LIGHT IS BACK!
Semua... maaf ya buat yang udah nunggu lama...
Akhir-akhir ini, Light sibuk dengan Persiapan Masa Orientasi yang seperti BULLYING!
Tapi, Beruntung, Light sempet bikin fic ini... hahaha... maaf ya, kalau sedikit meminjam chara dari anime lain.
Terus, Light minta maaf gak bisa balas review... Tapi, sungguh... Light udah baca REVIEWnya kok. Hehehe...
Silahkan...
NARUTO by MASASHI KISHIMOTO
RATE : T
ANAK BAJAK LAUT
"Naruto..." sahut wanita berambut pink pendek.
"Hmm? Ada apa Sakura?" tanya Naruto.
"Berapa lama lagi kita akan sampai di Katsugakure?" ucap Sakura sambil tetap melompati dahan-dahan.
"Tidak lama lagi..." ujar Naruto. Matanya masih fokus ke depan.
Saat ini, Konoha No Senshi sedang melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda semalam di kediaman Namikaze. Tapi, dengan begitu, mereka jadi sedikit mengetahui rahasia Hokagenya. Entah rahasia apalagi yang disembunyikan Naruto. Tetapi, mereka tak mau bertanya lebih jauh lagi. Bagaimanapun, semenyebalkan apapun Naruto, seceroboh apapun Naruto, dia tetaplah Hokagenya. Hokage mereka. Pemimpin mereka. Orang yang mereka hormati.
"Sampai..."sahut Naruto. Dia berhenti tepat di balik tembok besar yang menjulang tinggi. Anggota Konoha No Senshi lainnya pun ikut berhenti di belakang Naruto. "Baiklah... sesuai kesepakatan... Kita menyamar! Tak akan ada yang tahu kalau kita pakai tekhnik ninja... karena mereka sama sekali bukan ninja..." lanjut Naruto. Yang lainnya mengangguk dan segera melakukan penyamaran.
Naruto memakai kemeja putih berhiaskan dasi orang hitam dan memakai celana hitam panjang. Rambut di buat berantakan sehingga dia terlihat keren dengan image anak nakal.
Sasuke memakai kaos putih dibalut dengan jaket biru dan celana Jeans hitam.
Dan yang lainnya pun merubah penampilan mereka masing-masing. Ino dan Sai memakai pakaian yang memamerkan perut rata mereka.
"Baiklah! Kalau semua sudah siap... Ayo kita memasuki Katsugakure!" seru Naruto kembali menjadi Naruto ceroboh yang menggebu.
"Heh, dobe... bisakah kau tak berisik?" sahut Sasuke. Naruto yang merasa terhina hanya bisa mengerucutkan mulutnya kesal.
"Sudahlah Sasuke... Naruto..." ujar Sakura menengahi.
"Hahaha... sepertinya kau sudah tak tahan ingin pulang ya, Naruto? Ingin bertemu dengan Hinata kan? Lalu melakukan -pppiipp- dengan Hinata dan -ppiiip- sepanjang malam... sehingga kamu sekarang tidak bersikap dewasa lagi kan? Hahahaha..." sahut Sai dengan senyum palsunya.
"Kau...!" seru Naruto yang segera melempar pandangan membunuh pada Sai.
"Apa? Benar kan apa kataku? Hahaha..." ucap Sai. Dengan segera, beberapa orang menghentikan Naruto yang marah.
"Sai... jangan terlalu jujur seperti itu..." ujar Ino.
"Tidak apa-apa Ino..."sahut Sai dengan senyumnya yang palsu pula.
"Ino! Jangan kasih Sai jatah untuk satu minggu ini! Ini perintah!" seru Naruto dengan penampilan yang acak-acakan. Ino yang mendengarnya hanya blushing dan Sai hanya tersenyum pada Naruto.
"Hahaha... Tidak mungkin... Ino tak akan tahan, Naruto... lagipula..." ucap Sai terputus. Senyumnya kini berubah menjadi seringai tajam mengerikan. "Kalau Ino tak mau, kan masih ada kamu Naruto... Nah, sekarang kau mau memilih apa? SAIINO atau SAINARU?" lanjutnya. Naruto hanya bisa menelan ludah dan menatap 'ngeri' pada Sai. Keringat dingin mengucur.
"Ha... ENAK SAJA!"seru Naruto. Dia pun segera berlari ke arah gerbang Katsu. Namun, sebelum sampai ke arah gerbang, dia berhenti sejenak. "Tolong jangan membuat orang lain curiga pada kita!" seru Naruto. Semuanya hanya mengangguk. Naruto tersenyum puas dan melanjutkan jalannya.
