The Way I Love You, Chapter 4
Disclaimer : always belong to Kishimoto Sensei ne~
Pair : NaruSasu
Rated : T
Genre : back to romance,,
Warning : AU. DON'T LIKE, DON'T READ! Shounen Ai, Yaoi, Typo, OOC, berantakan, dll, dkk, dst.
Author Notes : Setelah deprsi gara-gara setengah dari chapter sebelumnya hilang –dan itu memaksa saya untuk mengetik ulang setengah dari chapter ketiga–, akhirnya saya bisa melanjutkan chapter terakhir yang singkat ini. Terimakasih untuk semuanya yang sudah bersedia me-review dan memberikan label 'favorite story' dan 'favorite author' pada saya. Seperti biasa, saya ulang warning di atas, biar ga ada reader yang 'nyasar' : DON'T LIKE DON'T READ! .
Enjoy It!
#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#
"Kau mau apa, Dobe?" tanya Sasuke yang kini berdiri berhadapan dengan Naruto.
"Membuatmu mempercayai perasaanku. Kau hanya tinggal mendengar perkataanku dan menunggu. Mudah bukan?"
Sasuke menaikkan sebelah alisnya. Sebenarnya apa yang direncanakan lelaki pirang itu? Naruto menutup mata dan menghela nafas panjang, sebelum kembali menampakkan iris langitnya.
"Ayo kita mulai,Sasuke.."
.
Mereka masih terdiam. Kini jarak Naruto dari pinggir jembatan tinggal dua langkah lagi. Sasuke cukup terkejut ketika Naruto memulai 'permainan'nya; mengatakan semua hal tentang kenangan dan hubungan mereka, kemudian mundur selangkah mendekati tepi jembatan tanpa pagar pengaman –dimana mereka berada– setelah perkataannya selesai.
"Sebenarnya apa yang kau rencanakan, Dobe? Jangan bilang kalau kau akan terjun dari atas jembatan ini ke sungai di bawah sana," tutur Sasuke.
"Aku memang merencanakan itu. Kalau kau tidak lagi mencintaiku, aku tak punya alasan untuk bertahan, bukan?" Naruto kembali menghela nafas. "Aku hanya ingin kau mengetahui apa yang tak pernah aku katakan padamu."
Sasuke masih berdiri di tempatnya, sama sekali belum berpindah sesenti pun. Dia benar-benar tak mengerti jalan pikiran Naruto sekarang. Dan entah kenapa, dia tak bisa melangkahkan kakinya untuk mendekati Naruto.
"Kau tahu? Aku selalu kesal kalau kau melarangku makan ramen. Sampai detik ini aku masih kesal kalau kau menjauhkanku dengan makanan satu itu," Naruto tertawa pelan. "Tapi aku mengerti kenapa kau melakukan itu. Kau cemburu karena aku akan mengacuhkanmu ketika aku bersama ramen, sama seperti aku cemburu ketika kau bersama buah tomat kesenanganmu itu."
Naruto kembali mundur selangkah. Sasuke menunduk dalam dan menutup matanya. Entah kenapa otaknya tak bisa mengolah semua perkataan Naruto. Dia memang mulai bertanya-tanya dan meragukan perasaan Naruto setelah pertengkaran mereka tempo hari, tapi dia juga tak bisa menyalahkan perkataan Naruto yang sepenuhnya benar; keluarganya memang lebih berharga dari hubungan mereka. Tapi tetap saja, dia tak bisa menerima ketulusan Naruto untuk melepaskannya, padahal dia melakukan apapun untuk melindungi hubungan mereka.
"Aku tak suka sikapmu yang selalu melarangku bertemu Gaara dan Sakura. Mereka teman dekatku, mereka yang selalu menemaniku selain dirimu. Tapi aku mengerti, karena kau akan merasa di nomor duakan olehku ketika aku bersama mereka. Aku pun selalu merasa di nomor duakan kalau kau sudah bertemu Itachi-nii," Naruto kembali mundur selangkah dan berada tepat di bibir jembatan.
Lelaki pirang itu tahu kalau air sungai di bawah jembatan dingin. Cukup dingin untuk membuatnya terkena hipotermia, mengingat dia adalah tipe orang yang tak kuat dingin. Dia juga tahu kalau apa yang sedang dilakukannya ini kekanakan, tapi hanya cara ini yang terlintas di otaknya sekarang. Dia ingin melihat reaksi jujur Sasuke, apakah lelaki Uchiha itu bisa kembali mempercayai perasaannya atau tidak.
"Dan apa kau tahu, Sasuke?" Naruto menatap mata onyx yang amat disukainya, "aku punya cara tersendiri untuk mencintaimu. Walaupun caraku bukanlah cara yang kau harapkan, tapi inilah caraku.. caraku mencintai orang yang paling berharga bagiku.."
