STUCK
.
.
.
Story by : Me
Disclamer : Masashi Kishimoto
Rate : T+
Pairing : Sasuke Uchiha x Hinata Hyuga
Genre : Romance, Drama
Warning : So Many Typo, OOC, Cerita tidak jelas dan sebagainya
Jadi,
Bisakah aku menunggu mu untuk kembali kepada ku?
Tanpa rentang waktu yang jelas
Apakah bisa kita bertemu kembali?
Pertengahan desember, salju sedikit menumpuk di sisi jalan. Penerangan jalanan yang kurang membuat mobil yang ditumpangi keluarga hyuga berjalan perlahan.
Gadis kecil bermata mutiara menengadah pandangan nya pada pekatnya langit malam yang dihiasi turunnya salju di bulan desember ini, bulan kelahirannya.
"Hinata, kau akan melanjutkan sekolah mu di amerika." ucap lelaki dewasa yang penuh wibawa bahkan suaranya saja penuh kharisma.
Gadis kecil yang sedang asik tenggelam dalam lamunannya itu sedikit tersentak "Ke-kenapa ayah?" jawabnya panik.
Pemimpin Hyuga itu hanya tersenyum lembut dan mengelus surai putri kesayangannya ini "Kakak mu Neji yang memintanya, ia tidak percaya pada ayahnya sendiri, ia khawatir aku tidak mengurus mu dengan benar." tuturnya.
"Ta-tapi, aku ingin bersama dengan ayah." ucapnya manja sambil melingkarkan tangannya di pinggang ayahnya ini.
Cuppp...
Dikecupnya surai lembut anak gadisnya ini.
"Ayah tak apa, ayah jauh lebih tenang jika kau bersama dengan kakak mu Neji."
Hyuga Hiashi.
Pemimpin klan Hyuga, salah satu pemimpin klan yang sangat di hormati keberadaanya di dataran Jepang, gurita bisnisnya menjalar di berbagai bidang, sikapnya yang dingin dan penuh perhitungan membawa Hyuga ke puncak tertinggi nya.
Namun,
Tidak ada kebahagiaan yang sempurna bukan?
Ia hanya hidup dengan kedua anaknya. Istrinya, kekasih hatinya, ia harus merelakannya yang berpulang terlebih dahulu setelah mengantarkan putri kecilnya ke dunia ini.
Oleh karena itu, ia begitu mencintai putri kecilnya ini, ia merasa Hinata adalah representasi dari besar nya cinta yang diberikan istrinya untuk dirinya.
Dan Hinata kecil,
Ia hanya menggangguk patuh pada permintaan ayah nya ini.
Dan memang benar, jauh di lubuk hatinya ia pun merindukan kakak laki-lakinya itu.
Tapi, ia sedikit ragu.
Ada hal yang sedikit mengganggu perasaanya.
"Tapi ayah, sebelum kita berangkat, bisa kah kita mengunjungi rumah teduh ini lagi?" tanya Hinata.
Dan Hiashi mengangguk dengan lembut menyetujui permintaan anak gadisnya ini.
.
.
.
Dedaunan yang biasa berwarna hijau kini tertutup sempurna dengan salju yang terlihat berkilauan terkena sinar mentari pagi.
Ada gadis kecil yang menggenggam erat kotak kecil yang dihiaskan pita berwarna ungu, pipi pulamnya sedikit memerah karena suhu dingin yang ia rasakan di pagi ini.
Bangunan yang besar dengan di kelilingi taman yang luas tempat berteduhnya anak-anak yang tumbuh tanpa orang tua, tanpa pernah merasakan hangatnya pelukan orang tua.
Tempat dimana... mereka bisa saling berbagi kehangatan dan tempat dimana mereka merasa di butuhkan.
Ini tentang sebuah kenangan...
Ingatan tentang nya terlihat samar.
Sebanyak apapun waktu yang terlewat, bayangannya tetap terasa, ia tersembunyi di sudut hati ini.
. . .
"Maafkan aku, sepertinya aku tidak bisa menepati janji ku kepada mu." ucap gadis kecil itu dengan penuh penyesalan.
"Memang kenapa? apa aku berbuat salah pada mu?" dari pertanyaannya terasa sekali kesedihan yang ia rasakan.
