YOOO... HALLO! LIGHT KEMBALI LAGI!
KALI INI, CERITANYA GA ADA TERMEHEKNYA. CUMA ADA CERITA YAH... BELUM ADA KLIMAKS SIH...
BARU PENJELASAN AJA... MUNGKIN ENTAR KLIMAKSNYA...
KALAU ADA YANG PENGEN KASIH PENDAPAT ATAU APAPUN... AKU TERIMA. INI FIC MASIH JAAUUUUHHH DARI KATA 'SEMPURNA'.
MAKASIH BUAT YANG UDAH REVIEW. HEHE...
RATE : T+
NARUHINA... NARUSAKU
GAJE... GA ADA KLIMAKS... KURANG RAME DAN MENYENTUH...
Andai Tak Terjadi
"Hinata... Naruto... Ayo cepat bangun... sudah pagi! Naruto... kau juga kan hokage harus segera pergi ke kantor hokage! Hei!" seru Hiashi mengetuk pintu kamar Naruto dan Hinata keras-keras sehingga membuat kedua insan yang sedang tertidur itu terbangun.
"Engh... Naruto... bangun..." sahut Hinata berbisik pelan di telinga Naruto.
"Hinata sayang... sebentar lagi... aku lelah..." jawab Naruto.
"Na, Naruto... kau ini hokage..." ujar Hinata lembut.
"Sayang... Bentar lagi..." jawab Naruto yang masih bergulung di dalam selimutnya. Hinata pun hanya bisa menuruti apa yang Naruto inginkan. Dia memang sangat mencintai Naruto. Sampai tak bisa melawannya. Namun, itu tidak merugikannya. Toh Naruto jarang meminta macam-macam pada Hinata. Dia hanya menjalankan kewajibannya sebagai suami. Err... maksudnya melakukan hal semacam 'itu' setiap malam... bukankah itu merupakan kewajiban dan haknya? Emh, maksudnya... itu juga hak dan kewajiban Hinata sebagai seorang istri kan? Walaupun... dalam dua minggu pernikahan mereka, mereka melakukan hal semacam 'itu' setiap malam. Dan... yang aneh adalah... err, Naruto yang tak pernah lelah walau dia sudah menjalankan tugasnya sebagai hokage sampai larut malam. Membayangkan hal itu membuat wajah Hinata bersemu merah padam... tetapi, senyuman ayu di wajahnya tak pernah terlepas darinya.
Hinata pun segera bersiap dan mandi. Dia mengenakan pakaiannya. Oh ya, kini dia berhenti menjadi ninja untuk bersama Naruto. Naruto tidak pernah melarang Hinata untuk menjadi ninja. Hanya saja, sebenarnya cita-cita Hinata sejak dulu adalah menjadi istri Naruto. Saat ini, dia telah menjadi istri Naruto. Maka, dia ingin sekali menjadi istri yang terbaik untuk Naruto. Mengabdikan hidupnya hanya untuk suaminya. Namikaze Uzumaki Naruto.
Tidak lama kemudian, Hinata telah memakai pakaiannya. Dia segera duduk di depan meja riasnya dan menghias diri untuk suaminya tercinta. Saat Hinata sedang asyik menghias diri, tiba-tiba sepasang tangan melingkar di pinggangnya dan dia bisa merasakan ada kecupan yang mendarat di pipi dan lehernya yang sudah penuh oleh kissmark dari Naruto.
"Na, Naruto... jangan begitu ah..." sahut Hinata dengan senyuman yang bersemu.
"Hahaha... Hinata... kau tidak perlu berhias... kau itu cantik walau tidak berhias, sayang..." ujar Naruto.
"Hehe... ma, makasih sayang..." sahut Hinata. Hinata pun berbalik menghadap Naruto dan bibir mereka pun berpagutan lembut saling menikmati sensasi. Tiba-tiba setelah lama mereka melakukannya, Hinata menjauhkan Naruto dari tubuhnya seperti mendorongnya.
"Kenapa, HInata?" tanya Naruto heran.
"Kamu belum mandi... ayo, mandi... bukankah kamu harus segera pergi ke kantor hokage..." jawab Hinata.
"Aku maunya mandi bersamamu..." ujar Naruto manja.
"Naruto... aku sudah mandi..." jawab Hinata masih dalam keadaan wajah yang merah.
"Hah... ya sudah... Aku mandi dulu ya Hinata sayaaang... hehehe" ucap Naruto yang langsung masuk ke kamar mandi mereka.
