"Hei, Kau ngerti peraturan enggak?"
Senin Pagi Hari yang cerah di ruas jalanan Kota Malang mendadak berubah menjadi ramai saat Polisi dari Satlantas Polres Malang mengadakan Razia tilang. Belasan kendaraan roda dua yang tidak mengenakan atribut berkendara yang sesuai mendapat surat cinta dari para Polisi berompi Hijau muda.
Salah satu diantara para pengendara itu adalah Naruto. Ia menatap dingin seorang Polisi Wanita yang menghentikan motornya. Wanita itu sekarang sedang mencaci-maki Naruto habis-habisan karena ia hampir menabrak si Polwan yang menghadangnya di tengah jalan.
"Bu, saya mohon maaf. Saya mengaku salah, boleh tidak saya melanjutkan perjalanan? Saya ada apel jam 7 pagi."
Polwan itu melotot dan menggebrak dashboard motor Vixion yang dikendarai Naruto. "Maaf? Kau pikir ini hari raya lebaran apa pakai minta maaf!? Gak ada maaf-maaf, turun kau!"
Polwan tadi mengambil paksa kunci motor Naruto dan memintanya untuk menepikannya di pinggir trotoar.
Naruto mendengus kesal. Setelah menepikan motornya di pinggir jalan ia melepas helm dan mendatangi Polwan tadi.
"Kembalikan kunci motor saya!"
"Kau tahu salahmu tadi apa?" Potong Si Polwan dengan memberi pertanyaan sambil memainkan kunci motor Naruto di jarinya.
"Motor saya tidak ada Spion." Jawab Naruto dengan lugas.
"Nah pintar kau, kira-kira bener nggak berkendara dengan motor yang tidak ada spion?"
Naruto menatap tajam si Polwan yang sekarang tersenyum kemenangan. Tangannya hendak merebut kunci motor dari tangan si Polwan, tapi ia kalah cepat karena si Polwan terlebih dahulu mengantongi kunci di saku celananya.
"Bapak Naruto…" si Polwan membaca nama yang ada di Nametag bordir seragam loreng yang dikenakan Naruto sekarang. "Kira-kira pantas tidak seorang Aparat justru memberi contoh buruk ke masyarakat dengan tidak mematuhi peraturan lalulintas?
Naruto tidak menjawab. Ia hanya menatap si Polwan yang bernama Sakura dan berpangkat Briptu tersebut dengan kesal. Namun ia berhasil mengendalikan emosi.
"Tapi karena orang POM gak ada disini, jadinya bapak bisa lanjutkan perjalanan." Briptu Sakura meraih kunci motor Naruto dari saku dan hendak mengulurkannya ke Naruto.
Namun sepersekian detik sebelum Naruto bisa mengambil kunci tersebut, Briptu Sakura menarik tangannya lagi.
"Tapi ada syaratnya…"
Naruto menghela nafas panjang. "Apalagi sih Bu, saya buru-buru!"
"Bodo amat, siapa suruh ngelanggar peraturan?" Briptu Sakura tertawa renyah melihat raut wajah dongkol dari Tentara di depannya ini. "Syaratnya gampang kok, Sebut nama saya lengkap dengan pangkat. Terus bilang saya cantik sekali."
Kali ini Naruto tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. "Apa-apaan? Nggak mau saya disuruh aneh-aneh gitu. Beraninya kamu!" Teriak Naruto kencang sampai mengalihkan perhatian pengendara dan Polisi-Polisi di sekitar mereka.
Beberapa Polisi menampakkan raut wajah ketakutan. Seorang Polisi berpangkat Bripda berdehem agak keras, memberi tanda untuk Seniornya agar tidak cari ribut. Tapi Sakura tidak peduli.
"Ya terserah kalau tidak mau. Berarti kuncinya gak saya kembalikan." balas Briptu Sakura santai. "Gak suka? Atau Gak berani?"
Naruto mengusap wajahnya kasar. Segala kutuk dan sumpah serapah ia lontarkan di dalam hati. Kalau saja Briptu Sakura bukan Polwan, mungkin satu atau dua bogem mentah sudah Naruto daratkan di wajah congkaknya itu.
Jam digital di tangan sudah menunjuk angka 06.30 Apel di Batalyon dimulai setengah jam lagi sedangkan Naruto masih terjebak bersama Polwan rasa Diktator.
"Sudah mau jam 7 lho pak." sindir Briptu Sakura. "Masa sih Perwira Muda telat dateng apel, apa kata *Danyon nanti?"
Tak ada cara lain, tidak ada gunanya berdebat dengan Sakura kalau resikonya sudah menyangkut pekerjaan. Naruto menarik nafas panjang sebelum mengatakan: "Briptu Sakura Cantik Sekali."
"Nah gitu dong, makasih ya!" Briptu Sakura tersenyum lebar. Ia menyerahkan kunci motor Naruto yang tadi ia sempat sandera.
Naruto mengenakan helm lalu menyalakan motor, bersiap untuk pergi. Tapi sebelumnya ia tiba-tiba merangkul pinggang Briptu Sakura agar mendekat padanya. Ia membisiki sesuatu ke telinga Polwan itu.
"Nanti malam, giliran kamu yang ku hukum. Kubuat kau tidak bisa jalan besok pagi, paham?"
Sakura bergidik ngeri mendengar ancaman Naruto. Tetapi ia mengecup bibir si Perwira berpangkat Letnan Satu dan dengan tenang balas berbisik: "Saya tidak sabar menunggu."
Tak membuang waktu, Naruto tancap gas menuju Markas Batalyon tempat ia berdinas. Beberapa saat kemudian Bripda Ino, rekan sekaligus sahabat satu letting Sakura menghampirinya.
"Itu tadi suamimu?" tanya Ino.
"Iya." balas Sakura pendek. "Besok kayaknya aku gak masuk kantor deh."
"Lho, memangnya kenapa?"
Sakura menoleh dan memberi satu kedipan mata pada Ino. "Ada dehhh."
Danyon: Komandan Batalyon, biasanya berpangkat Mayor atau Letnan Kolonel.
