"Dan mereka pun hidup bahagia, selamanya." Yaya tersenyum saat melihat wajah putra dan putrinya akhirnya mulai mengantuk. Ini adalah dongeng kedua yang dibacakan olehnya agar kedua buah hatinya tertidur.
Tentang putri cantik rupawan yang dikutuk akan tidur selamanya ketika umurnya 16 tahun dan hanya pangeran yang dapat memecahkan kutukan putri tersebut dengan ciuman sejati.
"Yacha juga ingin menikah belsama pangelan saat besal nanti." Senyum Yaya semakin mengembang saat Yachana mengatakannya sambil menguap lucu menahan kantuknya.
"Iya, bunda doakan nanti Yacha menemukan pangeran yang mencintai kamu apa adanya ya, sayang." Yachana tersenyum lebar dan mengangguk-anggukan kepalanya dengan lucu. Yaya mengelus gemas kepala sang putri, kemudian ia menoleh menatap putranya yang juga sedang menguap. "Ufik gimana? Apa ufik juga ingin jadi pangeran agar bisa menikahi seorang putri?"
Taufik menggeleng. Bocah bermata safir itu pun berkata, "Uf–ufik mau jadi kesatlia aja. Sepelti celita peltama yang bubun bacakan."
"Tidak mau menjadi pangeran?" tanya Yaya dan putranya itu menggeleng. "Nah kalau begitu, bubun boleh tahu kenapa Ufik ingin jadi kesatria?" Yaya kembali bertanya. Berusaha memancing jawaban sang putra.
"Eum... kalena Yacha ingin jadi putli, maka pangelan tidak cocok untuk Ufik. Ufik dan Yacha ini saudala, saudala tidak boleh menikah kata bubun. Jadi, Ufik ingin jadi kesatlia yang menjaga Yacha. Ufik tidak ingin putli Yacha teluka, jadi Ufik halus selalu ada belsama Yacha sebagai kesatlia seperti buku celita yang pertama bubun bacakan." Taufik menjawabnya dengan polos. Dan itu berhasil membuat tawa lepas dari bibir Yaya.
"Pintarnya anak bubun~" Yaya mengatakannya sambil mengelus sayang rambut hitam dengan poni depannya berwarna putih milik putranya itu.
"Sekarang, tidur ya..." Ibu dua anak itu kemudian mengecup kening kedua anaknya, lalu pindah ke pipi gembil kedua bocah itu. Dengan perasaan campur aduk, Yaya memeluk erat kedua anaknya. Kini matanya mulai terasa memanas sekarang.
Yaya mulai berpikir, mungkinkah dirinya masih bisa melihat putra dan putrinya menikah suatu hari nanti? Bisakah dirinya melihat kedua anaknya itu saling menjaga satu sama lain? Apalagi sekarang Tamara belum memberikan keputusan apa pun padanya.
Di saat dia ingin menyelimuti kedua anaknya, Yachana yang belum tertidur membuka suaranya. "Bubun, kami kemalin ketemu oom lambut ungu di lumah aunty Ying! Oomnya ganteng, dan telnyata calon suaminya aunty Ying."
Lamunan Yaya terbuyar, kesedihan yang baru dirasakannya tadi luntur entah ke mana. Cerita Yachana membuat Yaya harus kembali menaruh atensi pada putrinya itu.
Apa katanya? Om ganteng? Calon suami Ying? Apa jangan-jangan kedua anaknya itu bertemu dengan Fang yang merupakan teman baiknya Taufan? Oh sial!
"Sayang, siapa namanya oom ganteng itu?" Yaya bertanya, berusaha memancing putrinya itu.
"Oom Fang!" sambut Yachana dengan nada riang membuat bola mata Yaya membulat.
Kemudian Yachana bangun dari tidurnya, mampu membuat sang ibu berjengit. Gadis kecil itu berdiri dan turun dari kasurnya, berjalan menuju lemari sorongnya. Yang Yaya lihat adalah Yachana membuka lemarinya itu dan mengeluarkan boneka lotso dengan ukuran besar dari sana dan Yaya yakin harganya pasti sangat mahal.