'Aku sangat mencintai Naruto... aku benar-benar...mencintainya...'gumam Hinata. Dia tersenyum sendiri sambil menatap dirinya yang terlihat sudah sempurna di depan cermin. Hinata pun berjalan menuju dapur kediaman Hyuuga. Dia segera menyiapkan sarapan keluarganya tercinta. Hinata sangat pintar memasak. Karena dia ingin menjadi istri yang baik, dia selalu berusaha untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan sempurna. Sarapan pun telah siap dan Hinata segera memanggil keluarganya untuk pergi ke meja makan. Terutama Naruto.
Keluarga Hyuuga dan keluarga Namikaze Uzumaki –Naruto dan Hinata- . Kini mereka telah duduk manis di meja makan dan menyantap sarapannya.
"Emh, Maaf... sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan..." sahut Naruto di tengah sarapannya.
"Apa?" tanya Hiashi sambil melanjutkan sarapannya.
"Sebenarnya, aku ingin pindah dari kediaman Hyuuga ini. Kemarin, rumah yang aku buat, telah selesai..." jawab Naruto.
"Itu terserah padamuNaruto... Hanya saja, aku ingin kau benar-benar menjaga Hinata walau sesibuk apapun kamu..." ujar Hiashi mengehentikan sebentar sarapannya.
"Terimakasih Ayah... aku benar-benar berterimakasih Ayah mengizinkanku... Aku pasti akan menjaga Hinata dengan sepenuh jiwa dan raga... hehehe" sahut Naruto. Hiasi tersenyum, Neji sedikit menyunggingkan senyumnya. Hinata tersipu.
"Kapan kau akan pindah, Naruto?" tanya Hiashi.
"Mungkin aku akan pindah har..." jawab Naruto terputus karena melihat Hinata yang langsung berlari. "Hinata, kau mau kemana?" tanya Naruto yang segera mengejar Hinata. Karena, jarang sekali Hinata seperti itu.
"Hinata... kamu kenapa?" tanya Naruto setelah dia sampai ke arah tujuan Hinata. Kamar mandi.
"Naruto... sepertinya aku sakit..." ujar Hinata. Naruto tersenyum dan mendekap Hinata mendengarnya.
"Hinata... sayang... terimakasih..." sahut Naruto.
"Naruto?" ucap Hinata heran.
"Kau bukan sakit sayang... kau hamil... dan... terimakasih... aku akan menjadi ayah kalau seperti ini..." jawab Naruto seraya menatap Hinata lembut. Hinata yang mendengarnya hanya tersipu malu.
"Selamat ya, Hinata..." sahut Hiashi. Hinata segera memeluk Ayahnya, Neji dan Hanabi.
"Naruto... kau harus menjaga Hinata... awas kalau kau menyia-nyiakannya!" seru Neji.
"I, iya... kau galak sekali sih Neji..." ujar Naruto. "Oh ya, Ayah... aku akan pindah hari ini..." sahut Naruto.
"Kau jaga Hinata!" seru Hiashi. Naruto mengangguk dan segera membuat banyak kopian dirinya dan menyuruh mereka untuk menyiapkan barang-barangnya. Sedangkan Naruto dan Hinata hanya melenggang keluar dari kediaman Hyuuga menuju kantor Hokage. Naruto memeluk pinggang Hinata seraya menebar senyum kemana-mana. Hinata hanya menunduk malu. Yah, Hinata dan naruto adalah pasangan ter-romantis di Konoha.
"Na, Naruto... aku malu..." ujar Hinata. Naruto hanya tersenyum mendengarnya. Membuat Hinata bersemu merah.
"Hoi Naruto! Kau itu bermesraan saja! Bagaimana dengan pekerjaanmu!" seru Kiba. Naruto menghentikan langkahnya seraya memegang perut Hinata.
"Kiba! Kau tahu? Hahaha... Hinata hamil... coba deh ada cakra lain kan di tubuh Hinata! hehe", ujar Naruto bangga. Kiba terkejut mendengarnya, tetapi langsung memukul kepala Naruto cukup keras sekali. "Kiba! Apa-apaan kau?" tanya Naruto dengan sewot.
"Hahaha... selamat ya Naruto!" seru Kiba. Naruto nyengir dan Hinata blushing. Mereka pun melenggang menuju kantor Hokage. Naruto terus saja menyapa orang yang ditemuinya seraya berkata "Haaha... Hei, kau tahu? Istriku tercinta ini hamil dan aku akan menjadi seorang ayah... hehehe" ujarnya.
"Naruto... kenapa kamu tadi seperti itu kepada semua orang?" tanya Hinata sesampainya mereka di kantor Hokage.
