"Peek A Boo" by jennetchs

Boboiboy/ Boboiboy Galaxy belongs to (c) Monsta

Warning(s) : Alternatif universe, no power, Boboiboy Taufan x Yaya area! elementalsiblings! adultchara! ooc, smut, drama, romance, hurt/comfort, bahasa Indonesia (baku dan non-baku), typo, etc.


Chapter 1 : Everything starts from here (flashback #1)


Perempuan bersurai hitam itu termangu ketika melihat layar ponsel pintarnya. Bibirnya yang tadi tersenyum saat sedang asik meng-scrolling instagram-nya, kini tergantikan dengan wajah datarnya. Iris hazelnya fokus pada sebuah postingan sang kekasih yang tampak sedang berswafoto dengan seorang perempuan lain. Entah ini hanya dugaan Mimy, tapi sepertinya sang kekasih sengaja memposting foto seperti itu. Dan sepertinya, kekasihnya itu benar-benar terang-terangan darinya.

"Mulai hidup baru, ya." Mimy, gadis berdarah Melayu itu hanya mengatakan ulang caption yang ditulis oleh Taufan, yang kini sudah berstatus sebagai mantan kekasihnya.

"Dasar angin ribut sialan," rutuknya dengan nada marah. Perempuan itu kemudian membuka whatsapp untuk mengirimkan chat pada Taufan.

'DASAR KAU LELAKI BERENGSEK. KAU BARU SAJA PUTUS DARIKU DAN SUDAH MENEMUKAN PENGGANTI YANG LAIN?'

Setelah mengirimkan pesan seperti itu, tidak ada jawaban dari sang kekasih. Mimy menghela nafasnya dengan berat, kemudian gadis itu membaringkan tubuhnya ke ranjang dengan tangan masih memegang ponselnya. Matanya menatap kosong langit-langit kamarnya.

'Tring!'

Itu pasti Taufan, ucapnya dalam hati.

Dengan cepat perempuan itu melihat ponselnya, tidak sabar menunggu jawaban sang kekasih. Namun, apa yang diharapkan oleh Mimy sepertinya bukan hal seperti ini. Mata hazel gadis tersebut membulat ketika membaca balasan sang kekasih. Tubuhnya juga ikut mematung.

"ARGHHH!" Mimy berteriak keras. Gadis itu bangun dari posisinya kemudian berjalan mendekati meja riasnya.

'PRANG!'

Ia melemparkan ponsel pintarnya ke arah kaca meja rias di depannya, membuat benda berbentuk pipih persegi panjang itu terjatuh dengan layar yang sudah banyak retakannya, begitu juga dengan kaca meja rias yang ikut pecah dan berhamburan sebagian di lantai porselen. Masih belum puas, Mimy juga membuat berbagai alat make up dan skincare-nya jatuh berserakan ke lantai. Di saat sedang dalam keadaan emosi tidak stabil, gadis itu tidak sengaja melihat figura yang berisikan foto dirinya bersama Taufan yang sedang merayakan anniversary ke-2 tahun hari jadian mereka. Tangannya bergerak mengambil figura tersebut, memandang cukup lama potret yang ada di dalam sana sebelum akhirnya ia melemparkan figura tersebut ke lantai, membuat kaca figura tersebut berserakan.

Manik hazel itu tampak kosong, melihat ke arah pecahan kaca figura, alat make-up dan skincare serta kaca bekas meja riasnya berserakan di lantai, memantulkan bayangan lampu chandelier yang bergantung di langit kamarnya. Jika bukan karena lampu itu bergantungan sangat tinggi, mungkin lampu tersebut juga akan menjadi korban amukannya. Mimy tidak mungkin bisa membantingnya. Pandangannya beralih ke arah potret dirinya dan Taufan yang tertutupi oleh serakan kaca dan skincare-nya.

Menyedihkan.

"HUWAAAAA!"

Mimy kembali meraung, kali ini sambil menangis.

Gadis tiongha itu tidak menyangka bahwa kisah cintanya akan berakhir seperti ini. Terlebih lagi, ia sama sekali tidak pernah memperkirakan bahwa hubungan yang sudah mereka jalin selama empat tahun tersebut harus berakhir dengan menyakitinya.

Benar. Hanya dirinya yang merasa tersakiti di sini, dipermainkan oleh Taufan yang ternyata tidak pernah mencintainya sepersen pun. Sedangkan Taufan, pria itu masih bisa dengan santainya hidup seperti biasa dan tanpa meminta maaf darinya.

