LIGHT IS BACK!
MAKASIH BUAT YANG UDAH REVIEW...
MAAF YA, MESKI DI FIC INI BANYAK CHARA GAJE, TAPI, GA ADA HUBUNGANNYA KOK... ITU CUMA NUMPANG NAMA DOANG.
KALAU KAYAK NASKAH DRAMA, BIARIN JUGA... SAYA KAN CUMA NULIS CERITA YANG JADI IMAJINASI SAYA...
SEBENARNYA BISA AJA SAYA CERITAIN, TAPI, SAYA TAKUT KEPANJANGAN KAYA SINETRON.
JADI, BAGI YANG BACA, KALIAN SEMUA HARUS BISA MENGIKUTI IMAJINASI SAYA. JANGAN LUPA DENGARKAN LAGU "PADI-KASIH TAK SAMPAI" UNTUK FIC INI.
RATE : T
NARUHINA,
ROMANCE, COMFORT, HURT
KEPERGIAN SEORANG KEKASIH
"Kak Naru... mau kemana kita?" tanya seorang anak berambut hitam jabrik yang dibawah matanya terdapat jahitan bekas luka.
"Ikut saja..." jawab Naruto sembari menggendong Luffy di pundaknya. Yah, Kini, Naruto, dan yang lainnya sudah melewati masa 3 hari mereka dengan mencari info tentang bajak laut alias perompak yang menduduki daerah Katsu. Kebanyakan dari info itu mereka dapat dari Luffy. Dan, mereka juga jadi tahu, bekas luka yang ada di bawah mata kiri Luffy itu sengaja dibuat oleh Luffy agar orang tuanya mengizinkannya pergi berlayar menjadi bajak laut baik hati bersama ayahnya dan menumpas kejahatan.
Naruto sampai pada sebuah hutan. Di suatu tempat hutan itu, kini dilapisi pelindung katak oleh Naruto. Tak lama kemudian, dia pun segera memanggil kawan-kawannya dengan sinyal yang biasa dikirimkan sesama ninja. Dalam hal ini, Naruto menggunakan kekuatan alam untuk membantunya dalam mengirim sinyal keberadaan mereka pada kelompok Shikamaru.
"Tch... lama..." sahut Sasuke yang sudah menunggu kelompok Shikamaru dengan bosan.
"Sabarlah Sasuke..." ucap Chouji dengan terus memakan keripik kentangnya yang kemarin baru dia beli banyak di toko terdekat. Tak lama kemudian, Naruto beraksi. Dia mulai membuka pintu masuk pelindung kataknya dan dari sana, muncullah kelompok Shikamaru.
"Hei... Shikamaru... kau ini lama sekali!" seru Chouji.
"Maaf-maaf... Ino sedang ngidam aneh..." ujar Shikamaru. Kelompok Naruto cengok mendengarnya. Kecuali Chouji yang memang diam-diam suka menghubungi Shikamaru dan menginformasikan keadaan kelompoknya.
"NGIDAM?" seru Naruto dan Sakura bersamaan. Shikamaru hanya mengangguk. Mereka mengalihkan pandangannya ke arah Ino dan Shikamaru yang tersenyum.
"Ngidam? Apa?" tanya Naruto yang sepertinya penasaran.
"Dia ngidam mandi di onsen bersamaku, Naruto... Kamu mau mandi bersamaku?" ujar Sai dengan senyum palsu yang lagi-lagi kini menghiasi wajahnya. Namun, tanpa diduga, Ino dengan berani memukul kepala Sai. Membuat Sai hampir jatuh.
"Ino!" seru Sai.
"Kamu jangan ngomong aneh-aneh! Aku gak anak kita kelak jadi aneh!"seru Ino. Yang lainnya hanya sweatdrop. Dan sekarang Ino menjadi lebih berani. Batin beberapa diantar mereka. Termasuk Naruto.
"Naruto! Itu siapa?" tanya Kiba menunjuk ke arah Luffy yang berdiri disamping Naruto.