"Ayah meminta ku untuk menemani Neji-nisan dan melanjutkan sekolah di Amerika, dan aku tidak bisa menolak permintaannya."
Lelaki kecil bermata segelap malam itu menundukan pandangannya, onyx nya membendung air mata yang seakan siap di tumpahkan.
Ia terus menerus meremat kaos biru yang ia kenakan.
"Apa kau selamanya tidak akan kembali ke sini? tanya nya lagi.
Dan Hyuga yang lain datang sambil meremas pelan pundak lelaki kecil ini dan berlutut untuk menyamakan tingginya dengan anak lelaki berusia 12 tahun ini "Tentu Hinata akan kembali ke Jepang, jika musim libur sekolah tiba ia akan kembali bermain bersama denganmu." ucap Hiashi yang terlihat menenangkan.
"Begitukah?" tanya nya lagi, ada secerhah pengharapan dari pertanyaannya itu.
Dan Hinata mengangguk dengan manis.
Ia memberikan kotak kado yang ia genggam sedari tadi.
"Ini miliku, ini sesuatu yang sangat aku sayangi, ku harap kau mau menyimpannya untuk ku." tutur Hinata.
Dan pemuda itu mengangguk perlahan, dengan perasaan sedih yang melingkupi hatinya ia ikut mengantarkan Hinata satu-satunya teman yang ia punya menuju mobil yang akan membawa nya ke bandara.
Dingin nya hawa malam di mana salju turun dengan lebat, ia menggenggam erat kotak pemberian teman nya itu.
Dan Hinata kecil sesekali menoleh padanya sambil tersenyum berharap menyakinkan pemuda itu bahwa ia akan kembali untuk menepati janjinya.
"Tsunade-san, aku titip Sasuke pada pengawasan mu, ia akan aku masukkan dalam program kesejahteraan yang di kelola di bawah Hyuga corporation." ucap Hiashi pada ketua panti asuhan ini.
"Tentu saja Hyuga-sama, dan terima kasih untuk kebaikan hati nya selama ini untuk anak ini." sambil mengelus perlahan surai hitam Sasuke.
Sasuke Uchiha.
Bocah laki-laki berusia 12 tahun salah satu penghuni dari rumah teduh ini, panti asuhan yang di kelola turun temurun oleh keluarga Senju, dan Tsunade adalah generasi ke 3 yang memimpin panti asuhan ini.
Disini,
Ada banyak kebahagian yang diberikan untuk anak-anak yang kurang beruntung, yang tidak memiliki orang tua, tidak memiliki keluarga.
Keluarga Hyuga, salah satu donator tetap di panti asuhan ini. Dan Hinata setiap minggu pertama di awal bulan selalu rutin berkunjung ke rumah teduh ini. Awalnya, Hinata diajak oleh Hiashi Hyuga karena ada acara besar yang menyangkut Hyuga diadakan di panti ini.
Saat itu, keadaannya tidak terlalu baik.
Sasuke Uchiha.
Ia baru beberapa hari tinggal di panti itu.
Seluruh keluarganya meninggal dalam kecelakaan mobil dan yang tersisa hanya dirinya yang terbaring sendirian dirumah sakit.
Dan pada akhirnya pihak rumah sakit menitipkan Sasuke di panti besar ini.
Lelaki kecil yang penuh trauma itu membatasi dunianya. Ia selalu terlihat murung dan marah pada siapapun yang berusaha mendekat padanya.
Seluruh pengurus panti sudah berusaha untuk mencoba mendekati dan menjalin interaksi dengan keturunan terakhir Uchiha ini, tapi tidak pernah berhasil.
Bahkan anak-anak panti pun tidak ada yang mau berteman dengannya.
Sasuke selalu terlihat murung, menyendiri dan seperti terlihat penuh emosi.
Bagaimana tidak,
Ia kehilangan seluruh keluarganya pada satu malam, seluruh dunia yang hangat yang biasa ia rasakan hilang dalam sekejap.
"Tsunade-sama, kenapa Tuhan tidak mengambil ku juga malam itu? apa aku belum cukup baik untuk bisa bertemu dengan Nya?" tuturnya pada saat itu.
