"Pagi, Chanyeol sunbae," sapa dua orang gadis pada pemuda tinggi yang berjalan melewati mereka.
Dengan senyum lebar, pemuda itu membalas sapaan mereka walaupun tidak berhenti. "Pagi juga. Cepat ke kelas ya, sebentar lagi bel masuk bunyi," Chanyeol mengingatkan dengan ramah.
Kedua gadis itu tidak bisa menahan senyum. "Iya, sunbae," balas keduanya dan langsung berjalan kegirangan meninggalkan Chanyeol yang hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka.
"Keren banget, Chanyeol sunbae~"
Senyum Chanyeol langsung hilang mendengar nada penuh ejekan yang sangat familiar baginya itu. "Iri?" Chanyeol balas mengejek pemuda yang mendatanginya.
Pemuda itu mendengus mendengar balasan Chanyeol. "Mustahil tidak iri. Tinggi, tampan, pintar, atletis, dan ketua OSIS. Kau sangat populer, Chanyeol."
Chanyeol tertawa makin kencang. "Suho hyung, kau pernah jadi ketua OSIS, kau juga populer!"
Suho hanya menghela napas. "Aku tidak sepopulermu."
"Terserah, aku harus pergi sekarang," kata Chanyeol berusaha kabur.
"Kau mau kemana? Kelasmu di lantai dua," tanya Suho, karena lantai pertama untuk kelas tahun pertama.
"Ada meeting dengan ketua OSIS EXO High School," jawab Chanyeol berhenti sebentar.
Suho mengangguk mengerti. "Ah, untuk festival persahabatan sekolah, ya?" tanya Suho dan langsung diangguki oleh Chanyeol. "Kau sudah pernah bertemu dengan dia sebelumnya?"
Chanyeol menggeleng. "Belum. Kenapa?"
"Kami cukup saling mengenal karena dia dulu wakil ketua OSIS EXO High School," jawab Suho. "Dia orang yang tegas, kau harus ingat itu."
Chanyeol mengangguk mengerti. "Oke, hyung. Aku pergi dulu!" pamit Chanyeol dan langsung berlari keluar dari SM High School.
Chanyeol sama sekali tidak melambatkan larinya menuju EXO High School. Meskipun jarak kedua sekolah terbilang dekat, Chanyeol tetap tidak bisa berlama-lama. Chanyeol berkali-kali melihat jam tangannya. Dia terlambat lima menit dari waktu yang disepakati.
Chanyeol bahkan tak sempat menyapa guru-guru yang ia temui setelah memasuki gedung EXO High School. Setelah bertanya pada siswa di mana ruang OSIS—yang sialnya berada di lantai paling atas, Chanyeol mempercepat langkahnya. Ia akhirnya berhasil menemukan ruang OSIS di ujung lorong.
Baru saja Chanyeol ingin masuk, seseorang membuka pintu dari dalam. Sedikit terkejut melihat kehadiran Chanyeol di depan pintu, gadis itu seggera menyadari siapa pemuda di depannya dari lencana yang terpasang rapi di seragam Chanyeol.
"Ketua OSIS SM High School, ya?" tanya gadis tersebut.
Dengan napas yang masih terengah-engah, Chanyeol mengangguk. "Iya, ketua OSIS kalian sudah lama menunggu?"
Gadis dengan name tag Dahyun itu tersenyum canggung sebelum menjawab pertanyaan Chanyeol. "Iya. Silakan masuk. Baekhyun sunbae ada di ruangan yang itu," tunjuknya pada sebuah ruangan dengan pintu putih.
Oh, namanya Baekhyun. Chanyeol mengangguk. "Gomawo," balas Chanyeol dengan senyum ramahnya.
Dahyun mengangguk. Sebelum keluar, ia kembali bicara pada Chanyeol. "Aku tidak tau apa yang akan dia katakan, tapi... fighting!" katanya dan langsung keluar dari ruangan.
Kening Chanyeol mengerut bingung. "Semangat untuk apa?" gumamnya dan langsung berjalan menuju pintu putih tersebut dan membukannya.
"Maaf aku agak telat," sapa Chanyeol saat bertemu dengan Byun Baekhyun, ketua OSIS EXO High School. Chanyeol kira ketua OSIS-nya akan terlihat galak, tapi ternyata jauh dari itu. Sekali pun sedang duduk, Chanyeol bisa tahu kalau pemuda itu lebih pendek darinya.
"Agak?" kata pertama yang keluar dari mulut Baekhyun langsung membuat Chanyeol merinding. Tatapannya jauh dari kata ramah, dan nada suaranya terdengar mengintimidasi.
"Aku belum telat sepuluh menit kok," balas Chanyeol membela diri.
Baekhyun mendengus. "Lalu, apa itu membuat perbedaan? Kau telat."
