Title: Secret of Two

Pair: Naruto x Alice

Rate: T

Genre: Romance, General, Family

Summary: Mengalami sebuah peristiwa yang membuat dirinya kehilangan sebagaian ingatannya, Naruto menjalani kehidupan baru dan menginginkan AmuSphere. Pemuda itu bertemu gadis aneh yang mengundangnya ke acara yang berhadiah AmuSphere. Serta mengulik lebih jauh pribadi dari Alice yang selalu membuatnya penasaran.


START


"Bagaimana tadi pendaftarannya, lancar?"

"Lancar Kaa-chan, mulai senin aku baru akan masuk."

Naruto mendapati ibunya yang setelah memotong beberapa sayuran, kali ini menghampirinya lalu menangkup kedua pipi bergaris milik anak semata wayangnya itu.

"Kamu gak apa-apa? Apa terjadi sesuatu hari ini?"

Naruto sedikit tertawa, "Tidak ada, Kaa-chan. Aku sehat kok." Pemuda itu mengelus tangan putih milik ibunya yang sedang menatapnya khawatir.

"Kalau begitu kamu istirahat lagi ya, nanti kalau makan malam akan Kaa-chan panggil. Ayahmu juga akan pulang sebentar lagi."


'Yah, tidak heran sih kalau Kaa-chan masih khawatir kepadaku. Aku baru sebulan keluar dari rumah sakit dan rehabilitasi.'

Naruto duduk pada kursi belajar satu-satunya yang ada di kamarnya itu lalu mengambil sebuah bingkai foto kecil yang menampilkan dirinya bersama kedua orang tuanya. Sebuah kilatan memori muncul dalam kepalanya, tanpa ada ingatan lebih jauh daripada itu. Keduanya, Kushina dan Minato, memang benar adalah orang tuanya. Terlebih dari bagaimana perilaku kasih sayang yang mereka berikan pada pemuda itu. Namun nahas, sebuah kecelakaan membuatnya kehilangan sebagian dari seluruh memori yang dia punya.

Dia menatap jendela luar.

'Hujan, huh. Aku tidak terlalu suka hujan entah kenapa. Tapi aku pernah berpikir, apakah diriku yang dulu menyukai hujan?'

*FLOP!*

Dia menjatuhkan badannya menuju kasur, lalu membuka kunci ponselnya untuk sekedar ingin melakukan sedikit browsing. Lalu matanya sedikit melebar ketika membaca suatu headline dari berita bertema gaming.

'Sepertinya seru juga kalau aku bisa ikut bermain menggunakan AmuSphere, tapi harganya sangat mahal sekali. Hahh…'

AmuSphere, sebuah perangkat VR fulldive yang dapat memanjakan para pemainnya dalam memainkan game dengan pengalaman luar biasa. Seperti bermain dalam dunia yang berbeda dengan dunia nyata.

'Hmm, apa aku cari kerja part-time ya? Lalu menabung untuk membeli AmuSphere. Kirigaya antusias banget kalau udah ngomongin itu.'

Naruto pertama kali berteman dengan Kirigaya Kazuto ketika pemuda itu ingin mendaftar pada sekolah Tokyo Highschool (THS). Kirigaya adalah salah satu siswa yang membantu Naruto dalam menyelesaikan pendaftaran sekolahnya. Naruto tampak sangat nyambung dengan pembicaraannya dengan Kirigaya sehingga keduanya mengobrol banyak sampai ranah gaming.

'Setelah keluar dari rumah sakit memang aku sudah tertarik sih dengan AmuSphere…'

Kepalanya yang sedang bersandar dengan bantal membuat matanya mengantuk, sampai kesadarannya juga menjauh hingga pandangannya menggelap.


Naruto mengambil napas pelan. Menatap gerbang sekolah yang terbuka lebar untuk tempat masuk para murid. Beberapa pasang mata tertuju ke arahnya, mungkin karena mereka belum pernah melihat pemuda itu sebelumnya. Tentu saja, ini adalah hari pertamanya ke sekolah. Atau mungkin rambut pirangnya yang cukup membuat banyak perhatian.

Naruto berjalan masuk, setelah mengkonfirmasi dirinya pada ruang guru, dia menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

"Hmm, sepertinya yang ini. Baiklah…"

Pemuda itu menggeser pintu kelas, pemandangan kelasnya bisa dibilang mulai ramai karena sudah hampir memasuki jam pertama. Tidak lama setelah itu dia melihat Kirigaya menghampirinya.

