"Jadi... hal penting apa yang ingin kau beritahu pada kami bertiga?" tanya Gempa setelah berhasil menelan potongan daging steaknya, mewakili kedua saudaranya—Halilintar dan Solar— yang memilih diam dan tetap menikmati makanan di depan mereka.

Fang menghentikan potongannya pada daging steak di depannya. Pemuda tiongha itu menatap lekat Gempa yang juga menatapnya dengan tatapan berwibawa.

"Perempuan yang kalian bertiga dan Taufan cari-cari selama ini ada di sini," ucapnya tenang. "Namanya Yaya. Dia hidup bersama kedua anak kembarnya di sini sambil membuka usaha restoran kelas menengah bernama Sweet Escape yang sedang naik pamornya di sini."

"Kami sudah tahu soal itu," sahut Halilintar dingin. Mata merah pria itu menatap datar Fang yang kini mengerutkan keningnya.

"Kalian sudah tahu?" Gempa dan Solar mengangguk. "Kalau begitu, apa itu artinya Taufan dan paman Amato juga sudah mengetahui tentang ini?"

Solar menggeleng. "Tidak, mereka belum tahu."

"Kenapa? Apa kalian tidak mau memberitahunya?"

"Bukan begitu, kami sangat ingin memberitahu secepatnya kepada mereka, terutama bang Ufan. Tetapi, bunda melarang kami," terang Gempa. "Bunda mengatakan, untuk urusan ini bukan tanggung jawab kami bertiga lagi. Selain itu, bunda juga mengatakan sekarang masalah ini menjadi urusannya, karena bunda lah orang pertama kali menemukan perempuan itu. Saat ini, bunda juga sedang berada di Jepang, ingin mencari kebenarannya dari mulut tersangka utama, yaitu Mimy. Jadi, kami diminta untuk menutup mulut pada bang Taufan dan ayah, dan membiarkan bunda mengatakan semuanya pada mereka jika kebenarannya telah terungkap."

"Ah..."

Lalu keadaan menjadi hening. Fang menjadi bingung sekarang. Apakah dia harus memberitahu tahu pada Taufan tentang keberadaan Yaya atau tetap diam saja dan membiarkan Tamara sendiri yang mengungkapkannya pada putranya itu.

"Ngomong-ngomong, Fang. Bagaimana kau bisa tahu bahwa Yaya adalah perempuan di dalam video itu? Bukankah sebelum kami bertiga berhenti mencari keberadaannya, kau bersama Gopal yang diperintahkan oleh bang Ufan terlebih dahulu berhenti mencari tahu keberadaannya?" tanya Gempa dengan wajah penasaran. Begitu juga Hililintar dan Solar menatap keheranan pada Fang.

"Ah... itu..." Fang menggaruk pipinya yang tak gatal. Pemuda tiongha itu tersenyum canggung pada ketiga saudara kembar itu. "... calon istriku, Ying, merupakan teman dekat Yaya. Aku baru mengetahui kebenaran ini dua hari yang lalu saat berkunjung ke apartemennya tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Maksud hati ingin memberinya kejutan, ternyata aku yang mendapatkan kejutan darinya. Aku bertemu dua anak kembar dengan wajah persis seperti Taufan di sana. Aku sempat berbincang-bincang dengan kedua bocah itu, menanyakan siapa nama ayah mereka, tetapi mereka menjawab bahwa ayah mereka sudah lama meninggal. Lalu kutanya nama ibu mereka, mereka bilang ibu mereka bernama bunda Yaya," lanjutnya dengan gamblang.

"Jadi... Ying juga ikut terlibat dalam skandal itu?" Halilintar bersedekap dada. Matanya semakin menatap tajam Fang.

Fang menggeleng. "Tidak, tentu tidak. Calon istriku tidak ada sangkut pautnya dengan skandal saudara kalian itu. Dari cerita Ying, aku bisa menyimpulkan bahwa dia hanya terlibat dalam menyembunyikan Yaya, karena Yaya sudah seperti saudaranya. Jadi, sudah pasti Ying-ku tidak ikut terlibat apa pun dalam skandalnya Taufan," tuturnya membela posisi Ying.

"Tapi tetap saja, menurutku Ying bersalah di sini karena telah membantu menyusahkan kita untuk mencari keberadaan—"

"Ya, dia memang salah tapi Ying-ku tidak ikut terlibat dalam skandalnya Taufan. Kutegaskan sekali lagi, dia tak ikut campur dengan skandal saudara kalian. Satu-satunya kesalahan Ying di sini adalah dia menyembunyikan keberadaan Yaya. Hanya itu saja. Jadi, jangan mencoba untuk mencurigai calon istriku."


