"Peek A Boo" by jennetchs
Boboiboy/ Boboiboy Galaxy belongs to (c) Monsta
Warning(s) : Alternatif universe, no power, Boboiboy Taufan x Yaya area! elementalsiblings! adultchara! ooc, smut, drama, romance, hurt/comfort, bahasa Indonesia (baku dan non-baku), typo, sensitive words, sexual intentions, and rape scene, etc.
Chapter 15 : Wajah yang familiar
Fang menatap heran pada Taufan yang kini tetap diam dengan pandangannya yang tak teralihkan memandang sosok perempuan berjilbab cream yang sedang berbincang-bincang dengan pelanggan di meja bar kasir. Sudah dua hari ini, Taufan selalu mengajaknya untuk makan di restoran bernama Sweet Escape. Kali ini Gopal ikut bergabung, dan pria tambun itu yang akan mentraktir dirinya dan Taufan. Padahal seingat Fang, Taufan bukanlah tipe orang yang senang makan di luar, apalagi di restoran kalangan menengah seperti restoran yang mereka datangi saat ini.
"Kalem aja bos natapnya, jangan sampai melotot begitu. Doi cantik banget ya?" godaan Gopal membuat Taufan menyudahi tatapannya pada Yaya. Iris safirnya menajam memandang Gopal yang kini terkekeh kecil. "Aku hanya bercanda, jangan memandangku seperti itu dong, hahaha."
"Bercandaanmu nggak lucu, bodoh."Fang ikut menimpal. Pria tiongha itu juga ikut melotot memandangi Gopal.
"Sebaiknya kau tutup mulutmu jika kau tidak dapat mengecilkan suaramu itu, Gopal. Aku yang merasa tidak enak di sini karena ucapan kerasmu tadi. Dia itu sudah berkeluarga, sudah punya anak juga," Taufan ikut menyahut dengan suara dingin.
Gopal tersenyum canggung. Kemudian keadaan di meja ketiga pria itu menjadi hening. Hanya suara dentingan sendok, garpu, dan pisau yang bersahut-sahutan.
Di sisi lain, Yaya mencoba mati-matian untuk tidak menghiraukan kehadiran Taufan dan kedua temannya. Sedari tadi ia juga tak memedulikan pandangan Taufan yang selalu menatapnya. Sialan, kenapa sih hidupku menjadi berantakan seperti ini?! teriaknya dalam hati.
"Mbak. Kali ini shift saya, mbak," Amy, yang datang dari ruangan kerja Yaya tiba-tiba muncul dihadapan Yaya.
"Mbak?" panggil Amy kembali.
"Oh? Ah, ya." Yaya mengerjapkan matanya. Wajah ibu dari dua anak itu tampak linglung sebelum akhirnya ia tersenyum kecil. "Terima kasih, Amy. Kalau begitu, mbak istirahat dulu ya," katanya dan Amy mengangguk.
Yaya melepaskan apronnya kemudian memberikannya pada Amy yang diterima dengan senang hati oleh perempuan itu. Kemudian, ia pun melarikan diri dari ruangan yang membuatnya tak nyaman tersebut.
Mungkin setelah ini ia akan meminta Mimy untuk mempercepat keberangkatannya ke Jepang.
"Aku dengar-dengar, keenam saudaramu datang ke sini?" Fang membuka kembali pembicaraan di antara mereka. Pertanyaannya membuat Taufan menaruh atensi sepenuhnya padanya. Gopal juga ikut menatapnya.
"Hm, benar. Mereka sudah dua hari di sini."
"Dalam rangka apa? Apakah mereka diminta juga oleh paman Amato untuk membantumu di sini?" tanya Gopal.
Taufan menggeleng. "Bukan. Mereka datang karena panggilan dari bunda. Sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin dibicarakan bunda pada mereka yang tak bisa melibatkanku dan ayah," katanya.