"Yo, Namikaze. Kau di kelas ini?"

"Uhh, iya. Aku tidak tahu kalau aku akan sekelas denganmu."

"Hey, aku justru senang. Kau bisa duduk di sana."

Kazuto menunjuk pada tempat duduk kosong yang berada di baris ketiga. Tidak terlalu depan, tidak terlalu belakang. Naruto mengangguk dan duduk pada tempatnya. Dengan bantuan Kirigaya lagi, Naruto berkenalan dengan teman-teman barunya pada sekolah barunya.


Naruto keluar dari ruang guru setelah berbicara dengan Asuma-sensei, guru yang menjadi wali tempat kelasnya berada, menyuruhnya untuk mencari klub. Naruto masih berdiri di lorong yang sama sembari memikirkan klub apa yang ingin dia masuki. Bersamaan dengan itu juga, dia melihat mading yang ditempeli oleh poster-poster. Mungkin dia bisa mulai dari sini dulu. Sampai dia mendengar suara bisikan dari belakang telinganya.

"Kamu diperhatikan oleh hantu sekolah ini loh."

"WHOA!"

Naruto sedikit melompat akibat suara tersebut dan langsung menoleh ke belakang. Dia lalu mendapati seorang gadis yang sedang tersenyum simpul seolah tidak merasa bersalah sudah membuatnya terkejut.

Gadis itu memiliki rambut pirang keemasan panjang dengan pita putih di atas poni, kemudian terdapat dua ruas rambut yang menghiasi kedua sisi wajahnya. Matanya berwarna kebiruan cerah dan memakai seragam THS yaitu blazer hitam dan rok pendek hitam. Gadis itu memakai stocking berwarna putih, dan yang membuat Naruto aneh adalah gadis itu memakai sarung tangan hitam yang menutupi seluruh tangannya.

"Uhh, hantu? Di mana?" Naruto meneguk ludahnya, jujur dia cukup takut dengan hantu atau semacam roh tak kasat mata.

"Dia setinggi tiga meter, lalu badannya harus membungkuk untuk bisa memperhatikan wajahmu dari dekat. Sedekat ini." Gadis itu memperlihatkan jarak 'ini' dengan kedua tangannya, mata Naruto membulat. Tidak dipungkiri bulu kuduknya mulai merinding.

"Be..benarkah?"

Tapi gadis itu malah tertawa, "Tidak kok, aku hanya bercanda. Aku tidak bisa melihat hantu atau semacamnya."

'HAAHH? Apa-apaan? Dasar gadis aneh.'

"Namaku adalah Alice, Alice Zuberg. Apa kamu murid baru di sini?"

"Ya, begitulah. Asuma-sensei menyuruhku untuk mencari klub. Oh iya, namaku adalah Naruto Namikaze. Bebas memanggilku apapun. Maaf jika aku belum tahu, apa kau dari kelas yang sama denganku, Zuberg?"

Alice memiringkan kepalanya, "Sepertinya tidak, sebenarnya aku melihatmu keluar dari kelas sebelahku. Jadi kelas kita bersebelahan."

"Ahh, begitu. Jadi? Ada urusan apa denganku?"

"Namikaze-kun kan ya, ingin makan siang bersama denganku?"

"Huh?"

Naruto membalas tatap gadis berambut keemasan di hadapannya ini. 'Hmm, gadis yang aneh. Tapi wajahnya cukup manis sih, jarang-jarang aku diajak makan bareng cewek. Ehh…kalau dia ingin menjebakku, bagaimana?'

"Hihi, aku tidak ada motif aneh-aneh kok. Aku hanya ingin mengundangmu ke suatu acara." Ujar gadis itu seolah membaca ekspresi dari Naruto.


Naruto dan Alice duduk berhadapan pada salah satu meja yang dapat diisi oleh empat orang. Kantin atau kafetaria sekolah itu masih ramai karena waktu istirahat. Dengan banyak tersedianya menu dalam kafeteria, Naruto memesan nasi omurice, sedangkan Alice memesan nasi dengan karaage.

"Nah, sebelum itu aku ingin mengundangmu ke klub ku."

"Oh? Aku kira kau tidak akan menawarkannya padaku. Baiklah, aku masih mendengarkan."

Alice belum menyentuh nasi panas di depannya, "Klub kami adalah Klub Kemisterian. Karena kita kekurangan anggota, klub kita mungkin bisa dibubarkan."

