LIGHT KEMBALI LAGI!

INI CHAPTER 2 KAYAKNYA GA AKU TULIS DENGAN HATI YANG LAPANG DEH... RASANYA INI UDAH RADA MENYIMPANG DARI KEHIDUPAN NINJA...

TAPI, HIDUPNYA MASIH DI DUNIA NINJA... HAH... MAAF DEH KALAU JADI TERDAPAT KELUHAN...

DISINI BELUM ADA PASANGAN-PASANGAN SEPERTI YANG DIHARAPKAN...

OH IYA, KALAU MAU BACA, SAMBIL DENGERIN LAGU BEBASKAN (AHMAD DHANI), BERAKSI (KOTAK), AYAH (RINTO HARAHAP).

BIAR LEBIH MENGHAYATI AJA...

KALAU SUKA DAN GAK SUKA... ITU TERSERAH... ITU HAK ANDA PARA READERS...

SILAHKAN DINIKMATI...


RATE : T

AWAL HIDUP BARU

NARUHINA


Acara pernikahan Naruto pun telah dilaksanakan. Banyak yang datang mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah. Semua yang pernah diselamatkan dan dibantu Naruto. Nama Naruto pun bergaung di setiap penjuru dunia. Semua tahu Naruto mulai dari anak-anak sampai orang tua. Naruto... Namikaze Uzumaki Naruto. Dia adalah orang yang tampan, kuat, baik hati. Pujaan semua wanita. Tapi kini, hatinya telah berlabuh pada seorang wanita. Hyuuga Hinata.

"Hinata... Aku belum menanyakan ini padamu... Tapi, bolehkah aku tahu, apa yang kau suka dari orang pembuat onar sepertiku?", tanya Naruto di malam pertamanya.

"I, itu... Aku sangat menyukai Naruto yang pantang menyerah... Na, Naruto selalu menggapai apa yang Naruto cita-citakan. Me, menurutku... Naruto itu kuat... Tak seperti aku yang selalu mudah menyerah dan... cengeng... Ja, jadi... aku menyukai Naruto dan se, selalu memperhatikan Naruto...", jawab Hinata dengan blushingnya.

"Hehehe... Hinata... Kau sekarang telah menjadi istriku... Jangan berbica dengan seperti itu... Kau tahu? Bebicaralah biasa saja... kau dan aku sekarang telah menjadi suami istri. Dan aku adalah milikmu saat ini... dan kamu juga adalah milikmu... jadi, jangan segan-segan Hinata...", sahut Naruto dengan cengiran khasnya.

"I, iya... Naruto...", jawab Hinata masih dalam keadaan malu-malu.

"Hinata... kemarilah... tatap mataku... jangan terlihat seperti orang asing begitu. Kau adalah wanitaku saat ini dan selamanya...", sahut Naruto. Naruto pun menarik Hinata ke dalam pelukannya. Kau tahu dimana mereka sekarang? Tentu saja... mereka ada di kamar pengantin mereka di kediaman Hyuuga. Sebenarnya Naruto membuat kamar itu kedap suara. Agar tak terdengar dan tak bisa terdeteksi apa yang mereka lakukan oleh orang luar. Hinata pun mengetahuinya dan menjadi lebih leluasa bersama dengan naruto.

"Hinata... kau tahu? Kau adalah orang yang paling aku sayang... Kau si cantik jelita... kau baik hati. Aku mencintaimu... Apakah kau mencintaiku, Hinata?", tanya Naruto.

"Umm... Aku juga men, mencintaimu... Naruto...", jawab Hinata.

"Terimakasih Hinata... Kau tahu? Awalnya aku mengira kau ini aneh... Aku tak sadar kau menyukaiku... Aku menyayangimu... Aku tak menyangka kau akan menyatakan cintamu saat melawan Pain... saat itu, aku sadar aku juga mencintaimu... dan tak mau kehilanganmu...", ujar Naruto. Kini dia mendekap Hinata dari belakang dengan lebih erat. Hinata merasa kini wajahnya sangat panas. Namun, dia merasa nyaman berada disamping Naruto. Naruto menyandarkan kepalanya di pundak Hinata. Merasakan aroma Hinata.

