"Peek A Boo" by jennetchs

Boboiboy/ Boboiboy Galaxy belongs to (c) Monsta

Warning(s) : Alternatif universe, no power, Boboiboy Taufan x Yaya area! elementalsiblings! adultchara! ooc, smut, drama, romance, hurt/comfort, bahasa Indonesia (baku dan non-baku), typo, sensitive words, sexual intentions, and rape scene, etc.


Chapter 14 : Kebenaran terungkap


"Dia sepupu Mimy?" Tamara memandang Ilham dengan raut wajahnya yang tampak tak percaya.

"Benar, Bunda. Itulah informasi yang saya dapatkan dari penyelidikan bawahan saya. Mereka masih bersepupu, walaupun lebih tepatnya status mereka sepupu jauh dari pihak ayah mereka."

Mendengar informasi itu membuat Tamara memijit pelipisnya. Ternyata benar dugaannya waktu itu, mereka masih berkeluarga.

"Latar belakangnya?"

"Dia seorang yatim yang memiliki satu orang adik lelaki. Dia juga sempat lahir dan tinggal di Pulau Rintis."

"Lanjutkan." Tamara menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Yasmine Andriyana dulu memiliki hubungan yang tidak terlalu baik dengan sepupunya, Mimy Cakrawidana. Namun, saya telah menemukan informasi yang menarik, Bunda."

"Katakan."

"Empat tahun yang lalu, sebelum video panasnya tuan muda Taufan beredar...," Ilham menjeda kalimatnya. Pria itu berdehem sebelum melanjutkan penjelasannya. "...menurut laporan bawahan saya, mantan kekasih tuan muda—nona Mimy pernah bertemu dengan nona Yaya di salah satu restoran bintang lima."

Tamara tak bergeming. Mata cokelatnya menatap cangkir teh hitamnya tanpa minat.

"Kemudian, tepat di hari yang sama saat nona Mimy bertemu dengan tuan muda Taufan di hotel Rosemary, nona Yaya juga sempat bekerja di sana sehari, setelah itu ia tak pernah masuk dan langsung mengundurkan diri."

Tamara mengangguk. Ia sama sekali tak ingin bersuara saat ini, lebih baik mendengarkan terlebih dahulu informasi yang Ilham dapatkan.

"Dan yang mencurigakan menurut saya adalah... nona Yaya tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi setelah video panas tuan muda beredar."

"Ada informasi yang lain?"

Ilham berdehem lagi sebelum melanjutkan laporan penyelidikannya. Pria itu mengangguk. "Ada, Bun. Saya menemukan kejanggalan."

Alis Tamara ternaik. "Apa itu?" tanyanya.

"Restoran dan rumah yang dimiliki oleh nona Yaya ternyata walaupun sertifikatnya atas nama nona Yaya sendiri, tetapi yang membayarnya adalah suruhan nona Mimy Cakrawidana. Hal ini diperkuat dengan bukti dari si penjual kedua bangunan itu, transaksinya menggunakan rekening Iwan dan Amar Deep, tangan kanan dan temannya nona Mimy." Tamara masih tak bergeming. Ilham kembali berdehem untuk ketiga kalinya kali ini. "Sepertinya dugaan Bunda kali ini benar. Tampaknya nona Yaya dan Mimy terlibat dalam skandal video panas tuan muda empat tahun lalu. Dan sepertinya, calon istri tuan Fang juga tahu tentang skandal itu dan ikut andil menyembunyikan nona Yaya."

Tamara diam. Wanita itu menegakkan tubuhnya dan mengambil cangkir teh hitamnya lalu meminumnya. "Bagaimana dengan penyelidikanmu tentang kedua anaknya?"

"Saya sudah menyelidikinya. Kedua anaknya lahir di kota Hilir dan kelahiran mereka berdua bertepatan tepat sembilan bulan dari skandal yang menimpa tuan muda," jelas Ilham sambil tangannya menyerahkan berkas-berkas berisi penyelidikan tentang Yaya, baik riwayat kelahiran Yaya dan juga riwayat kelahiran anaknya. Selain itu, ada juga beberapa foto kebersamaan Yaya dan Mimy serta Ying yang didapatkannya dari cctv tempat ketiga wanita itu pernah bertemu.