"Dia Luffy... adik angkatku..." jawab Naruto sambil nyengir. Semuanya pun berkenalan seperti mereka berkenal dengan Nami sebelumnya.
"Baiklah Naruto, sekarang kita bicarakan saja masalah kita saat ini, kau sudah membuat keributan... Apa kau yakin tak ketahuan?" tanya Shikamaru. Naruto mengangguk.
"Aku yakin si Dobe ini ketahuan..." ujar Sasuke. Naruto men-death glare Sasuke. Sasuke hanya memasang tampang dinginnya. Membuat Naruto mengalihkan pandangannya. "Karena beberapa hari terkahir ini, mereka mengikuti kita dan aku yang membantai mereka. Aku rasa kita sudah ketahuan..." lanjut Sasuke. Tentu saja, reaksi mereka semua saat ini adalah membelalakan matanya lebar-lebar pada Sasuke dan Naruto.
"Sudah aku bilang... langsung habisi saja!" seru Naruto mengerucutkan bibirnya. Semuanya menatap Naruto dengan pandangan yang sangat menusuk. Naruto hanya mengalihkan perhatiannya pada sesuatu dibawah sana yang menarik kemejanya. Luffy.
"Kak... Luffy lapar nih..." ujar Luffy sambil menarik kemeja Naruto.
"Sebentar... lagi rapat dulu. Kamu tunggu aja ya..." jawab Naruto. Luffy juga ikut mengerucutkan mulutnya seperti yang diperlihatkan Naruto barusan. "eh?" respon Naruto.
"Hah... Sudahlah... kita langsung serang saja... okay? Ini perintah!" seru Naruto. Yang lain pun hanya mengangguk. Siapa yang bisa menolak Naruto. Toh pemimpin mereka saat ini juga adalah Naruto.
"Err, Ino... kau jaga Nami dan Luffy saja ya di rumah Chakraku... Takutnya kandunganmu itu loh... masih muda..." ujar Naruto.
"Tapi..." belum sempat Ino selesai berbicara, Sai sudah memotongnya.
"Sudahlah... ikut saja apa kata ketua..." ucap Sai. Ino mengangguk dan Naruto pun mengeluarkan rumah chakra versi kecilnya. Luffy yang baru pertama melihatnya hanya menganga dan mengucapkan satu kata dengan lebay dan noraknya : "WAAAAHHH ~~ KEREEEENNN..." ucapnya.
Ino pun bergegas memasuki rumah itu, namun, Sai segera menariknya dan mencium bibirnya lembut. Lalu, mencium keningnya. "Jaga diri baik-baik..." ujar Sai dengan senyum tulus dan lembut untuk Ino. Ino mengangguk dan memasuki rumah itu.
Dengan langkah tegap dan pakaian ninja disertai emblemnya yang lengkap, Konoha No Senshi berjalan dengan arogan dan terpancar aura yang membuat lawan jenis mereka masing-masing tak tahan berteriak, menjerit dan ingin menghampiri mereka dibuatnya. Naruto dan Sakura berjalan paling depan. Diikuti Sasuke yang berjalan sendiri di belakang Naruto dan Sakura. Lalu, di belakang Sasuke ada Shikamaru, Lee dan Chouji. Dan dibarisan paling akhir ada Shino, Kiba dan Sai. Chouji tak lagi makan keripik kentang.
Mereka berjalan ke arah pelabuhan dengan sangat yakin akan menang. Saat mereka mulai dekat dengan pelabuhan, mereka dihadang beberapa orang yang bisa dipastikan bajak laut yang sangat ecek-ecek. Sangat mudah ditaklukan. Hanya dengan sekali injakan kaki Naruto ke tanah, maka, tanah pun membentuk sebuah tiang lebar yang menghantam puluhan bajak laut pangkat kecil yang mengakibatkan mereka terhempas keras bedebam ke atas tanah. Semuanya mengerang dan pingsan seketika disana. Terus saja mereka melakukan penyerangan, tapi, dengan sigap, Naruto mampu menghempaskan mereka. Yang lainnya hanya menonton.
