"Peek A Boo" by jennetchs
Boboiboy/ Boboiboy Galaxy belongs to (c) Monsta
Warning(s) : Alternatif universe, no power, Boboiboy Taufan x Yaya area! elementalsiblings! adultchara! ooc, smut, drama, romance, hurt/comfort, bahasa Indonesia (baku dan non-baku), typo, sensitive words, sexual intentions, and rape scene, etc.
Chapter 5 : Skandal Terkuak
'PLAK!'
Pipi Taufan memanas. Manik safirnya bertemu pandang dengan manik coklat yang kini menatapnya murka. Mengalihkan pandangannya, Taufan melirik ke ibunya yang sedang menangis dipelukan kembarannya yang ketiga dan juga adiknya, sih Gempa. Gempa hanya memandangnya dengan tatapan penuh keprihatinan. Tidak tahan melihat ibunya menangis, ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain dan bertemu pandang dengan kelima saudara kembarnya yang lain.
Halilintar menatapnya dengan aura ingin membunuh, dapat Taufan lihat dari mata ruby-nya. Untung saja, istri sang kakak tertuanya itu—Ayana—tampak menahan dan menenangkan suaminya. Yang kedua, safirnya bertemu pandang dengan manik emerald-nya Thorn. Kembarannya yang keenam itu menatapnya juga dengan prihatin, sama seperti Gempa. Ketiga, sih kembaran nomor 4 dan 5 itu—Blaze dan Ice—menatapnya dengan tatapan kecewa. Dan yang terakhir, sih bungsu nomor 7—Solar—membuang mukanya, tak ingin menatapnya.
"Bukankah Ayah sudah pernah mengatakannya padamu, Fan? Tidak boleh ada skandal yang menimpa keluarga kita!" Dengan nafas yang tersengal-sengal, Amato menatap kecewa pada putra keduanya. Sama sekali tidak ada raut bersalah di wajahnya saat tangannya menampar darah dagingnya sendiri di depan anggota keluarganya yang lain.
"Tapi itu bukan salahku, Yah! Aku dijebak!" bantah Taufan, tak kalah nyaring suaranya dari sang Ayah. Masa bodoh dengan sopan santun saat ini kepada orang tuanya, di sini ayahnya lah yang salah. Tanpa mau mendengarkan penjelasannya, malah langsung menamparnya dengan keras tanpa belas kasih.
Meskipun sebenarnya Taufan sudah sangat siap dengan hal seperti ini, tetapi ia tetap tak menyangka video panasnya dengan wanita jalang bersurai coklat dengan wajah yang diblur itu benar-benar beredar, seperti yang tertulis pada balik potret yang dilihatnya kemarin. Sepertinya Taufan harus memberikan pelajaran kepada Mimy. Ingatkan dia nanti untuk membuat wanita sialan itu menderita.
Bisa-bisanya wanita itu membuat berita sialan, yang terkesan ingin menjatuhkannya. Video panasnya dengan jalang murahan yang bekerja sama dengan Mimy itu viral di sosial media dengan cepat, membuat Pulau Rintis dan Malaysia meributkan skandal tersebut.
"Tidak bersalah katamu, heh? Kalau begitu jelaskan siapa laki-laki bejat dalam video itu?!"
Hening. Taufan akhirnya menunduk setelah mendengar teriakkan keras ayahnya. Terima kasih atas kekuasaan keluarga Mechamato yang dapat memberhentikan edaran video dan berita tersebut hanya dalam kurun waktu beberapa menit. Ayahnya bahkan mengancam orang-orang yang masih berani menyimpan atau memperedarkan video asusila itu lagi. Meskipun begitu, video yang telah tersebar tetaplah tersebar, dan semua orang sudah mengetahui kenyataannya. Kenyataan bahwa nama keluarga Mechamato sudah tercoreng. Dan semua itu karena ulah dari sang putra kedua keluarga Mechamato yang tak pernah terlibat oleh skandal apa pun.
"Aku dijebak, Ayah..." Kali ini suara Taufan sedikit tenang. Meski begitu, Amato tetap tidak puas dengan jawaban sang putra.