"Kemudian tentang pernikahan nona Yaya dan mendiang suaminya... itu tak pernah terjadi. Hal ini saya dapat buktikan dari catatan pernikahan mereka tidak pernah terdaftar di catatan sipil."

Tamara meletakkan cangkir teh hitamnya kembali ke atas meja. Wanita itu menyilangkan kakinya sembari menghela nafasnya. "Apa kau ada bukti yang lebih konkrit untuk dapat membuktikan kecurigaanku?" tanyanya.

"Ini Bun, hasil test DNA kedua anaknya dan nona Yaya yang dilakukan hari ini juga. Dua hari yang lalu, bawahan saya berhasil menyamar sebagai pelanggan di restoran itu dan bermain bersama kedua anaknya. Untung saja saat itu para pelayan di sana sibuk bekerja dan juga nona Yaya tidak ada di TKP, jadi mereka bisa mengambil sampel rambut mereka," terang Ilham sembari menyodorkan sebuah kertas berisi surat laporan laboratorium rumah sakit mengenai test DNA Taufik dan Yachana yang dilakukan tanpa sepengetahuan ibu mereka. "Untuk sampel rambut nona Yaya, saya mendapatkan dari orang yang saya sewa," lanjutnya menjelaskan.

Ini baru hari ketiga sehabis Ilham menyuruh bawahannya mendapatkan sampel rambut kedua bocah itu dan Yaya untuk dilakukan tes DNA. Namun, karena yang ingin melakukan tes ini adalah keluarga Mechamato—salah satu keluarga paling tersohor dan berpengaruh di negara Jiran itu—maka mempersempit waktu pengerjaan tes tersebut bukanlah hal yang mustahil. Inilah impact sebagai salah keluarga berpengaruh, sebut saja nama keluargamu, maka kau akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk melakukan tes apa pun.

"Kau sudah membacanya, kan? Katakanlah bagaimana hasilnya? Bunda sebenarnya tidak ingin membuang-buang waktu untuk membaca hasil laporan ini," ucap Tamara sambil dengan asal membuka laporan tes DNA yang disodorkan oleh Ilham.

"Positif dengan tuan muda Taufan, dan positif juga dengan nona Yaya."

Jawaban Ilham membuat Tamara tersenyum menyeringai. Kini jelas sudah semuanya tentang kecurigaannya mengenai sih pemilik restoran dan kedua anaknya yang mewarisi gen keluarga Mechamato. Kedua bocah itu cucunya, cucu yang tidak diharapkan oleh suaminya dan juga putra keduanya itu.

Mata cokelatnya berkilat penuh minat ketika melihat hasil persentase tes DNA kedua bocah itu pada Taufan. Kemudian wanita itu bangun dari posisinya setelah meletakkan hasil tes DNA itu ke meja dan mengambil cangkir teh hitamnya. Matanya menatap lurus ke arah luar jendela apartemen Taufan sembari menyeruput teh hitamnya dengan tenang.

Tamara bersyukur memiliki anak buah yang sangat tanggap membantunya untuk melakukan tes DNA terhadap rambut Taufik dan Yachana, rambut Yaya, dan juga rambut putranya. Untung saja ia memiliki Ilham di sisinya yang memiliki banyak koneksi di mana-mana, maka untuk melakukan tes tersebut tidaklah sulit untuknya. Terlebih, untuk sampel rambut putranya, itu sangat muda didapat dari Tamara sendiri.

"Apa yang akan Bunda lakukan setelah ini?" tanya Ilham sambil matanya mengikuti arah pandang sang majikan yang masih tetap tak bergeming asik memandangi kota dari sela-sela tirai jendela.

"Tentu saja aku akan mengklaim apa yang seharusnya menjadi milik keluarga Mechamato." Tamara memutar tubuhnya menatap Ilham sembari tersenyum kecil. "Ilham, sehabis ini kau hubungi keenam putraku. Katakan pada mereka, malam ini juga mereka harus berangkat ke kota Hilir. Hanya mereka, jangan Amato. Aku akan membicarakan masalah ini kepada mereka sebelum kepada suamiku dan juga Taufan."


Taufan bersumpah, dirinya tidak peduli dengan perempuan bernama Yaya itu. Namun entah kenapa, raganya justru membawanya ke sini. Ke restoran bernama Sweet Escape.