"Heh anak muda! Mau kemana kau hah?" sahut seorang penjaga gerbang yang bertubuh besar dan berbentuk ikan.
"Hai... aku ingin bermain... hehehe... katanya disini ada banyak kapal bajak laut ya? Aku ingin menaikinya. Sepertinya menyenangkan!" ujar Naruto. Yang lainnya hanya sweatdrop melihatnya.
"Ooh... kau membawa banyak teman ya?" tanya penjaga itu.
"Iya... kan lebih seru kalau bermain bersamaan! Kau mau ikut bersama kami dan menjadi guide kami?" tanya Naruto dengan cengiran lebar di wajahnya.
"Huh... tak ada waktu bersamamu anak muda... aku lebih memilih menjaga gerbang ini.. pergilah..." sahut penjaga gerbangnya.
"Oh... terimakasih... boleh aku tahu namamu?" tanya Naruto dengan cengir kudanya yang semakin melebar sambil memberikan tangannya mengajak bersalaman. Penjaga itu pun menerima tangan Naruto dan menjabatnya.
"Aku Arlong... panglima terhebat..." ujarnya. Naruto tersenyum lalu menjabat tangan Arlong.
"Namaku..." sahut Naruto terputus karena suara bedebam keras menyelanya. BRAKK! BUGG! "Naruto..." lanjutnya seraya memperhatikan Arlong yang jatuh di depannya.
"Kau apakan dia?" tanya Shikamaru.
"Hanya membuat pelajaran..." ujar Naruto.
Mereka semua pun segera berjalan menjauhi gerbang tersebut. Penyamaran mereka berhasil. Tak ada yang mengenali. Konoha No Senshi memang hebat.
"Berhenti disini... Kita bagi kelompok. Baiklah... Sakura, Naruto, Sasuke, Lee, Chouji... kalian semua kelompok 1. Ingat, tugas kalian adalah mencaritahu selama 3 hari melalu para perompak. Sedangkan sisanya. Aku, Shino, Kiba, Sai, Ino... akan mencaritahu selama 3 hari dari penduduk. Dan setelah 3 hari, kita akan berkumpul, memberi keterangan, menyelesaikan puzzle keterangan dan tak lama, kita akan menyerang... mengerti?" ujar Shikamaru panjang lebar.
"Dimana?" tanya Shino datar, dingin dan hanya sedikit tapi jelas.
"Naruto... kau beri sinyal pada kami. Kita berkumpul di kediamanmu yang tak terdeteksi... pakai ruang katak kedap suaramu..." ujar Shikamaru. Naruto mengangguk.
"Baiklah, ada pertanyaan?" tanya Shikamaru. Semua berpandangan. Menatap teman-teman mereka satu per satu. Mencari tahu siapa gerangan yang akan bertanya duluan.
"Err, Shikamaru..." sahut Naruto. Semua memandang Naruto. Heran. 'Tumben Naruto nanya?'batin semuanya serempak.
"Apa?" tanya Shikamaru.
"Aku rasa... satu hari cukup..." ujar Naruto. Tangannya menggaruk bagian kepala belakangnya yang tidak gatal. Semuanya memandang Naruto.
"Yah... terserah sih..." lanjut Naruto.
"Tiga hari adalah tercepat, Naruto..." sahut Sasuke.
"Baiklah, kita berpisah?" tanya Naruto. Semua mengangguk. Lalu, kedua kelompok itu pun berpisah. Naruto ke barat. Shikamaru ke timur. Mereka berjalan layaknya manusia biasa. Bukan ninja. Saling berkomunikasi dan bercakap-cakap seperti biasa. Tidak ada gelagat ninja dari mereka.
"Heh, kau! Orang berambut kuning duren! Kemari!" seru seorang pria pada Naruto.
"Aku?" tanya Naruto sembari mengarahkan telunjuknya ke mukanya.
"Iya kau! Kemari!" seru orang itu lagi. Naruto menatapnya bingung. Lalu, dia meninggalkan Sasuke dan yang lainnya. Lalu, berjalan menuju orang yang memanggilnya.
"Ada apa?" tanya Naruto setelah sampai kepada orang yang tadi memanggilnya.
"Kemarilah..." jawabnya. Dia menyuruh Naruto mengikutinya. Lalu, mereka sampai di depan sebuah bangunan yang banyak hiasan disana-sini. Gemerlapan dan terlihat... norak.
"Dimana ini?" tanya Naruto.
"Ini tempat hiburan yang menyenangkan... mau masuk?" tanya orang berambut hitam jabrik panjang itu.
