"Bukan kau yang memutuskan, Ino," balas Kankurou tanpa sedikitpun menoleh ke arah Ino.

Setelah mendengar balasan itu, kepalan tangan Ino semakin erat hingga buku-buku tangannya memutih. Perasaannya kian berkecambuk, antara ingin menonjok wajah Kankurou atau sekedar meneriaki kata-kata umpatan yang sejak tadi tertahan di pangkal tenggorokannya. Jawaban Kankurou tak sesuai dengan apa yang diharapankan oleh Ino. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan kuat tanpa menghiraukan sewaktu-waktu gigi tajamnya itu akan merobeknya. Tak peduli, sebab ia pernah merasakan sakit yang lebih dari sekedar itu. Rasa sakit itu biasa dialami oleh seorang shinobi.

"Lalu siapa yang berhak memutuskan hidupku? Kazekage itu? Karena kedudukannya jauh lebih tinggi daripada aku, dia bisa berbuat seenaknya? Mengambil gadis dari desa lain untuk dinikahi? Lalu, kenapa harus aku? Ada gadis lain yang lebih dariku, entah fisik ataupun kekuatan. Kau tahu, aku sering diremehkan karena aku bukan tipe ninja petarung seperti kalian!" cecar Ino, tanpa sadar ia telah merendahkan kemampuannya sendiri —sangat bukan Ino.

"Kazekage bisa menikahi Sakura Haruno, 'kan?" tanya Ino lagi.

Untuk saat ini, Ino sudah tidak peduli lagi dengan apa yang ia katakan. Mau bagaimana lagi. Ia sudah sangat kesal. Tak tahu harus bagaimana lagi. Ia hanya ingin mengakhiri 'perjodohan' ini. Ah! Entah siapa yang sudah menjodohkannya. Yang pasti, tidak mungkin seorang Kazekage benar-benar memilihnya.

"Mengapa tidak pernah aku pikirkan sebelumnya? Pasti ada maksud lain dari semua ini, tetapi... apa?" batin Ino bertanya-tanya.

Hanya dengan memikirkan masalah ini saja, kepala Ino tiba-tiba terasa sakit. Ini tidak mungkin terjadi. Kalau saja Ino tidak ke sini, ia bisa menghabiskan harinya dengan berendam air hangat lalu memakan tomat ceri sambil mengobrol dengan ibunya.

"Kau sadar? Kau baru saja menawarkan Nona Haruno, padahal kau sendiri tahu jika dia akan segera dinikahi oleh Sasuke. Kau sahabatnya, 'kan? Lagipula, apakah kau tidak ingin dicintai oleh laki-laki juga?"

Itu hanya rentetan pertanyaan biasa, tetapi ketika didengar oleh Ino, rasanya sedikit menyakitkan sekaligus mengejutkan. Apa yang telah Ino lewatkan? Kenapa ia tidak tahu itu? Yang benar saja... Sasuke akan menikah dengan Sakura. Kapan? Ino tak tahu fakta itu. Tubuh Ino seketika mematung. Pantas saja akhir-akhir ini Sakura sering menghindarinya. Mereka jarang mengobrol padahal keduanya memiliki proyek besar untuk mendirikan sebuah rumah sakit mental untuk anak-anak.

"Oh, apa Sakura belum memberitahu semua teman-temannya? Jadi, hanya Gaara saja yang diberitahu kabar itu, ya?" Kankurou kembali bertanya karena tidak ada balasan dari Ino.

Diam-diam Kankurou tersenyum sambil membatin, "Lihat, hanya dengan menyebut nama Uchiha itu, hatimu goyah, 'kan? Kalau bukan karena alasan itu, akupun akan menolak pernikahan politik ini."

"Tapi ketahuilah jika itu tidak penting. Yang jelas, Gaara tertarik denganmu," lanjut Kankurou.

Ino sepenuhnya sudah berbalik ke arah Kankurou. Tadinya ia tidak berniat melihat pemuda itu, tetapi ia membutuhkan penjelasan lebih dari orang yang terlihat sering bersama Gaara. Tidak mungkin jika Kankurou tidak tahu banyak tentang Gaara. Kedua pemuda itu adalah saudara, sudah semestinya ia tahu apa yang terjadi. Atau malah Kankurou ikut andil dalam memilih jalan hidup Gaara.

"Berhenti mengatakan omong kosong! Tak mungkin seorang Kazekage tertarik denganku. Kami bahkan tak pernah berbicara di luar topik rapat lima kage," bantah Ino karena ia tak yakin dengan perkataan Kankurou soal Gaara yang tertarik dengannya.

"Kau bisa menanyakannya pada Gaara. Aku hanya bisa mengatakan sedikit. Saat perang, kau cukup menarik perhatiannya. Kau lupa julukanmu itu, Beauty of Konoha?" kata Kankurou mencoba meyakinkan Ino.

"Geh!" dengus Ino.

Kalau yang barusan, Ino tak salah dengar. Seseorang baru saja memuji kecantikannya. Haruskah ia senang?

"Cukup! Sekarang aku tak percaya lagi dengan omongan orang lain. Jika kau berada diposisiku, kau sendiri tidak mungkin menikah dengan gadis yang tidak kau ketahui asal usulnya, 'kan? Ini naluri alami. Jika hal ini terjadi padamu, kau pasti akan mencari tahu latar belakang calon istrimu sebelum kau benar-benar menikahinya. Kenapa kau tidak paham itu?!" Tanpa sadar nada bicara Ino meninggi.