Tidak! Ini bukanlah keinginannya...! Semenjak beberapa hari yang lalu saat ia dan Fang membeli makan siang di sini dan bertemu dengan sosok wanita yang pernah menekan tombol bel apartemennya dengan brutal yang ternyata kenalan Fang, membuat Taufan yang sudah tak pernah memimpikan dirinya meniduri wanita berambut cokelat yang membuat dirinya dan keluarganya tertimpa skandal, tiba-tiba memimpikan kejadian itu kembali. Dalam mimpinya, dirinya bercinta dengan wanita jalang yang selama empat tahun ini menghilangkan diri itu, tapi wajah wanita yang diblur itu tergantikan dengan wajah gadis bernama Yaya itu. Bahkan dalam mimpinya itu, suara wanita yang meneriakkan namanya sama persis seperti suara Yaya.

Ini gila menurutnya! Bagaimana bisa dirinya memimpikan bercumbu dengan seorang gadis yang baru saja dia temui sebanyak dua kali?! Terlebih lagi wanita itu hanyalah pemilik restoran yang nama restorannya baru melejit sekarang. Oh ayolah, yang kita bicarakan di sini adalah Taufan! Cassanova yang masih banyak digilai para wanita yang lebih cantik dan berkelas dari si pemilik restoran itu walaupun dirinya pernah terkena skandal!

Bunyi lonceng segera menyapa telinganya saat pintu tersebut didorong. Mata safirnya bergerilya di ruangan yang dipenuhi pelanggan seperti biasanya. Lalu, safirnya berhenti saat melihat seseorang yang dikenal olehnya di ruangan tersebut.

Seorang perempuan berkacamata dengan rambut biru raven dikuncir dua itu tampak mengobrol asyik dengan sang pemilik restoran ini. Mereka duduk di meja yang tepat berada di samping pintu.

Taufan mengenal sosok perempuan yang berbicara dengan pemilik restoran ini. Yue Ji Ying, calon istri sang sahabat, Fang.

"Di mana kedua anakmu, Ya?"

Taufan menyerngitkan alisnya saat mendengar pertanyaan Ying pada wanita berjilbab kuning itu. Anak? Apa sih gadis pemilik restoran ini sudah berkeluarga?

Niat Taufan yang tadinya ingin ke bar kasir untuk memesan dan membawa pulang makanannya kini hilang digantikan dengan rasa penasarannya. Tanpa disadari kedua wanita yang sedang asik berbincang-bincang itu, Taufan berjalan ke kursi tepat dibelakang si pemilik restoran, kemudian duduk sembari berpura-pura membuka katalog menu makanan. Entah mengapa kali ini ia ingin sekali menguping pembicaraan kedua wanita itu.

"Mereka kutinggalkan di rumah bersama Amy. Hari ini aku menyuruh pegawai lain yang masuk untuk menggantikan Amy. Aku tak ingin kejadian beberapa hari yang lalu terjadi lagi," jawab Yaya sembari memijat keningnya.

"Yah, padahal aku ingin mengajak mereka bermain ke mall. Mengingat, kalian tidak akan lama lagi tinggal di sini..."

Taufan semakin menyerngitkan alisnya. Apa maksudnya tidak akan lama tinggal di sini itu? Apakah gadis—ralat, wanita pemilik restoran ini akan pindah di saat restorannya sedang melejit seperti sekarang?

"Maaf Ying, tapi ini demi keamananku dan kedua anakku. Aku tak ingin nyonya Tamara mendatangi restoranku lagi. Kau tahu sendiri, kan, bagaimana berbahayanya posisi kita jika wanita itu datang kembali ke sini? Terlebih lagi, sepertinya dia sudah mencurigaiku..."

Sekarang Taufan benar-benar bingung dan penasaran mengapa nama ibunya dibawa-bawa dalam percakapan kedua wanita di belakangnya. Terlebih lagi, untuk apa ibunya mendatangi restoran ini sendirian? Apakah ibunya masih ingin ngotot ingin bertemu sih pemilik restoran atau pemilik restoran ini memiliki hubungan yang rumit dengan ibunya? Mungkinkah Yaya membuat masalah dengan ibunya?

"Aku tak menyangka kehidupanmu yang tentram menjadi berantakan seperti ini, Yaya..." Ying menatap prihatin kepada Yaya yang kini hanya terkekeh miris.

