Black or White
.
Rated : M
Genre : Crime, Friendship, Romance, Drama
Warning : Typo, OOC
Disclaimer : Masashi Kishimoto (Naruto), Highschool DxD (Ichie Ishibumi)
.
.
Manusia hidup dengan dua pilihan, yakni menjadi orang baik atau jahat. Kedua sifat tersebut akan selalu ada dan melekat dalam kehidupan bersosial. Tidak akan ada kejahatan jika tidak ada kebaikan, begitupun sebaliknya.
Seringkali kejahatan dan kebaikan diibaratkan sebuah warna yakni hitam dan putih. Hitam untuk hal jahat dan putih untuk hal baik, keduanya secara beriringan bersemayam dalam diri setiap insan. Orang sejahat apapun pasti akan memiliki secuil kebaikan dan orang sebaik apapun juga pasti menyimpan niatan atau perbuatan jahat sekecil apapun.
Jika orang jahat dan baik diibaratkan hitam dan putih lalu disebut apakah orang yang berjalan diantara kedua warna tersebut ?. Mereka melakukan hal jahat demi sebuah kebaikan, contohnya seperti Robin Hood, ia mencuri dari orang-orang kaya dan memberikannya pada orang miskin. Bukankah pencurian adalah sebuah tindak kejahatan? tapi di sisi lain dia melakukan hal baik dengan memberi kepada mereka yang membutuhkan. Memang Robin Hood adalah sebuah cerita dongeng namun di dunia nyata mereka yang berjalan diaantara hitam dan putih itu nyatanya ada di sekitar kita.
.
Tokyo, 14 Mei 20xx
.
Langit malam tampak cerah tak berawan dengan terangnya gemerlap lampu dari berbagai gedung. Kota ini selalu bergerak siang dan malam tak pernah berhenti seolah-olah orang di dalamnya tak membutuhkan waktu istirahat. Saat matahari bersinar menerangi wilayah tersebut orang-orang banyak beraktivitas di dalam maupun ruangan untuk bisa mencari nafkah demi menghidupi diri sendiri ataupun keluarga. Anak-anak dan remaja menghabiskan waktunya di sekolah dan tempat les guna mempersiapkan diri mereka sebaik mungkin sebelum terjun ke kehidupan yang sebenarnya. Malam harinya mereka yang sudah lelah dengan rutinitas yang selalu dijalani dan berulang-ulang setiap hari itu akan mencari cara supaya bisa menghilangkan rasa suntuk dan stress yang menumpuk baik dengan berkumpul bersama keluarga tercinta ataupun bagi mereka yang masih lajang akan banyak mendatangi tempat-tempat ramai seperti bar, club ataupun hiburan malam lainnya untuk mendengarkan musik, berdansa ataupun hanya sekedar nongkrong dan minum-minum.
Namun jika di tengah kota begitu ramai dengan hingar bingar kehidupan malam justru di beberapa sudut pinggiran kota ada wilayah yang masih terbilang cukup normal, rumah-rumah mewah berderet rapi di wilayah tersebut dan terkesan cukup sepi. Hanya segelintir petugas keamanan hilir mudik di tiap rumahnya.
Orang-orang kaya dan terpandang lebih memilih memiliki rumah di pinggiran kota demi bisa menikmati waktu istirahat mereka dengan tenang tanpa terganggu dengan kehidupan malam orang-orang di pusat kota.
Di dalam salah satu rumah mewah dan besar itu tampak satu orang pria sedang tersungkur di lantai dengan wajah yang babak belur. Jika dilihat dari interiornya maka dapat di simpulkan ia trngah berada di sebuah kamar tidur. Sekitar dua meter di depan pria yang memiliki rambut pirang keemasan tersebut berdiri satu sosok berpakaian serba hitam (pakaian Leon RE4 remake setelah ditangkap Chief Mendez).
Pria pirang itu menatap sosok yang berdiri tegap di sana, alasan kenapa dia bisa babak belur adalah karena meteka sempat bertarung namun yang ada malah ia dihajar habis-habisan sampai berdarah-darah dan memar di wajahnya.
"Si-apa kau?, kenapa melakukan ini padaku?" suara lemah dan lirih keluar dari si pria pirang.