"Hahaha... tak apa Hinata, aku benar-benar bahagia denganmu..." jawab Naruto. Hinata pun menunduk lagi karena malu. Naruto memperhatikan Hinata dan berjalan menuju tempat Hinata duduk. Dia pun duduk disamping Hinata dan merengkuh Hinata. Hinata yang terkejut hanya bisa menuruti Naruto. Karena sesungguhnya, Hinata juga bahagia atas apa yang Naruto lakukan padanya.
"Hinata... aku akan selalu disampingmu... aku berjanji. Aku tak akan seperti ayahku yang meninggalkanku dan Ibuku... Aku berjanji aku akan berusaha hidup untuk kita. Untukmu dan anak kita. Kau juga harus berjanji hidup untuk kami ya?" ujar Naruto. Hinata mengangguk dalam rengkuhan Naruto.
"Iya Naruto... aku menyayangimu dan anak kita. Aku berjanji aku tak akan pernah meninggalkan kalian..." sahut Hinata. Naruto tersenyum "Terimakasih, Hinata" ujarnya dan mencium ujung kepala Hinata dan membelai rambutnya. Kemesraan itu terhenti ketika seseorang mengetuk pintu kantor Hokage. Naruto pun melepaskan pelukannya pada Hinata dengan sangat lembut. Meminta izin padanya untuk menyambut tamunya. Hinata mengangguk dan tersenyum atas apa yang dilakukan Naruto padanya.
"Silahkan masuk..." ujar Naruto pada orang yang ada di balik pintu kantornya. Orang itu pun memasuki kantor naruto bersama 4 orang lain yang ada di belakangnya.
"Oh... Kalian berlima telah kembali... Bagaimana misi kalian?" tanya Naruto pada mereka.
"Naruto... misi rangking S yang kau berikan telah kami selesaikan dengan sukses... Kami, dari kelompok yang diketuai olehku, Uchiha Sasuke dan beranggotakan Haruno Sakura, Rock Lee, Nara Shikamaru dan Aburame Shino..." ujar pria bermata hitam yang berambut hitam kebiruan.
"Terimakasih, Sasuke... Kalian bisa mengambil upah hasil kerja kalian pada bagian keuangan Konoha..." jawab Naruto yang tengah memakai pakaian Hokage seraya tersenyum pada mereka.
"Wah... ada Hinata disini! Apa kabar, Hinata?" tanya Sakura.
"Aku baik-baik saja, Sakura..." jawab Hinata seraya menyunggingkan senyumnya.
"Oh ya... Hei... hei.. kalian tahu? Aku punya kabar baik untuk kalian semua! hehehe" ujar Naruto seraya tersenyum lebar khasnya.
"Apa?" tanya Shikamaru dengan malasnya.
"Ayolah Shikamaru... jangan dingin begitu..." ujar Naruto.
"Huh, merepotkan... baiklah, apa?" tanya Shikamaru dengan nada yang sedikit melembut.
"Hehehe... gitu dong... emh, sebenarnya... Hinata hamil! Hehehe.. aku akan segera menjadi seorang ayah... hehehe" ujar Naruto sambil nyengir.
"Selamat dobe..." sahut Sasuke seraya tersenyum segaris saja terlihat dari wajahnya.
"Wah! Selamat ya Hinata! Naruto!" seru Sakura seraya memeluk Hinata dan memberi selamat.
"Selamat, Hinata, Naruto..." ujar Shino.
"Aah? Benarkah? Kau harus jadi ayah yang keren seperti ayahmu, Naruto!" seru Shikamaru.
"Aku bahkan akan lebih darinya Shikamaru!" seru Naruto.
"Woooo! Selamat Naruto... meski kau akan menjadi Ayah... Tetaplah kobarkan semangat masa mudamu!" seru Lee sambil berteriak dan menubruk Naruto.
"He, hei Lee! Lepaskan!" seru Naruto. Semua yang ada disana tertawa keras. Sasuke pun ikutan tertawa. Ha? Sasuke tertawa? Tentu saja... yang bisa membuat Sasuke menangis, tertawa, dan merasakan hal lainnya saat ini hanya Naruto. Menurut Sasuke, Naruto sudah seperti keluarga. Bahkan menganggapnya adik yang belum pernah dia punya sampai saat ini.
Setelah itu, Sasuke dan semuanya pun pergi meninggalkan kantor Hokage setelah mendapatkan uang misi mereka dari bagian keuangan. Masing-masing dari mereka melangkah ke rumah mereka masing-masing.
