Part 35 Kota yang Terbakar
Assalamualaikum semuanya, alhamdulillah akhirnya bisa upload satu chapter lagi. Tapi sebelum memulai bagian ini, aku ingin berbagi sedikit informasi tentang praktek perbudakan di dalam peradaban Islam selama 1400 tahun. Informasi ini sebenarnya cukup penting, tapi karena penjelasannya cukup panjang, jika kalian mungkin agak malas membacanya, aku sendiri tidak akan melarang untuk langsung skip ke bagian ceritanya.
Jadi, mereka para orientalis barat atau kristen tahu bahwa kita sebagai orang Islam mengklaim Islam memberikan pengaruh besar dalam penghapusan praktek perbudakan dan mereka tidak menyukainya. Jadi, apa yang mereka lakukan adalah membuat klaim counter dengan berkata bahwa secara data di abad pertengahan, peradaban Islam malah menjadi peradaban dimana jual beli budak terjadi lebih sering dibanding di peradaban lain di masa itu.
Jadi aku mencoba mempelajari lagi tentang apa yang sebenarnya terjadi waktu itu dan kenapa jual beli budak masih terjadi bahkan sampai di masa Ottoman. Nyatanya apa yang dibawa oleh mereka ternyata hanya data angka saja. Mereka tidak pernah membahas apa yang terjadi di dalamnya selain hanya membeberkan data angka saja. Ambil contoh dari salah satu channel orientalis kristen di YT bernama "TanpaRagi" yang seolah dengan bangganya berkata "Islam sama sekali tidak ada hubungannya dengan penghapusan budak, karena nyatanya Ottoman yang mewakili Islam saja malah menjadi salah satu negara yang menghapuskan budak secara konstitusi paling akhir di antara negara Eropa lainnya". Berikut dari apa yang bisa aku pahami dari praktek perbudakan di dalam peradaban Islam dan alasan kenapa praktek jual belinya masih terjadi bahkan kurang dari 200 tahun yang lalu.
Satu-satunya cara bagaimana seseorang menjadi budak di dalam peradaban Islam adalah ketika pasukan yang kalah perang menjadi tahanan dan tidak mungkin mereka dibebaskan begitu saja, karena malah akan menimbulkan ancaman, serta melalui perdagangan dari luar wilayah Islam, sedangkan jual beli budak tidaklah dilarang di dalam Islam. Jadi pada dasarnya perbudakan sendiri tidak bisa hilang jika di luar peradaban Islam sendiri masih ada perbudakan.
Orang-orang Islam memperlakukan budak dengan sangat baik, hal ini jauh berbeda dengan apa yang digambarkan sebagai praktek perbudakan standar di dalam peradaban eropa atau pun di belahan dunia lainnya. Bahkan sangking baiknya budak diperlakukan dan sangking banyaknya hak yang bisa mereka dapat, orang-orang dari luar kebanyakan tidak akan bisa membedakan antara budak dan orang merdeka di tengah peradaban Islam. Hal ini juga bisa diambil contohnya dari film yang dibuat oleh orang barat sendiri, "Kingdom of Heaven" dimana di awal-awal film, Balian salah mengira seorang perwira pasukan muslim sebagai budak dari orang yang dia bunuh karena pakaian budaknya (mungkin) terlihat lebih bagus dari pakaian majikannya. Parahnya lagi sampai ada dinasti di dalam Islam yang penguasanya waktu itu dulunya adalah budak (Dinasti Mamluk) dan ini belum pernah terjadi sebelumnya di peradaban mana pun.
Mungkin ini hanya asumsiku saja sebagai orang muslim juga. Kemungkinan praktek jual beli budak di masa Islam banyak terjadi adalah masyarakat muslim membeli budak dari luar untuk membebaskan atau menyejahterakan mereka, karena pada akhirnya jika mereka tidak dijual di wilayah muslim, budak dari luar ini pada akhirnya akan dijual di tempat lain yang bukan muslim dan jika itu terjadi, mereka yang menjadi budak itu mungkin malah akan mendapat nasib yang lebih buruk.