"Tidak... kami sedang ada urusan..." cegah Sasuke yang bisa dengan tiba-tiba ada di dekat Naruto. Orang berambut hitam jabrik itu mengernyitkan alisnya. Menatap aneh pada Sasuke. Naruto yang menyadari kalau rahasia mereka hampir terbongkar segera memandang Sasuke horror.
"Sa, Sasuke? Kenapa kamu bisa ada di dekatku?" tanya Naruto. Alisnya ikut mengernyit. 'Dobe ini... dia pura-pura tak tahu... biarlah... acting yang bagus'batin Sasuke.
"Aku mengikutimu. Ayo, yang lain menunggu!" Sasuke pun menyeret Naruto dan menghiraukan orang jabrik rambut hitam yang memanggil-manggil mereka.
"Teme! Kau tak perlu menarikku!" seru Naruto sesampainya mereka pada teman-teman mereka.
"Hn" jawab Sasuke seraya menatap Naruto. Naruto yang melihatnya langsung mencibir.
"Naruto BAKA! Kalau kamu tak ditarik Sasuke, kau pasti akan masuk kesana kan?" seru Sakura seraya memukul bahu Naruto. Membuat Naruto sedikit terpelanting dibuatnya.
"Iya Naruto! Kau itu masih mempunyai jiwa muda walau sudah punya istri! Yang tadi kau datangi itu bisa saja membuatmu pulang dengan istri baru!" seru Lee seraya mengepalkan tangannya ke arah langit dan kakinya dia lebarkan sedikit jongkok. Matanya menatap kepalan itu.
"Kraukks, yaah... kalau tak begitu, bukan Naruto namanya... kraukks kraukss.." sahut Chouji dengan tenang sambil tetap makan keripik kesukaannya. Naruto bangkit dan berjalan menuju ke arah Lee. Matanya yang tadi menyiratkan suasana biasa saja dan kekanakan, kini menatap mata Lee dengan tegas tanpa celah disana. Lee yang melihatnya, entah kenapa menjadi takut dan... err, merasakan sesuatu dari dalam diri Naruto. Sesuatu yang lain yang bisa dia lihat sebagai jiwa hokage Naruto.
"Aku tak akan seperti itu Lee... maksudku, aku tak mau seperti itu lagi..." ujar Naruto. Menatap lurus, tajam dan penuh makna pada Lee. Lee hanya bisa kembali menjadi seorang pria biasa yang tidak berlebihan dengan jiwa mudanya. Naruto berbalik memunggungi Lee berjalan beberapa langkah. Dan langkahnya berhenti untuk langkah yang ke empat.
"Kenapa diam? Ayo!" seru Naruto tanpa berbalik menatap teman-temannya dan melanjutkan kembali perjalanan. Lee yang merasa menjadi penyebab keheningan ini hanya merutuki dirinya sendiri. 'Dasar! Kenapa aku tak bisa punya jiwa masa muda yang kuat seperti Naruto? Dia benar-benar panutanku! Dan aku membuatnya marah...'batinnya. matanya menerawang lemah ke tanah yang dia pijak.
Perjalanan itu pun menjadi hening. Sangat hening. Chouji tak lagi makan keripik seperti biasa. Sasuke yang hening menjadi lebih hening. Sakura yang biasanya memulai pembicaraan, sekarang diam dan menatap punggung Naruto sendu 'Benar-benar tak ada cinta lagi untukku...'batinnya.
Perjalanan yang melelahkan dengan keheningan itu pun terhenti. Naruto sebagai ketuanya menghentikan langkahnya. Membuat semua yang mengikutinya ikut berhenti melangkah. Di tengah keheningan yang melanda. Di tengah keheningan sebuah daerah yang sepertinya orang-orang jarang datang kesana. Naruto menghentikan langkahnya dan terdiam beberapa menit. Lalu, tak lama kemudian, dia berbalik. Menatap satu per satu wajah teman-temannya dengan horror.
"Teman-teman..." ujar Naruto. Semuanya menatap Naruto tanpa bicara.
"Aku rasa..." lanjut Naruto. Yang lainnya menegak ludah kecuali Sasuke.
"Kita..." semuanya memandang Naruto. Pertanyaan muncul di benak mereka.
'Sudah aku duga...'batin Sasuke yang tak sebodoh yang lainnya.
"Tersesat..." sahut Naruto. Keringat dingin keluar dari pelipisnya.
"Huh..." respon Sasuke masih dengan gaya cool nya. Yang lainnya masih bengong.
Kriikkk... kriikkkk... kriikkk...
