A Black and White Challenge from Blackpapillon
White//Fluff
Kaze no Stigma milik Takahiro Yamato
Angin dan Api milik ArdhaN
Chapter 3 : Sweet Understanding
Kazuma tidak mengerti kenapa dia tidak pernah bisa menolak jika Ayano mulai memaksanya untuk mentraktir. Membuang-buang uang untuk makanan yang manis-manis.
"Ada toko cake baru, Kazuma! Ayo kesana!" Pandangan bersinar-sinar dari Ayano tidak dilihat oleh Kazuma yang sedang menyetir.
"Tidak." Sang pria hanya menjawab singkat tanda nada, datar—tanpa menoleh.
"Cheese cake, strawberry, tiramisu, blackforrest...." Dan masih banyak jenis cake yang disebutkan Ayano. Dia berharap bisa membuat Kazuma berliur dan mau menemaninya ke toko itu.
"Tidak. Nanti malam aku ada pekerjaan besar."
Kekecewaan melanda sang gadis. Tapi dia tidak menyerah. Dia pasti akan membujuk Kazuma menemaninya.
"Yasudah, besok saja. Sepulang aku sekolah ya!"
"Tapi...."
Kesabaran gadis berambut panjang itu habis. "Tidak ada tapi-tapian! Pokoknya kamu harus mentraktirku!!"
Helaan nafas berat terdengar. "Oke."
"YES!!" Dia berhasil memaksa Kazuma untuk yang ke sekian kalinya.
*~O~*
Kazuma tidak mengerti kenapa Ayano marah saat ia menjemputnya di sekolah. Apakah wajar bagi seorang gadis untuk memberikan wajah cemberut kepada orang yang dipaksa tanpa ampun untuk menjemputnya?
"Kamu kenapa?" adalah hal yang pertama kali ditanyakan Kazuma begitu melihat sang gadis menatapnya tajam dengan hawa membunuh yang sangat kental di udara.
Urat berkedut di kening Ayano. "Masih bertanya juga?! Bodoh!"
"Hei, apa salahku?"
"DUA JAM, TOLOL!! TELAT DUA JAM!! KAMU PIKIR AKU SENANG MENUNGGU SELAMA ITU?? BAHKAN TEMAN-TEMANKU YANG LAIN SUDAH PADA PULANG!!"
Bagaimana Kazuma tahu jadwal pulang Ayano? Gadis itu kan belum memberitahunya kemarin. Dan lagipula, Kazuma baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Maklum saja kalau baru menjemput sekarang.
"Maaf."
"AKU KEHUJANAN!! KEDINGINAN! SENDIRIAN!"
Kazuma menggaruk-garuk kepalanya. 'Apa sebenarnya yang diinginkan cewek ini?' "Oke, kamu boleh meminta semua cake yang kamu mau nanti."
'Bingo!' Cengiran setan muncul sekejap di wajah Ayano. Hanya sekejap. Saat Kazuma melihatnya, cengiran itu telah berubah menjadi cibiran, "Sogokan."
Selalu, Ayano menang di bagian seperti ini.
*~O~*
Kazuma adalah seorang mata duitan. Lihat saja berapa digit minimal yang ia pinta sebagai upah setiap pekerjaan. Dan jika dia sedang menjadi setan, imbalan yang sudah banyak itu bisa menjadi jauh lebih banyak—dengan sedikit ancaman 'musnahkan-saja-youma-itu-sendiri-kalau-tidak-mau-bayar' terhadap kliennya. Jelas, Kazuma adalah seorang mata duitan. Itu sebabnya Kazuma tidak mengerti kenapa gadis hyperactive itu selalu mencampuri urusan orang lain, tanpa bayaran.
"HEI!!! LEPASKAN DIA!!" Ayano berteriak keras. Tatapan tajamnya terarah kepada dua orang pria dan seorang gadis.
Sebuah helaan nafas panjang penuh kepasrahan terdengar dari sebelahnya.
Gadis berambut panjang berwarna merah itu melangkah maju dan memposisikan diri di hadapan dua pria tadi.