Jadi pada intinya meskipun perbudakan masih ada di dalam peradaban Islam sampai lebih dari seribu tahun setelah kematian nabi, pada kenyataannya praktek perbudakan itu sendiri jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Eropa yang pada saat ini seolah menjadi standar pandangan orang Eropa terhadap apa yang disebut sebagai "budak". Hal ini yang juga menjadi dalih mereka dalam menjelekkan Islam.
Di sisi lain perbudakan itu sendiri juga bersifat membantu dan mensejahterakan orang-orang yang bernasib kurang beruntung di luar peradaban Islam. Mereka bahkan bisa mendapatkan penghidupan yang layak ditambah dengan edukasi dan hak-hak yang juga sama seperti orang merdeka lainnya seperti kepemilikan properti, perlindungan kekerasan dan penganiayaan oleh negara, membayar untuk membebaskan diri, sampai hak untuk menikah. Lagipula jika kita mau mengkaji dan membandingkannya dengan zaman sekarang secara objektif, nasib budak di dalam peradaban Islam saja mungkin masih jauh lebih beruntung dari pada nasib orang miskin atau bahkan gelandangan yang ada di jaman sekarang.
Yah itu yang bisa saya sampaikan, memang cukup panjang penjelasannya, jadi semoga penjelasan ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan para pembaca sekalian dalam memahami Islam. Selamat membaca.
###
"Aku mengerti kapten, aku akan memanggil semua anggota kita yang bisa berangkat."
Ahmed pun mengangguk lalu mulai berbicara di radio untuk mengumpulkan pasukan mereka. Ahmed berbalik ke belakang dan melihat kedua wanitanya yang selama ini mengikutinya dan kemungkinan besar mendengar pembicaraannya dengan Kolonel Umar dan Karim.
"Kalian juga mau ikut ya?" Tanya Ahmed dengan sedikit menghela nafas.
Keduanya mengangguk bersamaan tanpa perlu berkata apa-apa lagi. Apa yang perlu disampaikan sudah pernah mereka berdua sampaikan.
"Seperti yang pernah kubilang, Charnau adalah bagian dari Scotia dan warga Charnau adalah rakyatku juga. Jadi bagaimanapun juga mereka adalah tanggung jawabku dan aku harus datang menolong mereka."
Ahmed pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Bagaimana bisa dirinya menolak keinginan tulus seorang putri yang ingin menolong rakyatnya? Di sisi lain Ahmed juga menyukai rasa tanggung jawab Cecilia. Mungkin akhirnya dirinya mengerti kenapa Sylvania meminta dirinya untuk menikahi Cecilia. Dalam hitungan menit, seluruh anggota dari kompi J mulai berdatangan dan berkumpul menunggu helikopter.
Tak lama kemudian, suara baling-baling helikopter mulai terdengar. Di atas langit mereka dapat melihat helikopter Ababil dan Saqr yang muncul satu per satu. Jumlah helikopter yang datang adalah 10 helikopter Ababil dan 15 helikopter Saqr. Dari semua helikopter yang datang, seluruh helikopter Saqr sudah mengangkut personil yang datang dari Anteinde. 10 Helikopter Ababil yang datang mulai mendarat dan anggota Ahmed yang sudah dikumpulkannya mulai menaiki helikopter itu dimana setiap 1 helikopter akan dinaiki oleh 20 orang.
Selesai mengangkut pasukan, ke 10 helikopter itu kembali lepas landas dan bersama 15 Saqr yang tadi masih berada di udara mulai kembali bergerak ke arah kota Charnau. Ahmed dapat melihat sedikit kegugupan di wajah sebagian anggotanya. Wajar saja karena ini artinya mereka yang hanya satu kompi akan menghadapi pasukan seluruh kota seperti di kota Anteinde, apalagi di antara mereka juga ada wajah-wajah baru yang baru datang dari balik Al Jisr.