"Naruto...", sahut Hinata. Kini dia berbalik menghadap Naruto. Hinata melihat Naruto menangis. Sontak saja dia terekejut dan segera menghapus air mata yang jatuh di pipi Naruto. Membelai rambut Naruto dan menenangkannya. Memeluk Naruto... mendekapnya dan menghangatkannya. Naruto menangis, terisak... bergetar.

"Hinata... Aku merindukan orang tuaku... mereka ingin sekali melihatku tumbuh dan menikah... Aku sedih mereka tak dapat menyaksikan aku menikah dengan orang yang aku cintai... Hinata... A, aku ingin bertemu mereka lagi... A, ayah... Ib, Ibu...", isak Naruto. Hinata pun semakin mendekap Naruto erat ke dalam pelukannya.

"Naruto... mereka pasti menyaksikanmu... Mereka pasti bahagia melihatmu bahagia... Mereka juga akan bersedih jika kamu bersedih seperti ini... Bukankah mereka juga sudah bersedih saat tak bisa menemanimu hingga kau beranjak dewasa? Apa kau ingin membuat mereka lebih sedih lagi dengan kau menangisi mereka? Naruto... tenanglah...", sahut Hinata. Naruto pun semakin erat memeluk Hinata.

"Hinata terimakasih...", ucap Naruto. Dia pun melepaskan pelukannya pada Hinata dan menghapus air matanya. "Hehehe... sekarang kamu tak canggung lagi Hinata...", lanjut Naruto dengan cengirannya.

"Na, Naruto... kau...", sahut Hinata yang lagi-lagi memerah pipinya.

"Hahaha... sudahlah jangan canggung... A, aww.. Hei... apa yang kau lakukan! Hei, aaaa... hentikan Hinata...!", seru Naruto dengan tawanya saat Hinata mencoba untuk mencubit Naruto. Mereka pun kini tertawa-tawa lepas. Hinata sudah tidak terlalu canggung lagi di depan Naruto. Mereka terus melakukan hal itu seperti anak kecil. Saling melempar bantal dan sedikit berguling-guling. Sampai akhirnya, Hinata jatuh telungkup diatas Naruto yang jatuh terlentang di atas ranjang. Naruto pun diam, Hinata juga. Naruto pun terduduk dari tidurnya, bersama Hinata. Mereka saling bertatapan. Wajah mereka kini berdekatan. Hidung mereka bersentuhan. Nafas mereka menyatu. Sampai akhirnya, bibir mereka berpagutan. Dan malam itu, adalah malam pertama yang indah untuk mereka berdua.

Diluar dugaan... Ternyata keluarga Hyuuga sedikit menguping dan sedikit mnyelidiki dengan byakugan.

"Paman... Aku tak bisa melihatnya... sepertinya Naruto telah membuat segel di dinding kamar itu... Aku tak bisa menembusnya...", sahut pria berambut panjang dikuncir bawah. Hyuuga Neji.

"Aku juga tak bisa melihatnya... Baiklah semuanya... Kita bubar saja... percuma kita mengintip malam pertama calon hokage kita...", sahut Kiba.

"Baiklah... Kita bubar...", sahut seorang pria yang lebih tua berambut panjang. Hyuuga Hiashi.

"Kalian itu tak ada kerjaan... Mau apa kalian mengintip Naruto?", tanya suara dingin yang tenang tanpa emosi. Uchiha Sasuke.

"Sepertinya mereka belum pernah melihat orang melakukan 'itu'... Bukankah kalian juga akan mengalaminya? Nanti kalian juga akan melakukan -piiiiippp- lalu setelah itu pasangan kalian akan melakukan -piiiiiippp- pada kalian dan kalian -piiiiiipppp-... lalu -piiippp-", sahut suara lembut yang omongannya asal ceplas-ceplos. Sai.

