Part 36 Aneksasi
Kolonel Umar beserta rombongan pasukan utama pun akhirnya sampai di kota Charnau. Sayangnya kedatangan pasukan utama seperti yang telah diperkirakan sebelumnya sudah jauh terlambat. Api di kota sudah mulai padam dan meninggalkan puing-puing bangunan. Banyak mayat tergeletak di jalanan kota. Sebagian merupakan mayat pasukan Leonia dan sisanya penduduk sipil warga kota Charnau. Akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membangun kota itu kembali seperti kota Longnard.
Konvoi pasukan utama yang dipimpin kolonel Umar pun memasuki kota melalui gerbang barat kota dan menyebar ke seluruh penjuru kota, mencoba mencari tentara Leonia yang tertinggal atau pun warga sipil yang masih hidup. Kendaraan pengangkut personel seperti Hisan dan Safir berhenti untuk menurunkan infanteri yang ada di dalamnya, termasuk infanteri yang sebelumnya duduk di atas tank seketika turun ketika mereka mulai memasuki kota.
Sebagian infanteri mencoba memasuki gedung untuk mencari penduduk yang selamat. Kebanyakan pintu rumah sudah hilang dan hanya tersisa sedikit balok kayu yang menghalangi jalan masuk. Pasukan Ghazi yang memasuki rumah-rumah sesekali harus menendang balok kayu yang menutupi bekas pintu masuk, bahkan meskipun balok kayu itu masih ada sisa api yang membakarnya.
"Astaghfirullah, aku sering sekali membaca cerita-cerita perang di masa lalu yang tidak jauh dari penjarahan dan pembantaian, tapi tetap saja melihat langsung seperti ini membuat darahku mendidih." Ujar kolonel Umar.
"Saya pernah mendengar cerita-cerita kebiadaban tentara salib dan mongol yang melawan pasukan Islam di abad pertengahan dulu, tetapi ini pertama kalinya saya melihat yang seperti ini kolonel." Mayor Farid menambahkan.
Keduanya masih berada di dalam salah satu jip Jamal yang juga sedang menyusuri kota. Sesekali jip Jamal akan berbelok di persimpangan. Tujuan jip itu adalah salah satu bangunan yang menjadi titik kumpul dan perlindungan untuk warga sipil yang berhasil diselamatkan. Di udara, terdapat sejumlah helikopter Saqr yang berpatroli memutari kota membantu mengamankan kota dari pasukan Leonia yang tersisa.
Dari arah barat, terlihat sekumpulan helikopter Ababil dan Naqil yang datang dari Anteinde. Helikopter itu datang tidak membawa pasukan, melainkan campuran antara obat-obatan dan makanan. Dari laporan terakhir yang didapatkan kolonel, total hampir seribu penduduk sipil yang berhasil diselamatkan dan saat ini tersebar di 8 titik pengumpulan. Dari jumlah itu, 200 diantaranya mengalami luka-luka dan 150 mengalami tanda-tanda trauma.
Safir yang dikendarai kolonel akhirnya berhenti di depan sebuah gedung yang nampak utuh dibanding gedung yang lain. Gedung itu terlihat ramai dengan penduduk sipil yang tersebar di depan dan di dalam gedung. Berbagai personil medis dan perawat dengan seragam putihnya yang sudah sampai di sana terlebih dahulu juga tampak sibuk berlalu lalang. Mereka tidak hanya mengobati penduduk sipil yang terluka, tetapi juga membagikan makanan.
"Assalamualaikum kolonel" Suara itu datang dari Ahmed yang berjalan mendekat ke arah kolonel Umar dan menghormat.
"Waalaikumsalam" Umar membalas hormatnya sebelum Ahmed menurunkan tangan.
"Kota Charnau telah berhasil kami amankan dari Leonia kolonel, sayangnya kita datang terlambat dan orang-orang Leonia sudah melakukan ini semua ketika kita sampai di sini. Kami melakukan apa yang bisa kami lakukan sebaik mungkin." Ahmed mengucapkan laporan pendeknya dengan nada yang terdengar suram.
"Aku bisa melihatnya kapten, setidaknya kita masih sempat menyelamatkan sejumlah penduduk."
Ahmed mengangguk.
"Saya rasa kedatangan anda kemari tidak hanya meminta laporan dari saya, apa ada hal yang lain yang ingin anda minta?"