"Hei nak, siapa namamu?" Ucap Ahmed ke salah satu prajurit yang wajahnya kurang dikenalnya. Dia terlihat sangat muda dengan wajah khas Eropa dan wajahnya juga menunjukkan kegugupannya.
"Pratu Syaifuddin Schmidt kapten. Saya baru datang dari balik Al Jisr 2 hari lalu."
"Berapa usiamu?"
"18 tahun kapten, saya baru saja lulus dari pelatihan dasar satu bulan yang lalu."
"Kau mendaftar tepat setelah lulus sekolah wajib?"
"Benar kapten, dari dulu saya selalu bercita-cita ingin menjadi seorang mujahid dan alhamdulillah cita-citaku bisa terwujud hari ini." Ucapnya tersenyum, sepertinya kegugupannya mulai mereda.
"Kau datang dari provinsi Austria?"
"Benar kapten, apa anda pernah kesana?"
Ahmed mengangguk.
"Aku pernah kesana beberapa kali, mengamankan perbatasan dari pemberontak komunis. Wilayah Jerman dan Eropa timur tergolong rawan konflik. Banyak terjadi konflik antara kelompok komunis dan liberalis."
Keduanya lanjut berbicara tentang tempat tinggal Schmidt. Terlepas dari daerahnya yang dekat dengan daerah rawan konflik, Austria dan provinsi lain hampir tidak pernah tersentuh konflik karena penjagaannya yang ketat. Memang sekitar 1 juta personil dari pasukan Ghazi ditugaskan untuk menjaga perbatasan di sana.
"Apa kau gugup karena pertempuran?"
"Ah bukan itu kapten, hanya saja saya khawatir tidak dapat menjalankan tugas dan perintah dengan baik. Sebenarnya selama sekolah saya cukup menyukai game-game FPS sehingga entah kenapa medan perang seperti ini tidak terasa mengejutkan untuk saya."
Ahmed menepuk pundaknya singkat, seolah memberikannya keyakinan.
"Kau akan bertugas dengan baik. Ikhlaskan niat berjihadmu dan ikuti saja apa yang dilakukan oleh prajurit yang lain, insyaallah semua akan baik-baik saja."
"Siap kapten."
Sekitar 30 menit berlalu dan semua orang yang ada di helikopter itu bisa melihat dari kejauhan kota Charnau. Sayangnya kota itu terlihat sangat jauh dari kata baik-baik saja. Asap hitam membumbung tinggi dari beberapa tempat di kota itu. Siapapun dapat mengatakan bahwa kota itu seolah sedang terbakar.
SHOOSSHHH.
Sebuah pesawat SU90 terbang melewati helikopter Ahmed dengan ketinggian yang sama. Pesawat itu melaju kencang, lalu melepaskan 2 roket yang keduanya ditargetkan ke 2 menara yang berbeda di tembok kota Charnau. Dari tempat lain, pesawat SU90 mendatangi area udara kota dan juga menembakkan roketnya. Kali ini roket itu tidak mengarah ke menara atau bagian dalam kota, tetapi ke sebagian wyvern yang ternyata banyak beterbangan di kota itu.
"[bzzz] Perhatian seluruh unit, estimasi pendaratan 5 menit. Tampaknya pendaratan kita tidak akan mulus, jadi persiapkan diri kalian masing-masing." Suara pilot helikopter yang dinaiki Ahmed terdengar melalui pengeras suara di dalam helikopter.
Ahmed dan anggotanya pun mulai mengecek senjata mereka masing-masing, mengecek peluru yang mereka bawa, dan yang terakhir mengokang senapan mereka. Melalui jendela, Ahmed dapat melihat sebagian helikopter Saqr yang mulai terlibat pertempuran dengan wyvern Leonia. Bahkan beberapa pasukan di dalam helikopter itu juga ikut menembaki wyvern yang beterbangan ke arah mereka.