Tibalah mereka pada bagian terdalam pelabuhan. Disana terdapat beberapa orang menakutkan. Jumlah mereka tepat sembilan orang. Disana terdapat pula rajanya. Akhirnya, Naruto dan yang lain memutuskan untuk melawan 1 vs 1.
Sasuke melawan pengendali pasir yang hampir sama dengan Gaara dan menamakan dirinya Taf, namun, yang ini tidak membawa guci.
Lee melawan seorang yang berotot besar sampai mukanya pun terlihat berotot. Dia menamakan dirinya Hakushu.
Shikamaru melawan seorang berambut pirang berduri dengan gigi menakutkan yang memperkenalkan diri bernama Hiruma. Mereka bertarung dengan banyak taktik menegangkan. Semua dan apapun yang dipikirkan Shikamaru, akhirnya bisa dengan mudah terbaca. Bahkan, taktik Hiruma lebih bagus lagi. Keringat dingin mengawali pertempuran dalam diam mereka.
Shino melawan orang berambut perak mirip Kakashi tetapi dengan stylish rambut berbeda. Dia tak memperkenalkan dirinya. Namun, Shino sempat mendengar orang yang bernama Hiruma itu memanggilnya dengan sebutan 'Hitsugaya'. Okelah, akhirnya Shino yang tak mau repot, mengingatnya bernama Gaya.
Kiba melawan orang yang mengaku sebagai Don. Kemampuannya adalah mengubah tomat menjadi lahar. Selain itu, dia mempunyai pedang yang hampir sama dengan pedang milik Kisame dari Aktsuki. Bedanya pedang yang ini tidak menghisap chakra. Melainkan menghisap rasa senang lawannya dan menggantinya menjadi rasa sakit.
Sai melawan orang yang bisa membaca pikiran dan mengubah koin menjadi angin topan dan dia mengaku bernama Bijuu.
Sakura melawan seorang wanita bertubuh seksi, berdada besar, tinggi semampai, dan rambut panjang sebahu bernama Ise Nanao. Dia bisa mengubah udara menjadi gelembung dengan tongkatnya. Selain itu, dia juga bisa dengan mudah menggunakan pedangnya.
Chouji melawan orang yang mirip serigala... Namun, pesonanya sangat menggila. Namanya Koga. Dia mempunyai kemampuan yaitu mengeluarkan kekuatan super dari tangannya. Mirip sekali dengan kekuatan yang dimiliki Naruto. Mungkin bisa dibilang versi lain dari rasengan.
Sedangkan Naruto sendiri melawan orang bernama Gol D. Roger... dia adalah Raja Bajak Laut yang ditakuti banyak orang. Dan dia juga lah yang menjadi komando atas penyerangan besar-besaran ke daerah Katsu. Dia bisa mengendalikan angin dan air. Dia juga bisa dengan mudah melakukan teleportasi. Dia punya kemampuan mengobati dirinya dan memberikan rasa sakit yang dihisap tubuhnya pada orang lain. Tak hanya itu, tangannya juga bisa mengeluarkan api. Belum lagi, dia dapat mengubah tanah menjadi bola besi dan mengubah air menjadi api. Naruto sedikit kewalahan dibuatnya. Jujur saja, dia bukan ninja. Dan kekuatannya bukan menggunakan chakra. Benar-benar merepotkan.
Semua bertarung dengan sengit. Mereka sangat tidak menyangka, pertarungan akan sangat sesulit ini.
Pertarungan yang benar-benar sengit dan juga sulit dialami oleh Naruto yang melawan Roger. Roger benar-benar seperti dewa. Sebenarnya, Naruto sama sekali belum mengeluarkan satu pun kemampuan tingkat 'S'. Dia merasa tidak bisa melawan hal seperti itu pada rakyat biasa. Terlebih dia bukan ninja. Dia masih punya rasa iba. Roger yang suka pertarungan besar-besaran sangat tidak menyukai bertarung dengan Naruto yang terlihat pasif dan banyak bicara (baca: ceramah). Maka, dia pun menghentikan aksinya.