"Kau cukup tajam ya kapten. Memang benar ada hal lain yang ingin aku minta, tetapi bukan kepadamu."
Pandangan kolonel Umar berpindah ke Cecilia yang sedang menenangkan beberapa anak-anak yang nampaknya kehilangan orang tua mereka.
"Cecilia? Apa yang ingin anda minta darinya kolonel?"
Kolonel Umar diam saja dan berjalan melewati Ahmed ke arah Cecilia. Menyadari kedatangan seorang petinggi dari militer Ghazi, Cecilia yang tadinya berjongkok merangkul dan mengusap kepala seorang anak laki-laki pun berdiri dan menghadap ke kolonel Umar.
"Kamu yang bernama Cecilia kan?"
"Benar, saya Cecilia, apa ada yang bisa saya bantu tuan …" Cecilia tidak mengetahui siapa nama petinggi yang menjadi atasan Ahmed itu, membuat kalimatnya berhenti di tengah jalan.
"Sepertinya kamu sudah bisa berbahasa Arab dengan cukup lancar, kamu belajar bahasa arab dengan cukup cepat ya."
"Saya berusaha mempelajarinya siang dan malam karena ini sudah menjadi kewajiban saya memahami bahasa yang digunakan suami saya."
"Maksudmu Ahmed?"
Cecilia mengangguk.
"Baiklah, ada hal yang ingin aku minta darimu dan ini menyangkut wilayah Scotia dan penduduk yang ada di dalamnya."
Mendengar nama Scotia dan penduduknya disebut, Cecilia pun menjadi semakin terlihat antusias. Kalau ia bisa memberikan bantuan untuk Scotia, maka itu suatu kehormatan juga untuknya sebagai seorang putri Scotia.
"Ikutlah bersamaku."
"Baiklah, tapi …" Cecilia terlihat sedikit ragu menyanggupi permintaan kolonel Umar untuk ikut dengan dirinya. Pandangannya terarah ke Ahmed dan kolonel Umar pun memahami penyebab keraguannya.
"Tentu saja suamimu juga boleh ikut. Tidak baik rasanya jika aku mengajak istri orang lain tanpa sepengetahuan suaminya kan?" Ucap kolonel dengan tersenyum tipis membuat Cecilia ikut tersenyum sambil sedikit tersipu.
Kolonel Umar pun kembali mendatangi Ahmed dan meminta atau lebih tepatnya memerintahkan Ahmed untuk ikut dengannya bersama Cecilia. Ketiganya berjalan ke arah Safir kolonel Umar yang tadi terparkir di depan gedung. Sylvania yang mengetahui kepergian Cecilia dan Ahmed pun sempat menatap kepergian keduanya. Namun sesaat kemudian pandangannya difokuskan kembali ke apa yang tadi dia kerjakan, merawat seorang pria tua yang mendapat luka tebasan pedang.
Mungkin itu memang urusan penting untuk keduanya, kalau memang begitu, aku tidak seharusnya mengganggu mereka berdua.
Safir yang ditumpangi kolonel Umar berjalan keluar dari tembok kota dan di sana sudah ada beberapa tenda militer yang didirikan, termasuk tenda komando yang juga dipenuhi perangkat komunikasi radio. Safir berhenti di depan tenda komando dan kolonel pun mengajak Ahmed dan Cecilia keluar dari Safir, lalu berjalan ke arah salah satu tumpukan perangkat komunikasi yang sudah disusun dan diaktifkan. Bahkan di tempat itu juga terdapat layar dan kamera agar dapat dilakukan komunikasi visual seperti video call.
"Nona Cecilia, kota Charnau adalah kota Scotia terakhir yang berhasil kami bebaskan dari Leonia. Sebelumnya saya yakin bahwa Sultan Osman sudah pernah menanyakannya, tetapi akan saya tanya kembali, apakah anda bersedia untuk kembali ke tahta kerajaan dan memerintah Scotia lagi?"
Cecilia menggeleng.
"Maaf, saya sudah mengatakan sebelumnya bahwa saya tidak ingin kembali ke tahta kerajaan. Saya hanya ingin hidup bersama kekasih dan ksatria saya Ahmed sebagai warga biasa. Selain itu, Scotia dan penduduknya pasti akan menjadi lebih baik di bawah pemerintahan kalian secara langsung. Saya sebagai putri dari raja Scotia terakhir, mengharapkan kebahagiaan dan kesejahteraan terbaik untuk rakyat Scotia dan saya yakin hal itu hanya dapat dicapai oleh Daulah Islam."