Yaya mengetahui harganya karena dulu Yachana dan Taufik pernah memintanya untuk diberikan sebagai kado pada anak tetangga kompleks perumahan yang mengundangnya dan sang kakak ke acara ulang tahun bocah itu. Namun, Yaya tak bisa menurutinya karena harga bonekanya sangat tak lazim apalagi hanya untuk diberikan kepada bocah tetangga. Pada akhirnya, Yaya membelikan boneka yang mirip dengan ukuran lebih kecil dan harga yang lebih terjangkau.
Tak masalah jika itu barang tiruan, toh kedua anaknya masih kecil dan tak mengerti apa pun perihal yang asli dan palsu.
Setelah menjadi seorang ibu, motto Yaya yang dulunya "Hambur-hamburkan lah uangmu saat sudah menjadi kaya raya~" kini berubah menjadi "Hemat tanpa batas."
Bukannya Yaya pelit, tapi semenjak jadi ibu dan belajar dari kesalahan-kesalahan para wanita di keluarganya dulu, memanjakan anak dengan membelikannya ini dan itu adalah hal yang kurang baik menurut Yaya. Kedua anaknya harus menjadi orang yang pintar dalam mengurus keuangan mereka. Terlepas nantinya mereka akan menikah dan berkeluarga dengan orang kaya atau tidak.
Yaya ingin menanamkan hidup sederhana mungkin pada kedua anaknya.
"Dari siapa itu sayang? Dari om Fang?" Yaya mulai takut saat Yachana menggeleng. Kalau bukan dari Fang, terus dari siapa? Apa mungkin Ying? Tapi, jika memang Ying seharusnya wanita itu sudah menceritakan padanya terlebih dahulu. "Terus dari siapa, nak? Bubun boleh tahu namanya?"
"Dali oom tampan!" balas Yachana dengan riang. "Yacha dapat boneka ini dali oom tampan pas oom itu datang ke lestolan kita! Ufik juga dapat lobot-lobotan dali oom tampan itu!" Siapa yang dimaksud oom tampan dari putrinya ini? Entah dari mana datangnya, bayangan Taufan muncul di kepalanya.
Yaya menggeleng cepat. Tidak, itu mustahil. Jika memang Taufan yang memberikan boneka itu pada putrinya, pasti pria itu akan bergerak dengan cepat mencarinya. Tapi... tidak ada salahnya dia curiga untuk saat ini.
"Apa oomnya matanya warna biru kayak Yacha?" Yaya bertanya. Lalu gelengan Yachana membuatnya bernafas lega. Syukurlah. Yaya rasanya ingin menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir jika om yang dimaksud putrinya adalah Taufan? Dasar Yaya bodoh.
"Kalau begitu, siapa oom tampan yang Yacha maksud? Dia punya mata warna apa? Rambutnya juga warna apa?"
"Eum... matanya walna hijau, telus lambutnya walna..." Yachana berjalan, lalu duduk dipangkuan sang ibu. Dia juga menunjuk rambut sepinggang Yaya yang tergerai indah.
Netra karamel Yaya menatap dalam rambutnya terurai.
Cokelat.
Siapa itu? Yang Yaya tahu, dalam keluarga Mechamato tidak ada pria yang memiliki rambut yang warnanya sama dengan dirinya. Kalau warna mata hijau, mungkin kembaran Taufan, anak nomor enam dari ketujuh putra Tamara dan Amato itu, yang dikenal sih ramah dan ceria—Thorn Janu Mechamato.
Yaya takut, om tampan yang dimaksud oleh putrinya itu ada pedofil atau lebih buruknya pembunuh berantai yang sudah mengincar kedua anaknya. Mulai besok, mungkin Yaya akan meminta Amy untuk lebih meningkatkan pengawasannya. Yaya jadi semakin berat untuk pergi makan bersama Stanley besok. Dia harus meninggalkan kedua anaknya...
Apa Yachana dan Taufik akan baik-baik saja?
"Peek A Boo" by jennetchs
Boboiboy/ Boboiboy Galaxy belongs to (c) Monsta
Warning(s) : Alternatif universe, no power, Boboiboy Taufan x Yaya area! elementalsiblings! adultchara! ooc, smut, drama, romance, hurt/comfort, bahasa Indonesia (baku dan non-baku), typo, sensitive words, sexual intentions, and rape scene, etc.