"Kenapa? Dia tidak merasa terganggu. Ya kan, Nona?" Salah seorang berkata, mencondongkan tubuhnya begitu rupa sehingga matanya sejajar dengan mata milik gadis mungil yang bersembunyi di belakang Ayano.
"Atau kau mau ikut bersenang-senang bersama kami?" Kawan pria itu bertanya pada Ayano. "Dengan begini jumlahnya pas!"
Kazuma mengamati dalam diam. Tidak ada yang diperlukan darinya. Dia yakin Ayano pasti mampu menghadapi berandal-berandal itu sendirian. Lagipula... hanya membuang-buang waktu dan tenaga saja kalau meladeni mereka. Ingat, Kazuma adalah seorang mata duitan.
"Ah, gerimis lagi," gumam Kazuma sambil menengadah, menatap tetesan air yang mulai berjatuhan.
"JANGAN BERCANDA!!! MATI SAJA SANA!!!"
Saat Kazuma menoleh kembali, kedua berandal tadi telah tersungkur di tanah. Ayano—dengan penuh kebencian—menendang-nendang apapun yang bisa ditendang dari dua orang di dekat kakinya.
"MUSUH WANITA!! SAMPAH!"
"Yare, yare," keluh Kazuma sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Dalam sekejap dia telah berada di belakang Ayano, menghentikan segala tindak kekerasan gadis itu dengan memegangi kedua lengannya dan berkata, "Cukup, Ayano."
"MEREKA PATUT MATI!"
"Itu berlebihan." Kazuma menoleh dan tersenyum pada gadis yang ditolong Ayano. "Kamu menakuti nona ini, Ayano. Lihat."
Gadis itu tersipu, menatap wajah tampan Kazuma.
"Kenapa malah kamu yang tebar pesona?!" tukas Ayano kasar, menyindir Kazuma yang masih tersenyum.
Helaan nafas terdengar lagi. Frustasi. Atau depresi. Mungkin malah keduanya yang saat ini dirasakan Kazuma.
Butuh sogokan lebih banyak makanan agar Ayano tidak mengamuk.
*~O~*
Kazuma tidak pernah paham kenapa Ayano mampu memakan sebegitu banyak cake. Apa semua makhluk berkelamin wanita seperti itu? Tidak, tidak, seingatnya Kirika tidak pernah memakan cake sedikitpun. Sepertinya memang hanya Ayano yang memiliki kelainan.
"Ah, aku mau tambah lagi!"
"Lagi?" ulang Kazuma. Matanya mengawasi sekian banyak piring kosong yang telah ditumpuk rapi di pinggir meja.
"Blackforrest-nya enak sekali!" kata Ayano riang. "Kamu juga harus mencobanya, Oniichan!"
Indera pendengaran—seperti namanya—berguna untuk mendengarkan, menangkap getaran—gelombang suara di sekitar dan meneruskannya ke otak. Siapa sangka, indera pendengaran juga memiliki fungsi penyaring? Meneruskan hal-hal yang dianggap penting ke otak dan menghilangkan bagian yang dirasa tidak penting—contohnya: 'Oniichan'.
Kazuma seakan tidak mendengar kata terakhir yang diucapkan Ayano. "Tidak usah, aku tidak suka makanan manis," tolak Kazuma. Meski alasan sebenarnya adalah dia sudah cukup muak melihat Ayano makan tanpa henti.
"Yasudah." Ayano melompat dari duduknya, melangkah riang menuju counter untuk memesan jauh lebih banyak cake.
Kazuma hanya mampu terdiam, tidak mengira Ayano benar-benar serius saat bilang ingin tambah. Ya, tampaknya memang gadis itu mempunyai kelainan di organ pencernaannya.
*~O~*
Tapi Kazuma tahu bahwa Ayano selalu sok kuat, mengharapkan Kazuma bergantung padanya meski sebenarnya dialah yang harus bergantung pada Kazuma. Dan dipikir-pikir, bukankah Kazuma yang lebih tua? Sudah kewajiban bagi saudara yang lebih tua untuk menjaga adiknya kan? Meskipun Kazuma sudah bukan anggota keluarga Kannagi lagi, tapi dia tetaplah sepupu Ayano.