'Wah, gawat juga kalau begitu. Dari namanya sih, cukup menarik.'

"Apa yang kalian lakukan sebagai klub?" Naruto bertanya.

Kali ini Alice memalingkan matanya, "Uhh, itu…kita…umm…"

'Oi, kau serius kan…' Naruto malah sweatdrop. Alice yang melihat itu langsung seolah mencari alasan, "Ta-tapi kita termasuk aktif! Dan kalau kau ikut dalam klub kami, aku akan mengundangmu ke sebuah acara yang terdapat hadiah di dalamnya!"

Naruto menghela napas sesaat, tidak lupa mulai memakan omurice miliknya, "Hm, hadiahnya apa memangnya?"

"Satu set AmuSphere."

"!"

Pemuda itu tersedak beberapa kali mendengar hal tersebut, Alice memberinya segelas air dan Naruto berkata terima kasih.

"Apa! Kau serius?"

Ekspresi dari gadis itu belum berubah, dan mengangguk, "Iya, kafe milik Otou-sama, maksudnya milik ayahku, sore ini akan mengadakan sebuah acara kuis yang berhadiah AmuSphere."

'Oi, oi! Satu AmuSphere saja sudah sangat mahal. Ini Satu set langsung! Visor dan aksesoris lainnya!'

Naruto meneguk ludah, "Sebuah kesempatan yang tidak bisa kulewatkan. Baiklah, aku terima tawaran masuk klub mu itu."

"Benarkah? Terima kasih banyak!" Sebuah gerakan tiba-tiba dari Alice, yaitu dia menggenggam tangan milik pemuda itu, membuatnya terkejut dan juga sendoknya ikut terjatuh. Apalagi ekspresi gadis itu yang mendadak suaranya meninggi, membuat beberapa pasang mata tertuju ke arahnya.

Menyadari jika tubuhnya maju terlalu jauh, Alice mendudukkan dirinya lagi dan melepas tangan pemuda itu. "Ma..maaf, aku terlalu bersemangat."

"Uhh, tidak apa-apa. Aku juga sebenarnya sedikit terkejut, haha." Naruto seolah melihat sisi lain dari Alice yang terlihat sangat kalem. Namun, pertanyaan lain juga muncul dalam kepalanya.

"Oh iya, kenapa kau tawarkan hal ini padaku? Memangnya ayahmu itu tidak mau bermain dengan AmuSphere juga? Setahuku orang dewasa juga banyak yang pakai."

"Ah, itu…" Alice memasukkan nasi ke dalam mulutnya, lalu melanjutkan, "...Otou-sama tidak bermain AmuSphere. Lalu aku juga sudah punya. Jadi daripada diberikan secara cuma-cuma, Otou-sama membuka sebuah acara kuis."

"Oh, begitu.." Naruto sedikit berpikir. 'Kalau begitu, harus aku menangkan ini!'

"Oh iya, kamu juga boleh ajak temanmu untuk ikut. Untuk bisa membantumu."

Naruto mengangguk mantap, dengan wajah Kirigaya yang terbayang dalam kepalanya secara Naruto akan mengajak dia untuk ikut dengan acara tersebut.

Kemudian matanya tertuju pada satu hal, tangan yang tertutupi oleh sarung tangan hitam yang dipakai oleh gadis itu. Naruto berpikir cuaca musim ini juga tidak terlalu dingin untuk seseorang memerlukan sarung tangan. Dan dia cukup bimbang ingin bertanya atau tidak mengenai hal tersebut.

'Mungkin karena tangannya pernah terluka atau mungkin ada tato? Yang intinya dia tidak ingin menunjukkan tangannya pada siapapun. Umm, nanti saja deh bertanya. Kita juga belum terlalu dekat.'

"Zuberg, apa kau tidak makan siang bersama temanmu?"

Gadis itu hanya menatapnya sambil masih mengunyah makanan yang tersisa di hadapannya, menggeleng perlahan, "Aku tidak terlalu banyak teman. Sebenarnya ada sih tapi dia bersekolah bukan di sini. Jadi biasanya aku sendiri."

Naruto justru merasa bersalah sudah menanyakan hal itu, terlebih gadis itu berkata dengan ekspresi biasa tanpa ada rasa sedih sedikitpun, membuatnya makin bersalah, "Ah, begitu. Maaf sudah bertanya hal yang mungkin mengganggumu."

"Tidak apa-apa, orang-orang juga menyebutku gadis aneh dan misterius. Jadi hal ini sudah biasa."