Entah Mimy harus bersyukur atau malah tidak..., namun setidaknya sekarang ia mengetahui bahwa selama ini cintanya bertepuk sebelah tangan dan tak terbalas. Selama empat tahun, hanya dia yang berharap akan berakhir membuat keluarga bersamanya, sedangkan si pria tidak pernah berpikir sama seperti dirinya.

Mungkin menurut sebagian besar orang ini terdengar sangat berlebihan..., tetapi beginilah kenyataannya. Masih banyak perempuan di luaran sana, jika mereka sudah menggunakan hatinya dengan tulus maka pusat kebahagiaan serta kesedihan mereka akan berada pada orang yang mereka cintai.

Lalu sekarang, orang yang ia cintai benar-benar berhasil menghancurkan hati seorang pâtissier cantik dan terkemuka di Pulau Rintis, Mimy Andriani.

Menghela nafasnya, Mimy berjalan mendekati figura yang ia banting tadi. Ia berjongkok kemudian tangannya segera menyingkirkan beberapa serpihan kaca dan skincare yang menimpa figura tersebut. Di sana, terdapat foto dirinya bersama sang kekasih—ralat, sekarang mantan kekasih.

Taufan Al Mechamato.

Cinta pertama Mimy saat untuk pertama kalinya ia dari kota besar seperti KL bertolak ke pulau kecil seperti Pulau Rintis dan menginjakkan kakinya ke pulau kecil tersebut demi membuka usaha toko dessert-nya di sini, cita-citanya dari kecil.

Tangan yang memakai kutik kuku dengan warna lavender itu mengusap wajah tampan sang mantan kekasih di sana. Di potret tersebut, Mimy tersenyum lebar memegang boneka hello kitty sedangkan sang pacar hanya tersenyum tipis sembari tangannya yang satu mengelus kepalanya dan yang satunya memegang mini cake yang ia buat untuk merayakan hari anniversary ke-2 tahun mereka menjalin hubungan sebagai kekasih.

Menjalin hubungan sebagai kekasih dari Taufan adalah kebahagiaan tak terduga untuknya. Taufan adalah keturunan kedua dari salah satu keluarga yang cukup tersohor dan berpengaruh di Malaysia. Ayahnya, Amato Al Mechamato, merupakan salah satu dari founder perusahaan yang menciptakan robot-robot canggih yang tak kalah jauh dari buatan negeri Sakura, dan ibunya, Tamara Yusharyani merupakan duta besar Malaysia untuk negara Paman Sam, serta kakeknya, Tok Aba Al Mechamato juga merupakan founder pabrik cokelat terbesar di Malaysia, tepatnya di Pulau Rintis dengan nama Kokotiam's Chocolate. Bahkan saking terkenalnya cokelat yang dibuat oleh pabrik Kokotiam, pada tahun ketiga pabrik itu beroperasi sudah berhasil memenangkan berbagai penghargaan dan berhasil melakukan ekspor besar-besaran ke seluruh benua. Berkat keberhasilan Tok Aba, Ayah dan ibu Taufan, Amato dan Tamara, keluarga Mechamato berhasil memasuki peringkat orang terpengaruh dan terkaya di seluruh dunia dengan kekayaan mencapai hampir triliunan.

Kadang Mimy berpikir, hidup Taufan sangat menyenangkan. Ia memiliki wajah yang rupawan, keluarga yang sukses, dan memiliki keenam kembaran yang tak kalah tampan dan sukses. Tentu saja Mimy sangat bahagia bisa menjadi kekasih dari salah satu putra keluarga tersohor tersebut. Apalagi, ia sudah pernah bertemu dengan keenam kembaran yang rupanya sangat mirip dengan Taufan, hanya saja yang membedakan adalah manik mata mereka dan sifat mereka.

Selain itu, Taufan sendiri merupakan pria yang jauh dari skandal walaupun banyak berita yang memuat tentang keflamboyannya, tetapi skandal pria tersebut tidak pernah ada ditemukan.

Mimy sangat tahu, keluarga Mechamato adalah keluarga terhormat dan jauh dari skandal.

Sukses, tampan, manis, cassanova, dan untouchable. Siapa yang akan tidak tergiur untuk mendaftarkan diri demi menjadi nyonya muda dan menantu keluarga Mechamato?

Mimy sangat tahu, dibalik sikap cassanova yang selalu ditunjukkan oleh Taufan, pria itu tipe orang yang serius, romantis dan setia. Dan Mimy percaya bahwa Taufan adalah pria yang sangat setia pada pasangannya.

