Mikoto baru saja selesai menaruh kembali piring-piring yang digunakan sarapan tadi, sebelum terkaget saat menoleh ke kanan menemui muka suaminya.
"Wuah! Kukira setan!" Katanya, tertawa kecil sambil mengelus dada, jujur saja setelah bertahun-tahun menikah dengan Fugaku, Mikoto masih sering takut kalau membayangkan muka suaminya itu jika sedang tidak berkedip.
"Yang benar saja… Dari sisi mananya aku ini menyeramkan?" Fugaku mengambil fry pan yang tergantung di dinding dapur, lalu berkaca di bagian belakang alat penggorengan itu. Mikoto tertawa terbahak, "Sungguh! Setelah sekian tahun aku bersamamu, masih saja sifat narsismu itu membuatku ngeri! Hahaha!"
"Mikoto…" Aura Fugaku mengelam, membuat dapur yang semula berkilau kinclong berubah menjadi bagian dari rumah berhantu. Mikoto memukul punggung suaminya keras, "Karena itu aku mencintaimu, Baka!"
-HIKS!
"Fugaku? Kamu nangis, ya?" Mata hitam wanita itu menyusuri ujung mata sang suami tajam, dengan terburu-buru Fugaku menghapus setitik air mata di matanya. Mukanya sedikit memerah karena malu, "Tentu saja tidak!" dengusnya.
"HAHAHA!! Bohong bohong!" Mikoto bergelayut manja di tubuh suaminya, sementara Fugaku dengan keras kepala menampik ucapan sang istri, "Tidak mungkinlah aku nangis!!" dan dengan childishnya ia membuang muka ke samping.
Saking seru dan ramai obrolan mereka, kedua pasutri itu tidak menyadari Obito yang mengintip di sisi lain dapur dengan sweatdrop yang menggantung di sisi kepalanya.
"Sekarang aku mengerti kenapa Sasuke dan Itachi jadi seperti itu… Orang tuanya begini…"
.
.
Shiro:: MYA-MYA!! Gue lagi menyelami kembali parodi yang dulu jadi sinar idup gue! Bubye angst!! Oh tidak! Fic gue yang lain masih angst… NOO! Beteweh! Tebakan kalian bener! Dapet tujuhseratus?! XDD Asli gue suka banget dengan pasutri MikotoxFugaku! SUKA? SUKA YAAA! MikotoxFugaku? Come 'on who's the dominant one?! XDD
UCHIHA- Chapter 2
Disclaimer:: Kishi-chan… Hehehe… BERHENTI BIKIN CERITA YANG ISINYA SASUKE MULU!! Glabukk!! *suara lemari menimpa sesuatu*
.
.
Obito menepuk kepalanya keras, "Ahk! Lupa!" setelah 5 menit menyesal karena memukul kepala terlalu keras, ia kembali berjalan menyusuri kompleks klan Uchiha. "Karena terlalu banyak tertawa aku jadi lupa minta uang ama paman Fugaku, lagipula tua bangka itu pasti tidak mau… Dia 'kan pelit!" saat menolehkan kepala ke samping kanan, ia menemukan sesuatu yang menarik penglihatannya, "Ah!! Kakek mesum itu saja!"
Si pengguna google orange itu menghilang ke dalam sebuah kuil. Setelah melepas sendal, Obito berteriak keras, "Kakek MADARAHHH!!" Suaranya menggema ke penjuru kuil yang mengkilap, tiba-tiba dari arah belakang sebuak pemukul dari kertas menghantam kepalanya keras, menimbulkan bunyi 'PLAK' yang menyakitkan.
"JANGAN BERTERIAK di KUIL!!" muncullah, seorang pria tua berambut hitam panjang mengenakan seragam biksu, memegang tasbih di tangan kiri dan memegang pemukul kertas (harisen) di tangan kanan, lalu remote tivi di kakinya… Err, LUPAKAN!
Obito memegangi belakang kepalanya yang ngilu sambil mengerucutkan bibir, "Memangnya ada rambu-rambunya gitu?!" protesnya kesal, lalu dengan senyum licik Madara menunjukkan sebuah papan bulat berwarna merah dan terpasang lampu warna-warni di samping patung Budha, bertuliskan…
'Jangan Berteriak di Kuil, kalau teriak BAYAR 5ribu.'
"…."
Obito kehabisan kata-kata.
Begitu pula saya.
Lalu dengan tawa menyeramkan, Madara mengulurkan tangan ke depan muka Obito yang tersimpuh di atas lantai, kesakitan. "Bayar 5ribu…"
Dengan kekuatan luar biasa, Obito mengeluarkan teriakan putus asanya, "Yang benar saja KAKEK TUAAAA MATA DUITAN!!"