Bukannya langsung menjawab, sosok tersebut melangkah hingga dan langsung berjongkok di depan si pirang. Karena selain mengenakan pakaian serba hitam wajahnya juga tertutup oleh topeng tengkorak hingga tak mungkin bisa di kenali. (Topengnya Simon 'Ghost' Riley)
"Hal itu tidak penting, tapi yang jelas ini adalah balasan untuk perbuatanmu selama ini" suara yang terdengar cukup berat karena sosok bertopeng tersebut menggunakan alat pengubah suara.
"A-apa mak-sudmu?..." si pirang sedikit mendongakkan kepala karena saat dia dalam posisi telungkup guna menatap mata orang bertopeng.
Tangan berlapis sarung tangan orang bertopeng menjambak si pirang dan membuat posisi tadi berubah menjadi dirinya berjongkok dan pria pirang duduk bersandar pada sebuah lemari. Merogoh tas kecil yang ada di pinggangnya sosok itu mengeluarkan sebuah suntikan dan satu botol bening kecil.
"A-apa yang i-ngin kau lakukan?" raut wajah panik dan takut tergambar pada sosok pirang yang walaupun wajahnya sudah babak belur tapi tak bisa menyembunyikan mimik wajahnya.
Merasa tak perlu menjawab, orang bertopeng memasukan cairan dari botol ke dalam suntikan. Saat cairan dalam botol habis dia mengalihkan pandangannya pada si lelaki pirang. Tanpa ragu ataupun perasaan dia menusukkan jarum suntik pada paha kiri lelaki itu, tak ada perlawanan sama sekali karena kondisi fisik lawannya sudah dia hajar habis-habisan sebelumya.
Selesai menyuntikkan obatnya dia kembali mengambil alat-alat barusan dan menyimpannya kembali di tas, "selamat menjalani hidup barumu, kau akan selalu ingat malam ini di sepanjang hidupmu. Berterima kasihlah pada Tuhan karena aku bukanlah malaikat maut yang di kirim untuk mengambil nyawamu walaupun aku sangat ingin, tapi mungkin kau bisa berdoa padanya agar malaikat cepat-cepat mengambil nyawamu".
Saat sosok bertopeng itu akan pergi dari sana secara tiba-tiba kakinya di pengang oleh si pirang, "ja-ngan kabur sial-an!", suara yang mengandung rasa kesal itu terdengar.
"Sepertinya kau sangat penasaran dengan apa yang baru saja aku masukan ke dalam tubuhmu, baiklah akan kujawab".
Sambil melepaskan tangan yang memegangi kakinya ia berjongkok dan mendekat supaya bisa berbisik tepat di telinga si pirang, satu kalimat yang keluar dari pria bertopeng sukses membuat lawan bicaranya terbelalak.
"Ingatlah malam ini sepanjang hidupmu. Setelah yang kau lakukan selama ini pada orang lain sangat menjijikkan, setiap kau akan bertindak ingat satu hal bahwa apa yang kau tabur itulah yang akan kau tuai" di balik topengnya dia tersenyum, menepuk-nepuk pundak si pirang beberapa kali.
Pandangan mata pria pirang itu menatap benci pada orang yang sudah menyuntikkan obat aneh padanya, ketika ingin buka suara untuk memakinya tanpa di duga orang bertopeng menendang kepalanya hingga tak sadarkan diri.
"Itulah yang akan terjadi saat kau berani menyentuh apa yang menjadi milikku" memandangi pria yang baru saja dia tendang hingga tak sadarkan diri orang bertopeng itu mendengar suara dari apat komunikasi di telinganya.
"Baiklah, urusanku sudah selesai" jawabnya dan segera meninggalkan tempat tersebut.
.
Begitu keluar dari ruangan barusan dia sudah di tunggu oleh dua orang lainnya yang memakai pakaian serta topeng identik sepertinya.
"Ayo cepat kita pergi, polisi sudah datang ke mari" ucap salah satu dari mereka.
Segera ketiganya berlari kecil menuju rute pelarian yang sudah di siapkan sebelumnya atau rute jalan yang mereka gunakan untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
Saat berhasil keluar dari rumah dan kini mereka ada di bagian samping bangunan itu tampak dari arah depan sudah banyak personil polisi yang datang bahkan sebagian sudah masuk ke dalam rumah sementara sebagian lagi menunggu di luar.