"Huh, kenapa berhenti?" tanya Naruto heran. Mendapati lawannya berhenti menyerangnya lagi. Kini mereka berdiri dalam diam di pesisir pantai. Pakaian yang mereka kenakan berkobar diterpa hembusan angin laut.
"Tak seru melawanmu!" seru Roger.
"Aku sudah bilang baik-baik... lebih baik kau pergi tinggalkan daerah ini..." sahut Naruto serius. Roger memandang Naruto. Lalu, tawanya membuncah.
"Kenapa?" tanya Naruto.
"Hahahaha... Kau ini! Aku tahu dari anak buahku, kau mengambil anak si pengkhianat ya? Lalu, menyerang beberapa anak buahku? Ahahah... berani sekali kau!" seru Roger. Suaranya menakutkan dan berat.
"Jadi, kau tahu ya?" tanya Naruto.
"Tentu saja... dan aku sudah menyelidikimu lebih jauh... lalu, aku mendapat satu hal..." jawab Roger. Naruto mengernyitkan alisnya. 'Apalagi ini?'batin Naruto. Roger bertepuk tangan setelah itu, muncullah beberapa orang. Sepertinya mereka anak buah Roger. Lalu, mereka membawa seseorang. Orang itu digotong oleh mereka. Seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah tertutupi kain hitam. Lalu, mereka berhenti tepat di belakang Roger. Orang yang ditutupi kain itu diberdirikan dengan paksa. 'Perasaanku tak enak'batin Naruto. Roger pun balik ke belakang orang tertutup Kain itu. Lalu, dalam satu kali tarikan, dia menyibakan kain itu. Dada Naruto berdegup kencang. Darahnya naik ke ubun-ubun. Seluruh tubuhnya bergetar dan memerah.
"Aku tahu... Kau memiliki istri yang sedang hamil muda... istri yang manis..." ujar Roger. Dari dalam kain itu, tampaklah seorang wanita berambut indigo panjang yang sangat Naruto kenal. Wajahnya berwarna putih dengan mata lavender. Mulutnya disumpal dengan kain kotor. Dari dalam matanya yang selalu menampakan kejujuran, kini menampakan kesakitan. Tubuhnya bergetar. Rambutnya acak-acakan. Wajahnya kumal. Malaikat manis yang selalu dia jaga, dia rawat dan dia sayang... Kini, dengan semena-mena ditelantarkan dan disederajatkan dengan sampah. "Ouh, maaf... silahkan berbicara pada suamimu tercinta itu... manis..." ucap Roger tepat di dekat telinga Hinata. Dia membuang kain kotor yang menyumpal mulut Hinata.
"Na,Naruto..." sahut Hinata disertai isak tangisnya. Matanya menatap Naruto pilu. Naruto menatap mata Hinata dan tubuh Hinata. Hatinya kini tersayat. Naruto menangis dalam diam. Lebih tepatnya, air mata Naruto keluar dengan sendirinya.
"Wah wah ~~ ada drama gratis nih... hahaha... sang HOKAGE pun sekarang menjadi lemah ya..." ujar Roger. Naruto tetap diam tak bergerak. Dia masih syok dengan apa yang baru saja dia lihat. Lalu, tak lama kemudian, tubuhnya mulai merespon.
"Jangan pernah sakiti Hinata!" seru Naruto dengan suara rendah dan nada mengancam. Mendengarnya, Roger makin tertawa puas.
"Oh ya? Wah... aku tak bisa janji... kekekeke... Hinata ya... bagus. Ayo kita bersenang-senang..." sahut Roger seraya menyentuh wajah Hinata. Hinata mengerang kesakitan. Roger semakin menyeringai lebar dibuatnya. Apalagi saat Naruto berteriak dan segera melakukan penyerangan pada Roger. Roger segera menghindar dan menikmati pertarungan. Walaupun tubuhnya terluka, tapi, inilah yang Roger inginkan. Mengiginkan pertarungan sebenarnya dengan Naruto.