Chapter 20 : Kecumburan Taufan
Taufan tidak bisa fokus, bahkan saat dirinya sedang membacakan rencana proyek perusahaan robotnya, otaknya melalang buana ke tempat lain.
Taufan tak pernah mengecewakan para investornya. Dirinya selalu bisa menarik mereka hanya dengan kemampuan komunikasinya dan dengan tatapan meyakinkannya. Taufan selalu merasa bisa mendapatkan kepercayaan dari para koleganya.
Namun untuk kali ini, Taufan merasa tak yakin jika dirinya bisa mendapat simpati dari para koleganya.
Ini semua murni kesalahan Taufan.
Dan juga sih 'janda' itu.
Ya, Taufan sudah mengetahui bahwa sih pemilik restoran menengah bernama Sweet Escape itu adalah seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya saat dirinya berbasa-basi bertanya pada salah satu pekerja Yaya. Saat mengetahui bahwa wanita itu adalah seorang janda, Taufan merasakan senang bukan main. Itu artinya, ia masih memiliki kesempatan untuk mendekati Yaya.
D'seuhah Da Lada. Salah satu restoran khas timur tengah yang menawarkan makanan dengan harga yang cukup tinggi dan berkelas. Ini juga adalah salah satu tempat favoritnya untuk mengajak para kolega dan investor berdiskusi. Satu hal yang masih menjadi pertanyaan untuk Taufan.
Kenapa pemilik restoran Sweet Escape itu ada di sini? Di restoran dengan harga yang tak cocok dengan kondisi hidupnya? Dan yang membuat darah Taufan semakin mendidih adalah fakta bahwa wanita itu tidak sendiri, melainkan bersama pria berambut hitam yang tak pernah ia lihat.
Bahkan wanita itu tampak terlihat lebih nyaman dengan kondisinya! Berbeda sekali saat makan bersama dengannya.
Taufan merasa sedikit terhina.
Pria berambut hitam yang bersama si janda itu terlihat seperti pecundang di mata Taufan. Pasti sih pecundang itu yang mengajak si janda makan di tempat berkelas seperti ini. Tidak perlu mencari tahu... karena Taufan yakin si janda itu tak mungkin bisa makan di tempat seperti ini, meski dia punya uang yang cukup sekali pun, pastinya dia lebih memilih untuk menghabiskan uangnya demi kepentingan yang lain.
Bukan untuk makan makanan mahal seperti ini.
Taufan sedikit melirik ke arah Yaya. Lokasinya tidak terlalu jauh dengan tempatnya..., hanya berjarak dua meja yang kebetulan sedang kosong.
Janda itu sedang tertawa renyah ketika berbincang dengan pria itu.
Dia terlihat cantik.
Berengsek! Taufan memaki dalam hati.
"Pak Taufan?" pria dengan rambut yang sudah beruban itu menyadarkan Taufan sekali lagi. Sialan! Dia benar-benar tidak bisa fokus!
Hati Taufan semakin memanas saat melihat pria jelek itu menggenggam tangan si jandanya! Tanpa sadar, tangannya mengepal.
Siapa sih pria jelek yang sedang bersama dengan jandanya itu? Dari cara berpakaiannya, Taufan yakin dia tidak sekaya dirinya. Satu yang membuat Taufan was-was, sih janda itu terlihat hanyut dan nyaman dalam situasinya.
Apa jangan-jangan tipe idealnya sih janda itu memang di bawah standar?
Badannya bergetar. Bagiamana pun tipe ideal sih janda, Taufan tidak peduli. Taufan sudah menandainya, dan jangan harap ia akan membiarkan orang lain yang akan mengambil hak miliknya!
Matanya menatap tajam meja yang ditempati oleh Yaya dan pria jelek itu. Dengan tergesa-gesa, Taufan bangun dari posisinya.
Proyek miliarannya? Entahlah, Taufan sepertinya sudah merasa gila. Bahkan otaknya tak bisa menghentikan badannya.
Terutama kaki sialannya ini membawanya ke arah Yaya dan pria jelek itu. Kemarahan Taufan semakin memuncak saat pria jelek itu dengan seenaknya mengelap bekas saus di bibir sang janda! Dan kakinya dengan refleks berdiri saat melihat wajah sih janda yang merona.