"Hah... sepertinya Naruto tadi bahagia sekali ya, Sasuke..." ujar Sakura dengan cerianya mengikuti arah jalan Sasuke.
"Ya.. dia melakukan apapun untuk Hinata... Bahkan hal sekonyol apapun dia lakukan... dasar si dobe itu..." sahut Sasuke sedikit tersenyum. Sakura memperhatikan Sasuke.
"Sasuke, akhir-akhir ini kau sering sekali tersenyum ya?" ujar Sakura.
"ya.." jawab Sasuke.
"Kenapa?" tanya Sakura.
"Entahlah..." jawab Sasuke sekenanya. Mereka pun berjalan beriringan.
"Iya benar... Naruto sampai melakukan apapun untuk Hinata..."ujar Sakura.
"Malam itu pun dia melakukannya" sahut Sasuke.
"Ya..." jawab Sakura seraya menerawang ke arah langit biru cerah yang indah. Langkahnya dia hentikan. Sasuke pun mengikutinya dan ikut melihat langit bersamanya.
FLASHBACK : ON
"KAU!", seru Sasuke dan Sakura terekejut.
"Hehe… iya… Maaf ya mengganggu kencan kalian… Tapi, ada sesuatu yang aku inginkan… Bisakah kalian membantuku?" tanya pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Naruto.
"Ta, tapi… kau tadi kan sedang itu dengan Hinata…" sahut Sakura yang terkejut.
"Dobe… bagaimana bisa?" tanya Sasuke.
"Hahaha.. aku hanya kopian Naruto. Naruto asli memang sedang itu dengan Hinata… hehe" cengirnya.
"Baiklah… Apa yang kau inginkan, dobe?" tanya Sasuke.
"Umh… Besok kan aku akan dilantik. Sepertinya aku ingin memberi hadiah pada seluruh rakyat Konoha…" jawab Naruto.
"Hadiah apa?" tanya Sasuke.
"Aku akan menyanyikan beberapa lagu untuk mereka. Aku dulu pernah diajari cara membuat lagu dan musiknya yang pas oleh Hachibi. Sekarang aku meminta kalian untuk menjadi anggota dari kelompokku untuk melantunkan lagu tersebut. Menurut Hachibi sih namanya 'grup band'.Bagaimana? Mau kan?" ujar Naruto dengan puppy eyesnya. Tiba-tiba, saat Sasuke dan Sakura sedang berpikir. Datanglah tiga orang pada mereka. Mereka adalah Shino, Ino dan Gaara. Yang entah kenapa mereka bisa menemukan Sasuke, Sakura dan Naruto.
"Naruto? Kenapa kau disini? Harusnya kau melakukan itu dengan Hinata kan?" tanya Ino yang terkejut.
"Aku kopiannya…" jawab Naruto. "Sekarang, kenapa kalian ada disini?" tanya Naruto pada mereka.
"Aku ingin mencari udara segar… Kasihan seranggaku.." ujar Shino.
"Aku ingin menemui Sakura!" seru Ino.
"Aku mau pergi ke kedai Ichiraku yang disukai Naruto…" ucap Gaara. Terlihat Naruto sedikit berpikir. Lalu, wajahnya kembali cerah. Yang ada disana heran melihatnya. Naruto yang mengetahui keheranan temannya segera menjelaskan tentang 'grup band' itu pada mereka. Awalnya mereka menolak untuk menjadi anggota grup itu. Tapi, akhirnya dengan kegigihan Naruto. Mereka pun mau melakukannya.
FLASHBACK : OFF
Malam itu sangatlah dingin. Namun, malam dingin itu tak dirasakan oleh Naruto dan Hinata. Kedua insan itu begitu hangat berada dalam rumah mereka. Rumah baru mereka. Rumah mereka berdua.
"Naruto… kamu sudah pulang? Mau mandi sekarang tidak? Akan aku siapkan air hangat…" sahut Hinata. Naruto yang saat itu pulang malam dan kelelahan pun tersenyum dengan tulus. Rasa lelah yang menderanya kini menghilang berangsur-angsur.
"Ya… Aku akan mandi… terimakasih ya… Kamu kok tadi bisa pulang sendirian ke rumah ini?" tanya Naruto pada Hinata.
"Hehee.. aku tahu saja…" jawab Hinata sambil tersenyum.
"Hmm… Istriku ini… kau masih bisa menjadi ninja sayang… kau begitu pintar dalam berbagai hal… kau sempurna…" ujar Naruto seraya memeluk Hinata. Hinata hanya terkikik. "Kenapa?" tanya Naruto.