Hinata tak bisa bergerak. Dia diikat dengan tali penyerap chakra. Sedangkan di sisi lain, Naruto tak bisa menyelamatkannya. Mengingat dia sedang berusaha melawan Roger untuk menyelamatkannya.
Naruto kini telah dalam bentuk Sannin. Amarahnya dia jadikan semangat api untuk menang. Berkali-kali dia menghajar Roger. Namun, Roger bangkit kembali. Dia bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Dan kesakitan juga penyakit itu dia salurkan pada Hinata. Membuat Hinata kembali mengerang. Merasa hal itu membuat Hinata tersiksa, Naruto menghentikan serangannya. Dia berjalan mendekati Roger tanpa tameng apapun. Roger melancarkan serangan padanya, namun, hanya ditangkis saja. Merasa jenuh, akhirnya Roger memutuskan untuk berbalik dan teleportasi ke dekat Hinata. Dia membawa pedangnya yang hendak dia tusukan ke arah perut Hinata. Pedang itu bukan pedang biasa. Telah dilumuri racun mematikan yang sangat mematikan yang diramu secara khusus oleh Roger.
"HINATA!" seru Naruto. Hinata hanya membelalakan matanya menatap pedang di hadapannya. Keringat dingin menghiasi tubuhnya.
CRASSH! CRAAATTT!
Naruto memegang bilah pedang itu. Lalu, menggenggamnya erat. Menahannya agar tak mengenai Hinata. Roger yang melihatnya segera menarik pedangnya. Bahkan pedangnya itu ditarik dan didorong oleh Roger. Naruto mengeratkan pegangannya walau rasanya sakit tersayat dan ngilu. Bagian tajam pedangnya bertemu dengan tulang telapak tangan Naruto. Ya... Tangan Naruto kini sobek. Tulangnya terlihat. Lalu, dengan cepat, Naruto menarik pedangnya dan menghempaskan tubuh Roger dengan rasengan dari kagebunshin Naruto yang dibuat sebelumnya dan muncul dari dalam tanah. Membuat Roger terbang ke atas dan terhempas ke bumi.
"A, apa yang kau lakukan?" bentak Roger. Beberapa tulangnya kini tengah remuk.
"Naruto!" seru Hinata. Dia segera melepaskan cengkeraman Roger dan memeluk Naruto.
"Ouugh..." ucap Naruto terbatuk. Darah mengalir deras dari tangan kanannya.
"Na, Naruto... kau tak apa?" tanya Hinata. Naruto menatap Hinata. Senyum mengembang di wajahnya.
"Hahaha... aku tak apa, Hinata..." ujar Naruto. Tangan kirinya yang bebas dari darah membelai lembut wajah Hinata. Mereka pun berpelukan dalam keadaan berdiri.
"Naruto... jangan melakukan hal seperti tadi lagi..." ujar Hinata terisak. Naruto memejamkan matanya dan mencium ubun-ubun Hinata. Menyesap lembut aromanya.
"Ya... maaf sayang... aku tak ingin kehilanganmu dan calon anak kita..." jawab Naruto. Hinata mengeratkan pelukannya. Hinata makin menjerit di pelukan Naruto. "Sst... sudahlah..." ucap Naruto menenangkan. Lalu, tanpa Hinata sadari, Roger telah bangkit kembali. Dia kembali ingin menyerang Naruto. Naruto yang melihatnya segera menghentakan kakinya ke tanah. Seketika, tanah di bawah Roger membelah dan dia masuk ke dalamnya. Lalu, Naruto segera menutup tanah itu. Roger mati. Teriakan memilukan hanya didengar Naruto. Diredam oleh tanah.
Hinata masih dalam pelukan Naruto. Naruto senang kini dia bisa bersama Hinata lagi. Namun, sekarang... saat ini... dia merasakan sesuatu yang janggal. Hinata tak bergerak! Lalu, dia pun mencoba melihat Hinata. Mencari tahu apa yang terjadi terhadap istrinya itu.
"Hinata?" sahut Naruto melihat Hinata yang memejamkan matanya. Bibirnya tersenyum hangat.