"Sa, Sai! Kau ini! Dasar! Kemari kau!", seru Sakura sambil menghampiri Sai dengan tinjunya yang sukses menghantam keras wajah Sai. Sedangkan wajahnya tetap memerah blushing. Beberapa orang disana juga ikutan blushing. Tapi, tidak dengan Shino, Neji dan Sasuke yang sedang tersiksa berusaha keras tidak blushing. Setelah itu, mereka pun kembali ke tempat mereka masing-masing.

"Sasuke...", sahut Sakura yang saat itu sedang berjalan bersama Sasuke. Karena rumah –tempat yang saat ini menjadi rumah sementara- mereka itu searah.

"Apa?", Tanya Sasuke.

"Erm, waktu itu... kamu menangis? Rasanya... saat itu, kali pertama aku melihatmu... menangis?", jawab Sakura.

"Hah.. Ya... Lalu?", Tanya Sasuke lagi. Kini, dia masih tetap berjalan di depan Sakura.

"Err.. Kenapa kau bisa menangis?", Tanya Sakura. Sasuke pun menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Sakura.

"Haruskah aku mengatakan alasanku menangis? Bahkan kau pun lebih sering menangis daripada aku... Aku rasa kau lebih tahu jawabannya...", jawab Sasuke. Kini, dia pergi lagi meninggalkan Sakura jauh di belakang. Sakura pun mengejar Sasuke.

"Sa, Sasuke... tunggu aku!", seru Sakura. Namun, Sasuke tak menghiraukan Sakura. Dia terus berjalan sambil menyunggingkan senyumnya. Hanya sedikit senyumnya. 'Sebenarnya,hanya kau yang dapat membuatku menangis dan merasakan hal lainnya... Naruto...' batin Sasuke.

Tiba-tiba di tengah perjalanan... mereka berhenti dan membelalakan mata mereka...

"KAU!", seru Sasuke dan Sakura terekejut.

'Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untukku... Aku terbangun dipagi hari ini, dan menemukan orang yang aku cintai tertidur disampingku... Mengingat apa yang kami lakukan semalam membuatku semakin malu saja menatapnya... Tapi, semakin aku menatapnya, aku semakin mencintainya... Mencintai suamiku... Naruto...'batin Hinata. Dia terus memandangi Naruto yang kini telah tertidur dengan tenang disampingnya. Hinata pun membelai pipi Naruto sambil tersenyum.

"Erm, Hinata... selamat pagi... hehehe", sahut Naruto seraya menggenggam tangan Hinata yang kini tengah bertengger di pipinya.

"Ah... Na, Naruto sudah bangun... A, ayo kita bersiap... hari ini... Naruto akan dilantik menjadi hokage kan?", Tanya Hinata.

"Hmm... Ya... Baiklah... Hinata... Kau mau mandi bersamaku?", Tanya Naruto menggoda.

"Ti, tidak usah naruto... Aku di kamar mandi keluarga saja...", jawab Hinata seraya beranjak dari duduknya di ranjang.

"Ayolah...", sahut Naruto yang langsung mendekap Hinata dari belakang.

"Emh. Ba, baiklah...", jawab Hinata. Wajahnya bersemu merah. Dan Naruto nyengir kuda seperti biasa.

Setelah mereka membersihkan diri, mereka pun berjalan ke arah ruang makan keluarga Hyuuga. Disana telah menunggu beberapa orang Hyuuga. Termasuk di dalamnya adalah Hyuuga Hiashi, Hyuuga Neji dan Hyuuga Hanabi.

"Selamat pagi semua...", sahut Naruto. Sambil menggandeng Hinata.

"Pagi Kak Naruto... dan Kak Hinata!", seru Hanabi yang sudah rapi di meja.

"Pagi, Hanabi, Ayah... Kak Neji...", sahut Hinata. Mereka semua pun duduk di meja makan dan melahap sarapan yang telah disediakan.