Namun, kali ini Mimy akan menarik kembali ucapannya. Pria itu benar-benar berengsek, pria paling berengsek yang pernah Mimy kenal. Terlebih lagi, dia adalah pria pertama yang menjadi kekasihnya.

Mimy melirik jam yang menempel di dinding tepat di dekat ranjangnya, sudah jam setengah lima sore. Ternyata ia sudah membuang setidaknya 30 puluh menit menangisi pria berengsek seperti Taufan dan membuat keadaan kamarnya seperti kapal pecah. Mimy dapat menebak saat ini matanya sudah pasti merah karena sehabis menangis.

Punggung ringkihnya bersandar pada lemari pakaian dibelakangnya, Mimy mendongakkan wajahnya ke atas, melihat langit-langit kamarnya yang dilapisi cat bewarna lavender pink, warna kesukaannya. Ia menutup matanya, mulai mengenang masa lalu.

Beritahu Mimy, wanita mana yang dapat menolak pesona Taufan Al Yehezkiel? Terkecuali, jika wanita itu sudah gila, tidak tertarik pada pria, dan bisa hidup tanpa pria, itu bisa tidak dimasukkan ke dalam daftar.

"Bajingan..." gumam Mimy sembari menggeram kecil. Samar-samar ia mengingat saat-saat di mana pengakuan cintanya diterima dengan mudahnya oleh Taufan. Padahal saat itu, Mimy hanya spontan dan tidak terlalu berharap banyak mengingat banyak wanita yang lebih baik darinya yang mengelilingi Taufan.

Mimy bukanlah perempuan yang memiliki kepercayaan diri yang besar, ia cenderung pemalu, dan sifat pemalunya itu sudah diturunkan oleh keluarganya. Dibandingkan menyatakan cinta secara langsung pada orangnya, ia justru meminta bantuan kepada temannya, Fang, yang berteman dekat dengan Taufan. Dan siapa sangka, bahwa pria menawan itu menerimanya. Balasan Taufan merupakan balasan yang tidak pernah Mimy duga akan menjadi pusat kebahagian serta kesakitannya seperti sekarang.

Terkadang, Mimy bertanya-tanya bagaimana Taufan bisa menerimanya apa adanya, apakah ada sesuatu didirinya yang tidak dimiliki oleh perempuan lain yang selalu mengelilingi Taufan?

Dan sekarang, semuanya sudah terjawab dari kejujuran pria tersebut sendiri. Mimy sekarang tahu, alasan mengapa pria itu mau menerimanya.

Dua kata dari Mimy untuk Taufan.

Berengsek. Bajingan.

Ia hanya dijadikan sebuah tameng oleh pria itu. Tameng agar Taufan tidak dijodohkan oleh keluarganya, karena dari 7 anak keluarga Mechamato, Halilintar dan Gempa, putra tertua dan putra ketiga sudah menikah dan bertunangan, sedangkan Taufan, pria itu sebelum berpacaran dengannya masih senang menyendiri dan hidup bebas dengan status lajangnya. Sedangkan Tok Aba serta kedua orang tuanya, menginginkan cicit dan cucu dari Halilintar dan Taufan. Mengingat mereka berdua adalah paling tertua diantara ketujuh kembaran itu. Halilintar, abang tertua sudah memenuhi keinginan keluarganya, saat ini sang istri sedang mengandung anak pertama mereka.

Maka dari itu, kedua orang tuanya kini memaksa untuk menjodohkan Taufan pada putri kenalan mereka. Namun pada dasarnya Taufan orangnya sangat tidak suka dikekang, akhirnya ia memanfaatkan momentum Mimy yang menyatakan perasaannya demi melindungi dirinya dari perjodohan.

Ah, kisah percintaan Mimy sungguh sial. Sekarang gadis bersurai hitam itu mengerti kenapa setiap dirinya membahas kapan pria itu akan mempertemukan kedua orang tua mereka untuk membahas tentang hubungan yang lebih serius, Taufan selalu menghindar dan mengganti topik pembicaraan. Pria itu tidak pernah mencintainya, dan tidak akan pernah berniat serius untuk memulai keluarga bersamanya. Bahkan untuk ciuman di bibir saja mereka belum pernah... Taufan beralasan ia tidak ingin merusak dirinya dan ingin melakukannya saat mereka menikah nanti, lagi pula ia juga masih perjaka katanya. Dan sialnya, Mimy harus merasa puas dengan kepalanya yang dielus saja, tidak ada kecupan bahkan di pipi sekalipun.