Ketika ketiganya mulai melangkah pergi secara tak di duga ada seorang polisi yang melihat mereka, "itu mereka di arah jam 3" teriaknya dengan lantang dan membuat semua orang melihat ke arah yang disebutkan.
Karena ketahuan mau tak mau ketiga orang itu berlari menuju arah sebaliknya dari para polisi yang langsung bergerak mengejar, bahkan mereka juga melepaskan anjing pemburu supaya berhasil menangkap ketiga orang bertopeng itu. Gonggongan anjing yang pantang serta suara kaki berlarian terdengar dari area rumah berukuran besar itu.
Pengejaran dari para polisi sempat terganggu karena tak di duga sebuah bom asap meledak di hadapan mereka yang sukses memuat jarak pandang mereka terbatas. Rupa-rupanya itu adalah ulah anggota ke empat dan ikut bergabung membantu rekan-rekannya supaya bisa kabur.
"Kami sudah ada di balik dinding, cepatlah karena mobil polisi mulai bergerak" sebuah suara terdengar dari alat komunikasi keempat orang yang sedang berlarian tersebut.
Mempercepat gerakan kaki mereka karena walaupun para polisi bisa sedikit di hambat namun anjing pemburu masih mengejar bahkan makin mendekat, salah satu dari mereka mempercepat larinya dan langsung membalikkan tubuh begitu sampai di tembok. Tangannya saling bertautan serta kakinya membentuk kuda-kuda.
Teman-temannya yang paham menggunakan tangan orang itu sebagai pijakan agar bisa menaiki tembok, satu persatu dengan cepat dapat naik ke atas dan tinggal satu soson terakhir yang belum naik. Dengan sigap ia meloncat dan berhasil menggapai tangan rekannya untuk kemudian membantu menariknya ke atas dan turun di sisi tembok yang lain.
Anjing-anjing hanya bisa menggonggong saja karena kehilangan target buruan, para polisi juga sebagian sudah mundur dan ikut bergabung dengan regu yang lain menaiki kendaraan yang segera melesat mengejar orang-orang tadi.
Di balik tembok keempatnya sempat menunggu sebentar sebelum kemudian sebuah mobil van datang dengan pintu terbuka, segera saja mereka semua masuk ke dalam dan mobil juga bisa langsung pergi.
Anggota polisi yang menggunakan motor melihat target mereka kabur menggunakan mobil memberitahu polisi lainnya agar mengejar kendaraan tersebut.
Walaupun berada di wilayah yang tak terlalu luas tapi kejar mengejar polisi dengan target merek berlangsung intens, mobil van dikemudikan dengan baik karena bisa meliuk-liuk dengan lincah sampai berhasil sukses meninggalkan area perumahan elit tersebut. Motor dan mobil polisi masih terus mengikuti mereka dengan bunyi sirine berkumandang.
Pengejaran berlanjut hingga memasuki wilayah yang lalu lintasnya cukup pada berbeda dengan tadi yang sepi, kendaraan yang mengejarpun makin banyak setelah para pasukan bantuan datang untuk menangkap target buruan mereka.
Di dalam mobil van orang-orang yang di kejar tersebut tampaknya tak menunjukkan raut khawatir atau takut tertangkap, selain semuanya mengenakkan topeng mereka juga duduk dengan tenang. Seperti sudah punya rencana matang dan yakin bisa meloloskan diri.
Sementara itu di salah satu mobil polisi yang mengejar tampak salah seorang polisi berpangkat tinggi sedang fokus mengendarai mobilnya, "kali ini takkan kubiarkan kalian lepas bajingan, akan ku seret kalian untuk diadili" tegasnya dengan makin mempercepat laju kendaraannya.
"Kalian semua jangan biarkan mereka lolos, sudah cukup harga diri kita diinjak-injak selama ini" dia kembali berbicara kini melalui alat komunikasi yang terpasang pada mobil dan bisa di dengar oleh semua anggota polisi lainnya.
Suasana tengah malam di jalanan kota menjadi arena dan saksi bagaimana sengitnya pengejaran berlangsung, namun harus diakui orang yang mengemudikan van memiliki skill membawa mobil yang ciamik. Dia bisa menghindar dan mengecoh banyak mobil polisi, bahkan beberapa kali ada mobil polisi yang menabrak baik itu pembatas jalan kendaraan milik orang umum.