Kolonel Umar pun mengangguk tersenyum mendengar jawaban Cecilia. Meskipun di usianya yang sangat muda, Cecilia sudah bertingkah layaknya orang dewasa dan bahkan memikirkan kebahagiaan penduduk negerinya. Tidak banyak orang seperti itu bahkan di tempat asalnya dan hal ini lah yang dikagumi kolonel Umar dari Cecilia. Memang wajar di lingkungan seperti itu umumnya kebanyakan orang akan tumbuh dan dewasa lebih cepat daripada di tempat asalnya.
"Baiklah kalau begitu, tetapi sebelum kamu meninggalkan tenda ini, aku ingin kamu berpidato untuk seluruh rakyat Scotia."
"Berpidato?"
"Benar, mendengar putri dan pewaris tahta sah dari Scotia yang masih hidup, aku rasa itu akan meningkatkan moral dan semangat dari semua warga Scotia yang sudah menjadi korban peperangan ini."
"Aku mengerti. Tapi … bagaimana saya harus berpidato? Di sini bahkan tidak ada orang Scotia sama sekali."
Kolonel Umar pun menunjuk ke arah perangkat radio.
"Gunakan benda ini dan suaramu akan didengar oleh seluruh penduduk Scotia."
Cecilia mengerti bahwa itu adalah perangkat yang dinamakan sebagai radio dan biasa digunakan oleh Ahmed atau para Ghazi lainnya berkomunikasi jarak jauh. Hanya saja Cecilia tetap tidak dapat menyembunyikan kekagumannya mengingat bahwa benda itu dapat membuat suaranya bisa didengar oleh seluruh penduduk Scotia. Cecilia kembali mengangguk dan kolonel Umar pun mengambil mic dari radio itu dan memberikannya ke Cecilia.
Di sisi lain, nampaknya kolonel Umar sudah mempersiapkan semuanya. Tidak, lebih tepatnya kolonel Umar sebenarnya hanya mematuhi perintah saja. Pemilik ide yang sebenarnya adalah Jenderal Ayyub yang menjadi pemimpin tertinggi sekaligus menjadi gubernur jenderal sementara di wilayah Scotia. Jenderal Ayyub memerintahkan seluruh pasukan Ghazi di kota, desa, ataupun lokasi pengungsian untuk mengumpulkan penduduk dan menyiapkan pengeras suara dan layar lebar yang dihubungkan ke radio.
Cecilia menerima mic dengan sedikit bingung mengingat dirinya tidak pernah menggunakan perangkat radio sebelumnya. Setelah menyerahkan mic, kolonel Umar menyalakan sebuah monitor yang menampilkan berbagai tayangan dari tangkapan kamera di seluruh wilayah Scotia. Cecilia dapat melihat seluruh warga Scotia berkumpul di setiap tayangan kamera itu di wilayah masing-masing. Mereka tampak menunggu di depan sebuah truk yang mengangkut seperangkat alat pengeras suara di atasnya. Yang membuat Cecilia lebih terkejut adalah dari truk itu juga ada layar yang menampilkan dirinya saat ini.
Tentu saja dirinya menjadi semakin canggung karena dilihat oleh seluruh warga Scotia. Selama ini dirinya tidak sadar bahwa di ruangan itu ternyata juga terdapat sebuah kamera yang menampilkan dirinya. Menyiapkan diri, Cecilia pun sedikit menelan ludah sebelum mulai berbicara. Meskipun pernah berpidato sedikit ketika di tengah masa pemberontakan melawan Leonia, Cecilia tetaplah gugup mengingat kali ini dirinya didengar oleh hampir seluruh warga yang ada di seluruh Scotia.
"Ano, semuanya dapat mendengar suaraku?" Cecilia mencoba berbicara dengan mendekatkan bibirnya ke mic. Dari kamera yang ditampilkan, nampak semua penduduk yang di tampilan itu bereaksi seluruhnya.
"Seluruh penduduk dan rakyat dari kerajaan Scotia, sebelumnya aku akan mengucapkan sebuah salam yang yang diajarkan oleh orang-orang hitam yang menyebut diri mereka sebagai muslim. Assalamualaikum."
Cecilia mencoba memandang ke arah layar, tampaknya para penduduk berfokus ingin mendengar kelanjutan dari pidatonya.
