A Black and White Challenge from Blackpapillon

White//Fluff

Kaze no Stigma milik Takahiro Yamato

Angin dan Api milik ArdhaN

Chapter 5 : White Day

Musim dingin membawa hawa yang menggigit tulang di kedatangannya. Salju-salju merayakannya dengan senang hati dan memenuhi sepanjang jalan dengan gundukan-gundukan putih yang cantik.

Musim dingin. Identik dengan—

"Pesta natal!!" Ayano memamerkan cengirannya yang kelewat riang.

Kazuma hanya bisa menghela nafas, depresi. Tak ada gunanya marah-marah sekarang. Toh tidak mungkin dia membatalkan apapun rencana Ayano. Sudah terlambat.

Baru saja Kazuma pulang dari pekerjaannya kali ini—ya, di malam natal seperti ini—dan ia mendapati apartemennya yang indah telah penuh dihiasi ornamen-ornamen khas natal. Pohon cemara kecil bertengger sempurna di pojok ruangan—dengan malaikat plastik putih menghiasi puncak. Dan orang-orang duduk santai seolah berada di rumah mereka sendiri. Kirika, Ren, Catherine, Ayano, Yukari, Nanase, dan beberapa anggota keluarga Kannagi—Kazuma bersyukur dalam hati ayahnya tidak ikut muncul.

Kue, roti, cake, snack, coklat, permen, segala macam cemilan yang ada memenuhi meja yang tampak keberatan dan hampir ambruk. Tatapan kasihan terlontar begitu saja untuknya—untuk meja tersebut.

Tidak butuh waktu lebih dari lima detik untuk menyadari apa yang telah dilakukan oleh gadis bodoh itu. Siapa lagi yang begitu menyukai cake sebegitu banyaknya selain dia?

"KAZUMAAA~!" Catherine muncul dari balik Ayano, mendorong gadis itu menjauh, dan memeluk Kazuma erat-erat. "Lama kita tak bertemuu~!"

Kazuma bisa melihat urat berkedut di kening Ayano dan senyuman pria itu terkembang. "Hai, Catherine," sapanya. Kazuma penasaran, apa yang akan terjadi kalau ia balas memeluk Catherine. "Apa kabar?"

Seperti yang sudah Kazuma duga, Ayano mulai ngamuk. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!"

Ayano menarik tangan Catherine yang melingkari tubuh Kazuma. "Jauh-jauh, sana! Pergi!"

Catherine menjulurkan lidah dan melepaskan pelukannya—dengan enggan.

Tatapan marah Ayano malah membuat Kazuma merasa senang. Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan angkuh. Dan bibirnya melengkung ke bawah.

"Aku mau ganti baju dulu," ucap Kazuma—tidak jelas ke Catherine atau ke Ayano. Tapi sebelum ia melangkah, matanya menangkap sekilas sesuatu yang berwarna cokelat di wajah Ayano.

Sebuah cream. Mungkin saat Ayano memakan cake kesukaannya, cokelat itu menempel di sana. Di sudut kiri bibir, sedikit ke bawah.

"Ada cokelat di wajahmu," ucap Kazuma polos.

"Eh?" Ayano terkejut dengan kata-kata Kazuma barusan. "Dimana?"

Ujung jemari terulur ke arah noda cokelat tersebut. Namun, sebelum telunjuknya menyentuh kulit sang gadis, Kazuma mengubah pikiran dan memilih membersihkannya. Dengan lidah.

Jika belum mengerti, maksudnya adalah: Kazuma menjilat noda cokelat itu. Cokelat yang berada di sudut dekat bibir. Ulangi, sangat dekat dengan bibir.

Ayano ternganga dengan sukses. Catherine yang sedari tadi berada di dekatnya turut merasa malu—juga iri berat.

Setelah Kazuma masuk ke dalam kamarnya, Ayano baru sadar dan langsung ngamuk. "KAZUMA BODOOH~!"

Tak jauh dari mereka, Kirika mengamati segala perilaku Kazuma dalam diam. Sebuah senyum muncul sementara pemahaman menghampirinya.

*~O~*

Kazuma telah selesai mengganti celananya sewaktu Kirika masuk tanpa minta izin ke dalam kamarnya. Syukurlah ia tidak membuang waktu sedikitpun untuk berganti pakaian. Bayangkan kalau ia lebih lambat beberapa detik. Hmmm. Menarik, sebenarnya.

"Hei, Kazuma," sapa Kirika lembut. Tangannya menutup pintu perlahan, menghalangi segala kemungkinan terjadi pengintipan.

Sekilas, Kazuma melirik—sorot matanya penasaran. Tapi kemudian—setelah Kirika menemukan spot yang nyaman untuk duduk di tempat tidur—ia kembali menyibukkan diri dengan kancing kemejanya. "Ada apa, Kirika?" tanya Kazuma.

