SetsunaZ1 2.0 Present

Disclaimer :

Naruto ©Masashi Kishimoto

HighSchool DxD ©Ichie Ishibumi

Chapter 21 : Crisis

"Jadi, Ada urusan apa seorang Duke dari kerajaan tetangga datang kemari?"

Saat ini Naruto dan Laurentina sedang berada di kediaman seorang Viscount dari kerajaan Shalaqin. Viscount yang berkuasa atas Viento, Kota pelabuhan yang menjadi salah satu dari pemasukan negara ini. Viscount itu tampak seperti seorang pria berumur 50 tahunan dengan jenggot dan keriput pada wajahnya namun aura kepemimpinan yang ia miliki sangat kuat, 'Veteran tetaplah veteran.' Pikir Naruto saat melihat pria itu.

"Kedatangan ku kemari karena aku ingin meminta bantuan mu, Viscount Carmen." Naruto yang berkata seperti itu menarik perhatian Viscount tua namun tanpa memberi Carmen kesempatan untuk bertanya Naruto melanjutkan perkataannya, "Kemarin salah seorang teman seperjalanan ku di culik, Dan dalam pengejaran yang ku lakukan kelompok penculik itu berhenti di kota pelabuhan ini. Dan apa anda tahu? Para penculik itu adalah sebuah organisasi yang menamakan diri mereka sebagai Curch of the Deep."

Mendengar kata Church of the deep, Carmen langsung bangkit dari kursinya dengan wajah ketakutan. Dirinya berlari dan mengunci pintu, Jendela, dan semua yang dapat ia kunci dan menutup gorden yang ada di ruangan tersebut, Setelah itu ia kembali duduk di kursinya dengan wajah yang sangat serius.

"Ini adalah masalah yang serius." Ucapnya lalu ia melanjutkan, "Church of the deep ada untuk membangkitkan sesosok monster yang sangat kuat. Aku tahu fakta ini karena di dalam kegelapan malam, Aku dan Black Flag Order, Melawan Guardian of the Sea yang menjadi sekutu bagi Church of the deep. Kalau kau ingin meminta bantuan dariku, Aku akan senang hati memberikan bantuan ku namun sebagai timbal baliknya, Biarkan aku membunuh The Queen."

"Tidak bisa! Aku tidak akan membiarkan mu membu-" Suara yang keluar dari mulut Laurentina seketika terhenti saat Naruto mengangkat tangannya keatas. Pemuda itu menatap Laurentina begitu juga sebaliknya hingga salah satu di antara keduanya mengalah.

"Sejujurnya, Aku tidak bisa membiarkan mu membunuh The Queen. Tidak ada alasan khusus namun aku tidak bisa membiarkanmu membunuhnya." Wajah Viscount Carmen seketika memerah mendengar penolakan Naruto dan dengan penuh amarah, Pak tua itu berkata, "Tidak tahu terima kasih! Pergilah dari ruangan ku! Aku men-do'a-kan kematian mu bersama dengan teman mu itu!" Naruto yang mendengar itu hanya bisa menghela nafasnya dan bangkit dari kursi tamu yang ia duduki.

"Ayo Laurentina, Tidak ada gunanya bekerja sama dengan seorang bajingan tua yang bahkan tidak pantas untuk dihormati rakyatnya." Laurentina yang sedaritadi diam mulai berjalan mengikuti Naruto dari belakang namun seketika ia menghunuskan pedang miliknya.

"Kita terkepung." Ucap Laurentina dan Naruto hanya diam mendengar hal tersebut. Walaupun ia adalah Wizard, Seseorang yang dikaruniai mana yang melimpah dan hanya sedikit orang yang dapat menjadi Wizard namun tetap saja ia masih bisa tewas jika dirinya tertusuk pedang. Dan dengan gerakan yang sangat halus berupa ayunan tangan, Laurentina terkejut dengan apa yang ia rasakan.

"Se-semua orang.. Tewas?" Tanya Laurentina yang tidak percaya dengan apa yang ia rasakan. Sebagai seorang Spirit User, Laurentina dapat merasakan kehidupan lebih jelas daripada Mana User dan karenanya Laurentina terkejut bukan main kala semua penghuni Villa ini tiba-tiba kehilangan keberadaannya tanpa terkecuali.

"Kerja bagus, Cursed Arm." Ucap Naruto dan dapat Laurentina lihat kalau beberapa bayangan dengan jubah serba hitam berdiri tepat di belakang Naruto dimana Viscount Carmen terduduk di kursinya dengan darah yang keluar dari lehernya.

'Me-Mereka..' Wajah Laurentina seketika menjadi pucat saat melihat orang-orang itu. Orang-orang yang ditakuti dan juga dihormati oleh penduduk benua Barat, Orang-orang yang akan melakukan apapun untuk memenuhi tugas yang diberikan tuan mereka. '.. Hassan.'