"Mereka ingin membahas tentang perjodohanmu mungkin..." timpal Gopal, membuatnya mendapatkan pelototan tajam dari Taufan.
"Ekhem." Fang berdehem, membuat kedua pria itu menatapnya. "Fan, katanya ada yang ingin kau bicarakan dengan kami? Apa yang ingin kau bicarakan?"
Taufan diam. Lelaki bermata safir itu kembali menoleh pada meja bar kasir yang kini telah berganti orang yang berada di sana, entah ke mana perginya sih wanita berhijab cream tadi. Ia kemudian menatap kembali Fang yang menatapnya dengan alis terangkat sebelah.
"Ini tentang kenalan calon istrimu—"
"Ah, Yaya maksudmu?"tukas Fang. Taufan mengangguk. "Ada apa dengannya?" lanjutnya bertanya.
"Aku... entah mengapa aku merasa familiar dengan wajahnya dan juga suaranya..."sahut Taufan dengan nada ragu.
"Familiar? Apa maksudmu?"
"Entahlah... aku hanya merasa familiar tentangnya..." Taufan menggantung kalimatnya. "... setelah bertemu dengannya, entah mengapa aku sering memimpikan kembali sedang bercinta wanita sialan itu. Tetapi kali ini... wajah wanita itu tergantikan dengan wajahnya."
"Uhuk! Uhuk!" Mendengar lanjutan ucapan Taufan, Gopal tersedak. Begitu juga dengan Fang yang kini sedang menyeruput minuman yang dipesannya. Matanya melotot menatap Taufan yang tetap diam.
"Kau... yang benar saja, Fan!" hardik Gopal menatap Taufan dengan pandangan horror. "Bagaimana kau bisa memimpikan sedang bercumbu dengan istri orang?! Kau gila?!" lanjutnya mengumpat dengan suara pelan agar pembicaraan mereka tidak menjadi tontonan para beberapa pelanggan yang sedari tadi tak berhenti mencuri-curi pandang pada mereka.
"Fan, aku tahu kau masih ngotot ingin mencari perempuan yang mengambil keperjakaanmu itu, dan kau mungkin... ingin mengulang kembali malam panas kalian. Tapi... bukankah kau sudah kelewatan batas sampai memimpikannya dengan wajah orang lain?" Fang ikut menimpal dengan suara yang juga memelan. Matanya yang tadi melotot kini menatap serius Taufan yang masih tak bergeming dan kali ini memelototinya.
"Lupakan obsesimu dengan wanita itu. Move on, Fan! Move on! Sebaiknya kau harus fokus untuk memulai berkeluarga. Lupakan wanita itu, cari calon istrimu agar kau bisa melampiaskan nafsumu. Tidak baik kau terus memimpikan bercumbu dengan wanita itu, apalagi sampai menggantikan wajahnya dengan wajah istri orang lain."
Tamara duduk dengan elegan sembari meminum teh lemon hangatnya. Di depan, di samping kiri, dan di samping kanannya, keenam putranya juga ikut duduk dengan tenang. Posisinya kira-kira begini ; Halilintar bersebelahan dengan Gempa dan berhadapan dengan si bungsu Solar, Gempa di tengah-tengah Halilintar dan Thorn dan berhadapan dengan Tamara, Ice bersebelahan dengan Tamara dan Blaze lalu berhadapan dengan Thorn.
Di belakang Tamara, Ilham berdiri dengan tenang sembari tangannya memegang beberapa map yang berisi berkas-berkas penting yang ingin dibicarakan oleh Tamara kepada keenam putranya. Saat ini, Tamara dan keenam putranya sedang berada di restoran berbintang lima, tepatnya di private room. Tujuannya tentu saja ingin membahas tentang Yaya, si perempuan yang sudah dicari-cari oleh keluarganya.
Tamara tidak bisa menjelaskan penemuannya saat kedatangan keenam putranya dua hari yang lalu karena Taufan ternyata melanjutkan pekerjaannya dari apartemennya. Makanya, untuk hari ini ia memutuskan untuk membicarakan semuanya di restoran kelas atas, yang tentu saja memiliki private room.