"Aku punya urusan tadi pagi, jadi agak telat pergi ke sekolah," bela Chanyeol lagi.
"Urusan apa? Penting?" tanya Bakehyun dengan tangan terlipat di dada.
Chanyeol langsung kehilangan kata-kata. Mustahil Chanyeol menjawab kalau dia terlambat karena urusan lelaki di kamar mandi tadi pagi.
Baekhyun lagi-lagi mendengus. "Kau itu ketua OSIS, jadi contoh untuk murid-murid lainnya, harus disiplin. Ini bukan tentang terlambat lima atau sepuluh menit, tapi bagaimana caramu menghargai waktu. Misalkan saja ada duabelas orang yang terlambat selama lima menit, itu artinya sudah ada satu jam waktu yang terbuang. Datang tepat waktu itu memang tidak mudah, tapi jangan selalu membuat alasan dan mengatakan bahwa kau tidak bersalah."
Chanyeol sudah merasa lelah hanya dari mendengar omelan Baekhyun. Bahkan Chanyeol sudah berhenti untuk mendengarkan dan memilih untuk segera mengganti topik. "Sekarang bisa kita mulai meeting-nya?"
Baekhyun akhirnya diam, tapi dilihat dari pandangan matanya, ia masih kesal pada Chanyeol. "Byun Baekhyun, tahun kedua," ucap Baekhyun memperkenalkan diri.
"Park Chanyeol, aku juga tahun kedua." balas Chanyeol dan kemudian berjabat tangan dengan Baekhyun. Untuk sesaat, Chanyeol terkejut saat menyadari betapa halusnya tangan pemuda di depannya. Chanyeol juga baru sadar jika jemari-jemari Baekhyun begitu lentik. Ia belum pernah bertemu gadis apalagi laki-laki yang memiliki jari secantik milik Baekhyun.
"Ehem!"
Chanyeol yang melamun terkejut dan langsung melepaskan tangan Barkhyun. "Oke, jadi, kita mau bahas apa?" Chanyeol mengutuk dirinya sendiri yang mendadak menjadi bodoh.
Baekhyun menghela napas, sudah menyerah untuk memarahi Chanyeol. "Festival persahabatan sekolah."
"Ah, benar juga," gumam Chanyeol yang kembali menyulut kemarahan Baekhyun.
Baekhyun berusaha untuk tidak meneriaki Chanyeol lagi. "Jadi, tahun ini festivalnya akan diadakan di EXO High School. Untuk stand dan pagelaran seni semua kelas tahun kedua dari kedua sekolah harus berpartisipasi," jelas Baekhyun dengan suara yang lebih tenang dari sebelumnya. "Tidak banyak yang berbeda dari festival sebelumnya, atau kau ada ide lain?" tanya Baekhyun menoleh pada Chanyeol.
Chanyeol yang sedari tadi diam dan hanya memperhatikan Baekhyun memberikan jeda yang lama untuk menjawab. "Kau terlihat manis kalau bicara santai begini."
Komentar Chanyeol langsung membuat Baekhyun menggebrak meja. Baekhyun memaksakan senyumnya dengan tinju yang terkepal. "Sialan, kau bisa serius tidak?"
Chanyeol cukup terkejut mendengar perkataan Baekhyun. "Mulut ketua OSIS yang disiplin cukup kasar ternyata," balas Chanyeol asal.
"Jangan bercanda jika kau tidak mau mati muda."
Merinding. Chanyeol mengangguk saat pensil di tangan Bakehyun patah begitu saja. Membayangkan tangan halus itu mematahkan tulangnya membuat Chanyeol bergidik.
Hampir dua jam, akhirnya Chanyeol dan Baekhyun mengakhiri rapat mereka. Chanyeol merasa lega karena nyawanya berhasil bertahan selama dua jam ini.
"Minggu depan kita adakan rapat pengurus OSIS kedua sekolah," kata Baekhyun sebelum benar-benar mengakhiri pertemuan mereka.
"Kenapa tidak kita berdua saja?" tanya Chanyeol terlihat kecewa. Namun ia langsung melupakan pertanyaan setelah melihat tatapan membunuh Baekhyun. "Kita rapatnya di mana?"
"Di sini saja, festivalnya kan diadakan di sini," jawab Baekhyun.
Chanyeol mengangguk mengerti dan kemudian meregangkan tubuhnya karena lelah. Masih diam di tempatnya, Chanyeol bingung dengan tatapan Baekhyun padanya. "Kenapa kau melihatku seperti itu? Naksir?"
Pensil Baekhyun sekali lagi patah—pensil yang keempat, lebih tepatnya. "Aku penasaran, kenapa kau masih duduk di sini?"
"Istirahat dulu sebentar," balas Chanyeol makin menyamankan dirinya di sofa.