"Cursed Arm." Hassan yang merasa dipanggil mendatangi Naruto dan menundukkan tubuhnya selayaknya seorang bawahan kepada tuan nya. Sungguh! Jika rumor hanyalah rumor, Laurentina memilih untuk tidak percaya namun sekarang ia harus percaya dengan jati diri Naruto saat ini. "Kirimkan salah seorang dari kalian untuk membawakan pesan ku dan sampaikan pada Ikki, Kalau aku memerlukan bantuannya. Dan Kau, Cursed Arm berserta dengan anggota kelompok mu yang masih tersisa, Cari kemana bajingan-bajingan itu membawa Ishar." Mendengar perintah Naruto, Cursed Arm hanya mengatakan 'Baik' dan menghilang bersama dengan semua Hassan seakan tidak pernah ada di lokasi.

"Jadi yang kau katakan kemarin adalah benar? Kau adalah Namikaze Naruto, The Duke of the Trash, Useless, dan apapun itu! Itu kau?" Laurentina spontan bertanya kepada Naruto dan Naruto hanya diam seraya berjalan keluar ruangan seakan berkata, 'Apa perlu kau pertanyakan setelah melihat itu'. Dan Laurentina hanya bisa menghela nafasnya. Ia tidak habis pikir bahwa orang yang melakukan perjalanan bersama dengan sahabatnya adalah seorang Lord bergelar Duke dari kerajaan yang ditakuti oleh sebagian besar kerajaan di benua Letriaka.

Ternyata sodok yang dianggap sampah sepertinya memiliki sisi yang tidak dapat di duga siapapun. Seperti orang gila yang akan melakukan apapun yang ia mau hanya untuk tujuannya dan membunuh seorang bangsawan dari kerajaan tetangga dapat ia lakukan seakan itu hal yang mudah.

"Jadi.. Apa yang perlu kita lakukan?" Laurentina yang berlari mengejar Naruto karena ditinggal bertanya kepadanya. Apa yang harus mereka berdua lakukan saat ini, Dan jika lambat sedikit saja, Maka teman mereka berdua akan kehilangan dirinya dan menjadi wadah dari makhluk paling berbahaya di dunia.

"Kita hanya perlu menunggu." Ucap Naruto saat ia bersandar di dinding mansion, "Menunggu?"

Naruto tersenyum mendengarnya, Dirinya ingin tertawa saat ini dan mencubit pipi Laurentina yang menurutnya imut saat ia bertanya namun ia mengenyahkan pikiran tersebut dan berkata, "Ya! Itu benar! Kita hanya perlu menunggu. Sama seperti mu, Aku ingin menyelamatkan teman ku namun kita kekurangan informasi. Informasi tentang keberadaan musuh, Jumlah musuh, Apa yang ada di belakang mereka dan sebagainya, Kita juga kekurangan pasukan maka dari itu aku meminta para Hassan untuk memanggil Ikki kemari dan berharap saja Blue Rose milik Kakak ku dikerahkan."

"Ikki?" Cicitan kecil yang keluar dari mulut Laurentina membuat Naruto menepuk keningnya dan mengusap wajahnya sendiri dak menyadari kebodohannya. "Ikki, Komandan Guardian Knight di wilayah Namikaze, Teman dan juga keluarga ku. Dan Blue Rose Cavalery adalah Pasukan berkuda yang menjadi 1 dari 10 pasukan yang ditakuti di Letriaka..." Penjelasan Naruto hanya membuat Laurentina bertambah kagum dengan kekuasaan yang ia pegang dan orang-orang yang mendukungnya. Walau bagi Naruto, Informasi yang keluar dari mulutnya tampak tidak berharga karena orang-orang sudah tahu kekuatan Blue Rose Cavalery dan Ikki yang menjadi komandan Guardian Knight. "Mari, Kita cari penginapan untuk bermalam."

...

Ikki's Residence, Kingdom of Airia

Sore hari di kediaman pribadi Ikki, Saat ini sedang berkumpul beberapa orang, Lebih tepatnya 4 orang yang menjadi sahabat Naruto dari kecil. Beberapa saat yang lalu, Seorang Hassan memasuki kamarnya dan ia mendapati bahwa kedatangan Hassan itu hanya untuk menyampaikan pesan dari sahabatnya, Naruto. Dan dengan sigap, Ikki langsung mengirimkan beberapa burung pembawa pesan yang ia kirimkan menuju kediaman teman-temannya. Dan disinilah mereka, Di sebuah ruangan rahasia yang berada di bawah kediaman pribadi sang komandan Guardian Knight.

"Jadi, Masalah apa yang di lakukan Naruto kali ini?" Seorang pemuda yang memiliki paras seperti Naruto berbicara demikian. Uzumaki Menma, Mantan Heir dari Marquess Uzumaki, Ia melepas gelarnya sebagai pewaris dan memberikan gelar pewaris tersebut kepada adiknya. Hanya untuk apa? Hanya untuk mendaftar sebagai anggota pasukan yang membela tanah kelahirannya dan membangun reputasinya sendiri di masyarakat.

Menma tahu kalau dimana Naruto berada ia selalu membawa masalah yang tidak dapat dikatakan kecil. Namun semua masalah itu akan berakhir dengan caranya sendiri namun baru kali ini ia mendengar Naruto meminta pertolongan bukan sebagai tuan mereka namun sebagai sahabat mereka.