"Ah, tidak… hanya saja kau ini terlalu banyak memujiku Naruto…" jawab Hinata.
"Tidak… aku tidak memuji berlebihan… Aku hanya mensyukuri atas apa yang aku miliki dan aku hanya ingin memuji istriku. Lagipula ini tidak berlebihan kok. Kau ini memang sempurna, Hinata…" ujar Naruto yang mulai menciumi tengkuk Hinata.
"Naruto, mandi dulu sana!" seru Hinata. Naruto cemberut tapi segera berlari menuju kamar mandi begitu Hinata juga menuju kamar mandi.
"Kamu mau mandi, Hinata?" tanya Naruto.
"Umm… kalau dari pengalamanku, kau itu tak mau mandi bila tak aku temani, Naruto…" ujar Hinata. Naruto tersenyum lebar.
"Hehe… Kau tahu, Hinata? Sekarang kau lebih berani, ya?" tanya Naruto menggoda. Hinata blushing diperlakukan seperti itu. Mereka pun menuju kamar mandi bersama.
Sementara itu di tempat lain…
"Kau memilihnya ya?" tanya seorang gadis berambut pink dengan sendu.
"Maaf Sakura… Aku mencintainya…" ujar seorang pria yang dia ajak bicara.
"Tapi, kenapa… kenapa kau me, melakukannya padaku?" tanya gadis itu lagi. Kini matanya telah memerah dan siap mengeluarkan air mata yang tengah menggenang di matanya.
"Saat itu, bukan keinginanku… kau tahu? Waktu itu kau mabuk, Sakura… karena kau… ditolak Sasuke… dan kau melampiaskannya padaku!" seru pria tersebut.
"Cukup! Kenapa kau tak menyadarkanku hah?" sahut Sakura. Kini air mata deras mengalir di pipinya.
"Maaf Sakura… maaf sekali lagi… Tapi, aku telah menyadarkanmu yang begitu bernafsu… baiklah, awalnya memang aku sedikit terjebak. Tapi, sungguh… aku telah berusaha kan? Lagipula… kita tak sampai melakukan tingkat klimaksnya…" jawab pria itu.
"Tapi, kau harus tahu… Sasuke pun menyadari bahwa yang aku cintai bukan dia… tapi, ka, kau Naruto!" seru Sakura. Mata Naruto terbelalak.
"Maksudmu?" tanya Naruto yang kini menghadap Sakura.
"Aku… mencintaimu… itulah sebabnya Sasuke tak bisa menerimaku. Lagipula, Sasuke tak menyimpan rasa apapun padaku…" sahut Sakura dengan isaknya. Naruto menatapnya nanar.
"Maaf Sakura… aku harap, kita sudahi saja… aku hanya menyukaimu. Aku tidak cinta padamu. Aku menganggapmu teman terbaikku. Kau tahu kan?" ujar Naruto.
"Lalu, kau anggap aku ini apa?" tanya Sakura.
"Sudahlah… sekarang aku tanya, apa kamu mau aku menikahimu tanpa rasa cinta?" tanya Naruto. Sakura menggeleng.
"Nah… cukup kan? Lagipula… aku tak… emh, Hinata bilang sih namanya keperawanan… yah… yang begitulah kau juga tahu… yah… aku tak memasukan -piiiipp- jadi… kau tak perlu khawatir… erm, aku rasa… so, soalnya kau sendiri yang memainkanku seenaknya…" lanjut Naruto. Kini, Sakura dan Naruto blushing.
"Maaf ya, Naruto…" ujar Sakura.
"Tak apa…" sahut Naruto. Mereka pun berpelukan. Tak lama, Naruto pun melepaskan pelukannya.
"Maaf… Aku harus kembali… daaggh Sakura!" seru Naruto melambaikan tangannya. Sakura tersenyum. Lalu, kopian Naruto itu pun menghilang di depan Sakura.
'Naruto… Kau sangat mencintai istrimu ya? Hah… Aku ini benar-benar wanita perusak… aku hampir saja merusak keluarga sahabat baikku sendiri…aku… benar-benar bodoh…'sahut Sakura. Dia mengutuki dirinya sendiri. Ya… dirinya yang keji. Sakura pun melangkahkan kakinya menuju jendela di kamarnya. Kedua orangtuanya telah tertidur. Malam itu semakin larut. Kini, yang menemaninya hanyalah langit bertabur bintang dan air matanya. 'maaf..'hanya itu kata yang mampu Sakura ucapkan.
"Selamat pagi, Hokage!" seru beberapa warga Konoha.