"Hinata?" sahut Naruto lagi. Mencoba mencari respon dari Hinata.
"HINATA?" seru Naruto seraya mengguncang tubuh Hinata. Tetap tak ada respon. Dia mencoba untuk mendengar detak jantung Hinata. Didekatkan telinganya pada dada kiri Hinata. Tepat di jantungnya. Tak ada. Dia tak percaya. Dia segera mendengarkan nafas Hinata. Tak ada.
"Aaah... Hinata... Jangan membuatku tertawa..." ucap Naruto seraya duduk di tanah pijakannya dan menyimpan Hinata di pangkuannya. Matanya menatap Hinata nanar. Matanya memerah menahan tangis.
"HINATA! SEKARANG AKU MARAH PADAMU! APA YANG TERJADI JELASKAN PADAKU! HINATA!" seru Naruto. Sepertinya dia sudah mulai frustasi karena tak menemukan tanda kehidupan dalam diri istrinya.
"HINATA!" seru Naruto dengan suara menggelegar. Setelah itu, petir menyambar-nyambar dan hujan pun turun dengan deras. Mengaburkan air mata Naruto yang mengalir tak kalah deras dengan air hujan yang menghantam tubuhnya. Dia memeluk erat tubuhnya. Tubuh kekasihnya. Tubuh Hinatanya. Tubuh istrinya. Tubuh seseorang yang dia titipi tulang rusuknya. Tak dia pikirkan rasa sakit yang menyerang tubuhnya. Dalam pikirannya hanya ada HINATAnya... Cahayanya... Tanpa cahayanya... seorang matahari seperti Naruto akan redup. Tak ada artinya matahari yang tak bercahaya. Yang ada hanya kekelaman.
Sasuke, Shikamaru dan yang lainnya menatap Naruto dan Hinata nanar. Mereka berusaha meringankan rasa sakit Naruto dengan dukungannya. Walaupun mereka sendiri merasa sakit dengan luka mereka yang juga pasti sangat besar.
"Hinata... Hinata... Kau berbohong padaku... kau berbohong padaku... Hinata.. mana janjimu? Hinata..." hanya itu yang Naruto gumamkan dalam gemericik hujan yang jatuh menerpa bumi, dirinya, Hinata, dan teman-temannya.
"Namikaze Uzumaki Hinata... merupakan putri dari keluarga Hyuuga. Istri dari Hokage ke 7, Namikaze Uzumaki Naruto. Seorang wanita baik hati, ramah, periang dan penyayang. Semoga kau tenang di alam sana. Semoga semua bebanmu di dunia ini tak ada yang memberatkanmu pergi ke alamnya..." ujar seorang tetua desa.
Semua yang hadir memakai pakaian hitam-hitam. Tak terkecuali Naruto. Dia juga memakai pakaian hitam-hitam. Hadir di sana seluruh penduduk desa Konoha tanpa terkecuali. Semua teman, saudara dan sahabat datang mengunjungi. Bahkan relasi Konoha seperti Suna dan Katsu ikut mengunjungi. Kini, Naruto lah yang akan memulai penebaran bunga di atas nisan Hinata. Di atas gundukan tanah yang saat ini merupakan tempat tinggal terakhir Hinata.
"Hinata..." ucap Naruto. Semua yang hadir diam tak bersuara.
"Andai saja saat itu, aku menyembunyikanmu... sehingga kau tak perlu diculik dan dibunuh oleh Roger. Andai saja waktu itu kau melawan Roger dan tak memberikan seluruh chakramu untuk melindungi dari segala kemungkinan terburuk calon bayi kita... Mungkin jiwamu juga tak akan ikut remuk bersama Roger..." ucap Naruto lirih. Matanya memandangi foto Hinata yang sedang tersenyum.
"Huh... Kau pasti akan mengatakan padaku, bahwa aku jangan pernah menyesali semuanya... kau terlalu baik Hinata... hal itulah yang membuatku mencintaimu..."matanya menatap sendu kuburan Hinata.
