah seorang anak yang pernah ia lihat melalui penglihatannya.

Itu berarti, Sasuke telah melihat sekelebat bayangan tentang dirinya dan anak ini. Sementara otaknya berpikir dengan keras, Naruto menarik-narik dirinya untuk memasuki bagian dalam kuil yang hangat dan dilapisi oleh tatami. Sasuke duduk dalam posisi bersimpuh, berseberangan dengan Naruto.

"Aku butuh penjelasanmu tentang semua hal aneh ini! Cepat jelaskan sekarang juga, dobe!" perintah Sasuke dengan dingin.

"Sebenarnya, ini tidak aneh, teme! Hanya kau saja yang tidak tahu dengan hal yang sebenarnya. Oke, akan kujelaskan semuanya dari awal. Semoga waktunya cukup. Sebelum Hidan sampai ke tempat ini. Bagusnya, dimulai darimana ya?" alis Naruto mengkerut. Menandakan ia bingung untuk menjelaskannya.

"Biar aku yang bertanya. Kau pasti tahu, apa yang teradi dengan diriku dimasa yang lalu. Ceritakan!" muka Sasuke berubah layaknya es.

"Kuharap kau tidak kaget dengan penjelasanku, teme. Singkatnya, pada tahun baru, ketika kau datang ke sini aku merasa tertarik dengan keberadaanmu. Kau berbeda dengan anak-anak lain yang biasa kutemui. Kau lebih dingin daripada salju, dan kau mempunyai tatapan seakan-akan kau benci kepada semua orang—

Tepat ketika kakakmu pergi, aku melihat gerak-gerik yang aneh pada dirimu. Dengan bodohnya, kau masuk ke dalam hutan. Aku, sebagai penjaga kuil, mau tak mau aku harus mengikutimu. Instingku mengatakan, kau berada dalam bahaya. Walaupun aku tak menyangka, hal itu akan terjadi. Itu benar-benar di luar perkiraanku selama 100 tahun terakhir ini. Kau, dengan bodohnya melangkah melewati batu segel Hidan."

"Memangnya, ada masalah dengan hal itu?" tanya Sasuke dengan dingin. Sedangkan muka Naruto yang tadinya ceria sedikit demi sedikit mulai berubah. Menjadi tak kalah dingin dengan Sasuke.

"Ada, kau membuat masalah besar, bodoh! Kalau sampai batu itu pecah, maka Hidan akan bangkit kembali. Oleh karena itu, sebelum kau bermain-main dengan batu itu, aku berusaha menghentikanmu dengan menggeram padamu. Dan justru hal itulah yang membuat dirimu kaget dan pingsan." terang Naruto.

"Kalau begitu, itu bukan salahku sepenuhnya! Salahmu sendiri datang padaku dalam wujud rubah raksasa itu. Tentu saja sosokmu itu akan membuat setiap orang kaget. Sekarang aku ingin tahu, siapa yang kau maksud dengan Hidan? Setelah aku mencoba mengingatnya baik-baik, aku baru ingat dia adalah salah seorang Dewa. Ia adalah Kirrin, alias Dewa Petir yang datang ke bumi karena jatuh cinta pada salah seorang manusia yang bernama Konan. Lalu ia menikah dengan Konan dan tinggal di kerajaan langit sebagai rasa terima kasihnya pada bumi, ia menurunkan petir."

"Itu hanyalah fiksi yang dibuat oleh kalian, para manusia.. kenyataan yang sebenarnya sangat bertolak belakang dengan apa yang selama ini beredar. Hidan memang bertemu Konan, namun, mereka tak menjalin cinta. Hidan menerima penolakan dari Konan, dan Konan berpaling ke Pein. Hidan yang ditelantarkan oleh Konan akhirnya berjalan sendiri... berjalan sendiri di jalan bernama kesesatan. Dan akhirnya, ia bertemu dengan puncak segala kesesatan.."

"Siapakah puncak segala kesesatan?" Sasuke bertanya dengan ekspresi kaget yang alami dan natural.

"Janshin... Dewa Janshin.. Ia mengadakan perjanjian dengan Hidan. Dengan membagi sedikit darah murninya ke Hidan.. Namun, semua memiliki resikonya. Hidan menjadi immortal—abadi, ia tak bisa mati. Dan Hidan sendiri mensyukurinya.. Bukannya sedih, ia malah semakin menjadi-jadi. Ia membunuh orang dengan semena-mena. Siapakah yang tidak beruntung menurutnya, itulah yang ia bunuh.."

"Dan... Apa yang terjadi dengan Hidan selanjutnya? Kurasa tadi aku mendengar nama Namikaze Minato.."

"Hidan menjadi Dewa Kirin—Dewa Kesialan. Membunuh semua orang sesukanya apalagi bila perasaan nya sedang galau darah adalah makanan nya yang lezat, menyebarkan wabah penyakit bila ia ingin bermain-main dengan manusia di bumi, membebaskan para setan dari neraka lalu menyuruhnya mereka untuk membawa manusia sebagai tumbal.—

Sasaran yang paling empuk adalah para penjaga kuil berdarah murni—abadi. Puncaknya adalah ketika ia membunuh hokage ke 3—penjaga kuil murni yang ke 3. Dengan bantuan Orochimaru yang sering disebut sebagai ular neraka, Orochimaru berhasil dimusnahkan oleh Hokage ke 3. Tapi, hokage ketiga pun terpaksa harus mati menggunakan jurus terlarang, sedangkan Hidan berhasil kabur." terang Naruto panjang lebar.