"NARUTOOOO!" seru Sakura yang langsung melayangkan tinjunya. Naruto menghindar dalam satu gerakan. Lee yang tadinya ketakutan sekarang malah jatuh telungkup di tanah. Matanya memilukan. Mulutnya menganga. Wajahnya terlihat kusam. Sedangkan Chouji kembali mengambil keripiknya dan memakannya dengan senyuman menghiasi wajahnya.
"Err, Naruto... kenapa kita satu kamar?" tanya Sakura.
"Tak apa-apa Sakura. Aku tak akan berbuat mesum padamu..." jawab Naruto.
"Tapi, kita kan tak tahu apa yang akan terjadi..." ujar Sakura.
"Ini untuk kebaikan semuanya... ya kan Lee?" sahut Naruto. Lee pun mengacungkan jempolnya.
"Ya! Kita harus pandai berhemat... hahaha" seru Lee. Sakura hanya menghela nafas. Beginilah jadinya kalau uang disimpan dan dikelola oleh Lee. Uang kelompok. Dia sangat irit. Jika merasa tak perlu, tak pernah ia keluarkan sedikitpun uang.
"Dobe, kau mau kemana sekarang?" tanya sasuke yang menyenderkan punggungnya di dinding.
"Aku mau pergi cari makanan... ada yang mau ikut?" sahut Naruto tak memperdulikan Sasuke.
"Aku mau! Ayo!" seru Chouji. Naruto nyengir lebar. Dan hendak beranjak dari tempatnya duduk di dekat jendela.
"Oke... ada lagi?" tanya Naruto.
"Tentu saja, aku akan ikut!" seru Lee. Naruto nyengir lagi.
"Sakura?" ucap Naruto seolah bertanya 'kau mau ikut tidak?'.
"Tidak..." jawab Sakura mantap. Naruto hanya mengangguk dan melenggang keluar kamar bersama Chouji dan Lee.
Pintu terbanting dan tertutup rapat. Menandakan orang yang baru saja keluar melewati pintu itu telah pergi.
Sakura mengalihkan pandangannya menatap Sasuke yang terduduk lesu. Matanya menerawang ke arah langit-langit kamar. Sakura pun berjalan mendekati Sasuke.
"Sasuke? Kau tak apa-apa?" tanya Sakura. Wajahnya terlihat cemas.
"Tak apa..." jawab Sasuke. Nadanya berat. Mereka terdiam cukup lama.
"Oh ya, Sasuke... apa kau sudah makan? Bagaimana kalau sekarang kita makan?" tanya Sakura. Sasuke diam.
"Sasuke... bagaimana kalau kita pergi untuk sekedar mencari informasi? Kita pergi keluar sekalian menenangkan diri..." lanjut Sakura. Tak ada respon dari Sasuke. Tak menyerah, Sakura kembali berkata.
"Sasuke... apa kau sudah mandi? Bagaimana kalau..." ucap Sakura terhenti saat Sasuke menatapnya tajam.
"Diamlah... kau berisik... jangan pernah sok perhatian" ujar Sasuke berdesis. Sakura menundukan wajahnya. Hatinya pilu. Dadanya panas. Tubuhnya bergetat. Kepalanya berdenging.
Menangis.
"Kau menangis?" tanya Sasuke datar. Pertanyaan tersebut hampir sama dengan pernyataan. Sakura diam.
"Aku tak suka orang cengeng.." ujar Sasuke. Dia segera beranjak dari duduknya dan menghampiri pintu keluar kamar.
"Kenapa..." sahut Sakura dengan disertai isakannya. Sasuke menghentikan langkahnya.
"Kenapa kau bersikap seperti itu padaku? Kau anggap aku apa? Kau tak menganggapku teman? Kau tak mencintaiku? Kau anggap apa penantianku hah?" serunya dengan isakan dan getaran pada setiap ucapannya. Sasuke menghela nafas, lalu, berjalan menuju tempat yang tadi ditempati Naruto.
"Aku menganggapmu teman, Sakura... dan aku tak menyuruhmu menungguku... bahkan aku sudah ucapkan terimakasih atas penantianmu itu..." jawab Sasuke datar.
"Lalu, cintaku?" tanya Sakura. Masih dengan isakannya.
"Maaf, aku tak pernah terpikirkan itu" jawab Sasuke datar.
"Ke, kenapa?" tanya Sakura. Dia menghapus air matanya dan dengan berani dia menatap Sasuke. Sasuke pun menatapnya. Sehingga mata mereka bertemu dalam jarak pandang mereka.
"Aku hanya tak menyukai cinta..." jawab Sasuke sendu. Sakura menatapnya heran.