"Naruto... Hari ini kau akan dilantik menjadi Hokage... Apa yang akan kau lakukan?", Tanya Hiashi memulai pembicaraan saat sarapan yang hening itu.

"Ah.. Paman... Aku akan... Mungkin seperti yang dilakukan Nenek Tsunade dulu... Berpidato dihadapan rakyat Konoha?", ujar Naruto.

"Sayangnya, saat ini yang menyaksikanmu, langsung Raja Api...", sahut Hiashi. Naruto terlihat berpikir atas perkataan Hiashi.

"Aku akan memberikan hadiah special untuk semua rakyat Konoha...", jawab Naruto mantap.

"Apa itu?", Tanya Hiashi.

"Itu masih rahasia Paman... hehehe", jawab Naruto disertai tawanya yang khas.

"Hh... Naruto, kau telah menikah dengan anakku... Bisakah kau memanggilku Ayah?", Tanya Hiashi. Naruto menghentikan makannya. Menatap Hiashi dengan serius seraya berkata "Bolejkah?", ucapnya.

"Tentu... Kau kini anakku... Naruto...", ujar Hiashi. Naruto pun tersenyum. Dan dengan sangat cepat melesat ke arah Hiashi dan memeluknya erat.

"Ayaahhh!", seru Naruto seraya mengeratkan pelukannya. Hinata, Neji dan Hanabi tersenyum melihat kelakuan anggota keluarga barunya.

"Hei, cepat selesaikan sarapanmu, Naruto...", sahut Hiashi.

"Iya, Ayah!", seru Naruto dan segera kembali duduk disamping istrinya.

"Oh ya, Naruto... Kau mau memberikan hadiah apa pada rakyat Konoha?", Tanya Neji.

"Aku bilang masih rahasia... nanti juga kau tahu...", jawab Naruto sambil melanjutkan sarapannya.

"Naruto... itu... mau minum?", Tanya Hinata seraya memberikan air minum untuk Naruto.

"Makasih Hinata... baiklah... Aku sudah selesai...", sahut Naruto. "Hinata, kau sudah selesai?", lanjut Naruto. Hinata mengangguk. Mereka berdua pun berjalan berdua berdampingan. Warga Konoha menyambut mereka dengan sukacita. Naruto semakin berani saja menampakan dirinya bersama Hinata. Dia mulai merangkul pinggang Hinata sambil berjalan. Hinata tersenyum malu.

Naruto dan Hinata kini berada di podium, karena gedung hokage belum selesai dibuat. Saat ini, Naruto akan dilantik menjadi Hokage ke 7.

"Namikaze Uzumaki Naruto... Anak dari Namikaze Minato Hokage ke 4 dan Uzumaki Kushina. Seorang yang kuat, baik hati dan penyayang. Murid dari Kakashi Hatake si ninja peniru dan juga Jiraiya, sannin dari tiga ninja legendaris. Kau kami angkat menjadi Hokage ke 7 desa konohagakure... silahkan sampaikan dan ucapkan sesuatu untuk rakyatmu...", sahut ketua tetua yang berjenggot itu seraya memakaikan jubah Hokage naruto dan topi hokagenya.

"Baiklah... Terimakasih semuanya... Sebenarnya aku sangat senang saat ini. Dan kebahagiaanku benar-benar lengkap apabila kedua orangtuaku yang aku sayangi hadir disini bersamaku... Aku tahu itu tak mungkin... Dan saat ini, aku sangat senang karena, aku bisa menerima gelar hokage ini bersama dengan istri yang aku cintai disisiku... Dan tentu saja, aku akan menjadi hokage yang lebih hebat dari hokage sebelumnya. Juga akan menjadi hokage yang akan selalu melindungi desa dan warganya dengan sebaik mungkin. Kalian semua adalah orang yang ku sayangi... aku akan menjaga kalian sampai akhir! Yeah!", seru Naruto yang diikuti seruan shinobi-shinobi lainnya.