Berengsek! Keparat! Sialan!
Taufan bahkan sudah mengabaikan koleganya yang terus menyerukan namanya. Persetan dengan kerugian perusahaannya. Ini adalah kedua klini Taufan merasakan amarah yang sangat besar.
Pertama, karena wanita jalang berambut cokelat yang menghilang tanpa kabar dan mempermainkannya.
Kedua... karena sih janda yang tampak nyaman hidup bahagia bersama dengan pria lain.
Taufan mulai bisa mengakuinya.
Dia jatuh cinta, pada Yaya si janda dua anak. Jika perasaannya ini bisa dikendalikan, Taufan lebih memilih untuk mencintai perempuan dengan kasta yang sama seperti dirinya, karena itu akan berjalan dengan mudah.
Taufan tahu, saat dia memilih Yaya yang seorang janda dua anak, maka Taufan harus siap berhadapan dengan ayahnya. Terutama sang ibunda yang mungkin akan menolak keinginannya.
Bagaimana dengan perempuan rambut coklat yang masih ingin dicarinya? Entahlah... Taufan tak mau memikirkan itu sekarang. Jika suatu saat wanita itu datang padanya dengan membawa anak mereka, mungkin Taufan akan melakukan poligami. Lagi pula, poligami diperbolehkan dalam negaranya dan bukanlah hal yang buruk. Dengan kekayaannya, Taufan yakin dirinya bisa menafkahi dua istri sekali pun. Taufan hanya berharap, dengan adanya Yaya... dia bisa melupakan wanita berambut cokelat yang sering datang ke dalam mimpinya.
"Tu–tuan Taufan?"
Safirnya menatap tajam pria jelek yang juga menampilkan wajah tak sukanya. Taufan sudah menarik tangan si janda untuk berdiri di sampingnya.
"Taufan Al Mechamato." Itu adalah ucapan pria yang mengenalkan dirinya sebagai Stanley.
Stanley? Huh, nama yang buruk!
"Apa yang Anda lakukan di sini?" Taufan tahu, pria di depannya ini mulai marah. Apalagi saat pandangan Stanley yang jatuh pada tangan Taufan yang menggenggam erat tangan Yaya. "Anda mengganggu acara kencan kami."
Wajah Taufan mengeras mendengarnya. Kencan, huh? Jangan bercanda!
"Kencan? Dengan istri orang lain?" Melepaskan genggamannya pada tangan Yaya, kini Taufan memeluk erat pinggang Yaya. Membuat wanita itu berjengit dan menatapnya dengan tatapan tak percaya.
Wajah Stanley terkejut. Istri orang? Tentu Stanley tahu jika Yaya pernah berumah tangga. Tapi yang Stanley tahu sekarang adalah Yaya sedang sendiri.
"Istri orang?" gumam Stanley. Sungguh Stanley masih terkejut, apalagi saat melihat Taufan yang seperti sedang mengklaim perihal hak miliknya.
Menatap Yaya dan Taufan secara bergiliran, Stanley baru menyadari jika Taufik dan Yachana sangat mirip dengan Taufan Al Mechamato. Tapi, itu tidak mungkin! Yaya sendiri yang mengatakan padanya bahwa suaminya sudah meninggal saat dia mengandung si kembar.
Tapi sekarang, kenyataan berhasil menampar sanubarinya. Yachana dan Taufik jika dilihat dari mana pun, kedua anak kembar itu lebih mirip dengan Taufan Al Mechamato.
Stanley memandang Yaya kembali, dan dia hanya melihat wajah kaget dan pucat wanita itu.
Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Seperti Yaya yang berbohong kepadanya. Stanley yakin, sangat yakin... jika pria di depannya ini adalah ayah biologis dari dua anak kembar lucu yang sering datang bermain ke klinik hewannya.
"Benar! Dia adalah istriku!"
Setelah mengatakan itu, Taufan menarik Yaya menjauh. Stanley menatapnya dengan wajah sedih. Jika memang benar demikian, Stanley yakin, kesempatannya untuk mendapatkan hati wanita pujaannya itu adalah nol.