Pertanyaan penuh luka yang di katakan anak laki-laki itu menyakitkan bagi Tsunade, oleh karena itu ia begitu bahagia saat Sasuke sudah mulai menunjukkan ketertarikan akan kehidupannya semenjak ia bertemu dengan Hinata.
Dan di siang yang terasa sangat terik itu.
"U-untukmu..." suara manis dari gadis kecil Hyuga saat itu menarik atensi dari seorang Sasuke Uchiha.
Sasuke hanya melirikan tatapan tajam sebagai responnya.
Ia sengaja menjauh dari pusat acara di panti siang itu, dia menyembunyikan dirinya di bawah pohon dedalu yang berada taman belakang panti.
"I-ini untukmu." lagi, Hinata menyodorkan botol jus tomat favoritnya kepada Sasuke.
Dan Sasuke yang memang tidak ingin berdekatan dengan siapapun menepis botol jus itu hingga isinya berhamburan di rumput taman.
Hinata yang terkejut lalu menangis karena sikap Sasuke. Dan Sasuke tanpa minat meninggalkan Hinata kecil yang menangis sendirian di bawah pohon dedalu.
Tapi entah mengapa,
Sikap Sasuke malah membuat Hinata tertarik.
Setelah hari itu, ia terus merengek pada ayahnya yang sibuk untuk membawanya kembali ke panti.
Sama seperti sebelumnya, Sasuke selalu marah jika di dekati dan berakhir meninggalkan Hinata sendirian.
Beberapa kali Hinata kecil mencoba untuk berteman dengan Sasuke tapi tidak pernah ada kemajuan, padahal setiap berkunjung Hinata selalu membawa mainanan ataupun makanan untuk di bagi pada Sasuke tapi Sasuke selalu melihatnya tanpa minat.
Hyuga Hiashi pun bingung dengan sikap anak gadisnya ini "Sasuke tidak ingin berteman dengan siapapun Hinata, sebaiknya cari teman lain di panti, banyak anak-anak manis yang ingin berteman dengan mu disana." tutur ayahnya.
Dan Hinata menggeleng lembut.
"Memang benar ayah, banyak sekali yang ingin berteman dengan ku, dan aku pun senang jika banyak teman, tapi Sasuke... tidak ada satupun yang ingin berteman dengannya, bukankah menyedihkan jika kita tidak punya teman? maka dari itu aku ingin berteman dengannya ayah, aku ingin menjadi temannya." jawaban jujur dari gadis kecil kepada ayahnya itu membuat Hiashi tersenyum.
Sikap gigih Hinata pun akhirnya membuahkan hasil, Sasuke mulai perlahan membuka interaksi dengan Hinata, dan tentu saja sikap itu membawa kebahagiaan juga untuk Tsunade.
Perlahan aura suram Sasuke memudar, walaupun tidak seperti yang lain ia mulai membiasakan diri berbaur dengan teman-temannya di panti, dan waktu yang sangat di tunggu olehnya adalah setiap hari minggu pertama di awal bulan.
Hinata akan berkunjung ke panti.
Ia akan membawakan banyak buku bacaan ataupun mainan untuk dimainkan oleh mereka berdua.
"Aku janji akan terus menemani mu bermain di hari minggu di setiap awal bulan." ucap Hinata.
Dan untuk pertama kalinya Sasuke tersenyum setelah malam itu.
Mereka berdua mengikat janji manis dengan saling mengaitkan jari.
Dan berlanjut selama hampir 2 tahun.
.
.
.
Dan kembali ke malam bersalju yang dingin ini.
Malam itu.
Temannya berjanji, ia akan kembali menemui nya di tempat ini.
"Sasuke, berjanjilah untuk belajar yang rajin dan jangan pilih pilih teman, jika kau terus sehat dan sekolah mu baik, paman berjanji akan membawa Hinata untuk berlibur di sini." tutur Hyuga sambil mengusap perlahan puncak kepala Sasuke Uchiha ini.
Dan Sasuke mengangguk perlahan, bola matanya tergenang air mata.
Hinata pun masuk ke dalam mobilnya ia perlahan menurunkan kaca mobilnya dan memberikan lambaian terakhir pada temannya ini.
"Tu-tunggu..." ucap Sasuke.
Tsunade yang sedari tadi menemani dan ada di belakang Sasuke sedikit terkejut, matanya menyipit heran. Ia melihat Sasuke melepaskan kalung yang ia gunakan.