Hinata tersenyum melihat naruto. Dan Naruto pun menyunggingkan senyumannya untuk Hinata.

"Baiklah... semua wargaku... Aku ada hadiah untuk kalian... Ini juga jika kalian mau...", sahut Naruto tiba-tiba. Semua warga diam dan memperhatikan hokagenya.

"Hari ini... Kita semua yang ada disini bebas! Dan kita semua akan bersenang-senang bersukacita! Aku jamin kalian selamat! Ini sebagai perayaan! Tapi, di hari esok... Kalian harus bekerja lagi sebagaimana mestinya... berhubung, kalian mungkin kelelahan.." sahut Naruto yang disambut dengan keheningan oleh para warganya.

"Eeh? Kenapa? Kalian tidak suka?", Tanya naruto.

"...", hening tak ada respon.

"He, hei... kalian kenapa?", Tanya Naruto dengan nada yang kecewa.

"...", respon tak ada. Keheningan saja yang mencekam. Namun, ternyata mereka semua bersuara dalam hati mereka.

"Sepertinya desa kita akan hancur... dan menjadi lebih buruk..."

"Sepertinya... Naruto adalah hokage terburuk dalam sejarah..."

"Apa salah ya menjadikan Naruto hokage?"

"Huaaahh... sudah kuduga... akan menjadi merepotkan..."

"Rencana itu sia-sia sepertinya...", batin Sasuke dan Sakura. "Tapi, tetap saja kami harus memualinya... memulai semuanya...".

"Baiklah semua! Ayo kita bersenang-senang!", seru Naruto. Lalu, Sasuke dan Sakura segera bersiap di tempat Naruto berada.

Kini yang terlihat di panggung. Ada drum, 2 gitar listrik, keyboard, bass, juga 6 microfone yang masing-masing dipakai oleh pemain. Heran kenapa di Konoha ada yang seperti itu? Jangan heran! Ini kan ninja modern. Bioskop saja ada.

Shino sebagai drummer, Naruto dan Sasuke sebagai gitarrist, Ino sebagai keyboard, Gaara sebagai bassist, dan Sakura sebagai Vokalist utama.

Hinata, Neji dan warga Konoha lain dibuatnya terkejut dengan penampilan ini. Mereka pun mulai melantunkan lagu.

"Baiklah... Lagu pertama kami, akan dinyanyikan oleh vokalis kita! Haruno Sakura! Dengan lagu berjudul Akushon!", seru Naruto.

Ketika siapa saja sendirian

Berdiam diri tak ada hiburan

Jika kau merasakan kesepian

Datang kemari kita senang-senang

Semua berdiri, waktunya beraksi

Penindasan kekerasaan gak jaman

Kami datang membawa perdamaian

Ciptakan suasana tak terlupakan

Lantangkan suaramu dan teriakkan

Alunan distorsi, Saidai pun beraksi

Yang ada disana, yang ada disini

Semua ikut bernyanyi

Hey, yang datang disini

Jangan bikin keki

Bikin suasana happy

Beraksi.., Beraksi..

Hey.., yang ada disana

Semua bernyanyi

Hey.., yang ada disini

Semua happy

Hey, yang ada disana yang ada disini

Semua ikut bernyanyi

Hey yang datang disini

Jangan bikin keki, bikin suasana happy

Beraksi.. beraksi..

Semua warga Konoha awalnya diam mendengar alunan music tersebut. Tapi, akhirnya mereka pun ikut bersukaria. Mereka tahu, jika tidak seperti ini, bukan Naruto namanya. Ninja paling mengejutkan nomor 1 di Konoha! Tidak lama, lagu itu pun berhenti. Dan Naruto kini berbicara lagi.

"Baiklah... itu lagu kami yang pertama... Bagaimana? Semuanya? Kalian menyukainya?", Tanya naruto bersemangat. Semua warga Konoha kini merespon dengan semangat.

"hehehe, terimakasih kalau begitu... Yak! Sekarang kita lanjutkan! Vokalisnya tentu saja... Aku, Sasuke dan Sakura... Silahkan dinikamati lagi!", seru Naruto.