'Maafkan aku sudah memanggilmu gadis aneh! Maafkan aku sudah memanggilmu gadis aneh! Please!'

"Benarkah? Kau tidak terlalu aneh sih menurutku. Malahan, aku pikir kau adalah gadis yang cukup menarik untuk kuajak berbicara."

"Ahaha, terima kasih. Tidak pernah ada yang berkata seperti itu padaku." Ucap Alice dengan pipi bersemu merah, menunjukkan ekspresi bahagianya pada pemuda itu.

Naruto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Haha, bukannya aku ingin sombong, aku punya banyak teman, atau itu yang mungkin Kaa-chan katakan padaku."

"Hm? Apa maksudnya dengan hal itu, Namikaze-kun?" Alice memiringkan kepalanya.

Makanan mereka sudah habis dan kafeteria juga mulai ditinggalkan oleh banyak murid.

"Aku sebenarnya mengalami lupa ingatan sebagian. Dan aku lupa dengan teman-teman yang sudah kubuat pada sekolah lamaku."

Naruto dapat mendengar suara napas yang tertarik oleh gadis itu, dia tersenyum kecut dengan reaksi tersebut.

"Jadi karena itulah…kamu pindah ke THS?"

Pemuda itu melepas napas lelah, "Sayang sekali, itu benar. Karena aku cukup depresi saat itu. Dan kebetulan juga orang tuaku memutuskan untuk pindah dan seperti memulai kehidupan baru di sini. Kehidupanku sih, tepatnya."

Ketika Naruto mengetahui sisi lain dari Alice, Alice juga mengetahui fakta lain dari Naruto Namikaze.


"Jadi? Kau menerima tawarannya dan akan ikut dengan kuis ini?"

"Ya! Lumayan kan, siapa tahu aku bisa dapat hadiah itu."

"Nee, Kirito-kun. Kenapa aku juga harus ikut dengan ini?"

"Hah? Bukannya aku sudah bilang tidak apa-apa jika kau pulang saja, Asuna? Aku hanya ingin menemani teman baruku untuk mendapatkan AmuSphere pertamanya."

Naruto sedikit salah tingkah dan merasa tidak enak dengan sepasang muda mudi ini, "Maaf, umm…Yuuki-san, kan? Aku tidak tahu kalau Kirigaya punya pacar, haha."

Asuna menatap Naruto, "Tidak perlu minta maaf juga sih. Lagipula karena aku juga sudah punya AmuSphere, kenapa tidak aku ikut bersama kalian?"

"Benarkah? Terima kasih, Yuuki-san!"

Di tengah perjalanan, Naruto sempat berpikir pada dirinya sendiri, 'Oh iya, kenapa dari sekian banyak orang yang ada. Harus aku yang diajak bicara oleh Zuberg. Maksudku, harusnya kan dia bisa mengajak siapapun dari kelasnya atau semacamnya. Uhh…agak pusing sebenarnya memikirkan ini, tapi sudahlah!'

Mengikuti arahan peta yang sudah ditunjukkan oleh Alice, Naruto berhenti pada suatu bangunan di pinggir jalan utama yang berukuran kecil yang bagian depannya terdapat banyak kursi. Bagian depannya ditutupi oleh semacam payung besar pada setiap mejanya. Sangat memberikan kesan kafe bagi para orang-orang yang melihatnya.

"Mungkin di sini? Ayo kita masuk."

Suara lonceng dapat terdengar ketika Naruto membuka pintu terdepan kafe tersebut. Aroma kopi memasuki indra penciumannya saat ketiganya menapakkan kaki di dalam. Terdapat banyak gambar-gambar dengan tema vintage memenuhi salah satu dinding kafe, pada sisi yang lain terdapat tumbuh-tumbuhan kecil dalam pot, lalu ada juga cangkir-cangkir klasik yang terpajang menambah rasa kenyamanan untuk siapapun yang singgah di dalamnya untuk sekedar bersantai atau mengobrol.

"Kamu akhirnya datang, Namikaze-kun!"

"!"

Seorang gadis, tepatnya Alice, menghampiri mereka dengan senyum simpul. Yang membuat Naruto terkejut adalah pakaian yang sedang gadis itu kenakan. Alice memakai kimono biru dengan motif bunga kuning serta apron putih hampir menutupi seluruh bagian depan tubuhnya.

Naruto memperhatikan gadis itu sesaat, "Ahh, iya. Aku juga membawa temanku. Mereka adalah Kirigaya Kazuto dan Yuuki Asuna."

