"Peek A Boo" by jennetchs
Boboiboy/ Boboiboy Galaxy belongs to (c) Monsta
Warning(s) : Alternatif universe, no power, Boboiboy Taufan x Yaya area! elementalsiblings! adultchara! ooc, smut, drama, romance, hurt/comfort, bahasa Indonesia (baku dan non-baku), typo, sensitive words, sexual intentions, and rape scene, etc.
Chapter 8 : Hampir Ketahuan
Yaya benar-benar kalut sekarang.
Tidak akan bertemu dengan Taufan Al Mechamato, huh? Hahaha jangan bercanda. Yaya justru kini berada di depannya ... di depan pria yang paling ditakutinya! Bahkan saking terkejutnya, Yaya hampir menjatuhkan beberapa kantong plastik besar berisi 30 porsi ayam rendang yang dipesan oleh pria itu.
Mata safir itu kini menatapnya dengan sedikit menyipit, membuat bulu kuduk Yaya di sekitar lehernya itu berdiri.
'Apa? Jangan-jangan dia mengenali diriku?' jerit Yaya dalam hati.
"Tunggu dulu ... jangan bilang jika kau ..." ucapan Taufan berhenti, membuat Yaya tanpa sadar meneguk ludahnya dengan kasar. Netra safir itu memerhatikan dirinya dari atas sampai bawah, membuat Yaya merasa akan ingin mengompol di dalam rok panjangnya. "... jasa pesan-antar yang dikatakan oleh Gopal? Yang dari restoran itu?" Dan Yaya refleks mengangguk dengan cepat.
Taufan berdecak. Dasar Gopal sialan! Apa pria tambun itu lupa jika Taufan itu selalu diagung-agungkan oleh setiap wanita? Lihat saja sih wanita di depannya ini, dia tampak sangat terkejut melihatnya. Tentu, Taufan tahu perempuan itu terkejut senang melihat ketampanannya secara live dan bisa mengetahui alamat apartemennya.
"Itu pesanan ayam rendang milikku, kan?" Lagi, Taufan bertanya. Sedangkan Yaya, perempuan itu mengangguk sambil mencoba tersenyum. "Yaudah, ayo masuk." Dan pria itu pun membuka apartemen miliknya dan masuk. Sedangkan Yaya, perempuan itu masih diam di depan pintu.
"Apa yang kau tunggu? Masuklah."
Yaya mengerjapkan matanya mendengar suara datar pria itu.
Taufan ... tak mengenali dirinya...?
Rasanya Yaya ingin berteriak bahagia. Dengan bersenandung kecil, Yaya ikut masuk ke dalam apartemen milik Taufan. Tanpa membuang-buang waktunya, perempuan itu meletakkan beberapa plastik besar berisi 30 porsi ayam rendang itu di atas meja makan, menyusunnya dengan hati-hati dari kantong plastik seperti permintaan pria itu, kemudian berlari dari dapur. Pokoknya, Yaya harus secepatnya keluar dari tempat ini.
"Sudah selesai?" suara berat itu membuat Yaya tersentak dan memberhentikan langkah kakinya. Sial! Mengapa di saat seperti ini pria itu muncul seperti hantu?!
Dengan berat hati, Yaya memutar balikkan tubuhnya. Di depannya, Taufan berdiri dengan hanya memakai jubah mandi yang memperlihatkan sebagian dada bidangnya, lalu tangannya menyapu rambut hitam bercampur putihnya di depan poni kanan yang masih basah dengan handuk kecil, dan aroma leather yang Yaya cukup sukai...
Aroma yang sampai sekarang tak akan pernah Yaya lupakan. Aroma yang membuatnya harus kehilangan keperawanannya.
Tiba-tiba kilasan malam panas terlintas di dalam kepala Yaya. Wajahnya langsung memerah. Sial, kenapa sih dalam keadaan seperti ini ia bisa-bisanya memikirkan hal tidak pantas seperti itu?
Yaya menggelengkan kepalanya pelan, wajahnya masih terasa panas. Apakah Taufik dan Yachana akan semenawan pria itu jika sudah dewasa nanti? Mengingat kedua buah hatinya itu mewarisi lebih banyak gen Taufan dan keluarga Mechamato. Gen Mechamato benar-benar tidak bisa dianggap remeh. Terlebih lagi Taufan adalah salah satu pria tertampan di keluarga itu selain Halilintar dan Solar.
Taufan lagi-lagi berdecak tak suka melihatnya. Sudah dia duga, dengan penampilannya seperti ini, semua wanita pasti akan tergoda dan akan bersikap liar kepadanya. Lihat saja, wajah sang jasa pesan-antar di depannya ini memerah sudah seperti kepiting rebus.