Semakin mendekati kota, Ahmed juga dapat melihat semakin jelas bahwa pasukan Leonia tampaknya sudah memulai penjarahan dan bahkan pembumihangusan kota. Banyak gedung-gedung yang dibakar dan tentara Leonia berlarian di jalanan berkejar-kejaran dengan penduduk kota. Mereka bahkan tidak segan-segan menebas wanita dan anak-anak. Ahmed dapat melihat dengan jelas salah satu tentara Leonia itu menebas seorang perempuan yang tadinya berlari dengan menggendong bayinya, lalu tentara yang sudah membunuh perempuan itu pun dengan santai berjalan sambil menginjak mayat perempuan tersebut.
Melihat hal ini, darah Ahmed mendidih, ingin segera terjun ke bawah sana dan membalas apa yang sudah prajurit itu lakukan. Di samping Ahmed, Cecilia yang juga melihat ke kota melalui jendela helikopter bahkan tidak dapat menahan air matanya dan menggenggam lengan Sylvania yang ada di sampingnya dengan erat. Ahmed tahu bahwa Cecilia lah yang paling terpukul di antara mereka karena harus melihat rakyatnya sendiri dibantai.
Di sisi lain, pos-pos pertahanan di kota itu hampir semua telah ditinggalkan. Banyak bagian-bagian tembok yang kosong tanpa ada penjagaan dan persenjataan di atas tembok seperti balista atau ketapel juga ditinggalkan begitu saja. Gerbang kota pun dibiarkan terbuka seolah orang-orang Leonia sudah masa bodoh dengan pertahanan kota itu karena mereka memang berniat untuk meninggalkannya. Seluruh tentara Leonia sibuk berpartisipasi dalam penjarahan kota.
"[bzzz] 1 menit" Suara pilot kembali terdengar, memberikan aba-aba.
Pada titik ini, Ahmed bahkan dapat melihat sebagian tentara Leonia yang menyadari kedatangan para Ghazi dan memandang ke atas. Tetapi sebagian lain terlalu sibuk menjarah sampai tidak memedulikan kedatangan para Ghazi yang disertai dengan suara rotor baling-baling helikopter yang keras. Pintu belakang helikopter pun dibuka dan salah satu staff helikopter menurunkan tali yang menggantung ke bawah dari helikopter.
Sylvania dan Cecilia terlihat sedikit bingung melihat Ahmed dan anggotanya yang sudah berdiri dan berbaris menghadap pintu belakang helikopter, padahal helikopter yang mereka naiki masih berada di udara dengan ketinggian 10 meter. Dengan memberikan aba-aba tangan, staff helikopter pun memberikan tanda untuk mulai meloncat turun. Para Ghazi pun bergantian menuruni helikopter yang masih mengudara itu menggunakan 2 tali untuk rapling secara bergantian.
(Ilustrasi, Rapling dari atas helikopter, Diambil dari film Resident Evil 5 Retribution.)
Mereka turun di atas tembok kota yang baru saja diamankan dari sisa pasukan Leonia oleh helikopter Saqr yang selama ini juga mendukung mereka. Setiap orang yang sudah turun akan mengambil posisi di sekitar tembok untuk mengamankan area itu. Beberapa kali terdengar suara tembakan dari sebagian anggota ghazi yang masih menemui perlawanan di tengah kota. Dari 20 orang, Ahmed menjadi yang terakhir turun.
"Kalian berdua tidak perlu ikut turun kalau tidak bisa turun." Ucapnya ke Sylvania dan Cecilia.
"Hei, tung-"
Belum sempat berbicara apa-apa, Ahmed langsung melakukan repling melalui tali helikopter. Cecilia pun semakin kebingungan, ingin ikut turun tapi tidak tahu bagaimana caranya.
"Vania! Bagaimana ini?" Tanya Cecilia yang masih kebingungan ke Sylvania.