"2 pertanyaan lagi, dobe! Aku tahu, keadaan kita sedang genting, dan kita harus cepat menyusun strategi untuk membunuhnya. Jawab pertanyaanku! Kenapa Hidan berhasil disegel hingga saat ini?" tanya Sasuke penasaran. Sedangkan Naruto yang ditanya berubah raut mukanya. Menjadi lebih pucat dan matanya berubah warna menjadi gelap.

"Setelah Hokage ke 3 meninggal, jabatan sebagai Hokage diberikan kepada ayahku, Namikaze Minato. Ia resmi menjadi Hokage ke-4, tugas utamanya adalah menghancurkan Hidan. Ia memakai sebuah siasat dengan memancing Hidan melalui darah manusia murni yang termanis. Karena ia tahu kelemahan Hidan adalah darah, darah yang manis. Ia menyuruh para tetua mencari darah manusia murni termanis, dan untungnya para tetua berhasil ditemukannya. Pada saat yang bersamaan, hal itu menjadi berita terbaik dan juga menjadi berita terburuk untuknya." Naruto berkisah dengan penuh penghayatan.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" sambung Sasuke. Naruto yang ditanya menghela napas panjang, dan suaranya menjadi sedikit bergetar.

"Karena orang terpilih itu adalah seorang wanita yang paling dicintai oleh Hokage ke 4. Orang yang ia cintai melebihi seluruh jagad raya ini. Ya.. benar saja, Jiraya dan Tsunade—para tetua—memilih Uzumaki Kushina sebagai tumbal untuk Hidan." Naruto mengucapkannya dengan berat.

"Tidak mungkin! Nama keluargamu sama dengannya, itu berati... dengan kata lain ia... ibumu kan?" selak Sasuke.

"Kau benar, amat benar. Ia—Ibuku—masih sangat muda, dan saat itu aku masih beberapa bulan. Ayahku yang tahu akan hal itu menyuruh para tetua mencari tumbal yang lain. Siapa saja, asal jangan ia dan aku. Sedangkan Ibuku yang mengetahui hal itu tentu saja marah. Karena itu sama saja ayahku bersikap egois, dan egois adalah sikap terlarang untuk dimiliki oleh seorang Hokage. Ibuku bersikeras untuk menjadi tumbal, dan mengancam kepada Ayahku. Itu membuat Ayahku tak berkutik, dan dengan berat hati, ia mengizinkan Ibuku menjadi tumbal." terang Naruto. Ia menghela napas sejenak lalu mulai bercerita kembali.

"Malam purnama itu pun tiba. Di sebuah malam, dimana air laut sedang pasang-pasangnya. Ayahku memancing Hidan dengan darah ibuku. Di sekelilingnya, telah berdiri banyak Jounin—pasukan elit yang bersiap sesuai tugas mereka masing masing. Tepat pukul 24.00, Hidan datang. Sepertinya, ia telah tahu tentang rencana ini. Tetapi, ia juga tak bisa menolak bau darah yang dimiliki oleh ibuku. Ia sangat berhasrat untuk membunuh siapapun demi mendapatkan darah ibuku. Sedangkan ayah tak mungkin membiarkan hal itu terjadi, harusnya semua berjalan sesuai rencana, jika saja mereka tidak lengah. Para klan-klan yang berkumpul tidak mengetahui kekuatan Hidan bertambah 10x lipat saat purnama—

—Penyerangan dimulai. Tapi Hidan tidak semudah itu dikalahkan. Ia menembus para Jounin yang melindungi ibuku satu persatu. Darah berceceran di mana-mana, mayat-mayat korban berjatuhan. Ketika semua Jounin berhasil ia tumpas, ia masih harus berhadapan dengan para Anbu—pasukan khusus Hokage—yang melindungi ayah dan ibuku. Sedikit demi sedikit Hidan mulai melemah, karena bulan purnama hanya muncul sepintas. Bulan terhalang oleh awan. Dan serangan bertubi-tubi membuat Hidan bertekuk lutut di depan Ayahku—

—Saat Ayahku hendak menghunuskan katana ke arah Hidan, tiba-tiba bulan purnama nampak kembali. Segalanya menjadi buyar. Hidan berhasil menghindar dengan kekuatannya yang kambali. Ia mengeluarkan mahluk terlarang yang ia ambil dari dasar neraka ke tujuh. Mahluk itu adalah Kyuubi, rubah ekor 9 yang paling kuat diantara mahluk sejenisnya. Pada saat itu, pegangan antara ayahku dan ibuku terlepas. Tentu saja Hidan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Di depan mata ayahku, ia membunuh ibuku dengan sadis." Naruto bercerita panjang lebar. Sasuke tak memotong perkataan Naruto sama sekali. Ia malah sibuk mendengarkan dengan seksama. Naruto melanjutkan ceritanya.