"Peek A Boo" by jennetchs

Boboiboy/ Boboiboy Galaxy belongs to (c) Monsta

Warning(s) : Alternatif universe, no power, Boboiboy Taufan x Yaya area! elementalsiblings! adultchara! ooc, smut, drama, romance, hurt/comfort, bahasa Indonesia (baku dan non-baku), typo, sensitive words, sexual intentions, and rape scene, etc.


Chapter 18 : Her Lies


"Halo, Yaya?" suara diseberang telepon menyadarkan Yaya dari renungannya. Ah, Yaya lupa bahwa saat ini dia sedang menghubungi Mimy.

"Ah, Mimy," jawabnya singkat.

"Ada apa? Kenapa kau menelponku di tengah malam begini?" Yaya diam. Dia agak ragu untuk menceritakan pertemuannya dengan Tamara dua hari yang lalu. Apa perlu dia ceritakan pada Mimy soal pertemuan itu...?

"Yaya."

Menarik pelan nafasnya, akhirnya Yaya membuka mulutnya untuk berbicara. "Nyonya Tamara telah mengetahui bahwa Taufik dan Yachana adalah anak dari Taufan dan cucunya."

Kali ini Yaya tak akan lari. Dari dulu, dirinya selalu mencari jalan teraman. Namun, sekarang... dia tak akan melakukannya lagi.

"Bagaimana dengan Taufan?"

"Kurasa... dia belum mengetahuinya." Yaya menjawab dengan lirih. "Mimy, dengar. Aku akan melakukannya sesuai dengan perjanjian awal kita," lanjutnya dengan tersenyum sedih.

Tak ada suara di seberang sana.

"Aku mengatakan pada nyonya Tamara, jika aku dibayar dan aku juga lah yang menawarkan diri untuk bekerja sama denganmu."

Masih hening. Sampai akhirnya terdengar suara datar di seberang telepon.

"Kenapa kau berbohong? Seharusnya kau katakan saja yang sejujurnya." Yaya tak bisa menebak bagaimana ekspresi Mimy sekarang di sana, karena kali ini, suara wanita itu sangat pelan dan datar.

Yaya tersenyum sendu. "Kau sudah terlalu banyak membantuku dan kedua anakku, Mimy," jawabnya mencoba tenang.

Tanpa sadar kini matanya menatap kedua buah hatinya yang sudah tertidur di atas ranjang. Ah, sial, dia ingin menangis. Sekarang, hidupnya dan kedua buah hatinya sedang digenggam oleh Tamara Yusharani.

"Sepertinya aku juga tak akan pergi ke Jepang, Mimy," masih tak ada balasan dari seberang sana. "Maaf ya telah membuatmu kerepotan mengurus segala berkas-berkas itu dan juga telah memberikanku rumah di sana. Aku benar-benar minta maaf, tapi aku benar-benar tak akan pergi. Aku... aku akan menghadapi apa yang sudah seharusnya menjadi konsekuensiku..."

"Yaya..."

"Kau nggak perlu khawatir..., aku bersama Yachana dan Taufik akan baik-baik saja." Yaya menggigit bibirnya. "Aku sudah siap dengan semuanya, Mimy. Dipisahkan dari Yacha dan Ufik, atau yang lebih buruk lagi..., bahkan aku sudah siap jika harus disingkirkan dari kehidupan kedua anakku."

"Yaya..."

"Mimy... dengar, aku hanya takut jika nyonya Tamara akan pergi ke rumahmu. Dia berhasil mengetahui bahwa aku adalah perempuan yang terlibat, jadi mungkin saja di sudah mengetahui tempat tinggalmu sekarang..." Yaya terus memotong ucapan Mimy. Mungkinkah Mimy kesal dengannya? Yaya sama sekali tak tahu.

"Kau mengkhawatirkanku...?"

"Tentu saja. Mimy, ada yang aku ingin beritahu padamu sekarang," Yaya menjeda ucapannya. "Kau adalah wanita yang baik. Memang, kesanku padamu sebelumnya tidak baik, tetapi setelah hubungan kita membaik, aku tahu kau benar-benar orang baik. Dan untuk jaga-jaga... jika nyonya Tamara mendatangimu, katakan seperti apa yang kukatakan ya. Katakan jika melakukanya karena uang... aku lah yang menawari diri dan mengajakmu bekerja sama..."