"Hinata... aku tak tahu kenapa sampai saat ini, aku harus tetap hidup. Kenapa aku tak dibiarkan pergi menemanimu, Hinata?" tubuhnya bergetar. Air matanya menetes.
"Istriku... kau tahu, aku tak mungkin bisa hidup tenang dan hidup dengan penuh cahaya lagi tanpamu... Kaulah cahayaku... Kau penyemangat hidupku... Kau adalah orang yang berarti bagiku..."isaknya. kini, tubuhnya sudah limbung dan tak menanggapi keinginan Naruto.
"Istriku yang tersayang... Namikaze Uzumaki Hinata... Terimakasih atas cintamu, kasih sayangmu, perhatianmu, hatimu, seluruhnya... juga, hidupmu... kau berarti bagiku..."tangis Naruto membuncah. Dalam setiap kata-katanya terdapat rasa sakit yang terselip. Tubuhnya kini berbari di dekat kuburan Hinata. Memeluk gundukan tanah itu. Seakan sedang berhadapan denga Hinatanya.
"Kau merasa aku adalah orang yang pantas dicontoh... orang terbaik. Tapi, aku ini... sebenarnya... tak bisa hidup tanpamu... Hinata... istirahatlah dengan tenang Hinata..." tangisannya kini tak lagi mengeluarkan air mata. Tapi, hatinya sakit. Yah... air matanya telah habis.
"Dan terimakasih telah menyelamatkan anak kita... jadilah bintangku Hinata... Sinari aku..." ucap Naruto. Dia bangkit dan berjalan menuju nisan yang bertuliskan nama Hinata. Mengusapnya pelan dan mengecup nisan itu syahdu. Semua yang datang merasa sakit melihat pemandangan itu. Ya... kesedihan hokagenya... orang yang disayanginya... adalah kesedihan mereka juga. Semua ikut terisak melihat pemandangan itu.
Lalu, di atas langit, tampak layar besar seperti yang telah tampak sebelum-sebelumnya. Disana, terdapat Hinata kecil yang selalu mengintip Naruto berlatih. Hinata kecil yang selalu mengantar kepergian Naruto dari desa dengan sembunyi di balik tiang. Hinata remaja yang selalu menunggu kepulangan Naruto. Hinata dewasa yang menunggu kepulangan sang suami, Naruto. Mengantarkan makanan padanya. Bermesraan dengannya dan menjadi sandarannya.
Indah..
Terasa indah..
Bila kita terbuai dalam alunan cinta..
Sedapat mungkin terciptakan rasa..
Keinginan saling memiliki
Namun bila,
Itu semua dapat terwujud
Dalam satu ikatan cinta
Tak semudah seperti yang pernah terbayang..
Menyatukan perasaan...
Tetaplah menjadi bintang dilangit
Agar cinta kita akan abadi
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini,
Agar menjadi saksi cinta kita
Berdua...
Berdua..
Sudah..
Lambat sudah...
Kini semua harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik
Dan kita mesti relakan kenyataan ini
Gumam Naruto. Menyanyikan sebuah lagu yang menyayat hati dan jiwa.
Nami yang melihatnya segera menghampiri Ayahnya. Memeluknya erat. Kini, Naruto menangis lagi di dalam dekapan Nami. Nami ikut menangis.
"Ayah... i,ibu..." ujar Nami di sela isakannya.
"Ibu telah menghadap Tuhan sayang... sst... sudah..." jawab Naruto.
"Ka, kapan ibu kembali ayah? Kapan? Nami ingin bertemu ibu lagi... Nami ingin belajar lagi sama ibu... Nami sayang sama ibu... Ibu marah ya sama Nami gara-gara Nami gak mau makan sendiri? Ini Nami yang salah ya..." ujar Nami dengan tangisnya yang makin keras.
"Tidak Nami... bukan salah Nami..." jawab Naruto. Luffy yang melihatnya segera mendekati Naruto. Naruto yang melihatnya segera merengkuh Luffy ikut dalam pelukannya. Setelah itu, Naruto menggendong mereka berdua. Dia membungkuk sebentar pada para pelayat. Juga pada ayah mertuanya. Dia tersenyum memaksakan dan pergi melenggang bersama Luffy dan Nami.