"Ia membawa Ibuku ke udara, lalu memenggal lehernya dengan kejam. Sama sekali tidak menghiraukan sedikit pun teriakan dari Ibuku. Tetapi, sebelum ibuku terbunuh, ibuku masih sempat tersenyum untuk yang terakhir kalinya. Dan ternyata, dalam sekejap daratan itu telah dihujani oleh darah segar ibuku. Membuat segalanya terlihat dengan warna yang sama, yaitu merah. Merah darah yang pekat. Ayahku terpaku, dan tak bergeming melihat hal itu—

—Tapi ayahku tersadar kembali, karena Kyuubi lepas kendali. Kyuubi menjadi mahluk yang ganas, amat ganas, sedangkan Hidan masih menghisap darah Ibuku dengan nikmatnya. Dengan rasa dendam yang tiada tara, Ayahku memutuskan memakai jurus terlarang yang hanya dikuasai oleh orang-orang terplilih, termasuk dirinya. Tapi jurus terlarang itu tidak cukup untuk membuat Hidan mati, sekaligus mengirim Kyuubi ke neraka kembali. Maka, ayahku menyegel Kyuubi ke diriku, dan menyegel Hidan di sebuah batu. Seharusnya, segel itu sangat kuat, tapi, seiring dengan berjalannya waktu, segel itu mulai lemah. Dan hasilnya... dapat kau lihat sekarang.. Hidan bebas.", Naruto mengakhiri penjelasan nya yang sangat panjang.

"Satu hal lagi, dobe! Aku tahu, kau pasti ada sangkut pautnya dengan mata sialan ini. Jawab!" tanya Sasuke tegas. Naruto hanya mengeluarkan senyum jahilnya. Matanya yang tadinya berwarna biru gelap kembali lagi menjadi berwarna biru muda. Kembali ke warna aslinya.

"Jenius sekali kau, teme. Oke, pada saat kau tidak sadar, Tsunade baa-sama masih sempat menyegel Hidan kembali. Dan akibatnya, Tsunade baa-sama meninggal. Sedangkan aku, aku mengehentikan pendarahan mu yang hebat. Dan untuk berjaga-jaga, aku memberikan sedikit kekuatanku padamu. Jadi, kau bisa melihat mahluk-mahluk halus dan bisa berantisipasi, apabila melihat mahluk halus—yang bisa jadi bagian dari Hidan yang belum tersegel—. Aku memberikan mata ini padamu agar kau bisa melihat masa depan, aar kau bisa tau, apakah Hidan mengejarmu atau tidak. Harusnya, semua masalah beres. Tetapi.. kau tak bisa menyesuaikan diri dengan mata itu! Malah kembali ke masa lalu dengan bantuan situs terlarang itu.." terang Naruto.

"Jadi kau sudah tahu aku akan kemari? Lalu, apa hubunganmu dengan situs itu? Kau... pasti tahu sesuatu kan?" tanya Sasuke samabil mengguncang-guncang bahu Naruto.

"Janjimu HANYA 2 pertanyaan, teme. Dan aku tidak akan menjawab pertanyaan itu. Bersiaplah, kurasa ia mendekat." balas Naruto. Mata biru Naruto tak menatap Sasuke, tapi melihat ke sekeliling. Bersiaga apabila Hidan datang mendekat.

Sasuke yang terkejut dengan ucapan Naruto membalikkan badan. Dan benar saja, pintu kuil tiba-tiba terhempas dengan keras. Menimpa dirinya dan juga Naruto. Mereka berdua terlempar ke pojok ruangan. Seharusnya, Sasuke mendapatkan luka yang cukup serius, tapi nyatanya, ia tak mendapat luka yang berarti.

Naruto tidak menghalanginya akibatnya, keadaan berbalik. Darah mulai mengalir dari pelipis Naruto. Bukannya diam, Naruto malah menarik tangan Sasuke untuk kabur. Keluar melaui pintu lain. Bukan dari pintu yang terhempas barusan. Dan di saat-saat seperti itu, Sasuke mengambil sebuah Katana yang dipajang di dinding.

'Kuharap ini bukan katana palsu!' bisik Sasuke dalam hati.

"Jangan kau pikir kau bisa kabur dariku, Uzumaki! Tak lama lagi, kau akan bertekuk lutut di hadapanku! Karena segala bala bantuan telah habis! Para tetuamu yang bodoh itu telah berhasil kumusnahkan." gertak Hidan panjang lebar.

Mereka berdua terus berlari, sedangkan Hidan masih terus mengejar di belakang mereka. Naruto menarik tangan Sasuke menjauhi kuil, dan tanpa sadar, mereka berlari ke arah yang salah. Mereka berlari menuju ke arah tebing di dekat kuil.

"Dobe, kau berlari ke arah yang salah." muka Sasuke memucat dengan cepat, karena mereka telah berada di ujung tebing. Berhadapan langsung dengan Sang Bahari—laut beserta ombaknya yang ganas—. Sedangkan dengan bengisnya Hidan berhasil mendekati mereka. Sambil menunjukkan keahliannya memutar-mutar sabit. Dia memotong apa saja yang ada di dekatnya, mulai dari pohon-pohon yang ada di dekat mereka, bahkan sampai batu berukuran sangat besar pun dengan mudahnya ia hancurkan. Batu itu terpotong-potong dengan mudahnya, lalu jatuh beruntun ke tanah.

Nasib itu juga dirasakan oleh pohon-pohon yang berada di dekat Hidan. Dengan mudahnya, ia memotong pohon-pohon besar itu, dan membelahnya jadi dua. Pohon-pohon yang ia tebang pun jatuh, daunnya berguguran, dan dentuman yang dihasilkan sangat dasyat. Bahkan melebihi petir yang masih menyambar karena hujan yang menjadi deras kembali.