Mimy sudah dibuat terbang ke langit, kemudian sekarang dijatuhkan dengan kuat ke tanah hingga membuat hati dan mentalnya hancur berkeping-keping.

"Apanya yang romantis dari pria itu, " lirih Mimy, intonasinya terdengar akan kekecewaan. Senyum getir terpatri di bibir mungilnya, mengambil ponsel yang sudah tidak menyala, ia membuka casing ponselnya kemudian mengeluarkan kartu perdana dari ponsel yang sudah tidak bisa dipakai lagi itu.

Setelah itu, ia mencampakkan ponsel tersebut kembali ke lantai, kemudian ia berdiri dan berjalan ke meja nakas yang berada didekat queen bed miliknya. Mimy membuka nakas minimalis tersebut, mengambil dompetnya kemudian berjalan keluar dari kamarnya.

Ketika di luar, ia bertemu wanita muda yang merupakan ART di apartment miliknya, yang sepertinya sedari tadi diam menunggu dirinya keluar karena tidak berani masuk untuk mengganggu waktu marahnya. Sebisa mungkin Mimy memasang wajah dingin, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Aku akan pergi keluar sebentar, jadi kau bisa membersihkan 'sedikit' kekacauan di kamarku," ucapnya dengan nada datar. ART itu hanya diam mengangguk kemudian memasuki kamarnya.

Sepeninggalan sang ART, Mimy berjalan ke arah meja mengambil kunci mobilnya yang terletak di sana. Saat ini ia ingin mendinginkan kepalanya dan membeli ponsel baru, mengingat ia barusan menghancurkannya ponselnya yang kesekian kalinya.

Ah tentu saja, ia juga akan memikirkan cara untuk membalas dendam kepada Taufan yang telah membuatnya menjadi seperti ini.

Taufan tentu harus membayarnya ... membayar atas apa yang telah pria itu lakukan pada dirinya.

"Keluarga terhormat, huh?" Mimy menyeringai lebar. Oh lihat, sepertinya gadis itu sudah menemukan cara untuk menghancurkan Taufan berkeping-keping setelah ini.


"Ada apa kau memanggilku kemari?"

Pria berkacamata dengan kulit tan kecoklatan itu menopang dagunya menatap Mimy yang makan dengan tenang sedari tadi. Sepertinya setelah menangis, ia merasa lapar.

"Aku memerlukan bantuanmu, Deep," ucap Mimy setelah selai mengunyah daging steaknya. Matanya menatap lurus pria berdarah India itu.

Amar Deep—atau kerap dipanggil Deep, terkekeh kecil, "Kali ini siapa lagi yang ingin kau permalukan?" tanyanya.

"Taufan Al Mechamato."

"Uhuk!"

Deep tersedak air liurnya. Matanya mengerjap, menatap perempuan di depannya dengan raut wajah yang tertulis seperti 'apa kau bercanda?'

"Kenapa?" Deep berdehem.

"Aku sudah putus dengannya. Ia selama ini mempermainkan diriku. Ia tak pernah mencintaiku," tutur Mimy, menjelaskan dengan tenang walaupun dirinya masih merasa marah dengan chat yang dikirim oleh Taufan.

"Ah, begitu." Hanya itu tanggapan yang bisa diberikan oleh Deep.

Hening. Hanya suara dentingan garpu dan pisau yang menunjukkan meja Mimy dan Deep.

"Apa kau tidak bisa membantuku kali ini?" tanya Mimy lagi.

Deep tersenyum canggung, "Jika kau ingin aku menggunakan 'jasa' seperti biasa, sepertinya untuk minggu ini tidak bisa. Kau tahu, sendiri, kan, banyak yang memakai jasa anak buahku?" ucapnya.

Mimy menghela nafasnya kasar, kedua tangannya mengepal erat. Ah, menyebalkan. Dia benar-benar ingin membalaskan dendam ke Taufan secepatnya.

"Jika kau mau menunggu, aku akan membantumu. Untuk kali ini tidak perlu bayaran," celetuk Deep dengan senyum manisnya.

Mimy menatap lekat-lekat pria di depannya, mencari kebohongan dari pria itu. Namun, sepertinya kali ini pria itu benar-benar ingin membantunya.

"Baiklah," jawabnya sambil mendesah.