Siapa bilang hidup ini mudah
seperti yang dibayangkan
hidup tak pernah selalu seperti
yang dimau, yang diharap-harapkan

apa itu hidup bila tidak ada
masalah-masalah yang selalu ada
buanglah gerahmu, singkirkan penatmu
sirami panasmu, pupuskan pusingmu

bebaskan, bebaskan gerakmu
rasakan sensasinya
bebaskan, bebaskan gerakmu
rasakan sensasinya

sensasi plong, sensasi plong
sensasi plong, sensasi plong
sensasi plong, sensasi plong
sensasi plong, sensasi plong

apa itu hidup bila tidak ada
masalah-masalah yang selalu ada
buanglah gerahmu, singkirkan penatmu
sirami panasmu, pupuskan pusingmu

Begitu lagu selesai dilantunkan, semua orang bersorak. "LAGI! LAGI!", seru mereka terutama para remaja. Itu membuat Naruto dan grup band saidai –Gbnya Naruto dkk.- bingung. Pasalnya, kemarin malam, mereka hanya berlatih dua lagu yang Naruto ciptakan itu. Naruto melirik Sasuke. Sasuke hanya mengangguk. Akhirnya, Naruto pun mulai angkat bicara.

"Baiklah semua.. Yang akan bernyanyi saat ini hanyalah aku dan Sasuke...", seru Naruto. Semua orang terutama wanita-wanita dari desa konoha dan desa lainnya juga kerajaan lainnya mulai berteriak meneriakan nama Sasuke dan Naruto.

Langit berubah menjadi mendung. Layar yang pernah muncul di atas kepala Naruto, kini muncul lagi. Naruto pun mulai memainkan gitarnya bersamaan dengan Sasuke. Keduanya memejamkan mata. Mulut Naruto kini terbuka, dan mengatakan sesuatu. "Kami persembahkan lagu ini... untukmu... Ayah...", sahut mereka berdua. Hening seketika. Tak ada lagi teriakan histeris dari fans mereka. Kini, Naruto dan Sasuke berduet. Menyanyikan lagu yang berjudul 'Ayah' yang mereka ciptakan secepat kilat dengan telepati beberapa detik.

Dimana…akan kucari
Aku menangis seorang diri
Hatiku….s`lalu ingin bertemu
Untukmu…aku bernyanyi

Lihatlah…hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah..aku ingin bertemu
Untukmu…aku bernyanyi

Untuk ayah tercinta, daku ingin bernyanyi
Dengan air mata di pipiku…
Ayah, dengarkanlah aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi…

Dalam layar tersebut, terlihatlah Minato dan Fugaku yang menyambut kelahiran anak mereka. Terlihat Minato yang bahagia bersama Kushina. Lalu, Minato menggendong bayi pirang dalam dekapannya. Mengecupnya perlahan dan mulai menangis untuk anak tersebut. Berkata-kata sesuatu. "Naruto... maafkan Ayah yang tak bisa bersamamu dan menjagamu...", sahutnya. Pada malam hari, disaat semua tertidur, terlihat Sasuke bayi yang menangis. Fugaku mendekatinya dan menenangkannya. Mengecupnya lembut dan membanggakannya pada semua orang. Setelah itu, terlihat Minato sedang berusaha menyegel bijuu. Setelah berhasil menyegel bijuu, Minato yang ditengah kematiannya hanya membisikan beberapa kata. "Maafkan aku, Kushina... Naruto... Aku menyayangi kalian... jagalah diri kalian baik-baik...", lalu, Minato pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan senyum menghiasi wajahnya.

Setelah kejadian itu, terlihat juga Fugaku yang melawan Itachi dan saat Fugaku sekarat, dia hanya mengatakan, "Aku hanya ingin Sasuke menjalani hidupnya lebih baik... dia anak yang aku sia-siakan... tapi, aku sebenarnya sangat menyayanginya.", lalu dia pun mati.