Naruto jatuh terduduk. Ia gemetar menahan rasa dingin yang ada. Rasa dingin yang menyebar di seluruh tubuhnya. Darah dari pelipisnya tak kunjung berhenti. Malah darah itu mengalir semakin deras. Darah-darah itu pun ikut tertetes ke atas tanah, karena hujan deras yang mengguyur mereka, mengalirkan tetesan-tetesan darah itu lebih cepat.

Tak ada lagi yang bisa Naruto perbuat. Benar-benar hanya ada satu pilihan untuknya, yaitu... MATI. Tapi, ada 2 dua pilihan untuknya. Yaitu mati karena Hidan, atau... mati karena Sasuke. Tapi, ia ragu untuk memberitahu Sasuke akan hal itu...

"Teme, harapan kita sudah sangat tipis. Cepat atau lambat, kita akan mati, di hadapannya, teme." Muka Naruto pucat pasi, menandakan ia putus asa.

Sasuke tidak tahan melihat itu. Kemana wajah sok tahunya yang menyebalkan? Kemana senyum jahil seorang Naruto? Ia tak suka kalau mereka dengan mudahnya mati di tangan orang yang mereka benci. TIDAK, ia tidak akan menyerah! Menyerah tidak pernah ada dalam kamus klan Uchiha.

Karena itu, Sasuke bangkit. Meremas keras-keras Katana yang ia ambil seenaknya itu, lalu ia berjalan menghampiri Naruto.

"PLAK!" sebuah tamparan telak didapat oleh Naruto.

"Kau bilang, harapan kita hanya sedikit kan, dobe? Biarpun sedikit tapi belum 0% kan? Masih bisa berbalik menjadi 100% kan? Kemana Uzumaki Naruto yang kukenal? Setelah 100 tahun menjaga batu sialan itu kau bisa membalaskan dendammu ke dia kan? Tapi sekarang kau berpikir untuk menyerah? Lebih baik, kau dinginkan kepalamu di laut dulu, dobe!" teriak Sasuke sambil menunjuk ke arah laut di bawah tebing.

Siang itu hening. Hanya terdengar suara angin, dan juga suara hujan yang masih bergemuruh. Mereka berdua saling membisu. Bertatapan sengit satu sama lain. Kalau saja Hidan tidak memecahkan suasana itu dengan kembali bertingkah.

"Kalau kau tak mau maju, biar aku yang maju! Baru setelah itu aku berjanji akan menendang bokongmu, dobe! Dendamku atas mata yang kau beri ini belum selesai!" teriak Sasuke gahar.

Sasuke berbalik menuju ke arah Hidan. Ia membuka katananya dengan perlahan. Walaupun ia masih bingung, apa yang akan ia perbuat, sedangkan Hidan menyambut tantangan Sasuke itu dengan remeh sambil tersenyum bengis. Hidan merasa dirinya telah berada di atas angin. Lalu ia memamerkan kekuatannya dengan menebas sebuah pohon besar di dekat Sasuke dengan sekejap mata dengan sabitnya. Pohon itu pun roboh, dan akan menimpa Sasuke, sedangkan Sasuke... masih tak bergeming.

"Naruto, selamatkan sahabatmu! Itu adalah tugasmu sebagi Hokage ke 6 setelah Tsunade! Semua belum berakhir nak.. Masih ada 1 jurus terlarang yang belum kau pakai untuk menyelamatkannya! Aku bangga padamu, anakku.." kata suara tegas yang Naruto kenali. Suara Minato!

Dan suara yang hanya sekejap itu pun lenyap. Biarpun hanya berisi pesan singkat, tapi cukup membuat kekuatan Naruto bangkit kembali. Suara itu juga menyadarkan betapa bodoh dirinya. Dengan kekuatan barunya, Naruto berlari menghampiri Sasuke yang masih terdiam. Tidak menyadari bahwa pohon besar itu akan menimpanya.

Naruto berlari menghampiri Sasuke, dan mendorong sahabatnya itu menjauh dari pohon yang tumbang itu. Naruto pun tersenyum melihat pohon itu akan menimpanya. Ia menggantikan posisi Sasuke. "BRAKK!" pohon itu jatuh dengan telak. Menimpa Naruto tanpa ampun.

"DOBEEE! TOLOL, JANGAN MATI!!!" Sasuke merangkak cepat. Menghampiri sahabatnya yang masih kaku tertimpa pohon besar itu. Sedangkan Hidan tertawa-tawa. Puas melihat musuhnya telah jatuh.

Mata Sasuke melotot. Ia tidak menemukan tubuh sahabatnya di bawah pohon tumbang itu, justru yang ia temukan adalah rubah oranye yang terbaring menelungkup. Sedangkan ke dua kaki rubah itu tertimpa oleh pohon, dapat dipastikan tak akan terselamatkan.

"Kau bodoh, dobe! Ini untuk ke 3 kalinya kau menyelamatkan hidupku!" Sasuke berkata pada Naruto yang hanya nyengir. Mata Naruto menatap garang ke arah Hidan.

"Tunggu dobe! Biarkan aku yang memusnahkan ibils itu, dan membalaskan dendammu." Sasuke hendak berjalan mengahmpiri Hidan. Amarahnya yang tadi sudah ada memuncak, dan sekarang sudah tak dapat dibendung lagi.