"Ilham, berikan foto kedua cucuku itu," ucap Tamara dengan tenang.
Ilham bergerak. Lelaki itu pun mengeluarkan plastik berisi foto yang diminta dan memberikannya pada Tamara.
"Lihatlah, ini adalah keponakan kalian," ujar Tamara sambil mengeluarkan enam foto dua orang bocah yang diambil secara diam-diam. Ia menjejerkan keenam foto itu di atas meja, membuat keenam putranya menatap foto itu.
"Wah, mereka mirip banget dengan bang Ufan!" Thorn, si kembar keenam itu yang pertama kali bersuara. Nadanya tampak kagum. Matanya juga tak berhenti menatap foto Taufik dan Yachana yang sedang makan es krim bersama di taman.
"Mereka menggemaskan," sahut Gempa sembari tersenyum hangat. Iris ambernya juga tak beralih menatap Taufik dan Yachana yang kini dalam gendongan seorang perempuan berpashmina plisket berwarna coklat.
"Aku tak menyangka bang Ufan akan langsung mendapatkan langsung dua untuk pemula sepertinya," gumam Solar dan disetujui oleh Blaze.
"Siapa nama mereka, bun?" tanya Ice dengan nada malasnya.
Berbeda dengan kelima saudara itu yang tampak antusias menatap potret menggemaskan Taufik dan Yachana, si anak tua—Halilintar hanya diam. Mata rubi lelaki itu menatap serius sosok perempuan berpashmina plisket berwarna coklat yang menggendong kedua bocah itu. Ia kemudian menatap ke arah Tamara yang tersenyum cerah.
"Nama mereka? Ah, mereka Taufik dan Yachana. Panggil saja mereka Ufik dan Yacha," ucap Tamara ceria. "Mereka menggemaskan, bukan?"
Kelima lelaki itu mengangguk—minus Halilintar yang kini mengambil satu foto dihadapannya dan mendorongnya pada sang ibu.
"Ini 'perempuan itu', kan, bunda?" Halilintar menatap langsung pada Tamara. Iris rubinya tampak serius.
Tamara mengangguk. "Benar. Dia Yasmine Andriyana—Yaya—perempuan yang ada di video skandal adikmu," sahutnya sambil menunjuk foto seorang wanita berpashmina plisket berwarna coklat yang menggendong Yachana dan Taufik. "Dia juga sepupunya Mimy. Asal kalian tahu, Mimy juga terlibat dalam skandal itu. Bunda rasa, dia adalah dalangnya."
Mendengar jawaban sang ibu, kelima saudara itu menatap ke arah yang ditunjuk oleh Tamara. Sedangkan Halilintar, pria itu berdengus.
"Sialan, wanita secantik ini mengapa mau-mau saja ditiduri oleh bang Ufan," sungut Blaze kesal.
"Percuma wajah cantik kalau otaknya isi kriminal. Aku tidak ingin wanita ini menikah dengan bang Ufan. Dia hampir membuat keluarga kita hancur tahu, apalagi dia masih berkeluarga dengan Mimy sialan itu," gerutu Solar dan disetujui oleh Halilintar di dalam hati.
"Tapi dia benar-benar cantik. Pantas saja di dalam video sex tape itu, bang Ufan tampak menikmatinya," timpal Ice dengan nada datar.
Gempa menatap Tamara yang tetap diam. "Apa yang akan bunda lakukan dengan wanita ini? Haruskah kita memberitahu ayah dan bang Taufan?" tanyanya.
"Tidak. Jangan dulu," ucap Tamara. "Aku akan mengunjunginya besok. Aku akan bertanya kepadanya apa motifnya selama ini."
Peek A Boo
Chapter 15 : Wajah yang familiar
To be continued
Author's note :
Chapter 15 update. Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak.
with love
jennetchs
