Maid
Summary: Tugas seorang maid adalah menyediakan kebutuhan untuk tuannya. Setidaknya seperti itu.
Disclaimer: Naruto. Date a Live. Hanya dimiliki oleh pembuatnya masing-masing.
Warning:
Summary hampir gak sesuai dengan isi cerita. Adult scene. Maid. Lemon. Lime. OOC. Alternative Universe.
I Hope You All Enjoy This Story :)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dalam rumah megah ini, seorang maid berambut pirang dengan iris mata emas tampak membersihkan langit-langit menggunakan kanebo. Dia begitu serius melakukan pekerjaannya sehingga tak ada sisi yang terlewat.
"Hmm, bagian ini sudah. Sekarang apalagi?"
Maid itu berpikir sejenak, karena seingatnya, pekerjaan rumah lain telah selesai dikerjakan. Bunyi bel tiba-tiba terdengar.
"Sebentar!"
Bergegas ke pintu depan, maid itu membuka pintu dan melihat seorang remaja laki-laki memakai seragam sekolah menunggu dengan salah satu tangan di saku celana. Remaja itu tersenyum kepada maid tersebut.
"Tadaima, Mukuro."
"Okaeri, Naruto-sama."
Mukuro adalah maid yang dipekerjakan Kushina dan Minato. Namun, tidak seperti maid lain, mereka mempekerjakan Mukuro setelah putra mereka, Naruto, tidak sengaja menemukan anak perempuan itu dalam kondisi kurang baik di depan kediaman mereka. Karena prihatin, terlebih setelah mengetahui kalau dia dibuang oleh kedua orang tuanya disebabkan masalah finansial, akhirnya keluarga ini menerima Mukuro sebagai bagian dari mereka.
Lalu, setelah beranjak besar, Mukuro berniat membalas jasa Minato dan Kushina dengan bekerja sebagai maid di rumah ini. Mengetahui sifat Mukuro yang keras kepala, Minato dan Kushina memilih menempatkan dia sebagai maid pribadi Naruto. Mukuro tentu saja senang, karena selain bisa berbakti pada penyelamatnya, dia juga bisa selalu dekat dengan Naruto dan memenuhi setiap kebutuhannya.
Kembali ke waktu sekarang, saat Naruto masuk, Mukuro menutup pintu dan keduanya berjalan ke ruang tamu.
"Kaa-san dan Tou-san ada di dalam?" tanyanya.
"Minato-sama dan Kushina-sama masih belum kembali dari tempat kerja."
"Maid yang lain?"
"Sebagian telah pulang, dan sebagai maid pribadimu, hanya ada saya di sini."
"Hooh begitu."
Mendapat ide lucu, dia tanpa ragu melingkari lengannya di sekitar pinggang Mukuro. "Itu berarti, hanya kita berdua saja di sini, benar begitu?"
Naruto terkekeh saat melihat rona merah tipis terlihat di pipi maid itu. Mukuro terlihat imut sekali saat ini.
"Y-Ya, Muku rasa itu benar. Memangnya kenapa, Naruto-sama?"
"Tak ada apa-apa. Oh iya, bisa tolong buatkan jus jeruk? Kebetulan aku ingin berenang sambil ditemani minuman."
"Um, Muku bisa."
"Terima kasih, Mukuro."
Sebelum pergi lagi, Naruto mencium pipi Mukuro secara sekilas, menuju kamar tidurnya dan meninggalkan Mukuro yang terpaku di tempatnya. Mukuro cemberut.
"Mou, dasar Naruto-sama."
Meski diperlakukan seperti itu, Mukuro senyam-senyum seorang diri.
Tidak membutuhkan waktu lama, Naruto melangkah keluar dari kamar, turun ke lantai bawah dan bertemu Mukuro dengan nampan yang di atasnya terdapat segelas jus jeruk.
Mukuro mulai gugup karena melihat Naruto hanya mengenakan celana renang saja. Naruto tersenyum ke arahnya.
"Maaf, Mukuro, apa kau menunggu lama?"
Mukuro menggeleng. "T-Tidak sama sekali, Naruto-sama."
"Kalau begitu ayo kita ke kolam renang."
"Um."
Mereka menuju area kolam renang yang terletak di belakang rumah. Tak hanya itu, di lokasi ini juga terdapat pondok dan papan seluncur. Berhenti di tepi kolam, Naruto melakukan gerakan olahraga ringan yang diperhatikan Mukuro. Dalam diam, maid itu memikirkan hal nakal terhadap tuan mudanya tersebut, alhasil rona merah tipis nampak di pipinya. Mukuro segera menggeleng.