Yasmine Andriyana—kerap dipanggil Yaya merenggangkan kedua tangannya. Hari ini ramai pengunjung yang datang ke kafe tempat dirinya bekerja sambilan. Gadis yang baru memasuki semester 6 di salah kampus terkenal di Pulau Rintis itu terpaksa bekerja sambilan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhannya selama berkuliah. Walaupun kuliah ia mendapatkan beasiswa penuh dan mendapatkan uang tanggungan berkat otaknya yang cerdas, uang itu ia kirimkan untuk Ibu dan adiknya yang kembali ke desa tempat ibunya dilahirkan setelah kepergian ayahnya setahun yang lalu, meninggalkannya sendirian hidup di Pulau Rintis di rumah penuh kenangan akan ayahnya.

Yaya tersenyum lebar ketika melihat kafe sudah bersih dan rapi. Hari ini memang melelahkan baginya, tetapi ia senang banyak pengunjung yang datang dan menikmati makanan yang disajikan.

"Ya, pulang bareng yuk!"

Yaya menolehkan kepalanya menatap sosok perempuan tiongha bersurai biru raven berkacamata yang tadinya berada di depan pintu masuk kini berjalan menghampirinya.

"Loh, Ying? Kamu nggak pulang bareng pacarmu?" tanya Yaya keheranan. Biasanya juga sahabatnya dari TK ini akan pulang bersama pacarnya, sih Fang. Tumben sekali hari ini Ying menghampiri di tempat kerjanya.

Ying memutar bola matanya malas, "Dia sibuk sama pekerjaannya di kantor. Katanya ia harus lembur karena menggantikan beberapa pekerjaan kakaknya," sungutnya sambil berdecih.

Yaya pun hanya tertawa mendengar Ying yang tampak kesal sebagai responnya.

"Oke, kita pulang bareng. Kamu tunggu di sini ya, aku ganti seragam dulu," tutur Yaya yang diangguki oleh Ying.

Tidak lama perempuan berpashmina plisket bewarna pink itu berganti seragam, hanyak memakan 10 menit kemudian ia keluar dengan memakai long-sleeved t-shirt bewarna hitam polos yang kemudian ditimpa dengan t-shirt lengan pendek berwarna lavender pink kemudian ditimpa lagi dengan sweater oversized berwarna lavender sebagai atasannya. Sedangkan untuk bawahannya, Yaya menggunakan celana legging hitam yang ditimpa dengan midi skirt yang berbentuk flared berwarna putih polos. Ia juga memakai kaus kaki cokelat yang dipadukan dengan sepatu sneakers berwarna baby pink.

"Kamu selalu tampil modis ya, Yaya," puji Ying yang tampak terkesima dengan penampilan Yaya.

Yaya yang mendengar sanjungan tersebut hanya terkekeh kecil, ia pun menghampiri Ying dan memeluk lengan sang sahabat, "Udah ah, penampilanku biasa aja. Yuk pulang," ajaknya sambil menyeret tubuh Ying.

Kedua perempuan yang sudah bersahabat dari kecil itu pun berjalan keluar dari kafe. Namun sebelum itu, Yaya sempat berpamitan terlebih dahulu dengan bos dan pemilik kafe tempatnya bekerja.

"Mbak Put, Yaya sama Ying duluan ya," pamitnya sembari tersenyum ke pemilik kafe.

Kuputri, pemilik kafe tempatnya gadis itu bekerja hanya mengangguk saja sebagai balasan tanpa menoleh dikarenakan ia sedang menghitung pemasukkan kafenya hari ini.

Setelah itu, Yaya dan Ying pun meninggalkan kafe tersebut yang kini hanya tinggal sang pemilik saja yang berada di dalam sana.


"Dingin," gumam Yaya sambil menyatukan kedua telapak tangannya untuk ditiup. Setelah mengantarkan Ying ke kantor sang kekasih—Fang yang memanggil Ying untuk segera ke sana—akhirnya Yaya kembali sendirian. Padahal tadi saat mengantar Ying, ia tidak merasakan kedinginan. Terlebih lagi tubuhnya sudah ia gunakan berbagai macam lapis pakaian. Tetapi sepertinya pakaiannya tidak mempan.

Selama di perjalanan, Yaya melirik ke arloji pink yang terpasang pada tangannya. Seketika mata gadis itu membulat ketika melihat angka yang terlihat pada jarum arlojinya. Pukul sembilan malam. Ini pertama kalinya ia kembali di pukul jam sembilan malam, padahal tadi saat mengantar Ying terlihat masih awal.

"Ini arlojinya benar nggak sih, kok cepat banget sih udah jam sembilan aja," gumam Yaya sambil mengetuk arlojinya, mencoba membenarkan jamnya.