"Sayang... sebaiknya kita dengarkan dulu penjelasan putra kita." Kali ini Tamara mulai menengahi perseteruan sengit putra keduanya dan sang suami. Ia berjalan ke arah sang suami, mengelus punggung tangan Amato dengan sayang.
Dalam hati, Taufan mengucapkan terima kasih kepada ibunya yang selalu mendukung dan tetap percaya kepadanya. Namun, melihat bekas air mata di wajah cantik ibunya, Taufan bersumpah akan mengejar Mimy dan jalang murahan yang ditidurinya itu.
Menghela nafasnya, Amato akhirnya dapat mengendalikan dirinya kembali. Ia pun duduk ke sofa sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing.
"Cepat jelaskan apa yang bisa kau jelaskan padaku. Jika aku menemukan kebohongan pada penjelasanmu, maka kau harus angkat kaki dari rumah ini dan akan kuhapus nama keluarga Mechamato dari namamu."
Mendengar ucapan dingin Amato, Taufan hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah. Bahkan kini, bulu-bulu halus di sekitar lehernya berdiri. Ancaman ayahnya benar-benar tidak main-main padanya.
"Aku dijebak, Ayah..., ada yang memberikan obat perangsang pada minumanku," Taufan berkata jujur, Tamara bisa menangkap itu, begitu juga dengan Amato. Tapi tetap saja... kepala keluarga itu masih mempertahankan egonya.
"Aku sudah pernah mengatakan kepadamu, kan, jika kau ingin mabuk-mabukan silahkan saja, lakukan di apartemenmu atau kau bisa balik ke sini. Tetapi, mengapa kau malah pergi keluar dan minum-minum di luaran sana?"
Tangan Taufan mengepal di kedua sisinya. Ayahnya ini sangat keras kepala. Sebanyak apapun Taufan menjelaskan, Amato pasti akan selalu mencari kesalahannya.
"Dan lagipula, bukankah kau sudah terbiasa dijebak dengan cara seperti itu? Mengapa kali ini kau bisa kecolongan? Terlebih lagi di tempat murahan seperti itu," sambung Amato. Taufan terdiam. Kenapa ia bisa kecolongan? Ya, karena jalang yang dipesan Mimy menggunakan parfum feromon, parfum perangsang yang membuat dirinya langsung kehilangan kendali. Ia tak tahu bahwa itu adalah murni aroma tubuh sang wanita.
"Bukan hanya obat perangsang dalam minumanku, Ayah..., perempuan itu juga menggunakan parfum feromon pada tubuhnya," lagi, Taufan berkata jujur. Safirnya menatap lurus iris coklat sang Ayah. "Dan aku tidak mabuk, Ayah. Aku hanya meminum jus jeruk di hotel itu, bukan alkohol," lanjutnya mengkonfirmasi.
"Huh! Omonganmu tidak masuk akal!" Amato mendengus. Sekarang dirinya mulai bingung untuk mengambil keputusan setelah melihat kesungguhan di mata safir sang putra. "Lagipula, ada urusan apa kau ke hotel murahan itu? Bukankah sudah pernah kubilang padamu, hindari bertemu di tempat murahan seperti itu! Kau tahu sendiri, kan, saat ini kehormatan keluarga kita sangat rentan!" Taufan meringis mendengar perkataan sang Ayah. Inilah yang dia benci ketika harus terlahir dari keluarga yang terlalu kolot dan menjunjung tinggi nama baik serta kehormatan keluarga.
"Mimy yang memintaku untuk bertemu dengannya di sana,"
"Apa?" Kali ini bukan suara Amato, tetapi suara milik Tamara. Dirinya cukup terkejut ketika mendengar putranya membawa-bawa nama Mimy. Sungguh, Tamara sudah terlanjur suka pada Mimy.
"Aku rasa dia yang menjebakku, dan dia juga yang menyebarkan video itu..." Ini bukan hanya perkiraan Taufan. Taufan sangat yakin perempuan itu sang tersangkanya.
"Mengapa kau begitu yakin dia yang melakukan itu padamu, bang Fan?" Kali ini, Ice, si kembaran nomor 5 itu bersuara dengan tenang.
"Karena kami telah putus,"
"Apa?" Gempa juga ikut bersuara. Pria bermata amber itu menatap Taufan dengan wajah tak percaya. "Kenapa bisa, bang? Bukankah hubungan kalian sejauh ini baik-baik saja?" lanjutnya bertanya.