'Muu, jangan memikirkan hal kotor tentang Naruto-sama, diriku. Itu pemikiran tidak baik.'
Baru ingin melompat, Naruto memperhatikan tingkah aneh Mukuro, hal itu membuatnya tersenyum lebar.
"Tak apa, tak apa, jika itu maid favoritku, aku tidak keberatan dilihat terus," godanya.
"Naruto-sama!" Mukuro malu.
Naruto terkekeh, mundur ke belakang sebanyak beberapa langkah lalu berlari ke kolam sebelum melompat. Percikan air terbang ke mana-mana, beruntung itu hanya dalam skala kecil. Dengan singkat, Naruto berenang ke sana-kemari tanpa masalah sama sekali.
Meletakkan nampan di meja kaca, Mukuro mengamati kegiatan tuan mudanya tersebut sambil tersenyum. Selama beberapa saat, pada akhirnya Naruto menyadari pandangan Mukuro kepadanya.
"Mukuro, ayo kau juga ikut berenang bersamaku!" serunya.
"Eh? Emm, Muku merasa itu tidak perlu."
Naruto cemberut. "Jika hanya aku seorang yang menikmati ini, aku akan merasa sedih, kau tahu."
Merasa panik, Mukuro mengangguk. "M-Muku paham, Muku akan segera ganti pakaian."
Dia langsung bergegas ke dalam rumah, meninggalkan Naruto yang tertawa kecil saat melihat tingkah lucunya. Naruto mulai merasa haus.
"Kurasa aku butuh minum," gumamnya pelan.
Naik ke darat melalui tangga, Naruto menggenggam gelas lalu meminum jus jeruk, meletakkan itu kembali usai menyisakan setengah. Naruto mendengar suara maid itu.
"Um, Naruto-sama."
Naruto beralih ke samping, matanya melebar dan celananya sedikit terasa sempit, itu karena dia melihat pakaian yang dikenakan Mukuro. Saat ini, Mukuro memakai bikini dengan warna kesukaan Naruto alias jingga, menunjukkan kulit putih halus beserta payudara besarnya yang tampak menggairahkan. Tidak hanya itu, Mukuro juga membiarkan rambutnya terbentang lurus sehingga menambah kesan menawannya.
"Oh.. wow, kau tampak hebat, Mukuro."
Merasa salah tingkah, Mukuro memainkan helai rambutnya dengan ekspresi malu-malu. "Terima kasih banyak atas pujiannya, Naruto-sama."
Naruto berdehem pelan, menggeser tubuhnya ke arah papan seluncur.
"Mau kau dulu?"
Memberi anggukan, Mukuro menaiki tangga dan disusul Naruto dari belakang. Naruto menatap intens bokong Mukuro yang bergoyang secara erotis. Tersentak, Mukuro mendesah pelan saat merasakan pantatnya diremas.
"N-Naruto-sama, engkau bisa memainkan bokong Muku nanti saja."
"Ah, maaf, tanganku tergelincir."
"Oh, begitu rupanya."
Tiba di atas, mereka meluruskan kaki mereka, dengan posisi Mukuro membelakangi Naruto. Naruto melingkari pinggang Mukuro dengan tangannya.
"Kau siap, Mukuro?" tanyanya.
"Ya."
"Dari aba-abaku, 3, 2, 1!"
Naruto dan Mukuro meluncur ke bawah sambil berteriak, hingga akhirnya tercebur ketika tersentuh air di kolam renang. Selama beberapa saat, hanya ada gelembung yang naik ke udara, lalu Naruto dan Mukuro menampakkan kepala mereka.
"Woah! Tadi itu seru sekali. Bagaimana menurutmu?"
"Muku juga setuju, Naruto-sama."
Kemudian, Mukuro tidak mendengar suara Naruto lagi, hal itu membuatnya kebingungan.
"Naruto-sama? Kenapa kau diam saja-ahh~"
Secara mendadak, Naruto meremas payudara besar Mukuro sembari jari telunjuknya menggelitik bagian puting susunya. Meskipun masih terbungkus bra, Mukuro masih bisa merasakan sensasi kenikmatan ini, hal tersebut membuatnya keenakan.
"N-Naruto-sama (aah~) jangan di sini (ahh~)…"
"Hehe, maaf Mukuro, tapi aku sudah tidak tahan."
"K-Kalau begitu (ahn~) kita pindah ke kamar (ah~)."