"Yo!"

"Salam kenal! Umm.."

Alice tersenyum pada mereka, "Alice Zuberg. Selamat datang di kafe milik ayahku."


Naruto akhirnya baru mengetahui jika Alice bekerja untuk kafe milik orang tuanya sendiri, Bercouli, yang terlihat bekerja dibalik meja bar counter, sedangkan Alice yang menjadi pelayan pada kafe tersebut.

"Aku senang sekali kedatangan teman dari Alice-chan. Meski aku tahu kalau kau ingin mengikuti kuis itu, tapi aku harap kau tetap memesan sesuatu di kafe ini." Bercouli menyambut mereka hangat.

Naruto yang sudah duduk pada kursi meja bar, "Tentu saja, paman! Aku justru merasa tidak sopan jika hanya datang tanpa membeli."

Sedangkan Kazuto terlihat sedang mengobrol dengan Asuna

"Apa yang ingin kamu pesan, Namikaze-kun?" Alice menghampirinya.

"Sebentar. Cappuccino dan croissant."

"Cappuccino dan croissant ya. Ada lagi?"

Naruto melirik pada Alice, menyadari sesuatu. Ternyata sarung tangan hitam itu masih dipakai olehnya. Mengikuti arah mata pemuda itu, Alice tidak perlu waktu lama untuk mengetahui apa isi pikiran dari Naruto.

"Kamu penasaran dengan ini, Namikaze-kun?" Alice berkata sambil menunjukkan tangannya. Naruto mengangguk pelan, serta mata safirnya terlihat bertanya pada gadis itu 'apakah aku sudah bertanya hal yang sensitif?'.

"Maaf, tapi aku masih belum bisa mengatakannya padamu."

"Ohh, tidak. Kau benar, kau tidak perlu berkata maaf padaku." Meski tersenyum, nada pemuda itu tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Namun Naruto paham, dan harus tahu diri. "Dan yah, tidak ada tambahan apapun, Zuberg."

Naruto melihat Alice menuju meja lain. Dia disikut oleh Kazuto, "Kau bicara apa tadi dengannya? Sepertinya dia kecewa gitu."

"Ti-tidak ada. Hanya salah bicara saja."

Naruto menghabiskan sedikit waktunya dengan mengobrol bersama Kazuto dan Asuna sembari menunggu acara kuisnya dimulai. Pada sela-sela waktu, Naruto melihat terdapat sekelompok orang yang cukup nyentrik. Pemuda itu menyebutnya kelompok cosplay dan kelompok geng motor. Karena kelompok cosplay datang dengan memakai kostum karakter salah satu game di dalam Sword Art Online (SAO), sedangkan kelompok geng motor datang dengan suara motor yang berisik dan memakai jaket kulit hitam.

Bercouli mendekatinya pemuda itu.

"Oh, ya. Hey pirang, kau sudah tahu kalau kuis ini perlu berkelompok sebanyak 4 orang?"

"Eh? Benarkah? Aku baru dengar itu. Hmm, kalau hanya begini sih berarti cuma bertiga untuk kelompokku."

Lalu dia menyadari kelompok cosplay dan kelompok geng motor ternyata datang dengan masing-masing 4 orang, keduanya juga sudah berbicara dengan Bercouli mengenai partisipasinya dengan kuis tersebut. Kelompok cosplay terlihat seperti pemuda-pemudi yang seumuran sama dengannya, sedangkan kelompok geng motor terlihat seperti sekelompok pria yang sudah berumur diatas 30an.

"Tidak apa-apa, aku akan masuk ke dalam kelompok Namikaze-kun." Naruto melihat Alice mendekatinya, "Bagian shift ku juga sudah selesai kan, Otou-sama?"

"Baiklah, kelompok dari Namikaze Naruto sudah masuk dalam acara kuis!"

Bercouli memanggil ketua dari masing-masing 3 kelompok yang mengikuti kuis tersebut. Dari geng motor sudah dipastikan orang bernama James, sedangkan dari kelompok cosplay seorang perempuan berkacamata yang bernama Akari.

"Dari kelompok kalian, siapa ketuanya?"

Alice, Kazuto, dan Asuna tidak mengatakan apapun. Tetapi mata mereka semua tertuju pada Naruto. "Eh? Aku? Uhh, baiklah~"

Bercouli berdiri di tengah kafe menghadap ke tiga kelompok.