Taufan menghela nafasnya,"Kami bertengkar, seperti biasa, tetapi kali ini dia bilang dia telah menyerah padaku," bisiknya pelan, tentu saja itu kebohongan. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa dirinya yang memutuskan perempuan itu karena hanya menganggapnya sebagai tameng. Namun, tampaknya masih bisa didengar oleh keluarganya.
"Mengapa dia bisa menyerah padamu?" Kali ini Halilintar yang bersuara.
Taufan diam. Pria itu memilih tidak menjawab dan mengalihkan pandangannya ke sang ibu yang juga kini menatapnya dengan tatapan terkejut.
"Apa kau punya bukti yang kuat, Taufan?" tanya Tamara masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh putranya. Tentu saja, Mimy adalah salah satu orang yang dia sukai. "Coba kau pikirkan kembali, apa untungnya Mimy melakukan itu padamu?" Tamara maju selangkah, mencoba mencari kebohongan sang putra.
Balas dendam, ucapan itu hanya bisa diucapkan dalam hati oleh Taufan. Taufan tidak mungkin mengatakan pada ibunya jika Mimy marah dan dendam padanya karena tidak mau menikahinya. Selama ini, Taufan selalu menyembunyikan rahasia itu dengan rapat. Taufan selalu berkata pada ibunya, bahwa Mimy lah yang masih tidak ingin keluarganya bertemu membahas hal yang lebih serius seperti pernikahan. Dia selalu mengatakan bahwa Mimy masih ingin menikmati pekerjaannya sebagai pâtissier sebelum menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.
"Aku tidak tahu apakah ini bisa dibilang bukti atau bukan, tetapi tulisan yang ada di sini sama seperti tulisan Mimy," Taufan mengeluarkan potret panasnya dengan wanita jalang itu. Ia membalikkannya, membuat sebuah tulisan terlihat di sana.
Tamara mengambil potret tersebut, dan wajahnya menegang setelah membaca tulisan tersebut. Benar, itu tampak seperti tulisan Mimy yang selalu mengirim surat kepadanya.
"Itu pasti bukan tulisan kak Mimy," kali ini Blaze yang menjawab. Membuat semua orang memandangnya.
"Darimana kau tahu, bang?" tanya Solar—i bungsu—dengan wajah ingin tahunya.
"Hanya dugaan. Lagipula, jika memang dia pelakunya, tidak mungkin dia akan mengaku semudah itu."
Semua orang terdiam. Apa yang dikatakan oleh Blaze memang bisa masuk akal. Jika itu memang tulisan Mimy, itu artinya sama juga dia menggali kuburannya sendiri.
"Tapi, bagaimana jika dia menyewa jasa—"
"Hentikan!" ucapan Amato kali ini membuat semua orang yang ada di sana terdiam. Taufan melirik ayahnya, ia tahu tampaknya sang ayah telah mengambil keputusan.
"Ayah." Kali ini, Ice, sang putra nomor 5 menginterupsi. Ia menatap wajah sang Ayah dengan tenang. "Kupikir kali ini bukan sepenuhnya salah bang Taufan. Alangkah baiknya kita lupakan saja kejadian ini, lagipula keadaan sudah kembali seperti semula. Menurutku, ada baiknya kita fokus mencari sih pelaku yang menjebak bang Taufan. Dan apabila kak Mimy adalah pelakunya, kita bisa menuntutnya dengan hukum," lanjutnya dengan tenang. Demi sang kakak, Ice harus memutar otak dan berbicara panjang lebar.
Amato diam. Sepertinya usulan Ice yang terkenal paling tenang itu berhasil mempengaruhi keputusan sang Ayah.
"Baiklah! Ice ada benarnya juga!" ujar Amato. Taufan menghela nafasnya dan tersenyum lega, begitu juga dengan keenam kembarannya itu. Sedangkan Tamara, wanita itu tampak merenung. "Kalau begitu, sebagai hukumanmu, aku akan memindahkanmu. Kau tidak perlu lagi bekerja di perusahaan pusat," dan senyuman Taufan luntur seketika setelah mendengar ucapan sang Ayah. "Kau akan kupindahkan ke perusahaan cabang yang ada di kota Hilir," lanjut Amato, sedangkan Taufan hanya diam mendengarkan. Lagipula dia tidak punya hak untuk memilih. Daripada ditendang oleh ayahnya dari keluarga Mechamato, ada baiknya dia menuruti saja perintah ayahnya. Itu seratus lebih baik daripada dirinya menjadi gelandangan di luaran sana setelah ditendang dari keluarganya.