GLABUKKK!!
Akibat tamparan yang amat teramat keras, mengenai tubuh Obito, ia segera melayang di udara dan jatuh menyedihkan ke depan kotak persembahan. Madara meniup ujung harisennya, lalu berkata dingin, "Sekarang kau harus bayar 10ribu…"
Dengan kekuatan terakhir, Obito berkata lirih, "Mata duitan… Ugh!"
.
Tempat paling aman menurut Uchiha Sasuke adalah toilet, sepi sendiri tiada yang menemani~ hanya ada ia dan laptopnya juga tissue toilet. Dengan kecepatan cahaya tangannya menekan keyboard laptop, mengalahkan kecepatan motor balap F1 terbaru, bukan lebay! Menyusuri gambar-gambar human!pet yang baru saja dipesan Sai, matanya bersinar-sinar dan di atas kepala ada tulisan samar 'orang mesum ada di sini'. Lalu tangan kiri yang bebas meraih ujung tissue toilet, tergantung di dinding guna mengelap air liur yang sedari tadi mengalir dari ujung mulut. "Khu-khu-khu…"
Bagaikan surga, tubuh Sasuke yang duduk di atas toilet disinari cahaya terang, "Heaven…" bisiknya seraya memeluk laptop dipelukan.
Lalu hal yang paling tidak diinginkannya terjadi, "UWA! Sakit perut! Anjrit!!" suara memilukan terdengar jauh di ujung koridor lalu mendekat ke arah depan pintu toilet, Sasuke sudah bersiap-siap menahannya untuk tidak terbuka namun sia-sia.
Kekuatan orang yang sakit perut itu bisa mengalahkan petinju terkuat… Saya juga gitu… LUPAKAN!
"S-SAI?!! KELUAR!!" Sasuke berteriak keras sambil mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan tendangan maut miliknya, sebelum ketakutan oleh tatapan maut Sai. "DIAM!! AKU INI SAKIT PERUT BODO!" kedua matanya mengkerut akibat tertekan alis dan putih matanya kini terpenuhi oleh guratan urat merah, sungguh tatapannya menyerupai Shinigami.
"Si-SIAP!"Sasuke berteriak keras, tangannya terangkat ke udara memberikan penghormatan saat Sai siap membuang hajat.
Setelah agak lama, Sai mengelap peluhnya lalu menatap Sasuke yang meringkuk di ujung toilet, mendekap laptop dipelukan. Lalu dengan heran ia berkata pelan, "Sasuke-kun kau sedang apa di sini?" kemudian si rambut pendek itu menarik tissue toilet dan mengelap bagian belakangnya, mengikut petunjuk di buku 'Tata cara menggunakan toilet yang benar karangan ShiroKerenSekali' ia menekan flush di atas toilet, karena sebelum membaca buku itu ia tidak tahu cara membuat pupnya menghilang. Dengan katroknya, Sai berlari ke sumur belakang dan membawa air menggunakan ember dan menyiram ke atas pupnya, tentu saja pup itu akan hancur, bertebaran ke seluruh toilet.
PLOP!
Sebuah gelembung meletus di atas kepala Sasuke, membuatnya tersadar dari ketakutan, "AH! Benar juga! Sedang apa aku di sini?!!", Sai mengernyit heran, ia kemudian tertawa terkikik geli, "Jangan bilang kalau kau ingin melihat punyaku… Hehehe…" ujung jarinya menowel pipi Sasuke.
"HUAPA?! Tidak sudi aku! Dibayar juga aku tidak mau!" Sasuke berdiri sambil mengelap bagian pipi yang ditowel Sai, dengan harga diri yang tersisa ia memutar gagang pintu, namun setelah 2 menit memutar-mutar tiada hasil, sweat drop muncul di ujung kepalanya, "A-apa…?!"
Keduanya menyeringai, Sai dan Sasuke saling bertatapan, "T-toilet ini..", Sasuke mengingat-ingat kejadian dalam seminggu ini, dan menyadari memang ada toilet rusak yang tidak bisa dibuka dari dalam! "ARG!! Ini semua gara-gara kamu Sai!"
Sai memegang kepala dengan kedua tangan, "A-apa?!! Ja-jadi kita terperangkap berdua gitu?! TIDAK… Jangan! JANGAN SASUKE-KUN! Keperjakaanku hanya milik Itachi-chaaan!!" katanya histeris, sementara Sasuke menulikan telinganya dan berkutat dengan gagang pintu.