Naruto menutup mata dan menjatuhkan diri ke sungai. Tapi belum sempat tubuhnya merasakan dinginnya air, tangan Sasuke menariknya dan mendekap erat tubuhnya. Walaupun Sasuke sudah berusaha menarik Naruto, tapi nyatanya mereka tetap jatuh kedalam air sungai yang dingin.
Naruto membuka matanya di dalam air dan mendapati Sasuke memeluknya. Dengan perlahan tangan tannya mendorong tubuh Sasuke dan menatap wajahnya. Naruto tersenyum hangat dan mendekatkan wajahnya pada wajah lelaki dihadapannya, lalu mendaratkan kecupan manis di bibir dingin itu.
# # #
Sinar matahari yang hangat menyapu sekilas wajah lelaki yang masih menutup mata langitnya. Sementara itu, disisi tempat tidur tampak seorang lelaki lain tengah duduk sembari memandangi wajah si lelaki yang masih tertidur tadi.
"Baka Dobe," bisiknya lembut.
"Dia sedang seperti itu, kau masih saja mengatainya, Otouto."
Sasuke tidak membalas perkataan kakaknya yang melangkah memasuki kamar dan kini tengah berdiri disamping tempat tidur yang didudukinya. Dengan lembut Sasuke menggenggam tangan tan yang tadi tersembunyi dibalik selimut dan meremasnya pelan.
"Kau harus bertanggung jawab karena sudah membuatnya seperti ini, Baka Otouto," ucap Itachi.
"Hn."
"Kau juga harus berterimakasih padanya karena dia ternyata amat mencintaimu. Dan menurutku, cintanya padamu jauh lebih besar dari cintamu padanya."
Sasuke menatap kakaknya dengan alis bertaut. Apa maksud kakaknya kalau cinta Naruto lebih besar dari cintanya?
"Kau tahu, dia jauh lebih dewasa darimu. Bahkan mungkin dia juga lebih dewasa dariku," tutur Itachi sembari memandang wajah tenang juniornya.
"Apa maksudmu, Aniki?" tanya Sasuke tak mengerti.
"Tousan menceritakan padaku tentang apa yang kau bicarakan dengan Naruto di halaman belakang beberapa hari yang lalu."
Sasuke membelalakkan matanya. Ayahnya memberitahu Itachi? Lalu darimana ayahnya tahu tentang percakapannya dan Naruto?
"Tousan tak sengaja mendengar percakapan kalian," ucap Itachi seolah mengetahui pertanyaan yang menggantung di kepala adiknya. "Tousan mendengar semua percakapan kalian."
"Lalu.. apa pendapat tousan?" tanya Sasuke penasaran.
"Tousan langsung mempercayakanmu pada Naruto. Dia berkata kalau memang Naruto yang kau butuhkan untuk menjadi pasanganmu."
Sasuke tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, matanya melebar sempurna. Dia lalu memperhatikan Naruto yang masih tertidur setelah kejadian di sungai kemarin sore.
"Jujur saja, kalau aku ada di posisi Naruto saat itu, aku tak mungkin bisa meminta orang yang kusayangi untuk melepaskan hubungan yang kami miliki demi keluarganya. Aku mungkin akan mengajak orang yang kusayangi itu kawin lari dan meninggalkan masalah yang menghalangi jalan kami, bukan menghadapinya seperti yang Naruto lakukan," tutur Itachi panjang.
Sasuke makin mengeratkan genggamannya pada si lelaki pirang. Itachi tersenyum lembut. Rasanya lega mengetahui kalau adik yang disayanginya mendapatkan pendamping yang sesuai.
"Kau beruntung mendapatkannya, sama seperti dia beruntung mendapatkanmu, Sasuke.."
.
Naruto membuka matanya perlahan. Hal yang pertama dia lihat adalah warna biru langit-langit kamar. Dengan itu dia bisa memastikan kalau dia tengah berada di kamar Sasuke. Dia lalu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan, mencari sosok pemilik kamar yang ditempatinya, namun tidak dia temukan.
Perlahan dia bangun dari tidurnya dan meringis pelan ketika kepalanya berdenging dan sakit luar biasa. Langit yang kemerahan menandakan kalau petang sedang menjelang.
"Jangan memaksakan diri, Dobe," tegur Sasuke yang melangkah memasuki kamarnya sembari membawa nampan berisikan semangkuk bubur dan segelas susu hangat.
"Kau baik-baik saja, Sasuke?" tanya Naruto yang heran melihat keadaan Sasuke yang tampak sehat.
"Hn. Tubuhku lebih tahan dingin daripada tubuhmu," jawab Sasuke.
Tangan pucatnya meletakkan nampan di atas meja yang terletak tak jauh dari tempat tidur. Sasuke lalu duduk di tepi tempat tidur dan memandang wajah lelaki yang sudah mengunci hati dan pikirannya.
"Kau sendiri? Bagaimana keadaanmu?" tanyanya.