"Berhenti, teme. Kita masih punya satu cara lain untuk membunuhnya.." kata Naruto yang menarik ujung baju Sasuke—agar Sasuke tidak nekat membunuh Hidan. Wujudnya telah kembali menjadi wujud manusia.

Naruto pun menghela napas panjang. "Kita bisa membunuhnya dengan jurus terlarang. Biarpun abadi, tapi aku—bahkan dirinya!— tidak akan bisa bertahan bila terkena jurus itu." Naruto memotong perkataannya sendiri.

"Teruskan saja, dobe. Apa jurus terlarang itu?" tanya Sasuke yang dibalas dengan tatapan serius dari Naruto. Naruto pun menghela napas panjang.

"Bunuhlah aku, maka... ia akan mati," ucap Naruto dengan suara yang mantap dan mata yang serius.

Kata-kata itu menusuk. Tepat di ulu hati Sasuke. Muka Sasuke berubah menjadi pucat pasi. Tentu saja, ia tidak bisa membunuh orang yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya!

"Tidak akan! Daripada kau, aku lebih pantas menemui ajal!" Sasuke menatap Naruto serius.

"Oke... oke... Cukup, anak-anak tolol! Waktunya kalian menemui ajal, dan menjadi santapan lezat Dewa Janshin! Hahahaha!" teriak Hidan menggelegar.

"DIAAAM!!!! DIAAM!! DIAMM!!" teriak Sasuke kepada Hidan. Sasuke menginginkan waktu untuk berpikir!

"Kau sudah bosan hidup ya, baka teme?" Hidan pun maju mendekat ke arah Sasuke dan Naruto.

"Ayo teme! Lakukan jurus itu sekarang! Tusuk jantungku dengan katanya yang kau pegang, dan kau akan selamat!" pinta Naruto. Muka Naruto menampakan rasa sakit. Rasa sakit yang ada di kakinya sungguh mengganggunya.

"Tidak akan! Lebih baik, aku yang mati, dobe!!" kata Sasuke dingin. Ia beranjak berdiri dan hendak berpaling pada Hidan.

"Ah, maaf teme! Tidak ada waktu lagi.." kata Naruto dengan pelan. Lalu ia mengembil katana itu secepat kilat dari Sasuke.

Dan Naruto memukul dahi Sasuke sambil mengucapkan suatu mantra dengan cepat. Telinga Sasuke tak dapat mendengarnya dengan jelas.

"Kau harus tidur dulu, Sasuke.. dan aku akan mengambil alih kontrol ragamu! Kumohon, ini hanya berlangsung sebentar.." pinta Naruto. Katanya telah ada di tangannya.

Sasuke tiba-tiba saja kehilangan ksadarannya. Pada saat itu ia terkejut! Ia memang bisa melihat melalui matanya, tapi ia tak bisa mengendalikan tubuhnya. Ia merasakan otaknya menjadi panas, dan kepalanya pening. Seakan-akan kepalanya mau pecah. Bahkan air hujan pun tidak cukup untuk mendinginkan kepalanya. Tanpa mendengar perintahnya, tangan Sasuke bergerak sendiri. Mengambil katana dari tangan Naruto, lalu dihadapkannya katana itu ke arah jantung Naruto.

"Tidak dobe!! Jangan bilang kau menghipnotis diriku!!" roh Sasuke berusaha untuk bicara, tapi... hasilnya nihil. Karena mulutnya tidak mau mengikuti perintahnya.

Tangan Sasuke menggenggam katana itu erat-erat, mangacungkannya ke udara lalu tangan itu segera melucur turun menuju ke arah jantung Naruto.

"TIDAK! BERHENTI, BERHENTI, BERHENTI! HENTIKAN ITU! Ini perintahku! Buang katana itu jauh-jauh!!" rohnya kembali berteriak keras. Tapi, tetap saja semua usahanya percuma. Karena raganya tak mau mendengar. Sedikit lagi katana itu akan sampai ke jantung Naruto.

Sementara roh Sasuke dapat melihat Naruto tersenyum jahil. Mungkin senyum itu menjadi senyum terakhirnya. Sedangkan Hidan semakin dekat untuk mencabik-cabik mereka.

"DUARR!!" petir menyambar dengan dahsyat, dan bersamaan dengan itu katana yang ia pegang mulai menembus kulit Naruto.

"BERHENTI! TIDAAK!!!" Sasuke meneriakkan suaranya yang parau. Tapi, semua terlambat... katana itu telah masuk menembus jantung Naruto.. Membuat diri Naruto terbatuk, dan memuntahkan darah dari mulutnya. Dari bagian dadanya—jantungnya!— darah segar merembes, membasahi katana yang menancap, dan juga... tangan Sasuke.

Mata Sasuke memerah. Melihat itu, ia merasa dirinya lumpuh, tak bisa digerakkan. Ia berusaha menahan air matanya yang akan jatuh karena melihat sahabatnya mati di depan matanya sendiri, dan yang paling mengenaskan, sahabatnya mati di tangannya sendiri!

"DUARR!!!" ledakkan yang keras membuyarkan lamunannya. Ia berbalik, dan melihat kuil Naruto berubah menjadi sebuah pintu besi yang kokoh berantai-rantai yang mengeluarkan api. Pintu itu bertuliskan "JIGOKU". Pintu itumengeluarkan darah.