"Salam ini memiliki arti 'semoga keselamatan terlimpah kepadamu', yang berarti salam ini berisi doa tentang keselamatan terhadap mereka yang diberikan salam. Para rakyat Scotia sekalian, mungkin ada beberapa dari kalian yang sudah mengenalku, tetapi aku tetap akan memperkenalkan diri mengingat beberapa dari kalian mungkin belum pernah melihatku secara langsung. Namaku adalah, Cecilia Norma de Scotia, putri dari raja Scotia terakhir, Rauffe Norma de Scotia. Mungkin banyak dari kalian yang mendengar kabar bahwa seluruh keluarga kerajaan telah terbunuh oleh pasukan Leonia, tetapi itu tidak benar karena kalian saat ini bisa melihatku berdiri di sini dan mendengar suaraku.
Cecilia dapat melihat banyak orang yang terkesiap di antara kerumunan itu. Tentu saja itu wajar karena mereka semua mengira bahwa semua keluarga kerajaan telah terbunuh.
Para rakyat Scotia, selama beberapa tahun ini negara dan pasukan Leonia telah menginvasi dan menduduki kerajaan kita. Banyak yang dibunuh ataupun diperbudak dan dibawa ke wilayah Leonia, mereka yang tidak mengalami keduanya pun juga mendapatkan tekanan dan diskriminasi dari orang-orang Leonia. Makanan direbut dan warga dibiarkan kelaparan ditambah lagi mereka juga meminta pajak yang tinggi dari kita. Selama berbulan-bulan kita menderita, kehilangan harta, keluarga, dan bahkan nyawa, dan yang paling buruk adalah kita tidak dapat melawan dan hanya dapat menerima nasib. Sampai pada akhirnya apa yang disebut orang-orang Leonia sebagai pasukan hitam, pasukan yang menyebut diri mereka sebagai Ghazi dan orang-orang muslim. Mereka datang membebaskan kita dari orang-orang Leonia.
Tidak hanya itu, para Ghazi juga memberi kita makan, mengobati yang sakit dan terluka, serta memperbaiki rumah-rumah kita, bahkan membangunkan rumah baru untuk mereka yang tidak memilikinya. Dan kini setelah berbulan-bulan yang dipenuhi oleh peperangan, orang-orang muslim, para Ghazi berhasil merebut seluruh wilayah Scotia, tempat tinggal kita dari Leonia. Hari ini, kota Charnau, yang menjadi titik awal Leonia menyerang kita, telah berhasil direbut oleh para Ghazi.
Beberapa minggu yang lalu, pemimpin tertinggi dari orang-orang muslim berbicara denganku dan memintaku untuk memerintah kerajaan Scotia menjadi penerus ayahku. Tapi, tawaran itu aku tolak. Aku merasa jika negeri kita pasti akan lebih baik di bawah pemerintahan mereka. Mereka berjanji akan memperlakukan kita semua, rakyat Scotia layaknya rakyat mereka sendiri. Orang-orang muslim bahkan menerima siapapun dan dari ras manapun untuk bisa menjadi muslim seperti mereka, termasuk diriku yang juga sudah menjadi muslim dan menikah dengan salah satu dari prajurit terbaik mereka."
Cecilia mengucapkan kalimat itu dengan melebarkan senyumnya dan melirik ke arah Ahmed untuk sesaat. Dari layar monitor, Cecilia dapat melihat banyak orang yang saling berbicara dan berbisik satu sama lain setelah Cecilia mengucapkan kalimat terakhir. Meski begitu Cecilia pun tetap melanjutkan.
"Para penduduk Scotia, mulai hari ini kalian semua, kita semua akan menjadi bagian dari negeri para Ghazi yang disebut dengan Daulah Islam. Semuanya akan diperlakukan setara, tanpa memandang tua muda, kaya atau miskin, bangsawan atau jelata, semuanya memiliki kewajiban dan hak yang sama sebagai warga negara."
Kali ini para penduduk mulai terlihat kagum dan berseri-seri. Mereka sudah bosan berada di bawah tindasan pengguna mana yang disebut bangsawan.