Setelah 5menit, ia akhirnya menyerah dan mulai menatap jijik pada Sai yang duduk tidak jauh dari posisinya, "Hal ini tidak mungkin jadi lebih buruk lagi… Hariku sudah cukup kacau… Ini kenapa aku benci hari libur…" bisik Sasuke, nadanya terdengar menyedihkan tetapi harapannya itu tidak didengarkan oleh Tuhan di atas sana, di atas mana?
GUBRAK!!
BANG!!
"ARGH!! Suakit PERUTTT!!"
Sai membelalakkan matanya penuh dengan sparkling dan air mata, saat menemui wajah orang yang baru saja masuk toilet dan menghantam Sasuke dengan pintu. "ITACHI-CHAN!! Kau datang menolongku yaaa"
"Huh? Sai?"
Dan pintunya sudah tertutup lagi.
3 orang itu cengo luar biasa.
.
.
Shisui terperangah sambil memegang ujung baju Tae Kwon Do-nya, sedikit tidak percaya saat pertama kali menginjakkan kakinya ke rumah pamannya. "Tidak mungkin… Tenang sekali…"
Tangannya menengadah ke arah langit, mengecek apakah hujan atau badai akan datang. Sebab selama hidupnya, rumah ini selalu ramai apalagi di hari libur. Ia malah jadi ketakutan untuk masuk, padahal rencananya hari ini ia mau mempraktekkan jurus terbarunya dengan Sasuke.
"A-apakah mereka semua dibunuh?! Tidak mungkinnn!!" air mata memenuhi matanya, dengan langkah tergesa ia melupakan ketakutannya dan segera masuk lewat jendela samping.
BRAKK!! Suara jendela tergeser kasar.
"PAMAN FUGAKU!! BIBI MIKOTO!! JANGAN MATIIIII!!"
DUAK!! Bunyi jitakan kuat menemui permukaan kepala Shisui.
"Siapa yang mati?"
Mikoto tertawa terbahak, menatap Fugaku yang marah sambil meraih kerah seragam Shisui dengan tangan kanannya, "Pa-paman? Bi-bibi?"
Urat mengkerut muncul di sisi kepala Fugaku, rahangnya yang tegas itu mengeras tanda kesal, "Tentu saja! Kau kira siapa? Doraemon dan Nobita?!"
Tangan Mikoto terangkat ke atas, ia melancarkan pertanyaannya pada Fugaku yang belum mengubah posisinya mencengkram Shisui. "Fugaku-san! Kenapa anda tahu nama-nama anime itu?! Saya kira anda tidak suka hal semacam itu!!" Lalu dengan kecepatan penuh dan mata berbinar-binar, Fugaku sang kepala keluarga menjawab pertanyaan sang istri, "Tentu saja! Itu anime favoritku!! Sejak kecil sampai sekarang, aku bercita-cita untuk bertemu dengan Doraemon dan meminjam kantung ajaibnya sekali saja!"
….
… HENING.
.. Koak… Koak… Mbeee
.
"A-APA?!! Paman Fugaku suka Doraemon?! Tidak mungkin! Apa dunia mau berubah jadi kotak?!" Shisui terbahak menyusul Mikoto yang berguling-guling di atas lantai, tetapi ia segera berhenti saat menemui mata tajam Fugaku, persis mata elang.
Setelah 5menit tertawa, Mikoto menyerah dan menepuk pundak sang suami pelan. "Fugaku… Jangan marah, ya… Hmp.. Ahaha…" Baru sekali ini Shisui mendapati ekspresi pamannya seperti anjing kecil yang terbuang. Selama ia hidup, muka paman Fugaku selalu dan selalu stoic dan cool, aneh sekali! Dalam hati ia mengagumi sosok bibi Mikoto yang terlihat bersinar di tengah kegelapan malam.
Mungkin hari ini memang hari penuh keajaiban bagi Uchiha, penuh kejutan dan kesialan. Bagi semua anggota Uchiha, terperangkap dalam kompleks yang sama, membuat mereka merasa saling mengenal satu sama lain. Padahal tidak.
Shisui memutuskan untuk pergi tanpa suara, ia merasa bersalah memasuki wilayah yang seharusnya ia tidak ketahui sama sekali. Ia keluar melalu pintu ruangan, dan berjalan-jalan di koridor yang tenang sembari menikmati ketenangan yang selama ini ia rindukan.
DUAK!!
DUAK!!
"TOLONG!!"
DEG!
"Si-siapa itu?! Ya, Tuhan! Jangan-jangan tadi itu bukanlah paman dan bibi yang aseli!! Tentu saja! Mereka tidak seaneh dan semaniak itu!! Pasti terjadi pembunuhan di rumah ini!! Oh, tidak! Mungkin inilah saatnya aku untuk mempraktekkan ilmu-ilmu Tae Kwon Do yang selama ini aku pelajari! Heaaaahh!!"