Dan tiba-tiba saja, pintu itu terbuka menampilkan isinya yang mengerikan. Yang nampak hanya tulang belulang penuh siksaan, dan penderitaan. Dan juga para arwah yang organ-organnya berurai. Para arwah menjerit meminta ampun. Jeritan yang memekakan telinga. Dan Sasuke melihat seekor rubah berwarna oranye keluar dari pintu neraka..

Rubah itu menyambar Hidan. Mereka saling berkelahi dengan hebat, tapi rubah itu berhasil mencabik-cabik seluruh tubuh Hidan. Bahkan sampai Hidan berteriak miris. Mengalahkan bunyi petir yang menyelingi hujan. Sabit kebanggannya telah hancur, dikarenakan terkaman sang rubah.

Akhirnya rubah itu mengeluarkan suara mengerikan.. Mengayunkan cakarnya yang tajam kepada Hidan, dan berhasil menarik sesuatu dari raga Hidan. Pada saat yang sama, petir terbesar menyerbu ke raga Hidan. Hidan berteriak histeris, juga memilukan, dan dalam sekejap saja.. raganya musnah menjadi debu..

Sasuke gemetar. Melihat hal itu membuatnya takut. Walaupun penglihatannya terhalang oleh derasnya hujan, ia masih bisa melihatnya. Sasuke mengelap air di wajahnyanya, 'tuk melihat wujud rubah itu. 'Tidak mungkin! rubah itu adalah Naruto.' pikir Sasuke.

Rubah itu membawa seorang roh di taringnya. Lalu, tanpa melihat ke arah Sasuke, ia berbalik masuk ke dalam pintu neraka..

"Naruto, apakah itu... kamu?" tanya Sasuke.

Tapi, rubah itu mengacuhkan dirinya, dan melengos masuk ke arah pintu neraka. Neraka yang dipenuhi oleh jeritan miris dan juga jeritan kesakitan yang memekakan telinga. Ketika rubah itu memasuki neraka, roh yang dibawanya menjerit semakin histeris. Sasuke tahu dengan pasti, roh yang berusan menjerit adalah roh Hidan. Setelah rubah itu masuk, pintu neraka menutup dengan keras dan menghilang.

"Bukan Naruto! Namaku Kyuubi!! Camkan hal itu dalam benakmu!" Sasuke mendengar suara Kyuubi menjawab pertanyaannya. Namun Sasuke tak tau darimana asal suara itu.

Selesailah sudah.. Hidan telah dikirim kembali ke neraka, dan dunia pun selamat. Tak akan ada lagi yang akan memburu para iblis yang datang. Pada saat itu pula, semuanya berubah. Hujan yang tadinya deras dalam sekejap berhenti, awan hitam menghilang.. digantikan oleh awan yang putih bersih. Langit yang kelam sedikit demi sedikit mulai berubah.. menjadi berwarna biru muda cerah.

Ombak yang menggulung dengan ganasnya, juga kembali menjadi tenang. Matahari mulai tampak, dan pelangi pun muncul. Angin berhembus dengan lembut, diselingi oleh kelopak Sakura yang terbang kearahnya. Semua itu akan menjadi indah. Jika saja, Naruto tidak ia bunuh!

"Te-me..." sebuah suara menyadarkan Sasuke dari lamunannya.

"Dobe? Kau masih hidup? Bertahanlah!! Kau akan pulih!" sekelebat perasaan senang datang. Karena Naruto—sahabatnya—belum mati!

"Tak perlu, teme.. Ini sudah waktunya. Kita memang harus berpisah." Naruto berujar pelan. Membuat hati Sasuke miris melihatnya.

Muka Sasuke yang tadinya cerah, berubah kembali menjadi mendung seketika. Tangan Sasuke menarik perlahan katana yang masih menancap di dada Naruto.

"Maafkan aku, sobat. Kita harus berpisah. Terima kasih telah menjadi sahabatku dalam waktu yang singkat ini..", ujar Naruto lirih. Ia mengangkat wajah Sasuke dengan kedua tangannya yang berlumuran darahnya sendiri.

'Tunggu! Aku pernah melihat cuplikan ini dari indra keenamku!' batin Sasuke. Namun, pikirannya itu tak digubrisnya. Yang terpenting sekarang adalah.. Naruto!

"Berjanjilah, dobe.. Kau akan kembali padaku, kau akan hidup lagi, menemuiku, dan kita akan hidup bersama.." mata Sasuke memerah. Menahan air mata yang ingin keluar dari matanya.

Tapi Naruto hanya tersenyum, seakan mengungkapkan janji. Biarpun begitu, Sasuke merasa puas. Karena senyum itu merupakan senyum paling tulus yang pernah didapatnya dari seorang Uzumaki Naruto.

"Maafkan aku, karena sudah membunuhmu.." tangan Sasuke memegang tangan Naruto yang masih menyentuh mukanya. Sasuke tersenyum tulus. Sama tulusnya dengan Naruto.

Tak lama kemudian, tangan Naruto jatuh terkulai ke tanah. Mata Naruto tertutup. Semakin lama, tangan, dan juga badan itu mendingin. Sasuke menutup mata. Ia tahu, sahabatnya telah pergi.

Dan ketika ia membuka matanya, ia tak menemukan jasad Naruto. Jasad Naruto telah berubah menjadi hamparan kelopak Sakura yang indah, dan kelopak itu terbang dengan anggunnya, menerpa lembut wajahnya.