"Pagi..." sahut Naruto dengan senyuman khasnya yang menawan. Uh? Menawan? Ya... sekarang Naruto disukai banyak orang. Selain tampan, rupawan dan dermawan, dia juga telah membuktikan bahwa dia tidak gagal sebagai hokage. Konoha yang baru saja hancur, kini menjadi desa baru yang kembali maju. Banyak misi yang datang sampai melibatkan sang hokage. Banyak orang mempercayai ninja desa Konoha yang ramah dan penuh kasih sayang. Tentu saja, itu karena hokagenya juga ramah dan penuh cinta. Tak ada lagi misi rahasia yang sampai membuat desa Konoha di cap buruk. Hubungan aliansi Konoha dengan desa lain pun semakin berjalan lancar. Bahkan, Raja Api pun sangat menyukai Konoha saat ini. Yang terbilang maju pesat setelah dipimpin oleh Naruto selama tiga bulan. Hanya tiga bulan tetapi kemajuannya sangat amat pesat! Raja Api menjadi mempercayai Konoha untuk memperluas daerahnya. Bukan, bukan dengan cara menjajah. Tapi, Raja Api memberikan lahan untuk Konoha. Dengan senang hati, Konoha menerimanya.
"Naruto... lama sekali..." sahut seorang yang dengan malasnya bangkit dari duduknya.
"Maaf... Tadi aku menyambut wargaku dulu... hehehe" ujar Naruto dengan cengiran khasnya.
"Baiklah... sekarang kita adakan rapat 'Konoha no Senshi'... Apa semuanya sudah hadir?" tanya Naruto.
"Belum... kita tinggal menunggu Ino dan Sai..." ujar Shikamaru.
"Kemana mereka?" tanya Naruto.
"Hah... biasalah... mereka kan pengantin baru! Mereka mungkin masih punya semangat masa pengantin baru! Yeah!" seru Rock Lee.
"Baik, siapa saja yang telah hadir?" tanya Naruto lagi.
"Baiklah, yang telah hadir adalah Naruto, Sasuke, Lee, Kiba, Shikamaru, Shino, Chouji, Neji, Tenten dan aku, Sakura..." jawab wanita berambut pink.
"Hmm... benar-benar tinggal Sai dan Ino ya..." ujar Naruto.
"Naruto... bagaimana keadaan Hinata?" tanya suara berat nan dingin. Neji.
"Dia baik-baik saja. Saat ini tak ada masalah... usia kandungannya pun menginjak tiga bulan untuk minggu depan.. hehehe" jawab Naruto.
"Syukurlah... katakan padanya, maaf aku belum bisa menjenguknya saat ini... karena suaminya telah memberatkan aku dengan banyak sekali tugas berat..." ujar Neji lagi. Naruto hanya tertawa nyengir melihatnya.
"Haha... kita kan dari 'Konoha no Senshi'... jadi wajar tugas berat kita banyak... saat ini pun kita harus hadapi misi berat lainnya..." jawab Naruto.
"Naruto... kau ini baru berumur 18, tapi sudah mau jadi ayah... benar-benar masa muda yang berani dan semangat! Aku iri dan ingin sepertimu!" seru Lee dengan semangatnya yang berkobar. Semuanya pun tertawa mendengar penuturan dari Lee. Tak lama kemudian, munculah dua orang yang ditunggu-tunggu. Sai dan Ino.
"Hai... maaf semuanya... tadi aku sebenarnya ingin segera kesini... hanya saja... Ino mengajakku -piiippp- dan tiba-tiba menyuruhku -ppiiiipp- dan –piiipp- milikku di -ppiipp- oleh Ino... akhirnya, kami datang terlambat..." sahut Sai dengan senyuman palsunya. Sedangkan Ino hanya bisa blushing di belakangnya.
"Ooh? Benarkah Sai? Sepertinya Ino sangat bersemangat sekali! Bagus Ino! Semangat masa muda!" seru Lee yang membuat muka Ino semakin merah bak tomat matang.
"Hahahaha! Ino! Hahaha!" seru Kiba tak bisa menghentikan tawanya yang membuat perutnya terkocok dan air mata keluar dari matanya.
"Ino! Kau ternyata orangnya seperti itu! Aku kira kamu adalah orang yang kalem! Hahahahaha" seru Sakura menertawai Ino. Ino hanya bisa memerah dan memanas. Namun, mendengar perkataan Sakura, dia pun segera menyerang Sakura dan menarik rambutnya.
"Awas kau Sakura!" seru Ino.
Sakura yang menyadarinya segera berlari di ruangan itu. Ino mengejarnya dan segera mendapatkan Sakura. Mereka saling menarik rambut masing-masing. Dan mereka akan terus melakukannya apabila Tenten tak melerai mereka.