"Aku yakin kau tak bodoh Sakura. Pembantaian keluargaku penyebabnya... " ujar Sasuke. Sakura terlihat berpikir untuk merespon. Sasuke mengalihkan pandangannya keluar. Ke langit biru yang kini berawan indah.
"Cinta.. telah membuat keluargaku musnah... Cinta Ayahku, membuat banyak gejolak dalam per-shinobian... Cinta kakakku, telah membutakan matanya, dan demi cinta... kakakku dengan sengaja membantai keluarga sendiri..." ujar Sasuke. Seulas senyum getir terpampang di wajah tampannya. "Itulah mengapa aku tak menyukai cinta..." lanjutnya. Sakura termenung mendengarnya. Lalu, dia menghapus air mata yang membanjiri pipinya.
"Sasuke... kini, kita hidup dengan cinta..." sahut Sakura. Sasuke menatap Sakura.
"Aku tahu..." jawabnya. Lalu, kembali memandang hiruk pikuk daerah tempat sekarang dia berpijak. "Dobe" gumamnya.
"Benar... Naruto membawa cinta pada kita..." ujar Sakura. Sasuke tersenyum dan mendengus.
"Katakan apa yang kau mau..." ucap Sasuke. Tak mengalihkan pandangannya dari hiruk pikuk di bawahnya.
"Aku mencintaimu, Sasuke..." ujar Sakura. Sasuke menatap Sakura. Alis sebelah kirinya terangkat. Lalu, matanya menutup. Bibirnya mengulas senyum. Lalu, kembali membuka matanya. Menatap lurus ke mata Sakura. Pesonanya memancar seketika.
"Kau tak mencintaiku... aku tahu itu..." ujar Sasuke. Sakura tersentak. Jantungnya berdegup kencang.
"Aku benar-benar mencintaimu sejak dulu!" seru Sakura.
"Dulu, kau memang mencintaiku... tapi, tidak sekarang Sakura..." ujar Sasuke.
"Kau.. tak percaya?" ucap Sakura getir.
"Kau tidak mencintaiku. Kau mencintai Naruto..." sahut Sasuke. Sakura yang tadinya mau berjalan ke arah Sasuke, kini, kembali terjatuh terduduk.
"Aku tahu itu, Sakura... aku tak sebodoh si Baka Dobe..." lanjut Sasuke.
"Kau bukannya mencintaiku. Kau hanya ingin memilikiku..." ujar Sasuke dengan penuh penekanan.
"Tapi, jangan pernah kau hancurkan keluarga Naruto..." bisik Sasuke tepat di telinga Sakura. Cepat. Itulah Sasuke. Ninja kelas 'S'. Dan Naruto adalah 'SSSS'.
"Teme!" seru Naruto yang langsung berhenti berjalan masuk ke kamar begitu melihat Sasuke dan Sakura.
"Ma, maaf... aku hanya ingin mengambil dompetku... err... silahkan dilanjutkan!" seru Naruto yang sedikit canggung melihat adegan tadi. Sasuke seperti mau mencium Sakura. Ya... seperti itu.
"Naruto, aku ikut..." ucap Sasuke. Naruto mengangguk dan segera berlari keluar.
"Sasuke! Tunggu! Aku juga..." ujar Sakura. Sasuke dan Sakura pun pergi mengikuti Naruto.
"Slurrrpp... em... nyam...Sakura, aku pikir kamu tidak ingin ikut..." ucap Naruto. Mereka kini sedang ada di kedai ramen terdekat. Dan tentu saja itu adalah pilihan Naruto.
"Naruto, mereka itu sedang terjangkit virus asmara! Biasalah penyakit masa muda... haaah..." seru Lee yang semangat dan kembali merajuk lagi. Bagaimana tidak? Sakura orang yang dia sukai lebih memilih bersama Sasuke. Begitulah pikirnya.
"Chouji! Kau sudah makan berapa mangkuk porsi jumbo hah?" tanya Sakura. Nadanya ditekan.
"Aku baru makan 7 porsi..." jawab Chouji sambil tetap makan dengan lahap.
"Kau ini! Itu sudah terlalu banyak! Bagaimana kalau kau sakit dan kita tak bisa melanjutkan misi?" bentak Sakura.
"Maaf... aku harus mengisi energiku..." jawab Chouji tanpa peduli Sakura. Sakura hanya menghela nafas dan mereka kembali makan siang.