Langsung berdiri, Baekhyun berjalan kearah Chanyeol. Chanyeol seketika bisa merasakan bahaya. Firasatnya terbukti saat kaki Baekhyun dengan ringan menendangnya hingga terjatuh dari sofa.
"Kau masih ada kelas, brengsek! Kembali ke sekolahmu!" teriak Baekhyun yang membuat Chanyeol mau tidak mau mengangguk patuh.
"I-iya." balas Chanyeol meringis. Sebelum benar-benar keluar, Chanyeol berhenti di depan pintu. "Baekhyun, kalau aku jadi pacarmu, apa kau masih akan sesadis ini?"
Semua kata umpatan yang Baekhyun tahu mengalir mulus dari mulutnya. Chanyeol tertawa puas dan langsung kabur secepat kilat menyelamatkan diri.
Baekhyun lagi-lagi menghela napas. "Selamat tinggal kehidupan yang damai."
.
Jam istirahat akhirnya tiba, Baekhyun segera kembali ke ruang OSIS. Sampainya di sana, Baekhyun hanya mendapati seorang siswa tahun ketiga yang begitu dikenalnya duduk di sofa.
"Minseok hyung?" Baekhyun segera duduk di seberang pemuda bernama Minseok yang menyapanya dengan senyum. "Kau butuh sesuatu?"
Minseok mengangguk ringan. "Aku mau memberikan proposal ini," kata Minseok sambil memberikan sebuah amplop coklat kepada Baekhyun. "Klub paduan suara akan membuat penampilan khusus di festival nanti. Acara gabungan dengan klub paduan suara SM High School."
Baekhyun mengangguk sambil membaca proposal yang diberikan Minseok. "Oke, nanti akan kami bahas di rapat OSIS minggu depan."
Minseok tersenyum lebar mengetahui jika Baekhyun tampaknya juga menyukai acara yang akan dilakukannya. Namun, Minseok langsung menyadari jika ada yang aneh dengan Baekhyun sekarang. "Suasana hatimu sepertinya sedang buruk," tebak Minseok.
Baekhyun lagi-lagi menghela napasnya. "Aku kesal!" teriak Baekhyun membuat Minseok terkejut. "Ketua OSIS sekolah tetangga, orangnya menyebalkan! Masih pagi sudah buat orang emosi!"
Minseok cuma bisa tertawa mendengar Baekhyun. "Sekesal itu?"
"Iya, hyung," rengek Baekhyun. "Label saja yang ketua OSIS. Dia pasti terpilih cuma karena wajahnya."
Bukannya bersimpati, Minseok malah bersiul menggoda Baekhyun. "Kau mengakui kalau dia tampan?"
Kening Baekhyun berkerut mendengar perkataan Minseok. "Maksudnya?"
Minseok tersenyum. "Hati-hati, nanti jatuh cinta."
Mendengar perkataan Minseok, Baekhyun tidak bisa untuk tidak mengeluh. "Hyung, sudah berapa kali kubilang, aku sudah bukan gay lagi. Aku sekarang lurus!"
"Lalu, apa kau sudah bisa mendekati perempuan?" tanya Minseok yang sayangnya tak bisa dibalas oleh Baekhyun. Minseok yang menyadari jika perkataannya membuat Baekhyun lesu kembali berbicara, "Baekhyun-ah, jangan terlalu memaksakan diri. Kau mungkin masih merasa sakit, tapi jujurlah pada dirimu sendiri. Apa yang sebenarnya kau inginkan?"
Baekhyun menggeleng. "Hyung, aku yakin. Aku tidak mau lagi menyukai pria."
Minseok hanya bisa maklum dengan sifat keras kepala Baekhyun. "Ya sudah. Tapi ingat, kalau suatu saat kau jatuh cinta lagi pada seorang laki-laki, jangan pernah menyalahkan dirimu."
Baekhyun mengangguk meyakinkan Minseok. Dia tahu seberapa khawatirnya Minseok padanya. Namun, ia sudah membulatkan tekad. Ia tidak mau kejadian yang membuatnya hancur itu terulang lagi.
.
TBC
.
A/N
Halo semua~ selamat datang~
Akhirnya aku punya waktu buat publish cerita ini^^ sebenarnya cerita ini udah aku tulis sejak laaamaaa banget, tapi karena sibuk sama tugas, aku nunggu sampai liburan aja... Yah, qalau sebenarnya sekaramg aku masih belum libur:
Dan aku kembali dengan tema sekolahan! Jujur, susah banget buat karakter Baekhyun yang ooc begini, soalnya aku emang paling suka Baekhyun yang pecicilan dan gilan-gilaan :" Kalian gimana? Lebih suka Baekhyun yang kayak gimana?
Gak mau nambah words lagi nih... Semoga kalian menikmati ceritanya dan nungguin next chapternya ya. Dan kalau ada pertanyaan, silahkan tinggalkan di komentar~^^
See ya!
Virgo