Di seberang sana masih hening. Yaya rasa Mimy sedang kebingungan sekarang. Mungkin saja.

"Mimy... bisakah kau menjaga Yachana dan Taufik jika suatu saat terjadi sesuatu padaku?"

"Kau akan baik-baik saja, Yaya."

Yaya tersenyum kecil. "Aku tahu itu..., aku... hanya ingin berjaga-jaga saja."


"Aku hanya ingin berjaga-jaga saja." Itu adalah suara terakhir Yaya yang didengar Mimy sampai akhirnya Yaya pamit dari telepon. Mimy menatap kesal ponselnya.

Dia lalu menyeringai sambil berdengus, "Dasar..., dari dulu tetap saja bodoh."

Mimy kemudian berjalan dengan anggun menuju ruang tamu. Di sana, seorang wanita berpashmina plisket berwarna biru langit dengan tunik putihnya duduk dengan anggun sambil menatapnya.

"Apakah sudah selesai urusanmu nona Cakrawidana—ralat, maksudku nyonya Fujimura?" suara lembut itu membuat Mimy berdengus. Mimy tersenyum ketika tamu tak terduganya itu menyunggingkan senyum angkuh.

"Tentu... nyonya Mechamato." Tamara Yusharani (Mechamato)—tamu yang dimaksud Mimy—menyilangkan kakinya. Memperlihatkan betis panjang dengan proporsi indah yang tertutupi jogger pants berwarna hijau lumut. Mimy duduk tak kalah elegan.

Kedua mata itu berpandangan dengan tatapan yang aneh.

"Jadi? Cepatlah jawab pertanyaanku. Kau belum menjawabnya, kan?"

Tamara telah datang sebelum Yaya menelpon, dan di saat sedang dalam pembicaraan, Yaya secara kebetulan menelpon. Tentu Tamara tidak mengetahuinya, karena Mimy mengangkat teleponnya di kamarnya. Dengan berbohong pada Tamara bahwa ibu mertuanya menghubunginya, tanpa menunggu balasan wanita itu, Mimy meninggalkan sang nyonya Mechamato itu duduk manis menunggu di ruang tamunya.

"Kau tahu, aku sempat sangat menyukaimu dulu. Aku bahkan sudah memberi restu padamu untuk menjadi menantuku jika saja kau tidak berbuat jahat," nada Tamara terdengar dingin dan menyindir.

Mimy tak bersuara. Jujur saja, ia menyayangkan ini. Tamara adalah wanita yang baik, dia juga sudah menganggap wanita itu sebagai ibunya, tetapi karena putranya yang berengsek itu, hubungan mereka menjadi buruk sekarang. Mimy tak ingin menghancurkan citra baiknya di depan Tamara.

Apa dia korbankan Yaya saja? Apalagi saat perempuan itu yang memintanya tadi.

"Pertanyaan apa?" Mimy menyerngitkan dahinya, berpura-pura lupa.

Tamara berdengus. Wanita itu menatap tajam Mimy. "Yasmine Andriyana. Benarkah dia menerima uangmu dan bekerja sama denganmu untuk menjebak putraku?"

Mimy diam sejenak, kemudian matanya melirik pada perutnya yang membesar, memasuki bulan kesembilan dan beberapa minggu lagi ia akan melahirkan bayinya. Tangannya mengelus sayang perutnya, ia kemudian menatap langsung pada netra cokelat madu Tamara.

Yah... mau bagaimana lagi?

Mimy menyeringai senang. Maaf Yaya, batinnya berkata.

"Tentu saja... dia menerima uangku dan bekerja sama untuk menjatuhkan reputasi putra tersayangmu itu. Semua yang dikatakan oleh Yaya adalah benar..."


Peek A Boo

Chapter 18 : Her Lies

To be continued.


Author's note :

Chapter 18 up! Mimy sudah berulah sekarang wkwkwk. btw beberapa chapter lagi ini fanfic bakal tamat. Setelah fanfic ini tamat, jenn bakalan menerbitkan 3 fanfic pengganti. Yang pertama pairnya FaYi, yang kedua GenYa, fanfic ketiga HaliYa. Untuk yang HaliYa, temanya masih rahasia.

Oh ya, jenn juga mau mengucapkan terima kasih sama aerzyy dan ellena nomihara yang sudah mereview. Kita doakan saja Taufan bucin sama Yaya ke depannya ya wkwkwk.

Sampai jumpa di next chapter~

with love

jennetchs