"Kau akan mendapatkan posisimu kembali lagi di perusahaan pusat jika dalam kurung waktu setengah tahun tidak ada timbul masalah yang menyeret namamu dan keluarga kita,"
Taufan mengangguk saja. Setengah tahun diasingkan bukanlah masalah besar baginya. Lagipula Taufan mengetahui maksud dari masalah yang dibicarakan oleh ayahnya. Kemungkinan besar, beberapa bulan ke depannya akan ada perempuan yang berkoar-koar mengandung anaknya. Perempuan murahan yang ditidurinya itu harus cepat ditemukan sebelum ada berita buruk yang menyeret namanya dan keluarganya lagi nantinya.
"Kau boleh pergi, Taufan," tutur Amato dengan wajah lelahnya. Tanpa membuang waktu, Taufan berjalan keluar ruangan sidang keluarga Yehezkiel. "Selain Gempa, Solar dan Hali, kalian yang lainnya bisa pergi keluar juga. Yang kusebutkan namanya, tetaplah di sini. Ada yang ingin kubicarakan pada kalian,"
Mendengar ucapan sang Ayah, membuat Gempa, Solar dan Halilintar mendesah pelan. Kini tinggal lah ketiga saudara itu bersama ayah mereka setelah sepeninggalan Taufan, Blaise, Thorn, Ice, dan ibu mereka yang keluar dari ruangan.
"Yaya, makanlah." Ying menyodorkan sendok ke depan mulut gadis berpashmina plisket merah muda yang tetap diam menutup mulutnya. Wanita berdarah tionghoa itu menghela nafas lelah melihat sahabatnya menjadi pendiam dan pengurung di kamar selama sebulanan ini setelah video panasnya dengan Taufan telah beredar luas di internet.
Yah, Yaya mengaku padanya akhirnya. Yaya mengaku bahwa pria yang telah memperkosanya dan membuatnya hamil adalah Taufan, salah satu putra keluarga Mechamato yang terhormat. Dan kejadian pemerkosaan itu, ada sangkut pautnya dengan sepupu wanita itu sendiri, Mimy Cakrawidana.
Ying tak menyangka, sungguh. Ia tak menyangka, sepupu sahabatnya yang terkenal baik di televisi itu ternyata dalang dibalik pemerkosaan yang menimpa Yaya.
"Yaya, anakmu itu butuh nutrsi lho, Ya. Makan sekali aja, oke?" Ying masih tetap memaksa Yaya untuk membuka mulutnya.
Yaya menggeleng. Perempuan itu menepis sendok yang ada didekat mulutnya. Hal itu membuat nasi dan lauk pauk itu berceceran di lantai kamarnya. Ying menghela nafasnya, saat ini perempuan itu benar-benar merasa sakit melihat kondisi teman baiknya seperti ini.
"Ya, kasihan anakmu Ya. Anakmu nggak salah apa-apa lho, apa kamu tega biarin dia kelaparan?"
Hening. Ying menatap prihatin kondisi Yaya yang kini kembali meneteskan air matanya tanpa suara. Merasa bahwa sahabatnya perlu waktu sendirian, Ying akhirnya memutuskan keluar dari kamar sahabatnya itu. Dia tidak tega melihat Yaya dengan kondisi buruk seperti itu.
Mengambil ponsel Yaya, Ying membuka kontak telepon. Saat ini, dirinya ingin menelpon sepupu wanita tersebut. Bagaimanapun, Mimy harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia buat pada sahabatnya satu-satunya.
Sambil berjalan mondar-mandir di depan kamar Yaya yang tidak ditutupnya, Ying menunggu panggilannya pada nomor si sepupu Yaya tersambung. Dan ketika panggilan itu tersambung, wajah perempuan berkacamata itu pun berubah menjadi dingin.