Sambil mengikuti asal suara, Shisui tidak menanggalkan kuda-kudanya dan berjalan mengendap-endap ke arah toilet belakang.
DUAK!!
Suara pintu digedor-gedor, sedikit menyusutkan keberaniannya namun ia tidak menyerah. Dengan muka bertaburan keringat dingin, tangannya gemetaran menyentuh gagang pintu toilet.
"Si-siapa di dalam?" tanya Shisui terbata.
Lalu terdengar jawaban, "Kamu itu yang siapa?!" Namun suara itu terdengar banyak, sedikit membuat Shisui menciut. "'Ka-'kan aku yang nanya duluan!"
Suara itu menjawab lagi, "Ini rumahku!!"
Shisui mengernyitkan dahinya, lalu membalas tak kalah kuatnya, "Ini juga rumahku!!"
"RUMAHKU!"
"RUMAHKU!!"
"Ru-! Stop Sai! Jangan injak kakiku!!" Suaranya terdengar kesakitan, Shisui sedikit mengenal suara itu, "Sa-sasuke?!"
Suara 'Sasuke' itu menjawab lagi, "Iya ini aku Sasuke yang keren dan cerdas! Siapa itu?!"
"Ini aku Shisui! Eits, tunggu dulu!! Kau pasti pembunuh itu! Jangan pura-pura! Katakan dimana kau menyembunyikan mayat mereka!!" Shisui berkeras dengan pendapatnya, tidak mungkinlah Sasuke bisa ada di toilet belakang! Sejak kecil Sasuke selalu memperhatikan kebersihan, ini sungguh kejadian aneh!!
"Mayat apa?! Apa maksudmu?!" Suaranya berganti ke suara yang lebih dalam dan berat, terdengar khawatir dan cemas. Tetapi Shisui makin berani, "Jangan pura-pura tidak tahu!! Kalian pasti yang membunuh keluargaku 'kan! NGAKU!!"
Suara-suara itu terdengar berbisik-bisik, membuat bulu kuduk Shisui merinding saat menyadari betapa sepinya keadaan rumah bagian belakang ini.
"Kamu Shisui 'kan?"
"Hah? Dari mana kamu bisa tahu namaku?"
"Shisui-chaaaann!!"
"SAI?! Jadi kalian menawan Sai?!! Lepaskan dia!" Shisui merasakan air mata masuk kedalam matanya, tidak mungkin hal ini terjadi! Keluarganya tidak mungkin dibunuh semudah itu!!
"BAKA! Ini kami! Sasuke, Itachi dan Sai! Cepat buka pintunya!!" suaranya terdengar marah dan mulai menendangi permukaan pintu toilet dengan kasar.
"Diam! Tidak mungkinlah Sasuke bisa ada di dalam sini!!" Tolak Shisui, ia menampik bahwa ia sebenarnya sedikit kebingungan. "Buka dulu!! Nanti aku jelaskan! Cepat atau kubakar ban hitammu!"
"Oke! Oke!! Oke!! Jangan dibakar oke?!" Akhirnya Shisui menyerah juga, dan membuka pintu toliet perlahan-lahan, menemui wajah-wajah yang ia kira sudah mati dibunuh.
…
..
.
"K-kalian masih hidup?! UWAAAAA! Kukira kalian sudah maaatii!!" dengan kecepan penuh Shisui menabrak tubuh Sasuke yang tepat berdiri di tengah, karena terlalu lelah, Sasuke tidak mampu menolak pelukan Shisui.
"Ya, Tuhan…"
Itachi sungguh malu mengingat harus membuang air bersama 2 anggota keluarganya, di dalam ruangan yang sama. Sementara Sai, tersenyum lebar dan berjanji tidak akan melupakan kejadian ini seumur hidupnya.
Di lain sisi, Sasuke bersumpah, tahun depan ia pasti akan keluar dari rumah ini dan menemukan ketenangan tanpa pengganggu dan untuk Shisui, ia berjanji akan mengetuk pintu rumah dan berjalan lewat pintu utama sebelum masuk kerumah orang.
Tiba-tiba Sasuke menyadari sesuatu, "Ah! Barangnya datang jam4 ini!!"
Dan sekarang sudah jam4 LEWAT!
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
Wakakaka! Gue nambah fic lageee!! XD
REVIEW MINNA!
O,eyah! Banyak OOC dan kejadian gak terduga! Siapin hati dan mental buat baca fic gue oke!! XD O, em jiiii!!