"Kalian! Hentikan! Seperti anak kecil saja!" seru Tenten yang melerai mereka. Sakura dan Ino pun segera menyelesaikan pertarungan kecil mereka dan segera duduk di bangku masing-masing.
"Baiklah... sekarang kita sudah berkumpul. Rapat 'Konoha no Senshi' sekarang, kita akan mendapat tugas yang luar biasa... kalian tahu? Karena orang lain di desa ini sepertinya tengah menjalani misi mereka masing-masing... maka, aku mengumpulkan kalian semua. Baiklah... besok kita berangkat dari desa untuk menjalankan misi..." ujar Naruto tanpa basa-basi.
"Baiklah... lalu, misi apa itu?" tanya suara dingin tetapi tentram. Sasuke.
"Kita akan menjalankan misi yang sulit... jadi, aku akan membagi beberapa kelompok dalam tugas ini... yang tinggal di desa dan pergi bersamaku..." sahut Naruto.
"Misi jenis apa, maksudmu?" tanya Neji.
"Kalian tahu kan daerah Katsugakure sering didatangi oleh perompak? Maksudku, bajak laut.." jawab Naruto.
"Ya... Lalu?" tanya Shikamaru bosan.
"Ya... Kita ditugasi untuk mengusir atau bahkan memusnahkan para bajak laut yang sekarang menduduki daerah Katsu dan berkuasa disana... Kepala pemerintahan dan kepala negara di Katsu sudah kewalahan dan meminta kita..." jawab Naruto.
"Mereka hanya bajak laut kan?" sahut Chouji yang masih asyik dengan kripik kentangnya.
"Bukan bajak laut biasa... mereka... katanya, menurut kabar angin, mereka adalah bajak laut yang mempunyai kemampuan khusus. Dan karena merasa hebat, akhirnya mereka malah berusaha berkuasa di beberapa daerah. Salah satunya di Katsu..." jelas Naruto.
"Apa rencanamu?" tanya Shino.
"Aku ingin Neji dan Tenten di Konoha mengerjakan tugasku sementara. Kalian akan ditemani nenek Tsunade dan Shizune..." ujar Naruto. "Dan sisanya, kita akan pergi ke Katsu. Untuk posisinya, aku minta Shikamaru untuk memikirkan strategi dan posisinya... semua paham? Baiklah... silahkan bubar... dan besok jam 8 kita kumpul di gerbang depan Konoha... bersiaplah..." lanjut Naruto. Semua mengangguk dan meninggalkan ruangan rapat dengan cepat. Terkecuali Naruto dan Sakura. Karena mereka memang ada pekerjaan di kantor Hokage.
"Sakura... kau tak pulang?" tanya Naruto.
"Tidak... Aku juga digaji untuk bekerja sebagai sekretarismu, Naruto..." jawab Sakura.
"Ya.. benar juga... baiklah... sekarang tinggal mengerjakan berkas yang menumpuk! Haaah..." ujar Naruto. Dia pun segera menyelesaikan tugas beratnya. Sakura membantu Naruto dengan terampil. Itulah yang disukai Naruto pada Sakura sejak kecil. Sakura selalu melakukan pekerjaannya dengan cekatan dan terampil. Yah... hanya sebatas kagum saja. Tak lebih. Karena, semua cintanya hanya untuk Hinata dan keluarganya.
Keheningan diantara mereka pun buyar dengan adanya suara ketukan pintu dari balik pintu kantor Hokage.
"Ya... sebentar..." sahut Sakura. Dia pun segera berlari ke arah pintu dan membukanya.
"Sakura... Narutonya ada?" tanya Hinata dengan lembut.
"Ohh.. silahkan... ada kok. Wah! Membawa makan siang lagi ya... benar-benar istri yang baik..." sahut Sakura dengan senyum menghiasinya. Hinata pun membalas senyumnya. "Naruto! Istrimu tercinta datang nih!" seru Sakura pada Naruto. Naruto segera berlari menghampiri Hinata dan membawa makan siang yang dibawa Hinata di tangan kanannya.
"Hinata... kamu jangan terlalu lelah ya... tidak baik untuk calon anak kita ini..." uajr Naruto seraya membantu Hinata jalan dan duduk di sofa.
"Tidak kok... aku senang bisa membawanya kesini untuk suamiku tersayang..." sahut Hinata.
"Hehehe... tapi, Hinata... lain kali tidak usah repot-repot ya... kalau kau mau, aku akan pulang ke rumah setiap siang hari... sungguh!" seru Naruto.
