Chapter 2:

5 hari berlalu, Saika tinggal bersama Naruto untuk sementara waktu, Saika disuruh untuk tak menjajakan tubuhnya pada lelaki mesum diluar sana, dan memintanya untuk bekerja paruh waktu di minimarket atau tempat kerja yang cocok untuknya.

Sementara Naruto juga bekerja di sela-sela dirinya menimba ilmu di kampusnya sebagai make up artist, karena dia seorang freelance yang terkadang di sewa oleh beberapa orang untuk merias artis atau publik figur lainnya.

Itu salah satu keahlian Naruto yang lain.

Dan saat ini, Naruto sedang libur dari kampusnya, lalu dia berada di apertemen bersama Saika.

"Apakah kau tak bisa menghilangkan kebiasaanmu memakai pakaian cewek?" Tanya Naruto pada Saika, kedua mata biru itu melihat Saika yang keluar dari kamar, namun dia memakai kaos tanpa lengan yang menampilkan perut datarnya, serta celana pendek rumahan yang biasa di pakai oleh gadis-gadis di luar sana. "Laki-laki yang melihatmu akan langsung menerkam tanpa aba-aba."

Saika menundukkan kepalanya, wajahnya sudah merah merona karena komentar yang diberikan Naruto barusan, ia masih belum terbiasa dengan ini. "Tak bisakah kamu memakluminya? A-aku ingin menghilangkan kebiasaan ini sedikit demi sedikit."

Memori Saika melesat ke beberapa hari lalu saat dia yang dipesan oleh Naruto, dan dia dengan entengnya membuat Saika orgasme. Memikirkan hal itu, membuat Saika ereksi lagi, cairan pre-cum Saika ikut keluar dari ujung penisnya.

"Kau ereksi?"

"Ti-tidak, a-aku tidak ereksi!" Sanggah Saika, namun wajahnya berkata lain, rona merah terus menjalar di wajahnya.

"Wajahmu mengatakan hal lain, Saika." Naruto memberikan isyarat pada Saika untuk mendekatinya, Naruto sendiri duduk atas lantai saat ini, kedua mata biru itu terus menatap Saika yang terlihat malu-malu layaknya seorang gadis pada umumnya. Yah, itu menambah kesan imutnya sebagai seorang cowok cantik. "Kemarilah!"

"Uhhh..." Saika menuruti perkataan Naruto, dia mendekati pemuda pirang itu, dan berdiri di depannya.

Naruto dengan sengaja menarik celana pendek Saika, membuat Saika terkejut saat melihat Naruto menarik celana pendek itu. Kedua mata Naruto melihat penis Saika yang ereksi serta mengeluarkan cairan pre-cum.

Naruto menyentuh penis Saika, desahan kecil keluar dari mulut Saika. Naruto mendongak menatap Saika yang menutup mulutnya disertai dengan wajahnya yang sudah merah pekat. Naruto sendiri menjulurkan lidahnya, dia mulai menjilati ujung penis Saika, lalu turun ke bagian 'bola' yang menggantung itu.

Saika menutup mulutnya untuk meredam desahan yang keluar dari mulutnya. "Cu-cukup, Naruto... Akh!" Spermanya pun keluar membasahi tangan Naruto serta lantai apartemennya. Saika langsung teduduk setelah dia orgasme. "Ka-kamu jahat Naruto."

"..."

Saika mengambil tisu yang ada di atas meja, kemudian membersihkan cairan putih yang berserakan itu.

Kebetulan, Naruto melihat Saika menungging dengan pantatnya yang terlihat sintal, Naruto memegang pantat Saika membuat Saika terkejut merasakannya.

"A-apa yang kamu lakukan?" Suara Saika terdengar ketakutan saat Naruto menyentuh pantatnya, dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah, lubang anus Saika di tusuk oleh jari telunjuk Naruto. "Nggaahh! Ku-kumohon... Ja-jangan..."

Naruto menggerakan telunjuknya keluar masuk di dalam lubang anus Saika, penis Saika kembali ereksi, di ikuti dengan kedua puting Saika.

"Kau menikmatinya? Kau benar-benar menikmati ini, Saika."

"Ti-tidak! Nggahhh! Hnggghh...!" Tangan Kiri Naruto yang mengganggur pun mulai menggenggam penis Saika, dan menggerakkannya naik turun. "Na-naruto! Ahhh, Ti-tidak! Jangan!"

Kedua area intim Saika benar-benar di permainkan oleh Naruto.

"A-aku cum!"

Cum kembali keluar dari penis Saika, tubuh Saika langsung ambruk di atas lantai setelah dia orgasme untuk kedua kalinya. Di dalam hati Saika, dia menikmati apa yang dilakukan oleh Naruto barusan, sangat berbeda saat dia melayani laki-laki mesum di luar sana.

...

..

Satu jam kemudian

..

...

Saika duduk bersimpuh di bagian lain meja itu, dia menundukkan kepalanya, wajahnya merona. "A-aku... A-aku tidak pernah... Sekalipun diberikan kenikmatan oleh klienku..."

"Oh, benar. Mereka hanya ingin memuaskan hasrat mereka." Celetuk Naruto, pemuda itu sudah menduga hal tersebut, dilihat dari Saika yang benar-benar menikmati apa yang dia berikan barusan. "Makanya, aku ingin kau berhenti dari dunia gelap itu daripada terus terjerumus di dalam dunia itu. Membuang identitasmu sebagai seorang pelacur, serta membuang nomor ponselmu."

Saika mengangguk kecil, dia akan menerima semua konsekuensi yang akan diberikan Naruto saat dirinya melanggar aturan yang diberikan pemuda pirang itu.

"Aku akan memaklumi dirimu yang memakai pakaian minim di dalam apartemen ini." Saika kembali mengangguk. "Tapi jangan salahkan aku, jika aku memperkosamu." Saika terkejut, dia kemudian mengangguk lagi mengiyakan perkataan Naruto barusan. "Aku serius, Saika."

"Aku mengerti, aku akan mencoba untuk menuruti semua syarat itu."

"Bagus." Naruto menganggukkan kepalanya. "Sekarang, telanjanglah, biar kuperkosa kau!"

"Ehhhh?!"

Naruto hanya tertawa, dan dia pun pergi ke kamarnya. "Aku bercanda Saika."

"Geez, kamu jahat Naruto." Wajah Saika memerah malu, dia menggembungkan pipi layaknya gadis-gadis diluar sana.

...

..

.

To be continued