"I-ini untuk mu Hinata-chan, hanya ini yang bisa aku berikan untuk mu." tutur Sasuke.
Bola mata bulan itu sedikit terkejut "Bu-bukankah ini milik Oka-san mu Sasuke-kun?" Dan Sasuke mengangguk mengiyakan "benar, ini hal yang paling berharga yang aku punya, dan aku harap kau mau menyimpannya untuk ku."
Dan Hinata tersenyum cerah "Baiklah, aku akan menjaganya seperti aku menjaga diriku sendiri." ikrarnya.
Perpisahan manis yang terjadi di malam di bulan desember itu, Sasuke terus melambaikan tangannya pada mobil yang sudah berlalu dan perlahan hilang dalam pandangannya itu.
Dan Sasuke menyakinkan hatinya, temannya akan datang dan menepati janjinya, ia hanya perlu menunggu nya dan terus belajar seperti permintaan Hyuga Hiashi.
"Udara semakin dingin Sasuke-kun, mari aku antar kembali ke kamar mu." ucap Tsunade sambil memapah perlahan Sasuke kecil.
. . .
Memang benar,
Berharap pada manusia adalah hal yang menyakitkan.
Sama seperti musim yang terus berganti,
Pepohonan yang terus menggugurkan daunnya di musim gugur.
Bunga yang bermekaran begitu indah di musim semi.
Dan,
Udara yang menyesakkan di musim dingin.
Tahun yang menyakitkan terus berganti, dengan harapan akan janji manis dari temannya dimalam itu.
Yang kenyataannya.
Dimalam itu, untuk terakhir kalinya ia bertemu dengan temannya,
Sejak malam itu, Hinata tidak pernah datang untuk menepati janjinya.
Tapi,
Hidup masih terus harus berjalan bukan?
Hampir 20 tahun berlalu, dan kenangan manis akan temannya itu tidak pernah sekalipun Sasuke lupakan.
Sasuke kecil kini berubah menjadi lelaki dewasa yang penuh pesona.
Surai hitamnya yang pekat, bola mata sejelaga malam yang penuh kharisma, kulitnya yang seputih porcelain mampu membuat siapapun yang berpapasan dengannya untuk menoleh dua kali padanya.
"Teme, apa kau sudah baca surai yang aku kirimkan?" tutur Naruto rekan kerjanya lelaki bersurai kuning yang secerah mentari.
"Hn." respon Sasuke sambil tanpa minat melanjutkan aktivitasnya pada layar tablet miliknya.
"Kau belum membaca nya yah teme!" ucap Naruto yang sedikit kesal dengan rekan kerjanya ini.
"Urusai dobe, kau tidak lihat aku sedang mengerjakan apa saat ini! jika hal itu bisa kau handle lebih baik kau yang kerjakan, aku tidak mengerti dengan urusan administrasi kantor." jawabnya sambil tanganya tetap bergerak pada layar tablet nya.
Perlahan pintu ruang kerja terbuka, menampilkan wanita cantik berambut merah muda membawa tumpukan kotak makan siang.
"Biar aku saja yang memilahnya Naruto." ucap Sakura sambil menaruh kotak makan siang di meja tengah di ruangan itu.
"Kakashi-senpai kemana? aku tidak melihatnya sedari pagi?" tanya Sakura pada Naruto yang sibuk membuka kotak makan.
"Dia bilang ada pertemuan dengan seseorang." sambil menyumpit katsu yang di bawa Sakura "Wahhhh, enak sekali-ttebayo, kau beli di mana ini?" lagi sambil antusias melahap kotak makan siang nya ini.
Dan Sakura hanya memberi isyarat ibu jari sebagai jawabannya.
Yah,
Sasuke, Naruto dan Sakura awalnya hanya teman di universitas, berkat sponsor dari keluarga Hyuga, Sasuke bisa melanjutkan sekolahnya sampai tahap universitas.
Awalnya Kakashi Senpai yang merupakan senior mereka di fakultas yang sama mengajak Sasuke untuk menjalankan proyek yang diadakan kampus karena saat itu keahlian Sasuke dalam merancang sebuah gedung/banguan sudah diakui di angkatannya, dan Sasuke mengajak Naruto serta Sakura karena hanya mereka berdua teman yang dirasa dekat dengannya saat itu.