"Kau menyukainya, Kazuma?" Satu pertanyaan dari Kirika menghentikan segala yang Kazuma lakukan. "Aku melihatmu tadi. Itu bukan sikap 'biasa' antar saudara kan?"

Akhirnya Kazuma menoleh. Keningnya berkerut dan matanya menyorot bingung. "Apa maksudmu?"

"Ayano menyukaimu," ucap Kirika. "Aku tahu kau sudah menyadarinya sendiri." Mata Kirika menjelajahi wajah Kazuma, berharap menemukan segaris ekspresi yang tepat.

Tapi Kazuma adalah Kazuma. Dan raut wajahnya tetap saja sedatar jalan raya. Ehem, analogi yang aneh.

Pokoknya, Kirika merasa sedih karena Kazuma tidak memberikan respon yang diharapkan. Helaan nafas terdengar depresi. Namun Kirika mengetahui apa yang belum disadari Kazuma.

"Aku mau kembali ke pesta," Kirika memutuskan. Dia bangkit diiringi tatapan bingung Kazuma. "Oh, Kazuma—" Sebelum menutup pintu, Kirika berkata pelan, "Kau harus menyampaikan perasaanmu padanya."

Senyum Kirika yang seolah menyatakan ia tahu segalanya membayangi Kazuma. Pria ini menggerutu pelan, "Apa yang harus kukatakan? Aku bahkan belum tahu perasaanku sendiri."

*~O~*

Kazuma tidak perlu bersusah payah mencari gadis itu. Suaranya yang tinggi hanya bisa dikalahkan Catharine. Dan omong-omong, Kazuma menemukannya tepat sebelum kedua orang tersebut memulai pertarungan tidak berguna lainnya—yang pasti mampu menghancurkan tidak hanya apartemennya saja, tapi juga seluruh gedung.

"Sudah kukatakan, jangan membuat kekacauan," ucap Kazuma jengkel. Dalam hati ia bersyukur menemukan gadis-gadis itu tepat pada waktunya.

"KAZUMAA~!" Catherine menghampiri Kazuma penuh kegembiraan. Demon api miliknya menghilang. "Akhirnya kau muncul lagi. Ayo minum wine yang kubawaaa~!"

Ayano melotot marah.

Dengan senyum mempesona—setengah menahan tawa melihat ekspresi Ayano—Kazuma menolak, "Maaf, Catherine, aku perlu bicara dengan Ayano."

Mata Catherine terbelalak sekilas. Tapi lalu ia tersenyum mengerti dan berkata santai, "Tentu, silakan saja bawa si bodoh itu."

"Siapa yang kamu sebut bodoh, hah?!"

Kazuma kembali tersenyum dan menarik tangan Ayano agar mengikutinya dalam diam. Setelah keduanya keluar dan pintu tertutup rapat, semua orang di dalam ruangan bersorak gembira.

Ren nyengir lebar. "Pasti Jiisama akan senang."

Di tempat yang tidak bisa dilihat orang lain, Kirika tersenyum puas.

*~O~*

Ayano sedikit menggigil akibat hawa dingin. Kazuma tidak memberinya waktu untuk mengambil jaket. Apa dia pikir seorang Enjutsushi super kebal dengan hawa dingin? Heh, Enjutsushi pun punya batas, Kazuma.

"Kenapa harus keluar?" Suara Ayano terdengar merajuk.

'Ayano menyukaimu.'

Kazuma mengamati gadis di hadapannya dari ujung kepala hingga kaki tanpa suara. Pandangannya membuat Ayano jengah.

"Apa-apaan sih??"

"Kenapa membuat pesta di tempatku?" Basa-basi oleh Kazuma dimulai.

"Karena Otousama dan Jiisama tidak suka ada pesta natal di rumah utama," jawab Ayano jujur. Cengirannya terlihat sekilas sebelum melanjutkan, "Dan aku ingat apartemenmu sangat cocok dipakai sebagai tempat pesta, Kazuma."

Kening Kazuma berkerut. Matanya melebar keheranan. Dan mulutnya hampir ternganga. Masukkan ekspresi sweatdrop di sini.

"Lagipula—" Ayano menunjukkan suatu benda dari logam yang terjepit di antara ibu jari dan telunjuknya. "—itu gunanya kamu memberikan kunci cadanganmu padaku kan?"

Ah. Jadi semuanya kesalahan Kazuma sendiri. Entah kenapa dia dulu memberikan Ayano hak akses bebas untuk masuk ke dalam apartemennya.