Seperti biasa, Naruto dan Chouji sepertinya berlomba untuk makan terbanyak. Tapi, Naruto kini tak selahap dulu. Dia sekarang banyak menyisihkan uangnya untuk keluarganya. Mendengar ucapan Naruto tentang uang untuk keluarga membuat setiap teman sebaya yang dia ajak makan cekikikan mendengarnya. Seperti saat ini, Sasuke yang biasanya diam dan tak perduli, sekarang malah peduli. Bahkan tertawa.
"Kenapa, Teme?" tanya Naruto ketus.
"Hahaha... Dobe, salah kau sendiri yang ingin cepat menikah... hahahaha" seru Sasuke.
"Iya, Naruto... kau harusnya merasakan dulu masa muda! Kau bahkan mendahului Duru Gai!" seru Lee.
"Haha... Tapi, kan kalau istrinya Hinata tidak apa-apa..." sahut Chouji tetap dengan makanannya.
"Iya sih... aku senang kalau dengan Hinata... hahaha... aku kasih deh segalanya! hehehe" ujar Naruto. Tak menyadari Sakura yang tersenyum kecut di sebelahnya.
"Sakura kau sakit?" tanya Naruto pada Sakura. Sakura menggeleng dan langsung menjitak Naruto.
"Aaaw... sakit!" seru Naruto.
"Lagian kamu tiba-tiba sih!" Sakura menggerutu kesal.
"Maaf..." ujar Naruto. Yang lainnya tertawa. Tawa mereka terhenti tat kala Naruto berubah menjadi serius.
"Kenapa?" tanya Chouji. Naruto diam. Lalu, mulai membuka mulut seraya beranjak dari kursi.
"Hei, aku pergi dulu. Kalian tunggu saja disini..." Naruto pun bergegas. Yang lainnya hanya diam dan meneruskan makan mereka.
Lama mereka menunggu Naruto di kedai itu. Namun, Naruto tak kunjung datang. Merasa kesal, akhirnya, Sasuke dan yang lain memutuskan mencari Naruto bersamaan. Mereka mencari ke setiap pelosok dan keramaian. Mencari sesosok berambut kuning jabrik duren yang pasti gampang ditemukan. Tapi, aneh... sulit sekali saat ini menemukannya. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk kembali ke tempat tinggal mereka sementara.
Alangkah terkejutnya mereka mendapati seseorang di dalamnya. Naruto yang sedari tadi mereka cari. Dia sekarang sedang tertidur dengan lelapnya di balik selimut di atas alas tidur.
"Naruto! Kau membuat kami khawatir dan kelelahan mencarimu!" seru Sakura. Dia segera menghampiri Naruto dan ingin memukulnya lagi sampai Naruto membalikan wajahnya terlebih dahulu. Tiba-tiba wajah Sakura memucat dan berhenti melangkah.
"Ka,kau kenapa?" tanya Sakura.
"Sst..." sahut Naruto. Lalu, dia pun beranjak dari tempatnya semula tidur. Dan di balik selimut, mereka semua melihat seorang anak kecil berambut hitam jabrik sedang tertidur lelap.
"Si, siapa dia?" tanya Sakura.
"Ah... dia anakmu ya! Dia mirip jabriknya denganmu!" seru Lee. Naruto menggeleng dan dia mengusap penuh kasih rambut anak itu.
"Aku merasakan sesuatu, entah kenapa aku dipertemukan dengan anak ini... dia ini berumur sekitar 7 tahun... tapi, sudah memiliki beban berat..." ujar Naruto. Yang lainnya hanya bisa cengok melihatnya.
"Dobe, kau ini serius jadi ayah ya..." sahut Sasuke datar.
"Hahaha..." Naruto hanya tertawa renyah mendengarnya.
"Naruto! Ceritakan padaku dong!" seru Chouji.
"Begini... sebenarnya..." Naruto pun mulai bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan anak yang sekarang sedang tertidur itu.
FLASHBACK : ON
"Kenapa?" tanya Chouji. Naruto diam. Lalu, mulai membuka mulut seraya beranjak dari kursi.
"Hei, aku pergi dulu. Kalian tunggu saja disini..." Naruto pun bergegas. Yang lainnya hanya diam dan meneruskan makan mereka.
Naruto berjalan menyuri daerah yang menurutnya masih baru dia jamah. Tapi, entah kenapa, dia malah merasa kalau dia harus menyusuri desa itu.
"Hh... kenapa aku harus berjalan-jalan sendirian begini? Membosankan... tapi, Hinata sudah makan belum ya? Lalu, apa kyuubi sudah memberikan Nami makan? Awas saja kalau dia tidak mengurus Nami... akan aku beri dia pelajaran!" gumam Naruto. Lama Naruto berjalan, tapi, dia tidak menemukan hal berarti.