Entah mengapa, proyek yang mereka kerjakan mendapatkan hasil yang bagus, dan akhirnya dengan segala taruhan yang dilakukan Kakashi ia berhasil membuat perusahaan kecil awalnya tapi lambat laun, dengan keahlian yang dimiliki Sasuke, dan relasi yang dimiliki Naruto serta perhitungan matang dari seorang Kakashi dan jangan lupakan Haruno Sakura sebagai pengelola keuangan yang handal.
Perusahan ini berkembang begitu pesat menjadi perusahaan besar.
Semua perusahaan seakan berlomba untuk mendapatkan rancangan dari seorang Sasuke Uchiha, perusahaan perusahaan kontraktor rela memberikan berapapun yang diminta Sasuke agar mendapat rancangannya.
Karena sudah dipastikan, jika gedung atau bangunan membawa embel-embel rancangan Sasuke Uchiha bisa dipastikan akan menaikkan nilai gedung tersebut.
"Makanlah dulu Sasuke." ucap Sakura.
"Loh, kalian baru makan siang?" tiba-tiba suara berat menarik antensi mereka bertiga.
"Lebih cepat dari yang aku kira, kupikir kau akan pulang sore Kakashi-senpai." ucap Naruto sambil terus menghabiskan kotak makan siangnya.
Tukkk Sakura memupuk Kepala teman bodohnya ini dengan botol air yang ia genggam "Presdir... Naruto, kau ini yah..."
Dan Naruto hanya membalas dengan cengiran khas nya.
"Yah, tidak terlalu berjalan dengan baik pertemuannya." jawab Kakashi acuh sambil memainkan ponselnya.
"Sakura bisa kau periksa dahulu surai yang aku kirim ke emailmu barusan?"
Dan Sakura mengangguk patuh sambil berjalan ke meja kerjanya untuk memerika email sesuai arahan presdir nya ini.
"Ada banyak proposal yang masuk presdir." ucap Sakura.
"Hem, yah kita hanya perlu memilah dan mempertimbangkan mana yang memberi keuntungan untuk perusahaan kita." titah Kakashi.
"Ada beberapa perusahan yang bahkan namanya tidak pernah aku dengar" ucap Sakura sambil perlahan membaca rentetan daftar perusahaan yang mengirim proposal pada perusahannya.
"Hyuga corporation?" tanya Sakura pada dirinya sendiri, sangat perlahan, kata yang diucapkan Sakura sangat perlahan bahkan Kakashi yang dekat dengannya saja tidak mendengar apa yang diucapkan junior nya ini.
Tapi, diujung ruangan ini.
Onyx nya membesar, ia yang sedari asik duduk di meja kerjanya reflek berdiri dan membuat Naruto sedikit terkejut.
"Bi-bisa kau ulangi apa yang kau baca Sakura?" pinta Sasuke.
Dada Sasuke seakan bergemuruh dengan hebat, mendengar nama itu membawa perasaan aneh dalam tubuhnya.
"Hn?" tanya Sakura bingung.
"Ma-maksud ku, perusahaan apa yang kau sebutkan tadi?" ucap Sasuke untuk pertama kalinya ia terlihat gugup di hadapan teman-temannya ini.
Sakura termenung sesaat "Hyu-hyuga corporation maksud mu?"
.
.
.
Demi malam yang selalu menemani ku dalam kesunyian, aku selalu membayangkan menuliskan nama mu di pekatnya langit malam. Mungkin jika bisa, langit malam akan penuh dengan ukiran nama mu dari pada bintang yang berkilau.
Akhirnya,
Setelah tahun-tahun yang aku lewati,
Bisakah aku menaruh harap untuk bertemu dengan mu kembali.
Hinata?
_tbc_
Hai... selamat malam semuanya,
Tiba-tiba aku malah membawa cerita fiction yang tidak jelas bukannya menyelesaikan hutang cerita yang masih tersisa.
Maaf ya,
Semoga satu persatu bisa aku selesaikan secepatnya.
Mohon kritik dan sarannya supaya di chapter selanjutnya ada perubahan yang lebih baik dari chapter ini.
Sampai jumpa di chapter berikutnya,
Semoga kalian sehat selalu.
Oyasuminasai...