Lebih dari setengah kendaraan baik itu mobil dan motor yang mengejar mereka sudah terkecoh, begitu melewati wilayah yang agak sempit mobil berbelok secara tiba-tiba ke dalam sebuah gang kecil yang hanya bisa dilewati satu kendaraan.
Tak siap dengan manuver mobil van yang secara mendadak berbelok masuk ke sebuah jalan sempit para polisi mengikuti di belakang langsung menginjak pedal rem namun mobil mereka baru berhenti beberapa meter di depan.
Baru memundurkan kendaraan dan ingin mengikuti lagi sebelum ketinggalan jejak dari jalan kecil tersebut muncul dua buah motor yang masing-masing di kendarai oleh satu orang.
"Kejar mereka!" teriak salah satu polisi.
.
Dari yang sebelumnya pengejaran hanya satu target yakni mobil van kini beralih menjadi mengejar dua pengendara motor, tentunya hal tersebut makin membuat susah bagi polisi mengejar. Kemudahan bermanuver menggunakan motor dibandingkan dengan mobil dimanfaatkan benar oleh dua orang pengendara tersebut, seperti bermain-main mereka meliuk-liuk di jalanan dan membuat pengejar mereka frustasi.
"Kita berpisah di depan, kita akan bertemu lagi dan bergabung dengan yang lain sesuai rencana" terdengar salah satu mereka berbicara menggunakan alat komunikasi yang mereka pakai di dalam helm.
Keduanya mengangguk lalu memisahkan diri dengan yang satu tetap mengambil jalur lurus dan yang satunya berbelok ke kanan membuat polisi yang mengejar kembali terpecah menjadi kelompok lebih kecil. Si pengendara lurus membawa motornya membelah jalanan malam kota, raungan motor ber cc besar yang dirinya pakai menggema bersahutan dengan suara sirine dari mobil polisi yang terus menyala.
Sedangkan yang satunya lagi melewati jalanan lebih kecil dan banyak berkelok, karena rute yang dirinya pilih lebih mengutamakan handling dan kelincahan motor membuatnya bisa jauh lebih menyulitkan untuk di kejar apalagi menggunakan mobil.
Di salah satu mobil polisi yang mengejar pengendara tersebut tampak ia sangat berfokus membuntuti targetnya sambil sesekali melihat ke arah alat navigasi mobil, seperti menyadari sesuatu dia langsung berkomunikasi dengan pengendara mobil lainnya. "Kau terus ikuti dia!, aku punya sebuah rencana" ujarnya dengan cepat dan tegas, bahkan tanpa menunggu persetujuan dari rekannya dia membelokkan mobil ke arah lain. Ingin protes dengan yang dilakukan rekannya tersebut karena bukannya fokus dalam pengejaran malah pergi begitu saja namun protes pun tak ada gunanya sebab kendaraan yang dipakai temannya sudah tak terlihat.
Si pengendara motor tidak tahu kalau satu polisi lain pergi entah ke mana namun dia mengira bahwa dirinya sukses mengecoh, merasa di atas angin dia mempercepat laju motornya agar segera bisa ke lokasi yang di sepakati sebelumnya.
Bukan hal susah baginya mengecoh dan kabur dari kejaran polisi yang dari tadi mengikutinya apalagi medan juga lebih berpihak padanya, beberapa menit dia habiskan hingga akhirnya bisa terlepas dari radar pengejaran polisi.
Ketika merasa berhasil kabur dan menuju lokasi pertemuan mereka yang ternyata berlokasi di sebuah jembatan penghubung dua kota, karena jembatan tersebut baru saja selesai di bangun dan belum di resmikan jadi belum bisa di gunakan oleh umum. Mereka berniat menggunakannya sebagai rute melarikan diri.
Sudah dekat dengan jembatan tersebut dan jalanan yang sepi membuat laju motor makin kencamg, suara bising dari kendaraan roda dua tersebut menghiasi sepinya malam di area tersebut. Tanpa si pengendara sadari dari arah lain menuju jembatan sebuah mobil polisi bergerak cukup kencang, layaknya berpacu dengan waktu karena suara deruan motor makin kencang menandakan sudah makin mendekat ke arah pintu masuk jembatan.
Pedal gas diinjak makin dalam demi bisa sampai lebih dulu, tapi rupanya kedua kendaraan tersebut tiba hampir berbarengan. Si pengendara motor yang kaget karena mendapati ada mobil di depannya refleks ingin menghindar tapi kecepatan mobil juga tak memelan.