Suara alat-alat rumah sakit kini semakin menggema di ruangan yang ditempati Naruto.
Ya... Naruto kini terbaring lemah di rumah Sakit. Sudah 4 hari dia terbaring.
Setelah pulang dari pemakaman, racun dari Roger telah menyebar dalam tubuhnya. Jika saja, saat itu tak ada Sasuke dan Sakura yang sengaja mengikutinya dalam jauh, dan segera membawanya ke rumah sakit begitu dia ambruk. Mungkin hokage ke 7 ini akan mati saat itu juga.
Para tetua tentu saja risih dan segera mengadakan rapat untuk mengganti Naruto. Namun, ternyata Konoha No Senshi dan para pemuda pemudi di Konoha menolak usulan tetua itu. Terutama Sasuke.
"Sudah saatnya anak muda yang memimpin... Saat ini, tetua seperti kalian hanya boleh menjadi penasihat..." ucap Sasuke dingin dan tajam.
"Tak ada seorang pun yang boleh meremehkan Kak Naruto!" seru Konohamaru.
"Yah, Asuma sendiri pernah bilang padaku, saat ini, rajanya adalah generasi baru... generasi muda..." sahut Shikamaru.
"Kalian...! lalu, siapa yang akan memimpin jika Naruto tetap terbaring?" bentak salah satu tetua dalam rapat itu.
"Kami semua... jangan remehkan kami. Bahkan, kami sering dipercayai Naruto dibanding kalian, wahai orang tua bangkotan..." ujar Sai seenak ceplosnya. Tetua-tetua itu hanya bisa diam dan mengangguk. Rapat selesai dengan hasil Naruto tetap menjadi Hokage sampai dia mati.
"Kak Sakura... bagaimana keadaan Kak Naruto?" tanya Luffy. Sekarang dia sedang berjalan beriringan bersama Sakura, Nami dan beberapa Konoha No Senshi lainnya.
"Dia baik..." jawab Sakura berbohong. Luffy pun menunduk.
"Ini semua karena aku..." ujar Luffy lirih. Sakura mengehentikan langkahnya diikuti yang lainnya dan memandang Luffy.
"Tidak kok... Tak ada yang salah disini... Ayo, kita jenguk Naruto..." jawab Sakura ceria. Mereka semua pun melenggang menuju rumah sakit Konoha.
"Diamana aku? Kenapa disini gelap semua?" tanya Naruto pada dirinya sendiri. Dia sekarang berada di tempat yang seluruhnya gelap. Gelap gulita dan tak tampak seorang pun bahkan secercah cahaya pun disana. 'Aku telah mati...'batinnya. bibirnya menyunggingkan senyum yang menusuk. Senyuman tergetir.
"Kau belum boleh mati... Kau masih punya tugas di dunia... kau juga masih punya anak yang harus kau besarkan... apa kau tega melihat anakmu hidup tanpa belaian kasih orangtua? Sepertimu? Lagipula, anak yang berada dalam tabung itu... yang diselamatkan Hinata... apa kau melupakannya?" ujar suatu suara yang menggelegar. Naruto tertegun mendengarnya. Memang benar. Dan dia juga belum bisa menyatukan kerajaan-kerajaan besar. Juga dunia perninjaan. Apalagi anaknya yang masih sangat kecil-kecil.
"Lalu, aku harus melakukan apa? Apa aku bisa melawan takdir...?" tanya Naruto ragu.
"Ada pilihan yang harus kau pilih..." ujar suara itu.
"Katakan padaku..." sahut Naruto serius.
bersambung
Apa yang akan terjadi pada Naruto selanjutnya?
Akankah dia kembali menjadi Naruto yang biasa?
Akankah dia tetap sendiri tanpa pendamping? Atau ada seseorang yang kelak akan mendampinginya?
thanks for reading my fic
diamondlight96