"Perhatian semuanya! Aku harap kalian masih menikmati makanan dan minuman dari kafe kami. Mari kita buka acara yang pemenangnya akan mendapatkan hadiah premium satu set AmuSphere! Oleh karenanya di sini-"

"Umm, permisi. Toilet ada di mana ya?" Tiba-tiba saja seorang pria bertanya dan memotong pembukaan acara dari Bercouli.

"Ada di pintu pertama sebelah kanan." Mau tidak mau Bercouli harus melayani pria random tersebut.

"Ehem! 3 kelompok! 9 pertanyaan! 3 ronde! 1 pemenang!"

Kuis akan berjalan sebanyak 3 ronde. Setiap ronde, tiap tim akan diberikan 3 pertanyaan. Jika jawaban benar maka tim tersebut akan mendapat poin. Tim dengan poin terbanyak yang akan memenangkan satu set AmuSphere.

Namun, seorang dari geng motor, jika Naruto tak salah dengar namanya adalah James, merasa tidak terima, "Hey! Anakmu itu berpartisipasi juga dalam hal ini? Apa kau sedang bercanda? Aku merasa ada kecurangan kalau begini?! Kalau seperti ini-"

*BRAK!*

Bercouli menaikkan kakinya pada salah satu kursi di depan James, memberatkan suaranya, "Jadi, maksudmu Alice-chan tersayang ku adalah gadis yang akan melakukan kecurangan?"

Sedangkan James terlihat berkeringat, "A-apa?"

"Kuis ini adalah acara MILIK KU. Apa kau benar-benar beranggapan bahwa aku akan curang dalam acaraku sendiri?"

"Ti-tidak, maksudku.."

"Jadi kau beranggapan bahwa, anak ku, Alice-chan tersayang ku, akan melakukan kecurangan?"

"Bukan! Aku hanya-"

"Kau secara tidak langsung sudah menghina anak perempuanku. DI DEPAN KU. Tidak ada seorangpun yang boleh melakukan hal tersebut. Kau paham, James?"

Alice akhirnya angkat bicara pada Bercouli, sambil tersenyum simpul, "Tidak apa-apa, Otou-sama. Aku tidak tersinggung sama sekali."

*BRAK!*

"Huh, kau beruntung karena anakku adalah orang yang pemaaf, James. Lain kali jika kau menghinanya lagi, aku tidak akan sebaik hari ini. TIDAK. DI. HADAPANKU. Paham?"

"Baik! Baik! Aku minta maaf!"

Naruto yang sudah duduk bersama dengan yang lainnya pada meja melingkar, sweatdrop, "Ayahmu itu, cukup seram ya."

"Tenang saja, Otou-sama itu orangnya sangat baik kok. Mungkin hanya sedikit tegas saja." Alice yang berada di sebelahnya hanya tersenyum, terbiasa dengan sikap Bercouli. Kazuto yang juga berada di sebelah Naruto ikut menyeletuk, "Tapi, si James itu terlihat menyebalkan gak sih?"

"Aku juga merasa seperti itu." Asuna menambahkan.

Bercouli menyiapkan papan kecil untuk dirinya sendiri. Kemungkinan besar adalah untuk daftar pertanyaan dan jumlah skor.

"Baiklah, tim Naruto. Apakah sudah siap?"

"Siap, paman!"

"Tim Akari. Siap?"

"Siap!"

"Tim dari Tuan minus50poin, apakah kau siap?"

"Hah!? Apa?"

Bercouli justru menggeleng kecewa secara sarkastik, "Ck ck ck, awalan yang buruk untuk tim James. Kau dikurangi 50 poin karena tidak siap."

"APA!?"

"Baiklah, tim Naruto. Kau yang pertama, 3 pertanyaan!" Tidak menghiraukan perkataan James, Naruto sedikit menegang. Naruto sedikit tersentak dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Seperti follower terbanyak di Twitter, kapan runtuhnya tembok Berlin, dan nama tengah seseorang terkenal. Dengan diskusi yang mereka lakukan, tim Naruto dapat menjawab dua pertanyaan pada ronde pertama.

"Pertanyaannya cukup sulit, aku ingin tahu bagaimana tim lain menjawabnya." Naruto mengusap dagunya. Diluar dugaan, kedua tim lainnya tidak gagal dalam menjawab 3 pertanyaan, membuat tim Naruto yang sementara ini sedang tertinggal. Tim James mampu mengejar ketertinggalannya.