"Hah... kenapa aku harus kepancing omongan mereka sih? Sekarang aku jadi menghindar dari mereka dan malah berjalan seenaknya... kemana lagi ini arahnya..." gumam Naruto lagi. Dia terus saja bergumam berbicara sendiri. Sampai pada akhirnya, dia melihat banyak orang berkumpul. Sepertinya mereka mengelilingi sebuah lapangan. Penasaran, Naruto pun menghampirinya.
Alangkah terkejutnya Naruto tat kala melihat ada orang yang dieksekusi di sana. Dia melihat seorang pria berambut merah tengah disalib di tempat penyaliban di tengah lapangan. Ditubuhnya bisa dilihat banyak sayatan-sayatan dan banyak darah bermuncratan. Lalu, di perutnya, kini tengah menancap seilah pedang yang merupakan akhir dari hidupnya. Naruto yang melihatnya merasa marah dan puncak kemarahannya adalah saat dia melihat di sekitar lapangan itu, ada seorang anak yang dipegangi oleh warga sekitar. Dia bukan dipegangi biasa. Melainkan, dia diikat tangan dan kakinya. Dia dibiarkan telungkup tak berdaya di tanah. Mata anak itu memandangi pria yang disalib dengan pandangan nanar, penuh air mata. Dan mulutnya tak henti-hentinya berteriak. "AYAH! AYAH!" serunya. Nadanya pilu. Membuat semua orang yang ada di sekelilingnya langsung membantunya. Tapi, tidak ternyata. Semua hanya memandanginya dengan ketakutan.
"SIAPA LAGI YANG MAU MENJADI SEPERTI PEMBERONTAK INI?" seru seorang pria berambut panjang dengan pedang di tangan kanannya. Semua mata menatapnya dengan takut. Beberapa orang yang berada di belakang pria itu hanya tertawa renyah.
"Kalian lihat? Sesama bajak laut seperti kami yang memberontak dan membela kalian saja, kami berani mengeksekusinya... apalagi kalian? Ayo! Maju!" serunya lagi. Naruto bergetar mendengarnya. Bukan karena takut, tapi, marah. Dia ingin sekali langsung menghajar mereka. Namun, di sisi lain, dia tidak bisa. Mengingat misinya yang melibatkan teman-temannya. Dan keselamatan desa yang seharusnya dia bantu.
"AYAH! AYAAAHHH!" jerit anak itu lagi. Membuat Naruto semakin marah saja.
"Heh! Diam kau anak kecil!" seru pria yang tadi seraya menunjuknya dengan pedangnya. Beberapa orang di belakangnya segera menuju anak tadi dan membawanya dengan kasar ke hadapan pria tadi. Lalu, pria itu memutuskan ikatan yang ada di tangan dan kakinya. Anak itu segera bangkit dari tanah yang sedari tadi menjadi tempatnya terbaring lemah dan berlari menuju mayat yang disalib itu. Tangan kecilnya berusaha menggapai bagian tubuh mayat itu.
"Ayah... bangun ayah... Ayah kan kuat... ayah kan sudah berjanji ingin melindungi Luffy... Ayah! Bangun... Ayah... Ayah... Ay-yah... a, ayah... hiks hiks" ucap anak itu pilu disertai isakan dan cegukannya. Air mata sudah membasahi baju bagian atasnya sekarang. Lalu, tiba-tiba saja, pria berambut panjang tadi menghempaskan tubuh kecil itu ke tanah. Tubuh kecil tak berdaya itu benar-benar ringkih. Dia mencoba kembali bangkit. Saat dia hampir setengah duduk, tiba-tiba saja, mata pedang pria berambut panjang itu menghadapnya. Tepat di hadapan matanya. Membuat gerakan anak itu terhenti.
"Diamlah... bocah..." sahut pria itu. Dia mulai mengayunkan pedangnya ke atas. "Dan susul Ayahmu di alam sana... salahkan dirinya yang tak becus melindungimu!" seru pria itu. Pria itu pun mengayunkan pedangnya ke bawah. Hendak memotong tubuh anak itu menjadi dua. Anak itu hanya memejamkan matanya.
TRIIINGG! TSANG! BRUAAGGHH!
Naruto dengan cepat dan segera melindungi anak itu. Dia menghentikan pedang pria itu dengan kunainya. Menggesekan dan mengadukan kunainya dengan pedang itu. Membuat pedang itu terlepas dari penggunanya. Lalu, dengan sekali tendangan ringan, dia mampu menendang pria itu hingga jarak sekitar 100 meter. Tubuh pria itu menubruk beberapa orang yang ikut terjatuh bersamanya. Dari mulutnya dia mengeluarkan darah.