Sylvania diam saja memandang kepergian Ahmed, lalu tak lama setelah Ahmed turun, Sylvania pun tiba-tiba mengangguk sendiri seolah mendapat keberanian sebelum akhirnya ikut melangkah ke dekat pintu belakang. Cecilia terkejut melihat Sylvania yang ternyata mengikuti apa yang dilakukan oleh Ahmed dan pasukannya, yaitu melakukan repling menuruni tali ke bawah. Bahkan Sylvania terlihat cukup berpengalaman ketika melakukannya.
"Nona, demi keselamatanmu, kau tidak perlu turun jika memang tidak berani." Ucap salah satu staff helikopter ke Cecilia yang kebingungan sendiri.
Cecilia yang mendengarnya pun tidak menanggapi apa-apa selain menggembungkan pipinya karena sebal. Seolah berhasil meyakinkan dirinya sendiri, Cecilia akhirnya juga berjalan ke dekat pintu belakang helikopter dan dengan keberanian yang sedikit dipaksakan, Cecilia mencoba menuruni helikopter dengan tali itu mengikuti cara Ahmed dan anggotanya yang tadinya turun terlebih dahulu. Staff helikopter pun mencoba memperingatinya, tapi nampaknya hal itu terlambat mengingat Cecilia sudah melompat duluan.
"Nona, awas!"
"KYAAA….!"
Naasnya tangan Cecilia malah terpeleset ketika berusaha rapling membuat Cecilia malah terjatuh di tengah proses menuruni tali helikopter.
"CECILIA!"
Ahmed yang mengetahui hal itu langsung bergerak cepat menangkap tubuh Cecilia yang terjatuh. Karena menopang berat Cecilia yang terjatuh secara tiba-tiba, Ahmed pun ikut jatuh terbaring ke tanah.
"Urgghh Cecilia, sudah kubilang jangan ikut turun kalau kau memang tidak bisa turun dengan tali."
Ahmed mencoba bangun sambil mendudukkan Cecilia yang jatuh menindihnya.
"Maaf Ahmed, meskipun kamu bilang begitu, aku tetap tidak ingin ditinggalkan di atas sana. Aku ingin bertempur di sini bersamamu."
Sylvania mengeluarkan tangan ke Ahmed dan Cecilia bergantian, membantu keduanya untuk berdiri.
"Vania, aku terkejut kau juga bisa melakukan rapling dengan tali."
"Ini bukan apa-apa, dulu sebelum kita bertemu, aku juga sering memanjat dan menuruni pohon. Yah kurasa tuan putri yang lebih banyak menghabiskan waktunya di istana memang sedikit berbeda."
Cecilia yang mendengarnya pun tidak dapat membantah dan hanya dapat menggembungkan pipinya sebagai tanda kekesalannya. Ekspresi Cecilia yang sebal membuat Ahmed terkekeh karena Cecilia jarang menunjukkannya ketika di Anteinde.
ZEP ZEP ZEP
Beberapa anak panah berjatuhan di posisi mereka, membuat Ahmed reflek menarik tangan Cecilia untuk berlindung di pinggiran tembok diikuti oleh Sylvania.
"Kapten, maaf kalau aku mengganggu waktumu. Tapi ini bukan waktunya bermesraan. Pasukan Leonia mulai berdatangan kesini." Ujar Karim yang posisinya tidak terlalu jauh dari Ahmed.
"Berapa jumlah musuh?"
"Sejauh ini sekitar 1 pleton. Mereka diperintah oleh seorang pengguna mana yang mungkin juga seorang bangsawan atau kesatria."