"Dan yang paling penting, setiap orang bisa memilih untuk mengikuti kepercayaan para Ghazi, kepercayaan yang sudah aku pilih saat ini, menjadi seorang muslim, atau mempertahankan kepercayaan lama kalian, semua boleh memilih. Kalian yang tetap mempertahankan kepercayaan lama menjadi pengikut dewa Solus, tidak akan diganggu dan tetap akan diberikan hak yang sama sebagai warga negara. Tetapi bagi kalian yang ingin mengikuti kepercayaan kami agama Islam, dan menjadi seorang muslim, kami akan menerima kalian semua dengan tangan terbuka, tak peduli apapun latar belakang kalian, status kalian, dan ras apapun kalian, kami akan menerima kalian semua. Itu saja yang akan aku sampaikan untuk kalian, rakyat Scotia di pidato pertama, dan mungkin menjadi terakhir ini. Semoga keselamatan dan kedamaian selalu menyertai kita."
Cecilia pun menunduk sejenak seolah memberi hormat ke seluruh penduduknya yang melihatnya tidak langsung sebelum akhirnya Cecilia berjalan menjauh dari mic.
""""Uoogghhhhh""""
Tanpa disangka, Cecilia dapat melihat seluruh penduduknya bersorak gembira. Kedua matanya mengeluarkan air mata bahagia dan Cecilia pun langsung bergegas memeluk Ahmed dengan perasaan lega karena sudah melepaskan tanggung jawabnya. Rasanya ingin sekali dirinya meluapkan seluruh emosinya ke Ahmed saat ini, tetapi hal itu harus menunggu sampai nanti malam mengingat saat ini kolonel Umar sedang memandang keduanya. Mungkin Cecilia harus meminta jatah Sylvania malam ini untuk bisa bersama Ahmed meskipun harus menggantinya di lain hari.
###
Benteng Andalusia, Gedung pusat komando
Jenderal Ayyub melihat dan mendengar seluruh pidato yang disampaikan oleh Cecilia. Dari pidato itu, Jenderal Ayyub dapat menyimpulkan bahwa Cecilia sebenarnya memiliki bakat di bidang politik terlepas dari usianya yang masih sangat muda. Sayangnya terlihat sekali bahwa dari awal Cecilia sama sekali tidak berminat menjalani karir politik dan lebih memilih menjadi warga biasa bersama salah satu perwira Ghazi yang bernama Ahmed.
Reaksi penduduk Scotia yang bersorak bisa dibilang diluar dugaan. Ayyub memperkirakan bahwa kemungkinan akan terjadi beberapa kerusuhan dan penolakan karena ketidakpuasan mereka. Jenderal Ayyub tersenyum tipis menyadari kesalahan kecilnya. Tidak seharusnya penduduk Scotia disamakan dengan masyarakat modern di luar Daulah Islam seperti di dunianya.
Hampir semua masyarakat di luar Daulah Islam sudah mengenal konsep nasionalisme. Setiap usaha perluasan wilayah dari negara manapun pasti akan ditentang oleh penduduknya dan juga negara lain di seluruh belahan dunia termasuk jika yang memperluas wilayah itu adalah Daulah Islam. Perbatasan menjadi lebih ketat daripada di zaman pertengahan. Kependudukan menjadi bahasan yang cukup sensitif. Belum lagi pola pikir masyarakat yang lebih dipengaruhi oleh ideologi daripada agama.
Jenderal Ayyub sadar bahwa masyarakat yang hidup di tingkat peradaban abad pertengahan memiliki pola pikir yang sederhana. Mereka akan menerima siapapun yang memerintah mereka selama mereka diperlakukan dengan baik. Tidak ada konsep nasionalisme dan kebanyakan agama atau tradisi masih memiliki pengaruh kuat terhadap penduduknya.
Seperti di zaman awal kekhalifahan Rasyidah, Umayah, dan Abbasiyah. Islam akan sangat mudah diterima oleh penduduk di wilayah yang ditaklukkan oleh kaum muslim. Ketika kekuasaan Islam mencapai suatu wilayah, maka dalam waktu yang singkat hampir seluruh penduduknya akan memilih untuk memeluk Islam dengan sukarela.
"Sepertinya kita akan sangat sibuk di beberapa hari kedepan. Hubungi pemerintahan di Istanbul dan sampaikan bahwa kita akan membutuhkan staff administrasi sipil di sini untuk mengurus penggabungan wilayah Scotia dengan Daulah Islam."
"Siap Jenderal."