"Giliran tim Naruto! Berapa diameter dari Bumi? Pembulatan juga tidak apa-apa."

Asuna kali ini bersuara, "Aku tahu ini! Sekitar 12.000 km."

"Kalau mau lebih pasti lagi, 12.700 km." Ucap Kazuto. Naruto cukup yakin dengan teman-temannya sehingga dia menjawab, "12.700 km."

"Sangat mendekati! Poin untuk tim Naruto!"

"Yosh!"

"Nah pertanyaan selanjutnya. Berapa lama tubuh manusia yang mati akan dekomposisi lalu hanya akan bersisakan tulang saja?"

Naruto meneguk ludah, "Tch, yang ini susah. Hmm…"

"1 bulan 14 hari." Alice berkata di sebelahnya.

Naruto sedikit tertawa, "Haha, jawabanmu sangat detail sekali. Bagaimana kau tahu?"

"Hanya sebuah rahasia yang tidak perlu kuceritakan."

"Oh? Aku semakin penasaran kalau begitu."

"Baiklah, aku dan Otou-sama pernah membunuh seseorang."

Di saat itu juga Naruto berhenti tertawa, "Apa kau bilang?"

"Aku dulu punya adik, namanya adalah Alicia. Waktu itu rumah kami kerampokan, pria itu yang membunuh adikku. Karena ketahuan oleh kami, Otou-sama akhirnya berhasil menangkapnya."

"..."

"Dibutakan oleh dendam. Otou-sama membunuh pria itu, lalu menaruh mayatnya di basement. Otou-sama yang juga terkejut tidak ingin menuju penjara, akhirnya kami memutuskan untuk tetap menaruhnya di basement. Setelah pemakaman adikku, aku tidak bisa menghilangkan pikiran tentang mayat yang masih ada di bawah rumah kami. Jadi setiap pulang sekolah, aku mengeceknya setiap hari."

"Umm.." Asuna tidak bisa berkata apapun.

"Darah kering ada di sekitar tubuhnya. Pertama-tama mayat itu akan masuk dalam tahap rigor mortis. 3 hari setelahnya, sel-sel mulai mati. Seminggu, tubuh akan berubah warna hingga kehijauan gelap. 2 minggu, gigi dan kuku terlepas. 1 bulan, tubuh sudah berbentuk benda lunak kehitaman. Lalu 1 bulan 14 hari, post mortem, atau hanya tulang yang bersisa."

Kazuto bahkan ikut meneguk ludah.

"Setelah itu, kami menghancurkan tulangnya dan membuangnya ke sungai. Setelah dua bulan, hanya tersisa darah kering."

"Zu-Zuberg. Apakah itu.."

Alice kemudian menatapnya dengan senyuman miring.

.

.

.

"Tentu saja aku hanya bercanda."

"Hah!?"

"Oh, syukurlah."

"Kau benar-benar membuat kami takut!"

Naruto tanpa sadar melepas napas yang sudah tertahan selama ini, dan gadis itu hanya bercanda saja? 'Perempuan ini menyeramkan!'

"A-aku jujur masih belum terbiasa dengan 'candaan' milikmu itu. Haha.."

Alice masih tersenyum seperti biasa.

"Selain itu, aku tidak punya adik dan juga rumah kami tidak memiliki basement. Aku hanya pernah melihat suatu investigasi peristiwa pembunuhan saja."

"Tim Naruto! Apakah sudah memiliki jawaban?"

Naruto bahkan sampai lupa kalau dia masih berada pada tengah-tengan menjawab kuis.

"Eh, iya!"


Meski merupakan awalan yang bagus dari tim cosplay dan tim geng motor. Keduanya juga ternyata bisa salah menjawab karena terlalu cepat dalam memutuskan jawaban atau tidak berdiskusi terlebih dahulu bersama timnya, tidak seperti tim Naruto.

"Baiklah! Sudah di penghujung acara. Sudah saatnya kita mengumumkan pemenangnya!"

Bercouli sedikit membenarkan pakaiannya, ekspresinya terlihat puas ketika melihat papan kecil di tangannya.

"Huh? Sudah selesai? Apakah kita yang menang?" James terlihat tidak sabar. Sedangkan Naruto mulai gugup.

"Ehem! Pemenangnya adalah…tim Naruto!"

Naruto membulatkan matanya, "Woah! Sungguh?! Yeah!"