"Tak akan lebih baik dari ini," jawab Naruto seraya menarik tangan Sasuke dan mendekap tubuh lelaki yang amat dicintainya itu. "Lega rasanya ketika kau memeluk dan ikut terjatuh bersamaku ke sungai. Itu artinya kau masih mempercayai perasaanku 'kan, 'Suke?"
Sasuke tak membalas, tapi dekapan hangat yang Naruto rasakan sudah lebih dari cukup untuk mengetahui perasaan kekasihnya. Naruto mempererat pelukannya.
"Tadinya aku kira kau tak akan menarikku.. Kukira kau akan melepaskanku.. Kau membuatku takut tahu," bisik Naruto lirih.
"Aku tak pernah berpikiran untuk melepaskanmu, Naruto, tidak pernah sekalipun."
"Baguslah kalau begitu. Itu bisa kujadikan alasan untuk tak pernah berhenti mencintaimu. Aishiteru, 'Suke.."
Sasuke membiarkan tangan Naruto melepas dekapannya dan beralih ke belakang kepalanya. Perlahan mereka saling mendekatkan diri dan saling merasakan kehangatan hembusan nafas masing-masing.
Kini mereka sudah melangkah satu tahap lebih jauh untuk saling memahami satu sama lain. Kini mereka tahu bagaimana cara mereka saling mencintai. Naruto tahu bahwa cara Sasuke mencintainya adalah dengan menabrak dan membobol semua rintangan yang menghalangi laju hubungan mereka, dan Sasuke tahu bahwa cara Naruto mencintainya adalah dengan berfikir logis dan mencari jalan keluar terbaik untuk hubungan mereka dan Sasuke, tanpa memikirkan dirinya sendiri. Cara mereka untuk mencintai memang berbeda dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masing-masing pihak, tapi itulah cara mereka. Tiap-tiap orang mempunyai cara masing-masing untuk mencapai tujuannya bukan? Dan mereka sadar bahwa mereka tak perlu menggunakan cara yang sama untuk saling mencintai satu sama lain.
~End~
.
.
Balasan Review~
NhiaChayang: *tutup telinga gara-gara Nhia teriak*. Astaga, kenapa saya membuat para reader jadi histeris begini? =.=a Ini chapter terakhir, makasih untuk reviw-nya di fic saya ini yaa.. ^^
Hachii: Eh? Keberatan ya kalau NaruSasu? Gomen, tapi saya sedang menyukai pairing ini X3 Makasih review-nya.. ^^
NaruEls: Sudah tau 'kan, Naru ngapain di jembatan? Makasih review-nya.. ^^
Rinyaow love FFN: Sasuke 'kan memang raja tega *disambit kusanagi*. Oh, gosh, I like your words! X3 Thanks for review.. ^^
IshidaRin: Apakah saya sudah berhasil menghilangkan prasangka antagonis terhadap Fugaku? Hehee~ Makasih review-nya.. ^^
Micon: *high five*. Yang ditabrak itu cuma figuran kok~ Makasih untuk dukungan dan review-nya.. ^^
Uzukaze touru: Konsisten, senpai! *hormat a la tentara*. Jangan sampe deh ketemu perang-perangan (?) macam itu, senpai =.= Makasih review-nya.. ^^
Fujoshi Nyasar: Ahahahaha~ Karena membuat reader penasaran adalah hal yang paling menyenangkan buat saya *ditimpuk dari segala arah*. Makasih review-nya.. ^^
lovey dovey: I'll try! Makasih review singkatnya.. ^^
Safira Love SasuNaru: Kiss? O.o Ada tuh! *nunjuk-nunjuk bagian kissu*. Happy ending 'kan akhirnya? XD Makasih review-nya.. ^^
Kyoka Amaterasu: Naruto cuma mau mengembalikan kepercayaan si Sasu-teme kok. Maaf ga bisa update as soon as possible ya, senpai. Makasih review-nya.. ^^
UchiRasen: Naru mau apa? Di atas udah dijawab 'kan? Hehee.. Makasih review-nya.. ^^
Vii no Kitsune: maaf, chapter ini malah lebih pendek dari chapter-chapter sebelumnya. Gomennasai~ (_._) Makasih review-nya.. ^^
Author Notes :Setelah perjuangan panjang, akhirnya saya bisa menyelesaikan fic multichap ini dengan –cukup– baik. Terimakasih untuk reader yang bersedia membaca fic ini dan juga reviewer yang sudah menyempatkan diri untuk memberikan komentar dan masukan. Arigatou, minna~ ^^
Saya juga mau berterimakasih pada semua yang sudah bersedia membaca, me-review, memberikan 'fave story' dan dukungan pada fic You're The Only One. Jujur, saya awalnya tidak yakin untuk mem-publish fic itu, tapi berkat dukungan –dan paksaan– si niichan, akhirnya saya mem-publish-nya. Sankyuu~~