Stanley memberikan senyuman saat Yaya berbalik menatap dirinya. Wanita itu memasang wajah tak enaknya pada Stanley. Yah, perempuan itu bisa apa? Dia masih ditarik dengan paksa oleh anak kedua keluarga Mechamato.
"A-apa yang Anda la-lakukan?" suara cicitan yang bertanya itu membuat Taufan tambah marah. Mereka sudah berada di mobil Taufan sekarang. Taufan sudah mengunci pintu mobilnya, jadi si janda di sampingnya tak akan bisa pergi dari sini.
Taufan mendorong keras punggungnya ke sandaran mobil, lalu mata safirnya memandang si janda yang masih menunduk sambil mengusap pergelangan tangannya.
"Apa yang kulakukan? Justru itu yang ingin kutanyakan padamu." Taufan mendekatkan dirinya pada Yaya, membuat wanita itu semakin menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah malu. Wajah mereka terlalu dekat! Bahkan hidung Taufan bisa mencium wangi yang entah mengapa mampu membuatnya gila. "Apa yang kau lakukan padaku?" Taufan tulus menanyakan itu. Dirinya sendiri juga bingung tindakannya pada si janda. Makanya, Taufan lah yang bertanya tentang itu pada si janda.
Hening sejenak, Taufan masih intens memandangi wajah ayu yang masih menunduk itu.
"A–anda yang mengatakan sendiri bahwa sa–saya adalah i–istri Anda." Saat mengatakan itu, wajah Yaya sudah sangat merah padam. "Bu–bukankah seharusnya An–Anda yang mengetahuinya di–dibandingkan saya?"
"Kurasa, sepertinya aku jatuh cinta padamu," perkataan itu sukses membuat Yaya mendongak. Lalu netra karamel dan safir itu saling bertemu. "Aku tidak tahu, karena ini asing untukku. Aku tak pernah merasakan perasaan ini saat masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihku..." lanjutnya berbisik. Dada Yaya mulai bergemuruh, ini pertama kalinya dirinya mendapat ungkapan seperti itu, dari orang yang bahkan tak pernah Yaya impikan. "Jadi... bagaimana menurutmu? Apakah perlakuan ini kuberikan padamu karena aku jatuh cinta padamu?"
Yaya membuang wajahnya ke luar jendela. Kemudian dia kembali menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah. Rasa panas menjulur ke semua tubuhnya, bahkan detakan jantungnya bisa dia rasakan diujung kuku-kukunya.
"Sa–saya juga tidak tahu," Yaya bercicit kecil. Mana bisa dirinya menjadi sangat percaya diri atas apa yang dikatakan oleh Taufan. Jatuh cinta atau pun tidak, hanya Taufan saja yang tahu. Kenapa... dia harus menanyakan itu padanya?
Memalukan.
Taufan merasa gemas, harum wanita di sampingnya ini sudah tidak bisa ditolerir. Taufan menjadi lapar, bahkan masalah kerugian perusahaannya sudah tak ada lagi dibenaknya.
"Aku sudah tidak bisa menahannya!" Membanting punggungnya pada sandaran mobil, Taufan lalu menyalakan mobilnya.
Taufan sudah tak bisa memikirkan apa pun. Saat ini, hanya ada satu cara yang terpikirkan olehnya agar bisa memiliki si janda di sampingnya ini seutuhnya. Taufan tak mau jika Yaya berakhir hidup bersama dengan pria lain.
Tak ada waktu yang lain, karena ini adalah timing yang paling tepat.
"An–anda akan membawa saya ke mana?" matanya sedikit melirik ke arah si janda yang kini menatapnya dengan tatapan syok dan bingung.
Ke mana dia akan membawa wanita di sampingnya ini? Tentu jawabannya sudah jelas, kan?
"Kita ke hotel."
Deg
Mata cokelat karamel Yaya membulat. Mulutnya menganga.
"Ap–apa?!
Peek A Boo
Chapter 20 : Kecemburuan Taufan
To be continued.
Author's note :
Hohoho~ chapter 20 up! Wkwkwk kemarin aerzyy nyuru Taufan gas Yaya, nih udah digas sama dia wkwkwk. Sampai jumpa di next chapter minggu depan ~