Naruto memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa anak kecil yang kini pingsan di pangkuannya pergi dengan cepat. Menuju tempatnya tinggal saat ini.
FLASHBACK : OFF
"Yah... begitulah... aku pun bertemu dengan anak ini... lalu, sesampainya disini, aku membersihkannya dan bercerita dengannya. Memakaikannya baju milikku dan memberinya makan. Lalu, setelah dia kenyang dan tenang, dia pun tertidur..." ujar Naruto panjang lebar. Yang lain hanya mengangguk mengerti.
"Lalu, nama 'anak itu' adalah Luffy?" tanya Sasuke.
"Yah... yang aku tahu sih Luffy... Dia sendiri yang ngomong gitu. Tapi, entar deh aku coba tanya lagi.." jawab Naruto.
"Err, Naruto... kamu yakin tak ada yang tahu aksimu itu?"tanya Sakura. Naruto nyengir dan menatap Sakura.
"Tentu!" seru Naruto dengan gaya ala guru Gai.
"Whoaaa... Naruto! Kau cocok seperti itu! Seperti GAI SENSEI!" seru Lee dengan beberapa penekanan yang berisik.
"Hehehe..." cengir Naruto sambil mengobrol bersama mereka. Tiba-tiba, Luffy melakukan gerakan yang membuat semuanya berhenti tertawa.
"Engh..." erangnya saat dia mencoba membuka matanya. Naruto pun menatapnya dengan cemas.
"Hei Luffy! Bagaimana tidurmu?" tanya Naruto pada Luffy. Luffy pun bangun dan duduk di tempatnya tidur. Lalu, kepalanya dia tekuk ke bawah.
"Hei..." ucap Naruto seraya mengelus lembut kepala Luffy. Luffy menatap Naruto.
"Kak Naruto... Kenapa kalau orang berbuat baik itu selalu salah ya? Selalu dapat bencana..." ucapnya memulai perkataan. Naruto dengan setia memasang telinganya.
"Ibuku baik sekali... dia selalu saja memberi dan menolong orang yang kesusahan... bahkan orang yang baru saja membunuh Ayahku adalah salah seorang yang ditolong ibuku. Tapi, kenyataannya ibuku malah dieksekusi... Ayahku pun yang selalu membela orang lemah dan sangat kuat itu, malah dieksekusi. Padahal menurut ayah dan ibu... menolong adalah perbuatan terpuji. Apa itu salah?" tanya Luffy. Menatap Naruto lurus dan tajam ke arah matanya. Seakan ingin mendengar jawaban langsung dari Naruto. Naruto tersenyum mendengar pernyataan Luffy. Dia menghela nafas dan kembali membelai lembut rambut Luffy dan wajah Luffy.
"Luffy, dengarkan kakak... Orang tuamu tidak salah. Mereka adalah orang yang benar. Perbuatan mereka terpuji. Sayangnya,mereka berada dalam kelompok dan kehidupan tercela. Kehidupan yang salah mereka tempati. Dalam kehidupan mereka, orang baik adalah orang yang berbuat jahat. Jadi, dika mereka berbuat baik, maka mereka akan dianggap jahat. Kau mengerti, Luffy?"tanya Naruto setelah menjelaskan panjang lebar.
"Jadi, Luffy juga harus berbuat jahat seperti mereka?" tanya Luffy. Naruto menggeleng cepat.
"Tidak... Kau hanya harus hidup di lingkungan yang menganggap orang baik adalah orang yang berbuat baik seperti yang orang tuamu inginkan..." ujar Naruto. Lalu, dia tersenyum dan memamerkan giginya serat mengacak rambutnya. "Misalnya disini... bersama kami... hehehe kau mau?" tanya Naruto. Luffy terlihat berpikir. Akhirnya, dia mengangguk cepat. Luffy menyerahkan jari kelingkingnya. Naruto yang mengerti itu segera mengaitkan jadi keligkingnya dengan Luffy dan mereka saling mengaitkan jari kelingking. Keduanya tersenyum lebar. Dan tertawa terbahak. Sasuke, Sakura, Lee dan Chouji pun ikut tersenyum dan senang melihatnya.
GIMANA? ADA YANG SALAH? MENYEDIHKAN? MEMUAKAN? JELEK? BURUK? BAGUS?
ADAKAH PERMINTAAN? SILAHKAN REVIEW JIKA MAU...
hehehe
THANKS
-diamondlight96-