Naruto menyengir, merasa antusias.
"Siap."
Mereka segera naik ke permukaan, berjalan ke dalam rumah sambil mengeringkan badan dengan handuk. Tiba di kamar tidur Naruto, Naruto menjatuhkan celana renangnya dan duduk di tepi kasur, sementara Mukuro berlutut di hadapannya. Mukuro menjilat kepala penis tuan mudanya tersebut sebelum menyedot itu. Naruto mengerang pelan.
"O-Oh yeah, itu enak sekali, Mukuro."
Merasa senang, Mukuro dengan girang mengisap lebih kuat penisnya. Di sisi lain, tangan Naruto berkeliaran di sekitar buah dada Mukuro, tak jarang meremas mereka ketika ada kesempatan. Sudah cukup lama seperti itu, Mukuro tiba-tiba berdiri lalu mencopot bra beserta celana dalam, tersenyum manis kepada tuan mudanya tersebut.
"Silakan nikmati oppai Muku sepuasnya, Naruto-sama."
Naruto merasa girang dan langsung bersandar pada bantal. Membiarkan dua objek itu jatuh, Mukuro naik ke kasur dan memastikan buah dadanya terletak di atas wajah Naruto, mendesah saat Naruto mulai mengisap puting susu kanannya. Mukuro mengelus rambut tuan mudanya tersebut dan membiarkannya melakukan itu. Merasa cukup, Naruto beralih ke puting susu yang satunya, mulai menyedot lagi sama seperti sebelumnya. Mukuro dibuat keenakan karenanya.
"(Ahhn~) meneteknya yang lebih kuat, Naruto-sama…"
Diam-diam menyengir, Naruto mengisap lebih keras, di saat bersamaan tangannya bergerak meremas dan memilih puting susu Mukuro yang lain. Sudah lama seperti ini, Naruto kemudian mencium bibir Mukuro dengan lembut, yang dibalas oleh maid itu tak kalah lembutnya. Mereka berciuman selama beberapa saat, hingga posisi mereka terbalik dengan Naruto di atas sementara Mukuro di bawah. Naruto menanyakan sesuatu.
"Apa kau siap, Mukuro?" tanyanya.
Mukuro mengangguk tanpa ragu. "Jika itu Naruto-sama, Mukuro akan selalu siap."
Naruto berseri.
"Aku tak akan mengecewakanmu."
Tidak menunggu waktu lama, Naruto mengarahkan penisnya ke liang kewanitaan Mukuro, mendorong pinggulnya ke depan sehingga itu masuk ke dalam. Setelah beberapa saat, Mukuro mengangguk dan itu pertanda Naruto bisa bergerak, tapi dia melakukannya dengan perlahan.
"Ahn~ Naruto-sama~"
Bergairah, Naruto semakin beringas menggenjot vagina maidnya itu, mendapat desahan keras dari mulut Mukuro sebagai gantinya. Belum puas, Naruto mengecup Mukuro yang dibalas hal serupa olehnya. Mereka berciuman dengan ganas dan saling menjilat lidah di saat bersamaan. Setelah beberapa saat, mereka berhenti berciuman karena merasakan sesuatu.
"N-Naruto-sama, sebentar lagi aku…"
"Y-Ya, aku juga."
Mereka keluar secara bersamaan, tergeletak di kasur dengan keringat yang mengucur di wajah keduanya.
"Haah, tadi itu… hebat," kata Naruto.
"Muku setuju," jawab Mukuro.
Naruto terkekeh, mengingat hal penting.
"Oh iya, aku ada pertanyaan untukmu, dan aku ingin kamu menjawabnya dengan jujur," sahutnya.
Mukuro penasaran, mengangguk dan bicara. "Mukuro akan menjawab sejujur mungkin."
Naruto tersenyum.
"Jika waktunya tiba, maukah kau mengganti margamu dengan margaku?"
Mukuro merona.
…
Pagi harinya di wahana bermain ini, sepasang anak kembar bernama Mayuri dan Artemisia tampak antusias melihat sekitar, mereka ditemani orang tua mereka, yaitu Naruto dan Mukuro.
"Mama, kami boleh main itu tidak?"
Mukuro tersenyum.
"Kenapa tidak tanya papa dulu?" tanyanya.
Dua anak ini mengamati ayah mereka dengan pandangan memelas.
Naruto tersenyum. "Boleh, tapi kita beli tiketnya dulu, oke?"
"Yeay!"
Mukuro tertawa kecil.
[E-N-D]
A/N: Uwoo Mukuro ;)