"Halo Mimy, ini aku, Ying, sahabat sepupumu. Bisa kita bertemu siang ini? Ada yang ingin kubicarakan padamu."
Tamara mengintip sang suami yang kini tinggal sendirian di ruangan khusus mengadili anggota keluarga Mechamato yang membuat masalah. Dengan langkah pelan, perempuan dengan terusan biru laut dan pashmina diamond berwarna senada itu menghampiri sang suami. Ia duduk tepat di samping sang suami, membuat Amato yang sedari tadi memijit pelipisnya kini menatapnya.
"Apa yang kamu bicarakan pada ketiga anak kita tadi?" Melembutkan suaranya, Tamara dengan hati-hati bertanya pada sang suami.
"Aku meminta bantuan mereka bertiga untuk mencari perempuan yang ada dalam video itu," sahut Amato dengan tenang.
"Jika mereka berhasil menemukannya, apa yang ingin kau lakukan, sayang?" lagi, Tamara kembali bertanya.
Menghela nafasnya, Amato dengan mantap menolehkan wajahnya kepada sang istri. "Jika dia tidak hamil, aku akan membiarkannya. Tapi jika perempuan itu hamil, maka dia harus merelakan kepergian anaknya," tuturnya, tegas dan tak berperasaan. Mendengar itu, bola mata coklat Tamara membola.
"Apa? Apa kau tega membunuh cucu kita, sayang?"
"Cucuku hanya lahir dari anak-anakku yang telah menikah, Mara."
"TETAPI DIA TETAP CUCU KITA, AMATO!" Pekikan Tamara menandakan perempuan itu sedang marah pada suaminya. Nyonya Mechamato itu bahkan sampai bangun dari duduknya dengan mata menyipit menatap tajam sang suami.
"Bunda, tenanglah," Tamara menoleh setelah mendengar suara putranya yang ke-3. Di depan ruangan, Gempa berjalan menghampirinya kedua orang tuanya.
Pria yang dikenal paling berwibawa diantara ketujuh putra Tamara dan Amato itu menyentuh punggung ibunya, tersenyum hangat pada sang ibu yang sempat tersulut emosi.
"Bunda tenang saja ya..., aku yakin, perempuan itu tidak akan hamil," sambut Gempa, masih dengan senyumnya yang hangat.
"Kenapa kau bisa seyakin itu?" tanya Tamara dengan nada menuntut. Sebagai nyonya keluarga Mechamato, tentu saja Tamara memerlukan penjelasan yang logis.
"Kurasa, dalam video itu..., tampaknya perempuan itu juga telah dijebak, sama seperti bang Taufan. Terlihat sekali dari caranya yang berusaha lari dan menolak perbuatan bang Taufan..., dan aku yakin dia pasti tidak akan berani mencari masalah dengan keluarga kita. Aku sangat yakin, dia pasti akan meminum obat pencegah kehamilan. Dan jika pun dia hamil, kurasa dia akan memilih jalur aborsi daripada terlibat dengan kita," tuturan Gempa yang menjelaskan dengan panjang lebar itu mau tidak mau disetujui oleh Tamara.
Tamara menoleh ke arah Amato, dan suaminya itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon. Sepertinya sang suami juga berpikiran sama seperti putranya yang ke-3, sih Gempa. Dari gerak geriknya perempuan itu, Amato dapat mengetahui bahwa perempuan yang ditiduri putra keduanya juga korban dan tak mungkin berani mencari sensasi hanya demi namanya viral.
Tamara mulai tenang. Meskipun demikian, masih ada satu hal yang mengganjal di dalam hati dan pikirannya. Ia masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan terakhir putra keduanya itu.
Jika memang perempuan dalam video itu juga korban sama seperti Taufan, dan tidak berusaha untuk menjebak putranya, lalu kenapa dia menggunakan parfum feromon—parfum terkenal membangkitkan gairah seksual—seperti yang dikatakan oleh Taufan?
"Ying, sudah lama menunggu?"
Suara ceria seseorang yang dikenalnya membuat Ying yang sedari tadi duduk sendirian di meja kafe menolehkan kepalanya ke depan. Di depannya, Mimy tersenyum lembut menatapnya. Perempuan bersurai hitam itu pun menarik kursi dihadapan Ying kemudian duduk.