"Hatchii!!"
"Sakit?" tanya Kazuma heran. "Bukankah orang bodoh tidak mungkin sakit?"
"Enak saja! Siapa yang kamu katai 'bodoh', hah! Stop membodoh-bodohiku!" tukas Ayano. "Dan aku tidak sakit! Ini gara-gara gerimis sejak tadi siang. Hawanya menyebalkan!"
Kazuma hanya tertawa, membuat pipi Ayano memerah.
"Berhenti mengejekku!"
Tawa itu berganti menjadi cengiran lebar.
"Bodoh!" Tangan Ayano bergerak untuk memukul Kazuma tapi dihentikan oleh sang objek.
Kazuma terdiam sejenak—otaknya berpikir beberapa saat. Ada sesuatu yang ia rasakan. Aneh, apa memang Ayano selalu seperti ini?
Selama Kazuma berpikir, bola mata merah milik Ayano menangkap bayangan serombongan pria yang menggoda tiga orang gadis. "Mengapa begitu banyak sampah di dunia ini?!" geram Ayano.
Gadis itu sudah melangkahkan kaki dan mengeluarkan hawa membunuh. Tapi terpaksa berhenti.
Kazuma memegangi tangannya. "Kamu tetap di sini," ucap pria itu. Dia melepaskan jaket yang selalu dikenakannya. "Pakai ini."
"Heeh? Tapi, Kazuma...!"
"Biar aku yang mengurusi mereka." Kazuma mengacak-acak rambut panjang Ayano. "Apa kamu tidak sadar kalo sedang demam?"
Dalam heran, Ayano menyentuh dahinya. Ya, memang lumayan panas. Eh, tapi... darimana Kazuma tahu? Cuma gara-gara dia menyentuh tangannya tadi?
"Tunggu di sini." Dengan itu, Kazuma menghampiri berandal-berandal yang mengganggu gadis-gadis. 'Sekali lagi dia memaksakan diri. Bodoh.'
Ayano menatap Kazuma lekat-lekat. Si bodoh yang menyebalkan. Tidak peka sama sekali. Tapi....
Gadis itu memakai jaket yang tadi diserahi Kazuma—merasakan hawa sang pria sekarang menyelimutinya. Ayano menghirup nafas dalam-dalam, menikmati aroma tubuh Kazuma yang tertinggal di jaketnya. "Gentle," ia terkikik.
Kazuma tetaplah seorang mata duitan. Tapi lupakan hal itu jika sudah menyangkut orang-orang yang penting baginya.
*~end~*
Let's learn a bit~!
Mata duitan—Kazuma pernah ngancem kliennya dengan 'bunuh-aja-youma-itu-sendiri-i'm-out' dan hampir pergi sebelum sang kien berjanji ngasih imbalan seratus kali lipat dari perjanjian sebelumnya. Dasar setan! xD
*~O~*
Muahahahah. Chapter ini paling pendek dari semuanya deh, cuman 1090an kata. Tapi kali ini saya yakin nge-fluff! *kepedean* *ditabok* XD Saya bikin ini ditemani anime Kaze no Stigma yang niatnya ngedapetin suasana fluff tapi malah ujung-ujungnya saya bengong ngeliatin Kazuma yang cakep banget itu sambil teriak-teriak histeris (lagi).
Gomen, lupa ngasih tau tema di chapter sebelumnya m(_ _)m Seharusnya chapter satu ketebak kan temanya? Yap, 'Eyes'. Nah, chapter dua itu harusnya temanya 'Illusion' bukan 'Mirror'—baru nyadar kalo ada tema yang namanya 'Mirror'—itu cuma judul doang. Hehe.
Terima kasih saya ucapkan untuk my beloved little brother yang membuat mood saya sangat nge-fluff akhir-akhir ini :) Oya, mohon doanya supaya adik saya lulus UAN UAS dan ujian masuk SMP *curhat colongan* :D
Terima kasih juga untuk Shinku-chan yang membantu saya menyelami karakter Kazuma. Tengkiu!
Dan terima kasih banyak untuk semua yang udah ripiu,
mau review lagi? ;P