ZEP ZEP ZEP
FLUSH FLUSH
TATATATA TATATATA TATATATA
Ahmed dan pasukannya mulai membalas tembakan mereka menggunakan senapan. Sayangnya karena musuh berada di tengah kerumunan penduduk sipil yang berlarian, Ahmed dan pasukannya tidak bisa menembak sembarangan. Di atas Ahmed, helikopter Ababil yang tadinya menurunkan Ahmed dan anggotanya tidak tinggal diam. Helikopter itu berputar mengarahkan senjatanya ke sejumlah musuh-musuh yang menyerang Ahmed di beberapa tempat yang terbebas dari penduduk sipil.
Brrrrrttttt Brrrrttttt Brrrrrtttt
Suara gatling dari senjata helikopter Ababil dengan cepat menghabisi sekelompok kecil pasukan Leonia yang menyerang Ahmed dan anggotanya. Ratusan atau bahkan ribuan selongsong peluru berjatuhan di dekat Ahmed dan pasukannya. Reflek tangan Ahmed menarik Cecilia dan Sylvania menjauhi tempat di mana selongsong itu berjatuhan. Wajar saja selongsong itu akan sangat panas jika tersentuh oleh siapapun dan Ahmed tidak ingin kedua wanitanya terkena selongsong itu.
"Kalian berdua baik-baik saja?" Tanya Ahmed ke kedua wanitanya yang dijawab dengan anggukan.
"[bzzz] Mubarizun 1, kami akan memberikan dukungan dari udara sebisa kami dan memberikan perlindungan dari wyvern musuh."
"Terima kasih Qomar 5, kami akan mulai bergerak menyusuri kota."
Setelah mengatakan itu, Ahmed mengajak seluruh anggotanya menuruni tembok kota dan berjalan melalui jalanan kota. Mereka turun melalui tangga terdekat dari posisi mereka saat ini sambil ditembaki anak panah. Sesekali mereka menembak balik dengan rentetan pendek dan tembakan presisi. Di kanan dan kiri mereka banyak rumah-rumah yang dirusak atau terbakar dan banyak mayat bergelimpangan. Sesekali Ahmed dan anggotanya menyentuh leher-leher warga sipil yang tergeletak mencari tanda-tanda kehidupan. Sesekali pula mereka bertemu dengan pasukan Leonia yang juga sibuk menjarah dan masih membantai penduduk sipil.
Sangking sibuknya pasukan Leonia menjarah kota dan membunuhi penduduk, mereka bahkan tidak peduli adanya helikopter yang berkeliaran di atas mereka. Bahkan ketika beberapa anggota pasukan mereka terbunuh, beberapa dari mereka masih sibuk melanjutkan kegiatan mereka. Termasuk seperti saat ini ketika pasukan Ahmed bertemu dengan beberapa pasukan Leonia, anggota Ahmed menembaki pasukan Leonia dari belakang satu persatu dan pasukan Leonia yang lain seolah tidak sadar bahwa teman mereka dibunuh satu per satu.
(A/N: Untuk referensi, coba lihat film troy di bagian akhir kalau mau gambaran bagaimana orang-orang jaman dulu menjarah dan membumihanguskan kota.)
"[bzzz] Di sini Mubarizun 5, kami sudah mendarat dan mencoba mengamankan warga sebanyak mungkin."
"[bzzz] Di sini Rayah 3, Kami di serang sekelompok wyvern, meminta bantuan udara."
"Untuk seluruh unit infanteri yang ada di kota Charnau, buat titik pertahanan dan perlindungan untuk mengumpulkan penduduk sipil yang berhasil kalian selamatkan." Perintah Ahmed ke seluruh pasukannya ketika mendengar beberapa laporan dari tim lain.
Salah seorang anggota Ahmed, Osama, melihat seorang Leonia merebut bayi yang sedang digendong oleh wanita dan mencoba melemparkannya ke api. Respon cepat Osama yang menembak prajurit Leonia itu membuatnya tidak sempat melemparkan bayi itu dan jatuh tergeletak di tanah. Wanita yang tadinya menggendong bayi itu merebut kembali bayi dari tangan mayat Leonia yang mati ditembak Osama.