"Tidak apa... aku senang kok, Naruto..." ujar Hinata dengan senyum tersungging di wajahnya. Naruto pun membalas senyum Hinata. Lalu, dia menyentuh perut Hinata yang sekarang telah sedikit membesar. Lalu, mengecupnya dalam dan hangat. Setelah itu, dia beralih ke wajah Hinata dan mengecup kening Hinata mesra. Hinata diam dan memejamkan matanya. Menikmati setiap sentuhan Naruto padanya.
"Ehm... Naruto... maaf deh aku tak mau mengganggu masa-masa keintiman kalian... tapi, aku izin ya aku mau pergi dulu membereskan barang-barang dan membeli alat untuk besok..." sahut Sakura.
"Ahh... iya Sakura... Silahkan. Siapkan dirimu untuk besok ya!" seru Naruto nyengir. Sakura pun membalas cengirannya dan segera berlari menuju rumahnya.
Tanpa Naruto sadari, air mata di mata Sakura mulai menggenang. Wajahnya panas. Bukan karena cuaca siang ini yang terik. Tapi, wajahnya panas karena menahan emosinya... menahan tangisnya yang akan membuncah. Setelah sampai di rumah, dia segera menuju kamarnya dan berbaring di ranjangnya. Isak tangis terdengar dari mulutnya. Air mata menyeruak keluar dari matanya dan jujur saja, dia tak bisa menahannya. Jadilah, air mata itu kini mengalir deras di pipinya. Wajahnya kini tak lagi bercahaya. Tak lagi merekah dan merah merona. Tetapi, kini wajahnya layu dan cahayanya hilang. Karena, mataharinya telah pergi dan menyinari yang lain. Menyinari lavender. Bukan Sakura.
Siapa yang tak akan sedih? Siapa yang tak akan menangis bila orang yang sangat dicintainya bersama wanita lain? Walau mereka saling mencintai. Apalagi mereka beromantis ria di depannya. Wanita mana yang tahan? TAK ADA!
kau ada di sana
di pelukannya
dan kau genggam tangannya
ingin ku tak melihatnya
yang kau lihat senyumku
tak kau sadari pedihku
namun hancurnya hatiku
kau tak perlu tahu
ku harap engkau bahagia
walau hatiku terluka
akan ku simpan cerita
kau tak perlu tahu
hanya aku yang harus menghadapi semua
menyimpan rasa kecewa
Penyesalan semakin mendera. Yah… yang bisa dia lakukan saat ini hanya menyesal. Menyesali mengapa dahulu dia tak mengerti cinta Naruto padanya. Mengapa dia dulu mengabaikannya dan menganggapnya pengganggu, pembuat onar dan sampah. Sungguh hal itu sampai saat ini selalu terngiang. Menyesal sekarang pun tak ada artinya. Sudah tak berguna. Naruto tak akan pernah kembali ke pelukannya dan menghapus air matanya lagi. Layaknya dulu Naruto menghapus air mata Sakura yang jatuh akibat ditinggal Sasuke.
Tak akan ada lagi Naruto yang akan memeluknya bila dia merasa kesepian dan ketakutan.
Tak akan ada lagi Naruto yang menyapanya hangat dan merayunya dengan rayuan gombal.
Tak ada lagi Naruto yang selalu disisinya dan menyukainya walau apapun yang terjadi.
Tak ada lagi… dan semua karenanya. Karena kebodohannya.
Ingin sekali dia memohon pada Tuhan dan ingin sekali dia memohon Tuhan mengabulkan do'anya. Bahwa dia ingin sekali bersama dengan Naruto dan menjadikan Naruto miliknya. Menjadikan Naruto bahagia di sisinya. Namun, itu tak akan mungkin terjadi karena Naruto tak mencintainya.
Saat memikirkan semua itu, sangat membuat Sakura sakit. Tangisnya membuncah. Dalam isakannya, dia hanya bisa membisikan satu kata… "Naruto…". Dan dia pun terlelap dalam tidurnya.
GIMANA FIC INI?
SEDIKIT CEPAT DARI WAKTU YANG DIJANJIKAN... ITU SEMUA KARENA YAH... MUNGKIN SEKARANG INI LIGHT LAGI NGANGGUR...
KALAU NANTI, BISA SAJA.. LIGHT GA AKAN PERNAH BISA BIKIN FIC LAGI.
HEHE... MAKASIH BUAT YANG UDAH RELA NIKMATIN CERITANYA.
NEXT CHAPTER :
"Kau..."