"Ying, kok diam aja?"
Ying tersentak, perempuan berkacamata itu menyunggingkan senyumnya dengan kikuk.
"Pasti udah lama ya nunggu aku. Maaf ya, di jalan tadi macet banget, jadinya aku nggak bisa ngebut kayak biasanya," lagi, Mimy kembali berceloteh. Sedangkan Ying, perempuan itu masih tetap diam. "Bentar ya Ying, aku pesan makanan dulu. Kau juga mau aku pesanin nggak?" Ying menggeleng. Mimy yang mengerti pun hanya mengangguk, kemudian perempuan itu pergi ke meja bar cafe untuk memesan makanan, meninggalkan Ying sendirian dengan perasaan campur aduk.
Tak lama, Mimy datang kembali. Dalam hati Ying sedikit mengutuk sepupunya Yaya itu, bisa-bisanya perempuan itu beraktifitas seperti biasa setelah membuat perempuan lain harus menanggung perbuatannya tersebut.
"Jadi, Ying, ada perlu apa ingin bertemu denganku?" tanya Mimy sembari berpangku tangan menatap Ying.
Ying menarik nafasnya panjang, kemudian menghembuskannya. Perempuan tiongha itu mencoba memaksakan senyum pada sepupu Yaya itu.
Tak lama, pelayan cafe itu membawa pesanan Mimy dan meletakkannya di atas meja, setelah itu pergi kembali meninggalkan meja kedua wanita tersebut.
"Mimy," kali ini, Ying yang mencoba mengajak berbicara.
"Ya?" sahut Mimy. Perempuan itu masih menatap Ying dengan senyuman manisnya. "Ngomong aja, aku dengarin kok."
Ying kembali menarik nafasnya, kemudian membuangnya. Wajahnya yang tadi tersenyum sudah menjadi serius. Membuat Mimy yang sedang menyantap makanannya merasa tak enak ditatap seperti itu.
"Video Taufan yang tersebar sebulan yang lalu itu... perbuatanmu, kan?"
Peek A Boo
Chapter 5 : Skandal Terkuak
To be continued
Author's note :
Chapter 5 update. Silahkan tinggalkan jejak berupa reviewnya~. Chapter 6 menyusul juga nanti, aku bakalan double update karena udah 3/4 hari ngehilang.
By the way, Selamat Hari Raya Idul Fitri ya bagi yang merayakan hehehe.
Oh ya, aku belum ngasih tahu ya nama-nama penokohan di sini sama umur mereka. Baiklah, aku bakalan ngasih tahu ke kalian biar kalian nggak pusing bedainnya.
Pertama aku bakal ngenalin tokoh utama kita dulu ya.
Boboiboy Taufan = Taufan Al Mechamato (25 tahun)
Yaya = Yasmine Andriyana (21 tahun)
OC = Mimy Cakrawidana (24 tahun)
Sekarang karakter pembantu :
Boboiboy Halilintar = Halilintar Glen Mechamato (25 tahun).
Ayana Lee (23 tahun) = Original Character berperan sebagai istri Hali. Anggap saja wajahnya kayak Yaya, tapi dengan sifat yang berbeda dan juga mata yang berbeda. Di sini, dia bermata zamrud.
Boboiboy Gempa = Gempa Duwila Mechamato (25 tahun).
Boboiboy Blaze = Blaze Adhitama Mechamato (25 tahun)
Boboiboy Ice = Ice Galen Mechamato (25 tahun).
Boboiboy Thorn = Thorn Janu Mechamato (25 tahun)
Boboiboy Solar = Solar Haidar Mechamato (25 tahun).
Ying = Yue Jie Ying (20 tahun).
Fang = Liu Siau Fang (25 tahun)
Gopal = Arido Gopal (26 tahun)
Amato = Amato Al Mechamato (53) tahun)
Tamara/ Mara = Tamara Yusharani (51 tahun).
Tok Aba = Aba Duraham Mechamato (78 tahun).
Amar Deep (24 tahun).
Kuputri (26 tahun)
Maripos = Uknown??? (masih rahasia)
Nah, itulah nama-nama karakter yang bakal sering muncul ke depannya. See you next chapter.