"Cih! Kalau dari awal sudah begini, lebih baik aku tidak ikut saja kalau begitu! Lebih baik kita pergi saja!" James menghentakkan kakinya keluar dari kafe bersama timnya.

"Ini dia! Satu set AmuSphere lengkap." Bercouli mengeluarkan semacam kotak kardus besar yang terdapat gambar AmuSphere. Naruto semakin antusias, "Wah! Aku tidak tahu kalau aku bisa mendapatkannya! Terima kasih, Paman Bercouli-san!"

"Hahaha! Selain karena tim kalian mendapat poin tertinggi, aku tidak terlalu suka dengan si James itu." Senyum masih belum menghilang dari wajah Bercouli.

"Ahaha, aku bisa lihat itu sih."

"Selamat Namikaze! Akhirnya kau berhasil mendapatkannya!" Kirito memberi selamat padanya, Asuna ikut tersenyum berada di belakang pemuda berambut hitam itu. "Ya! Ini juga berkat kalian!"

"Namikaze-kun, selamat atas hadiahnya ya!"

"Alice!"

*GREP!*

Tanpa aba-aba, Naruto memeluk tubuh gadis yang lebih pendek darinya itu. Alice yang terkejut tidak dapat menyembunyikan semburat merah di wajahnya, semua ini terlihat tiba-tiba. Ekspresi yang jarang dikeluarkan olehnya, mengingat gadis itu lebih sering terlihat tenang dan sedikit bicara. Dan apakah dia tidak salah dengar kalau Naruto memanggil dengan nama depannya?

"Terima kasih, Alice! Terima kasih sudah mengundangku! Kau tidak tahu dari dulu aku sudah menginginkannya."

Melihat ekspresi lepas dari pemuda di hadapannya, Alice akhirnya tersenyum padanya. Menepuk punggung pemuda itu, "Sama-sama, Naruto…-kun"

Naruto pun pulang dengan hadiah yang berhasil dia dapatkan bersama Kirito dan Asuna juga ikut mengucapkan selamat tinggal. Selain itu karena kafe juga akan tutup sebentar lagi.

"Haha, si bocah Naruto itu sangat menarik kan, Alice-chan? Kalian berteman?"

"Ti-tidak juga, aku bahkan baru bertemu dengannya hari ini. Setidaknya dia tidak memanggilku gadis aneh seperti yang lainnya."

Namun, ekspresi dari gadis itu tidak dapat membohongi sang ayah. Dengan wajah sedikit memerah, Alice meninggalkan pria berambut kebiruan tersebut. Tertawa kecil.


"Jadi, kamu dapat hadiah ini dari acara kafe milik temanmu?"

"Iya, Kaa-chan."

"Beruntung sekali kalau begitu! Aku tidak tahu kalau kamu ingin sekali alat itu, Naruto."

"Umm, aku tidak ingin memberatkan kalian. Dan aku ingin mendapatkannya dengan usahaku sendiri, Tou-chan. Tapi memang benar sih, aku sangat beruntung. Aku jadi merasa berhutang budi sama Alice."

Kushina tiba-tiba saja menyala matanya, "Eh? Siapa namanya? Alice? Apakah dia perempuan?"

"Hm? Iya begitulah, dia juga salah satu teman pertama yang kubuat saat tadi di sekolah."

Minato yang awalnya duduk di meja makan, langsung beranjak pergi. "Baiklah, semoga beruntung Naruto."

"Eh? Apa maksudnya Tou-"

*BRAK!*

"Sekarang ceritakan semuanya pada Kaa-chan! Bagaimana ciri-cirinya, sifatnya, alamat, tempat tanggal lahir, hobi…"

Naruto baru menyadari dirinya tidak bisa kemanapun sekarang, dan ayahnya yang sama sekali tidak kasihan dengan anaknya tersebut malah meninggalkannya begitu saja. 'Pantas Tou-chan terlihat buru-buru begitu!'

"Ta-tapi aku kan baru bertemu dia hari ini.."

"Oh, kalian sudah dekat? Sedekat apa? Jangan lupa pakai pengaman kalau misalnya kalian ingin.." Tatapan lapar sang ibu membuatnya keringat dingin, dia lupa dengan sisi Kushina yang seperti ini. Tunggu, kan memang dia pernah hilang ingatan?

"Tou-chan! Tolong aku!"

Interogasi itu berlanjut hingga bulan tidak menampakkan sinarnya lagi.


TBC.

Next adalah bagaimana Naruto mendapat amnesia! Dan mungkin kejutan lain (´ ꒳` )