"Nyonya, ayo ikuti saya, kami akan membawa Anda ke tempat aman." Ajak Osama ketika mendekati wanita itu.
Karena panik dan tidak memiliki pilihan lain, wanita itu pun hanya menurut dan diantar ke tengah Ahmed dan yang lainnya. Di sana juga sudah ada belasan warga sipil yang sudah diselamatkan anggota regu yang dipimpin Ahmed langsung. Kebanyakan dari mereka diselamatkan dan diajak berlindung dari kejaran Leonia. Sambil masih menyusuri kota dan mencoba mengumpulkan warga yang selamat, Ahmed dan regunya membuat perimeter mengelilingi warga sipil yang sudah mereka selamatkan di depan dan di belakang.
Di satu waktu, Sylvania mendapat seorang wanita yang sedang diperkosa di depan rumahnya oleh prajurit Leonia yang lain. Tanpa pikir panjang, Sylvania melesatkan dua anak panah ke leher tentara Leonia itu. Wanita muda yang baru saja diselamatkannya langsung berlari ke arah Sylvania dan memeluknya sambil menangis. Melihat pakaian wanita itu yang sudah compang-camping karena perbuatan orang Leonia tadi, Sylvania berinisiatif mencarikan kain atau selimut di sekitarnya terlebih dahulu sebelum mengantarnya berkumpul dengan warga lain.
"Kapten, arah jam 1 ada rumah yang masih utuh, kita bisa menggunakannya untuk titik pengumpulan dan perlindungan penduduk sipil."
"Baiklah, kita gunakan rumah itu untuk mengumpulkan warga."
Warga sipil yang berhasil diselamatkan dikumpulkan di bangunan yang dimaksud. Bangunan itu cukup besar dan sedikit terpisah dari bangunan lain. Mungkin milik salah seorang pedagang kaya atau semacamnya. Di rumah perlindungan itu, Ahmed meninggalkan 4 orang untuk menjaga warga sipil dan sisanya mengikuti Ahmed untuk kembali berkeliling.
Mereka terus menjatuhkan pasukan Leonia dan menyelamatkan warga sipil sebanyak yang mereka bisa. Tidak jarang mereka berusaha menenangkan orang-orang yang sudah kehilangan anggota keluarga mereka, seperti ibu yang kehilangan bayinya, wanita yang kehilangan suaminya, atau bahkan anak-anak yang kehilangan kedua orang tuanya.
"Amir 2, kami membutuhkan estimasi kedatangan pasukan utama. Entah sudah berapa jam kami mengelilingi kota dan menyelamatkan para warga sipil sebanyak yang kami bisa. Banyak dari mereka yang juga membutuhkan perhatian medis karena luka tusukan pedang."
"[bzzz] Mubarizun 1, pasukan utama masih membutuhkan 2 jam untuk sampai ke kota Charnau. Kabar baiknya, sebentar lagi pasukan tambahan yang terdiri dari beberapa pasukan gerak cepat di Longnard dan Orluire akan tiba di kota Charnau."
Tak lama setelah balasan itu, Ahmed dapat melihat dari jauh di arah barat, sekumpulan helikopter yang bergerak ke arah tempatnya berpijak. Setidaknya kedatangan pasukan tambahan itu akan meringankan pekerjaan Ahmed menyelamatkan para warga sipil.
"Kontak arah jam 3!" Lapor Karim yang hendak menarik pelatuk senapannya yang segera dihentikan oleh Ahmed.
"Jangan tembak, itu kawan kita."
Setelah mengatakan itu, Ahmed bersiul ke arah orang-orang yang dimaksud oleh Karim. Mendengar siulan Ahmed, orang itu yang ternyata adalah Letnan Musa beserta anggotanya dari Divisi Afrika menoleh ke arah Ahmed dan mendatangi Ahmed. Mereka bahkan juga membawa puluhan warga sipil yang dikawal di sekitar mereka oleh regu yang dipimpin oleh Musa. Selain Letnan Musa juga terdapat Letnan Muchtar dan anggota regunya yang berasal dari pasukan gerak cepat dengan kode panggilan Rayah.