Mata merah gelap milik Kazuma menatap Ayano tanpa berkedip. Ia tahu jawabannya. Kenapa ia memberikan kunci pada Ayano? Semua itu untuk menghindari terjadinya pendobrakan luar biasa yang berakhir dengan puing-puing daun pintu menumpuk di tempat yang tidak semestinya. Intinya: agar Ayano tidak merusak apartemen berharga miliknya.

Tapi... apa hanya itu?

Kazuma merasakan ada sesuatu di dadanya yang terasa aneh.

Kening Ayano berkerut, kebingungan. Kazuma dari tadi hanya menatapnya tanpa bicara. Padahal kan pria itu yang bilang ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Dasar bodoh! Ayano merengut kesal.

'Kau menyukainya, Kazuma?'

Pemahaman muncul bersama dengan senyum lembutnya.

Ya. Ya, itu benar. Kazuma menyukainya. Gadis ceroboh biang onar yang selalu menyusahkan orang lain. Kazuma menyukainya. Betapa bodohnya ia baru menyadari sekarang—dan butuh ditanyai Kirika terlebih dahulu.

"Kazuma?"

Pria itu berjalan mendekati Ayano. Ia baru berhenti tepat di hadapan gadis itu—dengan jarak yang sangat dekat hingga pakaian mereka hampir bersentuhan. Kehangatan yang berasal dari hawa tubuh Kazuma bahkan bisa dirasakan Ayano.

"Ka-Kazuma??" Ayano berseru ngeri saat Kazuma mendekatkan kepalanya.

'Kau harus menyampaikan perasaanmu padanya.'

Perlahan, bibir Kazuma menekan lembut bibir Ayano. Ciuman itu singkat. Sangat singkat. Bukan jenis ciuman di film-film yang bisa sampai satu menit atau lebih. Ciuman ini hanya berlangsung beberapa detik. Ayano bahkan baru menyadari apa yang terjadi sewaktu Kazuma melepaskannya.

Dalam sekejap, muka Ayano telah merah padam. "A-a-apa yang baru saja kau lakukan?!!" tanyanya. Dadanya penuh akan perasaan bahagia. Tak pernah ia sangka... ia akan mendapatkan ciuman pertama di malam natal.

"Menciummu?" jawab Kazuma terus terang.

Jawabannya membuat muka Ayano semakin panas. "Mak-maksudku, kenapa??"

Kenapa?

Senyum Kazuma muncul lagi. Kali ini senyum yang selalu muncul setiap kali ia akan menggoda Ayano, atau hanya untuk mengejeknya.

'Kau harus menyampaikan perasaanmu padanya.'

Kazuma mendongak. Matanya menangkap warna hijau daun-daun kecil. "Mistletoe," ucapnya dengan nada—sok—polos, sambil menunjuk gantungan di atas mereka.

Ayano ternganga. Emosi tiba-tiba melandanya. Ciuman tadi... first kiss miliknya... direbut begitu saja.... HANYA KARENA ADA MISTLETOE??

Urat berkedut di kening Ayano. "KA~ZU~MAAA~!!" teriak Ayano berang. "AWAS KAUU!!!"

Cengiran lebar terdapat di wajah Kazuma saat ia menghindari tebasan Enraiha.

'Kau menyukainya, Kazuma?'

Yap, benar sekali.

'Kau harus menyampaikan perasaanmu padanya.'

Menyadari perasaannya dan menyampaikannya adalah hal yang berbeda sama sekali. Ya, ia menyukai gadis ini. Tapi menyampaikan pada yang bersangkutan? Well, itu masalah lain.

Mungkin lain kali.

Suatu saat nanti?

Yah, kita lihat saja.

*~end~*

Ahaha. AMPUUUUN, Minna-sama! Maapkan kegajean saya ini. Jujur aja, saya suka ending ngegantung begini. Jadi terserah minna-sama mau ngebayangin kelanjutannya gimana. Apakah Kazuma dan Ayano akan menikah? ;) *ngarep*

Akhirnya kumpulan ficlet fluffy ini berakhir juga, hiks *nyusut ingus*. Iya, sodara-sodara, udah Complete. Nggak ada apdet-apdetan lagi. Mungkin—mungkin lho yaa—saya bakal bikin KazuAya lagi. Tapi saat ini, saya mau libur dulu dari Kaze no Stigma. Hehehe. Oya, akhirnya ratingnya saya ganti jadi T, gara-gara adegan Kazuma nyium dan 'jilat' ituh. -___-a saya juga pengeeen... *ngutuk Ayano*

Credits: (sort in alphabeticall order ;P)

.AqUa-ElriCiAnS.

blackpapillon

blueholic

Chiba Asuka

FcS

Kencana

Shinku Amakusa

Fic ini nggak akan bisa sampai disini jika tidak ada dukungan dari minna-sama sekalian. Hontou ni, hontou ni arigatou :) *berasa kayak menang award aja XDD*