Di perjalanan, Yaya masih mengetuk-ngetukkan arlojinya tanpa ia sadari di depannya, sudah tak jauh terdapat sebuah mobil mewah porsche taycan yang melaju kencang menuju ke Yaya. Yaya yang masih sibuk dengan arlojinya kemudian berhenti ketika mendengar suara klakson mobil yang tampak dekat dengannya.

Ketika Yaya menolehkan kepalanya ke depan, mobil mewah itu tinggal beberapa meter lagi hampir mencapai dirinya. Wajah Yaya memucat, tubuh gadis itu mematung tak bisa bergerak. Keringat dingin mulai berjatuhan membasahi tangannya.

Ckiitt

Pada akhirnya, mobil itu membanting stirnya dan berhenti mendadak tepat di depan pohon besar. Bunyi yang besar itu membuat semua orang yang ada di sana mengelilingi mobil mewah tersebut, dan sebagian mengerubunginya.

Yaya, perempuan yang hampir menjadi korban tabrakan itu terdiam. Jantung perempuan itu berdetak tak karuan, wajahnya masih pucat, keringat dingin terus keluar dari tubuhnya.

"Astaghfirullah, mbak nggak kenapa-kenapa?"

"Ya Tuhan, itu bahaya mbak! Kenapa mbak ngelamun begitu?"

"Ada apa? Ada yang terluka?"

"Mbak, ini minum dulu..."

"Panggil ambulan sama polisi guys, kayaknya mbaknya trauma ini..."

Suara ribut-ribut itu membuat Yaya tersadar kembali. Tubuhnya yang tadi kaku kini mulai tampak seperti jelly dan mulai terjatuh. Cepat-cepat orang yang dekat dengan posisinya menahan tubuh Yaya yang tumbang.

"Ini mbak, diminum dulu," ucap seseorang sembari menyodorkan sebotol kecil air mineral pada Yaya.

"Makasih." Yaya menerima botol tersebut kemudian meminumnya. Gadis itu masih shock dengan kejadian yang menimpanya tadi.

"Di mana perempuan tolol itu?!"

Tubuh Yaya menegang ketika mendengar suara ketus seorang perempuan yang tampak sangat marah. Debaran dadanya berpacu dengan cepat ketika mendengar bunyi sepatu hak tinggi itu yang semakin menggema, mempertandakan sosok pemilik mobil mewah itu sudah mendekatinya.

"Hei, kau!"

Tubuh Yaya terkanjat. Gadis itu dengan takut-takut mengangkat wajahnya, takut menghadapi seseorang yang hampir menabraknya. Di depannya, sosok perempuan bersurai hitam berkacamata hitam disanggul acak itu berdiri menjulang sambil berkacak pinggang menatap Yaya.

"Sepertinya kita harus berbicara secara empat mata, gadis tolol."

Wajah Yaya memucat ketika melihat perempuan itu membuka kacamata hitamnya, begitu juga dengan para warga yang sedari tadi mengelilingi mereka, wajah mereka tampak terkejut.

"Bukankah dia..."

"Mimy?"

"Yaya?"

Dari semua orang, mengapa Yaya harus terlibat masalah dengan pâtissier yang paling terkenal di Pulau Rintis dan juga sepupunya yang tidak memiliki hubungan yang baik dengannya? Selain itu, dia juga merupakan calon menantu dari keluarga tersohor Mechamato?!


Peek A Boo

Chapter 1 : Everything starts from here (flashback 1)

To be continued


Author's note :

Akhirnya chapter 1 selesai kurevisi juga . Asli ini untuk pertama kalinya aku berani ngetik dengan alur ribet maju-mundur begini.

Aku nggak tahu kenapa aku bisa nulis fanfic sampah dan banyak drama kek begini, entah ini ide fanficnya datang aja pas aku lagi mandi . Daripada writter block aku makin parah, jadi aku memutuskan bikin aja ff ini . Lagian pair Boboiboy Taufan x Yaya dikit banget anjrit, bisalah ini jadi karya pribadi aja WKWWWK. Oh ya karena ke depannya bakalan berat, aku usahakan bakal masukkan unsur ringan kek komedi diceritanya biar gak tegang-tegangan amat.

Okey, untuk fanfic ini aku nggak bakal janji bisa up tiap hari atau nggak. Kemungkinan bakal aku up seminggu-dua Minggu sekali, jadi jangan ditunggu ya wkwkwkw. Sampai jumpa di next chapter, see you~

with love

jennetchs