"Sayang sekali, Sasuke.. Kau mendapatkan hukuman." suara itu mendadak muncul. Dan Sasuke menoleh. Ia dapat melihat 2 orang yang menghampirinya. Seseorang berhakama hitam, dan juga seseorang berkimono hitam. Orang yang berkimono hitam berwajah pucat, dengan mata merah darah, tatapan yang tenang, dan rambut lurus-indah yang panjang. Sedangkan yang berhakama—yang tadi bersuara—, adalah seorang wanita dengan rambut hitam ikal sebahu, berparas tegas, bermata cokelat keemasan, dan berkulit pucat. Walau kulitnya tak sepucat temannya.

"Ya, aku memang pantas mendapat hukuman karena telah membunuh Naruto. Hukum saja aku." balas Sasuke dengan dingin. Matanya menunjukan kehampaan, dan juga kesedihan mendalam.

Gadis ikal itu menjentikkan jarinya dan berkata, "Kembali!". Dan saat itu pula Sasuke menghilang.

Sedangkan gadis berambut hitam panjang itu menghampiri jasad Naruto yang telah berubah menjadi hamparan kelopak Sakura.

"Apa yang mau kau lakukan dengannya, Hime?" tanya gadis yang bernama Hihara itu penasaran. Sedangkan Hime hanya tersenyum penuh makna, lalu menatap Hihara lembut.

"Himitsu.. Kau akan tahu nanti, kawan.", katanya dengan misterius..

#####

"BRAKK!!" Sasuke terbangun dari tidurnya. Ia berbaring di atas tempat tidurnya, dan wujudnya telah kembali seperti semula. Dan tiba-tiba saja, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang berparas tampan yang mirip dengannya.. 'Aniki..'

"Apa-apaan kau, Sasuke? Membiarkan pintu rumah terbuka dengan lebar! Kesalahan fatal bagi seorang Uchiha. Dasar little foolish brother!" muka Sasuke datar. Karena berhasil mendapat tanggapan dingin dari ototounya, Itachi banting pintu kamar Sasuke tampa ampun.

"Apa... itu semua hanya mimpi? Apakah mata itu sudah hilang?" Sasuke bertanya kepada dirinya sendiri. Ia menunggu penglihatannya datang seperti biasa, tapi.. hasilnya nihil. Tak ada yang muncul.

"Mustahil! Aku berhasil menghilangkannya! Aku berhasil mengubah diriku!" Sasuke melompat dari tempat tidurnya dan berlari ke arah komputernya. Komputer itu masih menyala. Layarnya hitam dan dari layar itu menampilkan sebuah pesan,

"Terima Kasih telah memakai situs kami!"

Mata Sasuke mengerjap-ngerjap tak percaya. Situs itu ternyata asli! Dan Sasuke pun tersenyum bahagia..

#####

Seminggu telah berlalu, dan ia takkan lupa dengan Naruto. Seharusnya, hari ini Sasuke berjalan menuju ke sekolahnya. Tapi, entah kenapa, hari ini berbeda. Sasuke malah melangkahkan kakinya menuju ke arah yang berlawanan dengan arah sekolahnya. Menuju ke tempat yang sangat padat, dan merupakan salah satu pusat keramaian di Konoha. Sebuah tempat bernama Shibuya. Ia sendiri bingung, kenapa kakinya berjalan ke tempat ini. Ia hanya mengikuti nalurinya, dan nalurinya menuntun dirinya 'tuk bolos dan berjalan ke Shibuya. Sungguh perbuatan yang tak pantas bagi seorang Uchiha.

Sasuke sedang melamun, memikirkan sahabatnya yang meninggalkannya. Sasuke pun menuju ke arah lampu merah yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Dan saat itu pula matanya menangkap sosok yang tidak asing. Seseorang yang berambut kuning terang, bemata biru bak langit, dan memakai seragam yang sama dengannya. Orang itu bersandar di tiang lampu merah sambil melipat ke dua tangannya. Menampilkan senyum jahil yang Sasuke rindukan.

"Lama sekali kau, teme!" orang itu berteriak dan kalimat itu memang ditujukan untuk Sasuke.

Sasuke terdiam. Tak percaya dengan apa yang ia lihat dalam jarak 50 meter dari tempatnya saat ini. Sasuke menampilkan muka linglung yang tak mengurangi ketampanan Uchiha-nya.

'Itu Naruto! Naruto yang sama dengan yang dulu. Dalam wujud remaja. Hanya saja.. dalam wujud perempuan!' batin Sasuke berucap.

"Dobe, bagaimana kau bisa berada di sini? Bukankah kau sudah.." ucapan Sasuke terputus. Ia tak ingin melanjutkan kalimatnya.

"Entahlah! Seorang gadis bernama Hime telah membangkitkanku, hanya saja... dalam wujud perempuan." gerutu Naruto. Tampaknya ia sebal dengan rambut panjang dan rok seragamnya.

"Kau benar-benar lucu dengan wujud itu, dobe!" ucap Sasuke jahil. Otomatis, muka Naruto memerah. Hal itu membuatnya semakin cantik, lalu Naruto menarik tangan Sasuke untuk menembus kerumunan orang di Shibuya.

