Malam kelam amat sangat menegangkan. Guyuran air hujan membasahi kota kecil bernama Pulau Rintis. Padahal, ini baru malam pertama ia menginjakkan kaki di kota yang terkenal akan keramahan warganya. Namun, entah mengapa ia tak dapat merasakan itu semua malam ini.
Petir menyambar ke segala penjuru, memperlihatkan cahaya sekilas nan menakutkan serta suaranya yang memekakkan telinga. Banyak orang mungkin bergelung ketakutan dalam selimut tebal di kamar. Namun, berbeda dengannya. Ketika orang lain ketakutan dengan suara petir, ia justru ketakutan pada malam yang kian larut. Terlebih ketika waktu menunjukkan pukul tengah malam.
Bibir tipis merah muda itu terus bergumam hal yang sama. Berusaha untuk tetap tenang.
"Jangan takut. Kamu suda terbiasa, relaks ..." Ia bergumam. Menyugesti dirinya agar tenang ketika tiba-tiba saja suasana tidak enak terasa.
Tubuhnya yang tenggelam dalam selimut, semakin tak tenggelam. Hanya tersisa kepala saja yang menyembul.
BRAK! BRAK! BRAK!
Jendela kamar tiba-tiba saja terbuka kencang. Berkali-kali menabrak dinding hingga membuat angin bertiup ke dalam dan membasahi tirai. Suhu kamar pun seketika saja mendingin, bahkan amat dingin.
Glup!
Kerongkongannya bergetar saat meneguk ludahnya sendiri. Bulu kuduknya berdiri, merinding di sekujur tubuh. Dari ujung kamar dekat lemari, manik hazelnya melihat sesuatu. Ada bayangan hitam berjalan ke arahnya secara perlahan.
Semakin dekat ... semakin dekat ...
Napasnya seketika tertahan saat sosok itu sudah berada di hadapannya. Ia tak dapat melihat bagaimana rupa dari entitas tersebut dikarenakan rambut hitam panjangnya menghalangi. Selain itu, dia mengenakan piayama yang entah hanya ilusi karena terlalu mengantuk atau dia melihat bahwa itu penuh darah? Entlah. Ia hanya membatin agar tetap tenang.
Kedua tangan sosok itu terulur ke depan menuju lehernya. Untuk sesaat itu kesal kenapa tubuhnya sulit digerakkan. Apalagi saat sosok itu seakan ingin mencekiknya. Namun, uluran tangan itu terhenti. Sosok barusan segera menghilang saat sebuah cahaya timbul dari kalung dengan bandul berbentuk bunga Daisy di lehernya.
Ia menarik napas dalam-dalam. Hampir saja malam ini nyawanya direnggut. Sebelah tangannya bergerak mengusap keringat dingin di kening, lalu beralih pada kalung di lehernya. Kepalanya menunduk ketika melihat bandul bunga tersebut.
"Tadi itu apa? Mengapa bandul kalung ini bersinar terang sekali?"
Pertanyaan itu muncul begitu saja di kepalanya. Ini pertama kalinya dia merasakan secara nyata jika kalung yang selama ini dipakai dapat memancarkan sinar. Di mana sinar tersebut mampu melenyapkan entitas halus tak terduga.
Sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing, kepalanya ditolehkan pada jam dinding di atas pintu kamar. Di sana tertera jarum pendek pada angka tiga serta jarum panjang pada angka dua belas. Sudah pukul tiga malam.
'Pantas saja,' batinnya sambil tersenyum kecut. Tidak heran jika hal tersebut terjadi. Menyebalkan.
Karena tak dapat tidur lagi, ia beranjak dari ranjangnya untuk menutup jendela kamar. Tirai basah itu tak dipedulikan, karena nantinya juga akan kering sendiri. Dirasa cukup, kemudian langkah kakinya membawa ia pada meja belajar. Lampu belajar dinyalakan, lalu mengambil sebuah buku dari laci. Tangannya segera menarikan pena di atas buku tersebut dengan tatapan serius.
Entah apa tengah dia tulis. Namun, tampaknya itu sebuah hal yang selama ini dialami olehnya dalam kurun waktu tujuh belas tahun hidupnya.
"Ini bukan pertama kalinya aku di sini. Tetapi, ternyata tidak ada perbedaan yang berubah. Masih sama seperti dulu," gumamnya pelan.
Tidak ada perbedaan. Hanya saja, sesuatu yang dia tulis merupakan hal yang membuatnya berbeda. Itu terlihat istimewa dan menarik, tetapi juga menjadikannya dikucilkan serta dianggap gila. Setelah bertahun-tahun pergi kemudian kembali, ia berharap tak ada yang mengenalinya.
Setidaknya kehidupan dua kali ini harus lebih baik dari yang lampau. Semoga aja.
••••
To be continued
Hello, back again with me ehe.
Well, pasti pernah baca cerita ini, kan? Kalo iya, selamat kamu pasti pembaca lamaku. Eniwei, aku repost ulang ceritanya dikarenakan kalau cerita lama beneran cringe banget. Selain itu, penggunaan EPUBI dll bermasalah hahaha
So, welcome in my story. See you!
Aprilia Hidayatul