"Aku juga tak menyangka akan berakhir seperti ini, haha. Sebenarnya aku enggan mengikuti saran Mi—"

Suara dering ponsel membuat Yaya menghentikan ucapannya. Diam-diam Taufan memerhatikan dengan seksama wanita berjilbab kuning itu kini mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum. Amy, kenapa ya? kok tumben kamu nelpon mbak?"

"..."

"Ufik sama Yacha nangis dan nggak mau makan siang? Kenapa, kok bisa gitu?"

Taufan masih diam anteng pada posisinya. Tidak berniat memanggil pelayan untuk memesan. Saat ini dirinya masih ingin menguping pembicaraan Yaya tanpa sepengetahuan wanita itu.

"Innalilahi. Oke. Mbak pulang sekarang. Kamu nanti gantiin mbak ya di sini."

"..."

"Wa'alaikummussalam."

"Kenapa?" Ying menatap heran pada Yaya yang kini bangkit dari duduknya.

"Ufik dan Yacha, mereka nangis kejar sampai mogok makan sekarang gara-gara anak kucing mereka yang hilang kemarin sudah ditemukan dalam keadaan tewas," sahut Yaya. "Aku pulang dulu ya, Ying. Anak-anak benar-benar udah nggak bisa dibujuk sama Amy. Aku juga khawatir sama kondisi mereka, mengingat anak kucing itu kesayangan mereka dan juga hewan peliharaan pertama mereka dari aku."

Sontak Ying pun juga ikut bangun dari posisinya. "Aku ikut, sekalian ngantar kamu juga," ujarnya.

Yaya tak bersuara dan hanya tersenyum. Wanita berjilbab kuning itu pun lekas berjalan ke meja bar kasir tanpa menyadari tatapan iris safir yang sedari tadi mengikuti gerak-geriknya. Kemudian setelah berpamitan pada sih penjaga kasir, kedua wanita itu pun keluar dari gedung restoran.

Meninggalkan sosok Taufan yang tak bergeming dan masih memandang punggung Yaya dan Ying yang mulai menjauh.


Peek A Boo

Chapter 14 : Kebenaran terungkap

To be continued


Omake

"Ada apa ini? Kenapa kau meminta kami berkumpul di sini, Gempa?" Halilintar yang terakhir datang langsung melontarkan pertanyaan. Ayah tiga anak lelaki itu menatap saudara ketiganya dengan tatapan 'meminta penjelasan'.

Gempa, sih kembaran ketiga yang biasanya tersenyum hangat kini memasang wajah datar dan seriusnya. Tampang yang tak biasa ia perlihatkan kecuali jika ada sesuatu yang serius yang ingin dia sampaikan.

"Aku ada berita baik dan buruk untuk kita dari Bunda," sahutnya sembari menarik kursi di samping Halilintar. "Kalian ingin mendengar yang mana dulu?" lanjutnya bertanya.

"Aku ingin berita yang baik saja dulu," kata Ice tenang.

"Aku juga!" timpal Thorn dan Blaze dengan semangat.

"Aku yang buruk saja dulu," sahut Solar.

Gempa melirik Halilintar yang masih tak bersuara. "Apa pilihanmu, bang Hali?"

"Aku mengikuti suara yang terbanyak saja. "

"Baiklah." Gempa menghela nafasnya dengan berat. "Berita baiknya, bunda meminta kita ke kota Hilir hari ini juga. Hanya kita, tanpa ayah."

Alis Ice terangkat sebelah. "Hanya kita?"

Gempa mengangguk. "Ya, hanya kita," jawabnya.

"Dalam rangka apa? Tumben sekali Bunda melarang kita membawa ayah sekalian," komentar Solar yang merasa ada hal aneh pada Tamara.

"Nah, untuk jawaban dari itu ada di berita buruk untuk kita," timpal Gempa sembari kembali menghela nafasnya dengan berat. "Kalian ingat tugas yang diberikan ayah kepada kami—Bang Hali, aku, dan Solar— empat tahun yang lalu, kan?"

"Tugas apa?" pertanyaan Blaze membuat pria itu dipelototi oleh Halilintar dan Gempa.

"Oh, tugas yang itu?! Aku ingat!"Thorn dengan ceria ikut menimpal. "Kalian disuruh mencari sosok perempuan yang ada di sex tape bang Ufan bukan?" tanyanya dengan frontal, membuatnya kini dipelototi oleh Halilintar, Gempa, Blaze dan juga Solar.