"Hei, kau jangan-jangan coba untuk..." ucapan Taufan terhenti. Wanita di depannya kini sudah berlari ke luar pintu apartemen.
Dasar perempuan tidak sopan!
Dengan masih memakai jubah mandinya, Taufan mengikuti wanita itu. Tampak dia sedang tergesa-gesa mengenakkan sepatu sneakers-nya kembali. Seketika dahi Taufan menyerngit tidak suka. Apa wanita ini sedang menghindarinya?
"Hei, kau..."
"Semuanya sudah saya letakkan di atas meja makan seperti yang Anda pinta. Maaf, tetapi saya harus cepat kembali dan mengantarkan pesanan yang lain." Belum sempat Taufan berbicara, Yaya sudah memotong ucapannya.
Dengan cepat perempuan itu berdiri kemudian berjalan cepat ke arah menuju elevator. Meninggalkan Taufan dalam keheningan dan menatap punggung wanita itu dengan tatapan datar.
"Apa-apaan wanita itu..."
"Gimana Bun? Sama nggak rasanya dengan ayam rendang yang biasa Bunda makan?"
Tamara mengangguk sembari mulutnya tanpa henti menggigit ayam rendang di tangannya. Taufan yang melihat ibunya makan dengan lahap hanya tersenyum kecil sambil bertopang dagu.
"Ini enak banget, persis seperti yang pernah Bunda makan! Serius, ini restorannya namanya apa sih? Bunda pengen deh sesekali kita makan di sana!" sambut Tamara selesai mengunyah daging ayam di mulutnya.
"Upan nggak tahu Bun, ini aja upan nitip ke Gopal buat nyariin restorannya. Besok Upan coba tanya Gopal ya nama restorannya?"
Tamara menggeleng. "Jangan besok! Sekarang aja! Besok bunda mau ngajak kamu ke sana!" sanggahnya.
"Lah? Tapi besok Upan ada ra—"
"Kamu lebih mentingin rapat kamu daripada pergi makan sama Bunda? Oh begitu," tukas Tamara sambil menatap tajam sang putra. "Yaudah, rapat aja sana! Besok Bunda pergi sendiri aja! Tahu gini, Bunda mending nginap di rumah Gempa dan Hanna aja daripada kamu!"
Mengetahui sang Ibunda orang yang senang merajuk, Taufan hanya bisa menghela nafas.
"Iya-iya, besok aku mundurin rapatnya. Aku bakal nemanin Bunda ke restoran itu," ucap Taufan, mencoba mengalah dari sang ibunda.
"Nah gitu dong! Sekarang tanya Gopal sana nama restorannya!"
Tanpa membantah, Taufan pun menuruti keinginan ibunya. Pria itu pun mengeluarkan ponselnya dari saku celana pendeknya kemudian berusaha mengirim chat pada Gopal.
"Nama restorannya Sweet Escape. Kenapa? Jasa pesan-antarnya belum nganterin juga? Kau sabar aja, soalnya restorannya ramai banget, jadi wajar pesananmu agak telat di antar sama mereka."
Taufan menyerngit tak suka saat membaca pesan balasan dari Gopal.
"Bukan begitu, bodoh! Bunda mau tahu nama restorannya. Besok aku diajak makan sama Bunda ke sana, jadi rapatnya bakalan dimundurkan waktunya." Taufan balas mengetik pesannya dengan rasa kesal.
"LAH? KOK TIBA-TIBA?? KAU MAH SEENAK JIDATNYA MUNDURIN RAPAT!! MASA KAU NGGAK BISA BUJUK TANTE MARA SIH, FAN!!"
Taufan memilih diam, dirinya sudah malas untuk meladeni chat-nya Gopal. Dengan perasaan malas, ia mengaktifkan mode pesawat pada ponselnya kemudian mematikan daya ponselnya. Ia mengalihkan wajahnya pada ibunya yang masih lahap memakan ayam rendang, kemudian tersenyum.
"Udah dapat nama restorannya?"
Taufan mengangguk. "Udah. Besok aku temanin, tapi nggak janji bisa lama ya Bun, ada masih banyak kerjaan di kantor," ucapannya hanya diangguki oleh sang ibu yang kini memilih untuk fokus kembali menghabiskan makanan kesukaannya.
Peek A Boo
Chapter 8 : Hampir Ketahuan
To be continued
Author's note :
Chappter 8 up. Jangan lupa tinggalkan jejak~