Terlihat juga Fugaku yang membicarakan dan membanggakan Sasuke di depan istrinya. Tapi, di depan Sasuke, dia terlihat angkuh.

Naruto dan Sasuke hanya bisa menelan air matanya. Mereka menengadahkan kepalanya ke langit ...

"Untuk ayah tercinta, daku ingin bernyanyi… Dengan air mata di pipiku… Ayah, dengarkanlah aku ingin berjumpa… Walau hanya dalam mim… pi…", dengan berakhirnya lagu itu, kini, awan mendung itu ikut menangis. Beberapa warga ikut menangis. Banyak, malah. Dan... Hokage kita... Namikaze Uzumaki Naruto dan Uchiha Sasuke sangat bersyukur dengan adanya hujan, mereka bisa menangis tanpa disadari oleh beberapa warga.

"Bagus!", seru warga Konoha dan yang lainnya. Naruto dan Sasuke pun saling mengepalkan tangan dan menonjokan tangan mereka yang terkepal masing-masing.

"Terimakasih! Sekarang hadiah untuk kalian yang lain... Aku akan keringkan baju kalian!", seru Naruto.

Naruto pun beraksi. Dia membuat awan hitam itu menghilang dan hujan berhenti. Dia mengalirkan udara lembut dan hangat khas musim semi pada penduduknya dan penontonnya. Air yang ada di serat tubuh mereka dikendalikan oleh naruto dan baju mereka semua pun kering kembali. Acara selesai, dan semua warga bersenang-senang.

Naruto menghampiri Hinata yang duduk tertegun. Sedikit jejak air mata membekas di kedua belah pipinya. Begitu Hinata menyadari Naruto mendekatinya, Hinata segera menghapus air matanya dan segera menghambur ke pelukan Naruto.

"Naruto... Kau tidak apa-apa?", Tanya Hinata. Naruto membalas pelukan Hinata dan mengecupnya lembut.

"Tak apa, sayang...", jawab Naruto.

"Tak apa bagaimana? Kamu jelas-jelas menangis! Aku melihatnya!", seru Hinata semakin erat memeluk Naruto. Naruto tersenyum hangat, lalu, melepaskan pelukannya dan memandang Hinata.

"Hinata... lihat aku dan mataku..", sahut Naruto. Hinata pun menatap mata Naruto. Naruto tersenyum.

"Hinata... Aku tidak apa-apa... sungguh! Biarlah yang lalu... saat ini kan aku sudah memilikimu... saat ini, kau adalah keluargaku, Hinata! Lagipula, bukankah aku juga telah memiliki Ayah? Ayahmu, adalah Ayahku...", sahut Naruto. Dia tersenyum lebih hangat.

"Um!", sahut Hinata mengangguk. Naruto kini nyengir dan membelai lembut rambut Hinata dan menghapus sedikit air mata yang tersisa.

"Lagipula... rasanya... aku ingin merasakan menjadi ayah deh, Hinata... bagaimana menurutmu? Aku akan menjadi seorang Ayah yang baik deh... hehehe", ujar Naruto menggoda Hinata. Hinata blushing dan hampir pingsan di tempat bila Naruto tak menghentikannya dan berkata sesuatu, "Kalau kau pingsan, aku akan semakin mudah melakukannya loh...", sahut Naruto jahil. Kini, Hinata pasrah saja di tangan Naruto. Mereka berdua pun melenggang menuju kediaman sementara mereka. Kediaman Hyuuga.

~BERSAMBUNG~


GIMANA? KECEWA YA?

MAAF DEH... ENTAR SAYA BUAT LEBIH BAGUS LAGI...

CHAPTER 3 UPDATE SELAMBAT-LAMBATNYA SEKITAR TANGGAL 17-6-2010.

GOMEN...

SAYA TAHU READERS KECEWA... JADINYA PADA GAK MAU BACA DAN GAK MAU REVIEW.

TAPI...

BOLEH DONG BERIMAJINASI?