###
22 Juni 2029
Kota Leon, kastil kerajaan
Raja Cheldric kembali mengadakan pertemuan kerajaan 2 hari setelah keputusannya membumihanguskan kota Charnau. Seluruh anggota kerajaan dan menterinya menunggu pembawa pesan yang rencananya akan datang hari itu dan membawa kabar dari kota Charnau. Tak lama kemudian pintu ruangan yang besar terbuka memperlihatkan seorang pembawa pesan Leonia yang berjalan masuk. Langkah pembawa pesan itu berhenti tepat di depan tahta raja Cheldric. Tak lupa pembawa pesan itu berlutut terlebih dahulu di depan raja sebelum membeberkan kabar yang dibawanya.
"Yang mulia, saya membawa kabar dari pasukan kita dari kota Charnau dan sekitarnya."
Raja Cheldric mengangguk, mengisyaratkan pembawa pesan itu untuk melanjutkan.
"Kami berhasil membumihanguskan kota Charnau sebelum pasukan hitam datang. Hanya saja sebagian pasukan kita yang tertinggal terbunuh oleh pasukan hitam karena mereka terlambat keluar dari kota."
"Begitu ya, itu kabar yang cukup bagus mengingat rencana kita berhasil. Pasukan hitam pasti tidak akan dapat memanfaatkan sumber daya kota dan mungkin tidak akan dapat menyerang dalam waktu dekat. Apa ada kabar lainnya?"
"Sebelum pesan perintah dari Anda sampai ke kami, jenderal Charles ternyata telah berinisiatif menjalankan strategi yang sesuai dengan perintah anda. Hasilnya kami dapat menghambat pergerakan pasukan hitam dan menimbulkan korban yang cukup signifikan di pihak mereka tanpa membutuhkan banyak pasukan. Bahkan salah satu dari pengguna sihir kita berinisiatif menggunakan sihir tombak api dan berhasil menghancurkan salah satu gajah besi mereka."
Raja Cheldric menjadi semakin antusias mendengarnya.
"Hou berarti strategi kita juga bisa dibilang cukup sukses. Satu-satunya yang perlu kita pikirkan saat ini adalah bagaimana cara menggunakan sihir tombak api ini berkali-kali. Penyihir Besar Conrad, bagaimana pendapatmu tentang sihir tombak api ini?"
Tatapan raja Cheldric berpindah ke orang berjenggot tebal dengan topi runcing lebar ala penyihir. Penyihir besar Conrad adalah tokoh yang memiliki gelar penyihir terkuat di kerajaan Leonia. Dengan energi mana di atas rata-rata, Conrad dapat mengeluarkan banyak jenis serangan sihir tanpa harus kehabisan energi mananya. Selain itu, Conrad juga merupakan seorang peneliti sihir yang mempelajari sihir dan mantranya.
"Yang mulia, tombak api adalah sihir terkuat yang dimiliki oleh pengguna elemen api seperti golem yang digunakan pengguna elemen tanah. Tombak api awalnya dinilai tidak berguna karena memiliki area ledak yang kecil dan menghabiskan banyak mana sampai membuat penggunanya pingsan."
"Hou, tapi nampaknya sihir itu bisa digunakan ke gajah dan kendaraan besi mereka?"
"Benar yang mulia. Konon rumornya sihir tombak api dapat menembus kulit naga api yang sangat keras ratusan tahun lalu. Memang penggunaan sihir kuat biasanya akan menggunakan banyak mana dan hanya dapat ditembakkan 1 kali. Untuk itu saya juga mengusulkan untuk menggunakan seluruh stok batu mana yang kita miliki. Jika setiap penyihir membawa batu mana itu, mereka akan dapat menggunakan sihir kuat berkali-kali dan hanya menggunakan mana dari batu mana tersebut."
"Baiklah, mulai hari ini kita akan kembali merekrut prajurit dari seluruh negeri. Tingkatkan pembuatan busur dan panahnya, perbanyak penambangan batu mana dan bagikan ke seluruh pengguna sihir. Penyihir Besar Konrad, kau bertanggung jawab untuk melatih seluruh pengguna sihir api kita agar dapat menembakkan sihir tombak api. Berikan mereka batu mana sebanyak yang mereka butuhkan"
"Baiklah, sesuai dengan perintah anda, yang mulia."
Tanpa mereka ketahui, seluruh pembicaraan mereka didengar oleh grup regu Hittin melalui drone lalat yang beterbangan di sekitar ruangan itu. Kapten Fajar segera melaporkan hasil dari pertemuan penting itu ke markas besar benteng Andalusia.