Melihat sikap Ino yang kurang ajar terhadap salah satu orang penting di desa Suna, dua jounin yang tadi berdiri di dekat Kankurou mulai berinisiatif untuk mendekati Ino. Namun, Kankurou lebih dulu mencegahnya dengan sebuah isyarat tangan. Kedua jounin itu tidak jadi mendekati Ino.

"Kita tidak saling mengenal, Ino. Kau tidak bisa menyimpulkan seperti itu. Lagipula, tujuan kami menjemputmu agar Gaara bisa mengenalmu lebih dekat. Dia pun tidak ingin menikah dengan gadis yang tidak ia kenal. Apa itu sudah cukup menjawab kegelisahanmu?" jelas Kankurou seadanya.

Ino mendengus, lalu tersenyum remeh.

"Tch! Kau saja mengakui jika kita tidak saling mengenal. Lalu, kenapa aku harus menikah dengan laki-laki yang tidak aku kenal. Selain itu, tolong jelaskan kenapa pria berjubah tadi menyuruhku untuk pergi? Pasti ada hal besar yang kalian sembunyikan," balas Ino.

Ino berbalik lagi. Sebelum ia pergi dari tempat itu, ia kembali berbicara.

"Intinya aku muak dan aku ingin pulang. Tolong katakan kepada Kazekage jika aku menolak untuk menikah dengannya. Kalaupun aku harus dihukum karena dianggap melawan, itu lebih baik daripada aku harus menikahi seorang laki-laki yang memiliki rahasia besar," katanya.

"Suatu hubungan serius tidak bisa dimulai dengan sebuah rahasia," lanjut gadis bunga itu.

Ino segera berlari menjauh dari Kankurou. Ia hendak kembali ke penginapan untuk membereskan barang-barangnya sebelum ia pergi meninggalkan desa gersang dan tandus itu.

"Kankurou-sama, apa kami harus melaporkan ini kepada Kazekage?" tanya salah satu jounin yang terlihat gelisah setelah menyaksikan perdebatan Ino dan Kankurou.

"Tidak. Aku akan memberitahunya nanti. Cukup pastikan kalian menutup akses keluar di semua gerbang desa. Jangan biarkan gadis itu kabur dari desa sementara aku mengurus penghianat ini," perintah pemuda ahli kugutsu itu.

"Lagipula, kami akan memikirkan cara untuk membohonginya lagi," imbuh Kankurou.

Kedua jounin itu mengangguk bersamaan sebelum mereka melompat dari atap ke atap untuk menyampaikan perintah Kankurou kepada semua shinobi yang bertugas menjaga jalur mobilitas desa.

Sementara itu, Ino baru saja tiba di depan gedung penginapan. Ia menatap ke arah jendela kamarnya yang ada di lantai tiga. Awalnya ia tidak yakin apakah ia harus mengambil tas bawaannya. Namun, setelah diingat-ingat, ada satu barang penting yang tidak boleh ditinggalkan di desa itu.

"Ugh! Aku benar-benar tak tahan tinggal di sini," gerutu Ino sambil mengusap permukaan kulit lengan bawahnya.

Baru beberapa jam singgah di Suna, tubuh Ino sudah menunjukkan penolakan. Beberapa area di tangannya sudah banyak yang memerah karena tersengat sinar UV matahari yang begitu terik. Ia tahu jika kulitnya memang sensitif, tetapi ia tidak akan menyangka jika kulitnya akan benar-benar terbakar.

Ino segera masuk dan menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Setibanya di lorong yang menghubungkan dengan kamarnya, langkah kaki Ino memelan. Dari jarak yang lumayan dekat, Ino melihat seorang pemuda tengah berdiri di depan pintu kamar penginapannya. Ia hafal dengan rambut merah itu.

"Apa yang dia lakukan di sini?" batin Ino kesal karena rencananya akan gagal hanya karena pemuda itu datang tiba-tiba ke kamarnya.

-to be continued-

Halo! Bertemu lagi sama aku. Doain aku semoga bisa konsisten menyelesaikan fanfic ini, ya! Sesuai dengan janji aku, fanfic ini bakalan aku update 2x seminggu, tepatnya hari Selasa dan Sabtu biar malming kalian ada bacaan ehehe~ Maaf semisal chapter ini Gaara belum nongol lagi. Next ada momen GaaIno, kok! Janji janji!

Kayaknya aku enggak bosen buat bilang terima kasih banyak sama teman-teman yang rela meluangkan waktunya untuk baca cerita biasa ini. Terima kasih!

Pembaca setia: Terima kasih banyak, ya. Tapi untuk request-an kamu, aku enggak bisa janjiin. Gomenasai~

Inzaghi: Halo, hai! Makasih, Kak Inzaghi udah mampir lagi. Tau nih, Ino enggak bisa kalo enggak pakai sunscreen xD. Hakuto maksud Kakak, ya xD. Ada chara itu, tapi di Novel. Sekali lagi, makasih, Kak! Ih, demi apa, Kak. Aku pernah naksir Kankurou pas dia enggak pakai tato wajahnya itu, pas kena racun Sasori (Kan jadi gosip beneran xD). Kankurou emang ganteng banget TwT. Siap-siap, Kak. Semoga aku bisa konsisten, ya.

megumi darling: Makasih banyak, Kak!

BngJy: Semoga aku tidak mengecewakan. Terima kasih banyak! Kamu juga jaga kesehatan, ya!

gekanna87: Kak Ann mampir lagi TwT. Makasih banyak ya, Kak Ann! Aduh, kalau masalah nebak-menebak gini, Kak Ann bisa jago banget ya. Sampai tebakannya rinci banget xD.
Tapi aku mau no comment aja deh kali ini *peace.

See you next chapter~