Bagian belakang motor tertabrak oleh mobil dan membuat pengendara itu terlempar dari kendaraannya, si polisi yang berhasil menjatuhkan targetnya segera menghentikan mobil dan bergegas keluar agar orang tersebut tidak bisa kabur. Karena jatuh terpelanting dari motornya dengan kencang membuat dia mengerang dan merasakan beberapa bagian tubuhnya sakit, mencoba berdiri walaupun kesusahan tapi pada akhirnya berhasil juga namun dia mendapati dirinya sudah di todong menggunakan pistol dari jarak tak lebih 3 meter.
"Kau takkan bisa lari lagi, kita akhiri di sini jadi lepaskan itu sekarang!" .
Sang polisi dengan kewaspadaan tinggi tetap mengarahkan pistolnya pada orang di hadapannya. Sadar dengan situasi yang tak menguntungkan dirinya karena tak punya pilihan lari lagi dia menaikan kaca visor helmnya hingga memperlihatkan bola matanya.
"Selamat, kali ini sepertinya kau berhasil menangkapku" suara berat terdengar dari balik helm.
Begitu helm di buka dan menampilkan wajahnya si polisi terlihat terkejut dengan sosok yang dia todong dengan pistol.
"Jadi ternyata itu benar-benar kau, walaupun ini sudah ku duga tapi tetap membuatku terkejut" si polisi menyimpan pistol kembali ke tempatnya.
"Menyimpan pistol?, sepertinya kau ingin menyelesaikan yang waktu itu" sambil tersenyum miring ia melihat polisi di depannya menaruh pistol.
"Tentu saja, aku takkan melupakan hari di mana kau membuatku malu waktu itu".
Keduanya saling menatap mata satu sama lain, tangan mereka terkepal lalu detik berikutnya saling berlari menghampiri sang lawan untuk menyelesaikan apa yang sebelumnya pernah terjadi.
.
.
Beberapa bulan sebelumnya.
.
Suara alarm bergema di sebuah kamar berukuran cukup besar, walaupun alarm cukup nyaring berbunyi tapi tak membuat orang yang mendiami tempat tersebut merasa terganggu dan tak mengindahkannya sama sekali. Dua orang laki-laki masih nyaman berbaring di kasur seolah-olah bisingnya alarm bukan penganggu bagi tidur mereka yang layaknya hibernasi.
Barulah ketika seorang wanita bersurai hitam panjang masuk ke dalam kamar dan mendengar alarm berbunyi sementara ada dua makhluk tertidur tak tertanggung sama sekali, kesal dan dongkol karena setengah jam sebelumnya dia sudah datang ke kamar tersebut namun masih belum ada perubahan maka dalam satu tarikan nafas dia berbicara dengan meninggikan nada suaranya.
"Kalian berdua cepat bangun!, jika tidak maka rasakan akibatnya".
Aneh bin ajaib kedua makhluk yang tadi tertidur seperti orang mati itu langsung terperanjat bangun dan terduduk di kasur.
"Ini jam berapa?, cepat mandi dan jika dalam sepuluh menit ke depan belum turun ke lantai bawah maka jangan harap bisa mendapatkan jatah uang jajan dan makan selama seminggu" usai mengucapkan kalimat ancaman wanita itu segera meninggalkan kamar meninggalkan dua orang yang masih mengumpulkan nyawa.
Tepat beberapa detik setelah ditinggal keduanya meloncat dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi, sempat terjadi perdebatan siapa duluan yang akan mandi hingga akhirnya harus di putuskan dengan suit demi menentukan siapa yang lebih dulu menggunakan kamar mandi.
.
Hampir sepuluh menit berlangsung keduanya sudah selesai mandi dan berpakaian lalu turun ke lantai bawah atau lebih tepatnya menuju meja makan yang terletak di dekat dapur.
Wanita yang tadi membangunkan keduanya baru saja menyelesaikan masakannya dan menghidangkan di meja saat kedua orang itu datang. "Akhirnya kalian selesai juga, ayo duduklah" ujarnya ramah.
Mereka berdua duduk dan di meja makan bukan hanya mereka saja melainkan ada satu sosok lain, yaitu pria berusia empat puluhan akhir. Raut wajahnya dingin dan tegas menandakan bahwa dia adalah sosok yang berjiwa disiplin tinggi.