"Cepat! Tunjukkan sekolah baruku, kenalkan aku ke banyak orang, dan kau harus menjadi pemanduku untuk sementara!" ujar Naruto bersemangat. Dan mereka berdua pun menembus kerumunan orang-orang di Shibuya.

'Ini semua nyata, dan mata itu tak akan pernah menggangguku lagi.' ucap Sasuke dalam hati. Sasuke pun berjalan pelan di belakang Naruto yang memegang tangannya, lalu ia menatap langit yang cerah sambil bergumam.

"Biarlah web itu menjadi rahasia.."

"Apa kau bilang?" tanya Naruto penasaran.

"Tidak! Itu hanya perasaanmu saja!" balas Sasuke.

Dalam kerumunan yang ia lalui bersama Naruto, ia berpapasan dengan seseorang yang sedang menuju ke arah yang berlawanan dengannya. Orang yang ia lihat melalui webcamnya, gadis itu tidak asing bagi Sasuke. Dengan kulit albino dan mata hitam legamnya, Sasuke dapat langsung menebak siapa gadis itu. Dan tepat saat mereka berdua berpapasan, Sasuke mengucapkan beberapa kata kepada gadis albino itu...

"Arigatou, Wammy."

Ketika mereka sudah saling menjauh, Wammy tersenyum dan terus berjalan dengan tenang melewati Shibuya yang padat.

"Dobe, tampaknya aku harus mempelajari dirimu yang aneh ini!" sahut Sasuke dengan asal setelah mereka berhasil meninggalkan Shibuya.

Bukannya membalas mengejek, Naruto malah berbalik. Lalu tersenyum pada Sasuke. "Karena itulah kita dipertemukan kembali, Sasuke." ucap Naruto dengan tulus. Membuat Sasuke juga ikut tersenyum.

Mereka tak menyadari sepasang mata sedang mengawasi mereka dari atas pohon yang rimbun. Gadis yang berparas sama dengan Wammy, bermata merah dan memakai jaket serta topi yang berwarna senada. Gadis itu diam, memperhatikan Sasuke dan Naruto... dan dari balik topinya, ia tersenyum sambil bergumam, dan kemudian menghilang bersamaan dengan angin yang berhembus.

"Sudah kubilang, jika kau berhasil menjalankan misimu, kau akan bahagia. I Will Change Your Destiny!"

This is the end of First Full Moon : My Eyes.

To Be Continued, to Second Full Moon.


A/N: Fiuuh!!! Akhirnya selesai juga! Kami, a.k.a Moshimoshi ma Rainbow kejar tayang nih!! Gimana minna-san? Udah oke belum? Kami tahu pasti komentar yang banyak keluar nanti pada bilang panjaaaaang banget!!!

GOMEN GOMEN GOMEN *sujud sama minna-san*, kita nggak maksud buat cerita ini kepanjangan(6.900 words)! Emang banyak materi yang harus ditampilkan di chapter ini, lagipula menurut kami ini masterpiece! Maaf banget minna-san! CDWEB chapter berikutnya gak akan panjang banget kayak gini kok.. Ini karena kami suka banget sama pairing ini, dan idenya lagi ada, makanya jadi seperti ini! Ini CHAPTER TERPANJANG CDWEB!

Oke saya mau menjelaskan hal-hal yang penting:

1. Jurus terlarang yang dimaksud Naruto itu, pas Sasuke nyerang Naruto, Kyuubi bakal keluar dari tubuh Naruto. Dan Kyuubi itu yang bunuh Hidan, tapi.. sebagai balasannya Naruto juga harus mati! Huhuhuhu...

2. Terus yang pas Hime itu dia bilang "Himitsu, kau akan tahu nanti, kawan.", itu maksudnya, "Rahasia, kau akan tahu nanti, kawan."

3. Dan hukuman untuk Sasuke karena misinya berhasil adalah dia ketemu Naruto lagi, tapi dalam wujud cewek dan mata batinnya hilang (Ngerti kan maksudnya?)

4. Selama di dunia masa lalu Sasuke emang gak dapet indra ke 6

Terus soal sejarah Hidan Moshimoshi asal ngarang! Hahahaha XD

Kenapa pilih Hidan jadi musuh? Jawabannya adalah... karena yang ada di otak saya emang begitu –digetok pembaca-

Intinya, chappie ini Happy Ending! Yang jelas saya Cuapeeeek ngebuat cerita ini sendrian!! Stress!! – by Moshimoshi

EH!!! Gue juga capek ngedit sendiriiaann!!! Mana ngedit 19 halaman ini cuma dalam waktu sehari! - by Rainbow

Dan yang terakhir, ada yang mau dibuatin side storynya MinaKushi yang pas ngelawan Hidan gak? Untuk memperjelas sejarah? Entar kalo mau dibuatin. Satu lagi kita mau ngadain voting. Minna-san mau chap berikutnya bergenre Romance atau bergere Friendship lagi?

Terus, CDWeb bakal HIATUS dulu! Pokoknya, 5 sekawan sepertinya bakal Hiatus setelah ngapdet The Last Uzumaki chapter 4. Ada yang mau dikerjain dulu antara Moshimoshi dan Rainbow. Kemungkinan Shinkansen tetep jalan!

HAPPY NEW YEAR, MINNA-SAN!!!

_SEKIAN_

Review please! Sangat dibutuhkan untuk menentukan kelajutan cerita ini! Arigatooouu!

Top of Form