"Thorn, kau nggak boleh mengatakan hal vulgar seperti itu," tegur Ice yang sedari tadi hanya diam menjadi pengamat.

"Eh? Kenapa? Aku juga udah dewasa kok, ngomongin hal itu—"

"Sudah, hentikan!" hardik Halilintar membuat Thorn terdiam. "Lanjutkan berita buruk yang kau maksud, Gem."

"Berita buruknya adalah..."Gempa berdehem, ia menjeda ucapannya. "... bunda sudah menemukan perempuan itu."

"Apanya yang buruk, bukankah itu berita yang bagus?" Blaze menatap heran pada Gempa yang kini mengurut dahinya yang mendadak pusing.

"Itu buruk. Karena... selain wanita itu, bunda juga menemukan dua anak kembar yang merupakan darah daging bang Taufan dan juga wanita itu."


Author's note :

Hai, aku kembali membawa chapter 14. Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak ngehehe.

Oh ya, aku mau nanya dong, di sini ada yang mau nggak aku ngeluarin cerita baru lagi buat sebagai selingan Peek A Boo. Aku ada nyiapin 3 cerita baru sih. Cerita pertama tuh pairingnya BoyEl/ BoyFushion x Yaya (but aku bingung elemental/fushion yang dipakai harus siapa wkwkwk. Menurut kalian siapa yang cocok, nanti divote ya). Yang satunya pairnya FaYi, dan yang satu lagi AmaRa (khusus ini aku bakal ambil sedikit timeline canon dicampur setting fanon dariku).

Yang pertama itu aku spill dikit ya outline ceritanya. Pokoknya ceritanya tuh tentang Oboi elemental/fushion yang diam-diam udah naksir berat sama Yaya tapi nggak bisa ngungkapin karena dia sadar Yaya deserved dapat cowok lain yang lebih baik dari dia yang badboy petakilan lah wkwkwk. Dia juga sadar, dia sama Yaya tuh jomplang banget, dari segi tata krama bahkan nilai juga sangat bertolak belakang dari Yaya. Makanya dia cuma bisa suka dalam diam. Nah judulnya itu nanti "Enthusiast". Ini fanfic AU sih wkwkwk. Untuk karakter Oboinya ini aku bingung harus makai Blaze atau fushion Gentar wkwkwk. Menurut kalian siapa yang cocok diantara mereka?

Untuk fanfic kedua, pairnya FaYi. Nah yang ini outlinenya tuh Fang dipaksa suruh nikah sama Kaizo dan Kira'na yang pengen anak mereka dapat teman main wkwkwk. Karena udah muak ditagih mulu sama pasangan itu dan bahkan sampai mau dijodohin, akhirnya Fang minta bantu sama Gopal buat cariin partner di bumble yang bisa diajak kerja sama lah supaya kedua kakaknya tuh nggak bisa ngejodohin dia sembarangan. Dibantuin lah sama Gopal dan akhirnya dapatlah Fang nomor sih cewek ini. Kocaknya, ternyata nomor yang dihubungi sama Fang hasil dapat dari Gopal itu bukan nomor cewek di bumble, tapi nomor Ying—teman se kampus dan tetangga Gopal. Ya. Gopal salah ngasih nomor. Jadilah nanti Fang maksa Ying buat jadi partnernya sampai sih Kaizo dan Kira'na percaya kalau Fang serius bakalan nikah sama ceweknya sekarang. Yang ini judulnya "Emergency Couple". Ini juga fanfiksi AU sih, dan genrenya mungkin Romance/komedi.

Yang ketiga cuma ngisahin cerita Amato Mara pas udah dewasa. Mungkin diary kali ya? Btw ini aku terinpirasi dari baca fanfic di Ao3 yang judulnya Diary keluarga Boboiboy atau apalah itu. Di sini bakal ngisahin kisah Amato yang tanpa sadar mulai ada rasa suka sama Mara, sampai akhirnya nanti mereka membuat keluarga dan berakhir dengan lahirnya baby Oboi. Ini judulnya "Kurensia/Querencia". Kalian bisa cari tahu artinya di google nanti hehehehe.

Menurut kalian, aku harus upload yang mana dulu?

Btw, beberapa chapter lagi fanfic ini bakalan tamat wkwkwk. Mungkin sekitar 10-12 chapter lagi lah.