"Letnan Musa dan Letnan Muchtar melapor, kami berhasil menyelamatkan sejumlah 90 total penduduk yang terdiri dari 20 laki-laki, 60 perempuan, dan 10 anak-anak." Ucap Letnan Musa melapor ke Ahmed.
"Dimana titik perkumpulan kalian?"
"Kami belum memiliki titik berkumpul kapten. Hampir semua rumah yang kami temui sudah dirusak atau terbakar oleh api besar, sisanya terlalu kecil untuk ditempati banyak orang."
"Baiklah, akan kami antarkan kalian ke rumah perlindungan yang berhasil kami temukan."
Belum sempat mereka bergerak, Ahmed terhenti karena radionya berbunyi.
"[bzzz] Kapten, sekelompok orang Leonia menyerang tempat perlindungan kita. Untuk sementara kami bisa menahannya, tapi kalau kau tidak segera kembali, kami mungkin akan mulai terdesak."
"Baiklah, aku akan segera kesana. Pertahankan tempat itu meski nyawa kalian taruhannya."
"[bzzz] Tanpa perintahmu pun kami akan mempertaruhkan nyawa kami kapten! Gawat, pengguna Mana arah jam 9."
Suara dari balik radio pun berhenti, entah memang radio itu dimatikan atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ahmed pun harus bergegas ke sana sambil berharap sejumlah kecil pasukan yang ditinggalkannya dapat menahan orang Leonia yang menyerang.
"Ayo cepat, sepertinya orang-orang Leonia menyerang tempat persembunyian kita." Ucap Ahmed sambil berlari kecil. Letnan Musa dan yang lainnya pun mengangguk dan mengikuti langkah Ahmed ke rumah perlindungan yang dimaksud.
###
Di salah satu Safir yang ada di tengah-tengah konvoi pasukan utama, Kolonel Umar mengamati jalannya pertempuran melalui tampilan langsung dari drone. Sejauh ini, kelompok pasukan pertama yang berhasil sampai di Charnau berhasil membentuk 8 titik pengumpulan sekaligus titik evakuasi warga sipil. Beberapa regu yang berhasil bertemu saling bekerja sama untuk melindungi titik pengumpulan warga dan mencari lebih banyak warga lain.
Kolonel Umar juga mengamati gerbang kota, dimana pasukan Leonia ternyata juga bergantian keluar meninggalkan kota. Mungkin mereka mulai memahami kedatangan pasukan Ghazi dan akhirnya banyak dari mereka mencoba melarikan diri. Sesekali helikopter Saqr atau Ababil terbang melewati mereka sambil menembak, menimbulkan korban jiwa di tengah-tengah pasukan Leonia yang mencoba melarikan diri.
"Mayor Farid, apakah kita membawa petugas medis yang cukup untuk menangani korban warga sipil kali ini?" Ucap kolonel sambil mengusap wajahnya, mencoba menekan rasa kesalnya karena pemandangan dari apa yang telah dilakukan pasukan Leonia.
"Kita sudah menduga bahwa kebutuhan tenaga medis pada operasi kali ini akan sangat tinggi, karena itu kami sudah berusaha membawa petugas medis sebanyak yang kami bisa."
Kolonel Umar kembali memfokuskan pandangannya ke layar tampilan kamera drone. Kali ini beberapa helikopter berdatangan dari arah barat dan kembali menurunkan pasukan. Setidaknya dari percakapan radio yang didengarkannya, pasukan yang dikirimkan ke kota Charnau saat ini berhasil menyelamatkan ratusan warga sipil. Tetapi tetap saja, jumlah ratusan sangat jauh dari jumlah total ribuan atau bahkan puluhan ribu warga sipil yang sudah dibantai oleh orang Leonia.