Acara sarapan pagi berlangsung dengan tenang hingga selesai.
Selesai dengan makan kini keduanya duduk santai sambil menunggu sarapan yang mereka nikmati turun ke perut sementara si lelaki tua membaca koran sambil menikmati kopi. Koran yang tadinya dia pegang dijatuhkan ke atas meja makan, helaan nafas kasar berhembus dari mulutnya. Si wanita yang merupakan istrinya baru saja kembali dari dapur setelah menyimpan piring kotor di bak cuci piring melihat sang suami pagi-pagi sudah dalam suasana hati yang buruk segera menghampirinya.
"Apa di kantor sedang banyak masalah?" suara lembur mengalun dari bibirnya, dia meraih kepala sang suami dan memijatnya mencoba melemaskan otor kepala yang tegang.
"Kasus yang beberapa bulan lalu belum terpecahkan namun mereka kembali berulah, entah siapa mereka sebenarnya" jika biasanya pria tersebut sangat dingin dan irit bicara di depan orang lain namun ketika bersama sang istri dia akan menjadi pribadi yang berbeda.
"Memangnya kasus apa?" satu diantara dua orang laki-laki dari kamar bertanya penasaran.
"Kasus yang sedang dibicarakan di mana-mana itu loh, lebih baik kalian berangkat sekolah saja sekarang. Sasuke, Naruto" pintar wanita itu pada dua orang yang sedang duduk.
"Baiklah Kaa-san/Bibi Mikoto" timpal mereka berdua serempak.
Berpamitan terlebih dahulu pada sosok suami istri tersebut dan segera berangkat ke sekolah.
Meninggalkan rumah yang tampak cukup mewah tersebut keduanya menunggu di halte bus tak jauh dari sana untuk bisa menaiki bis ke sekolah.
.
Di dalam bis yang berisi cukup ramai tersebut membuat mereka berdua hanya kebagian bangku sisa.
Isi bis yang di dominasi dengan anak sekolah dan orang kantoran itu berjalan melewati jalanan kota, sampai ketika lampu merah dan bis harus berhenti tak jauh dari posisi mereka ada sebuah layar LED raksasa sedang menampilkan berita yang tengah menjadi buah bibir belakangan ini.
"Dari hasil penyelidikan yang dilakukan tim kepolisian tak di temukan barang bukti ataupun rekaman yang bisa menunjukkan sosok para pelaku. Hanya saja dari kesimpulan awal di sebutkan adanya unsur balas dendam dari komplotan pelaku pada target mereka yang seorang konglomerat"
Narasi yang disebutkan pembawa acara berita tersebut berbarengan dengan video yang menampilkan situasi TKP.
"Para korban apanya?, justru mereka membantu tugas penegak hukum dengan membongkar kebusukan dan hal kotor yang orang-orang itu lakukan" si lelaki bernama Naruto berujar dengan agak kesal.
"Tapi mereka melakukannya dengan hal yang salah dasar dobe" Sasuke menyanggah dengan bosan.
"Demi bisa cepat menguak para pelaku, kementrian dan pihak kepolisian mempunyai hadiah bagi siapa saja yang mempunyai informasi tentang mereka" lanjut sang pembawa berita sebelum kemudian lampu lalu lintas kembali hijau dan bis bergerak maju.
"Hadiah?" beo Naruto mendengar sesuatu yang menurutnya menarik.
"Kau mau?" Sasuke melirik sahabat pirangnya.
"Sepertinya menarik, tapi aku tak punya waktu mengurusi mereka. Kau tahu kan aku harus kerja sambilan sepulang sekolah jadi mana ada waktu kecuali kau mengajakku bermain PS seperti malam tadi baru aku bisa menyisihkan waktu" jawabnya enteng.
Rupanya alasan kenapa Sasuke dan Naruto tidur layaknya hibernasi diakibatkan dari mereka yang bermain PS sampai jam empat pagi.
Tak hanya duo Naruto, Sasuke saja yang membicarakan tentang berita tadi tapi orang-orang di bis juga membahas topik serupa tentang siapakan identitas buronan polisi tersebut sampai-sampai harus diadakan sayembara bagi siapa saja yang punya informasi.
.
.
.
TBC