"Entahlah, Menma. Hassan yang membawakan pesan itu tidak memberikan detail masalah yang menimpa Naruto dan langsung menghilang begitu saja." Ucap Ikki yang sedang duduk di kursi kayu miliknya. Pemuda itu mengenakan pakaian santai yang ia kenakan di rumahnya berupa kemeja putih dan celana panjang hitam.

"Sampai mengirim seorang Hassan, Berarti Naruto mengalami masalah yang sangat serius." Kali ini seorang pemuda berambut hitam yang bersandar di dinding yang menyuarakan pendapatnya. Ia hanya diam sedari tadi untuk berfikir apa yang dilakukan sahabatnya itu.

"Yah kita akan tahu saat bertemu dengannya nanti, Sasuke. Huh.. Aku punya sahabat yang menyusahkan." Sasuke hanya mendengus mendengar keluhan pemuda yang memiliki gaya rambut seperti buah nanas dan juga pandangan tanpa adanya semangat untuk hidup.

"Baiklah.." Ikki mulai bangkit dari kursinya dan mulai berjalan menuju hadapan mereka semua. Hanya ada 4 orang yang ia percayai untuk membantu Naruto saat ini jika saja ada 1 orang yang bisa dibawa bersama maka tugas ini mungkin akan lebih mudah. Namun ia tidak peduli dengan itu semua, Prioritas saat ini adalah berangkat dan bergegas menjawab permintaan teman mereka dan bergegas menuju Shalaqin Kingdom saat matahari sepenuhnya terbenam.

"Aku, Ikki, Akan menjadi pemimpin dalam ekspedisi kali ini, Lalu untuk anggota yang ikut adalah Menma, Sasuke dan juga Shikamaru. Tercatat empat orang yang akan berangkat menuju kerajaan Shalaqin, Ku berikan waktu 15 menit untuk mempersiapkan perbekalan yang akan diperlukan, Lalu kita akan berangkat saat matahari sepenuhnya tenggelam. Baiklah, Rapat sele-" Sebelum Ikki menyelesaikan ucapannya, Seseorang mendobrak ruangan tersebut dengan paksa. Beberapa penjaga kediaman itu tampak kewalahan menghadang pemuda itu namun Ikki mengangkat tangannya untuk membiarkan orang itu bertemu dengannya.

"Maafkan aku karena sudah lancang dan tidak sopan, Tuan Ikki. Beberapa saat yang lalu, Aku melihat kalau Menma, Sasuke, dan Shikamaru pergi kemari dan dengan tidak sopannya aku menguping pembicaraan kalian. Kau bisa menghukum ku tapi kumohon! Kumohon! Kumohon biarkan aku ikut dalam ekspedisi ini." Pemuda itu, Axcel, menatap wajah Ikki dengan serius menghiraukan tatapan tidak senang dari orang-orang yang ada di ruangan itu. Lalu ia pun menambahkan, "Aku sepenuhnya sadar jika dibandingkan dengan kalian semua, Aku hanyalah terlalu lemah. Aku bukan siapa-siapa dan aku juga bukan anak dari garis darah terkenal seperti Uzumaki ataupun Uchiha. Tapi sebagai Ksatria, Sudah kewajiban ku menjawab panggilan tuan yang ku layani. Juga... Juga... Juga aku ingin membayar atas semua kerja keras dan juga kesejahteraan yang keluarga ku dapatkan dari beliau!"

"Kau tahu kalau kau bisa mati dalam ekspedisi ini?" Ikki bertanya dengan nada serius dan menunggu jawaban darinya namun tanpa menunggu lama Ikki mendapatkan jawaban, "Jika dengan kematianku, Aku bisa berguna untuk tuan ku maka aku tidak akan ragu untuk maju." Mendengar jawaban Axcel, Ikki hanya bisa tersenyum tipis mendengarnya dan ia mengulurkan tangannya sebagai persetujuan, "Kau adalah orang kelima yang akan berangkat bersama kami."

"Ikki, Apa perlu kita bawa Arthuria?" Kali ini Sasuke bertanya kepada Ikki dan Ikki langsung terdiam mendengar itu, "Tidak! Tidak perlu! Kau harusnya tahu kalau mengurus suatu wilayah adalah hal yang sangat melelahkan jadi ku rasa cukup kita saja yang berangkat kesana. Dan lagi ku harap kalian tidak membocorkan kalau Naruto memerlukan bantuan kita, Kau tahu kan apa yang akan terjadi?"

Tak perlu untuk menjawab pertanyaan Ikki, Karena semua orang sudah tahu itu. Jika tentang Naruto, Maka Arthuria akan maju paling depan untuk membantunya dan mereka semua ada disaat Naruto dan Arthuria berpacaran saat usia mereka 14 tahun. Jadi tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, Bahkan bagi Axcel yang masih baru pun paham.

"Mengingat penguasa dari wilayah ini sudah 3 bulan lamanya pergi maka tidak salah jika Arthuria kelelahan. Belum lagi ia sama keras kepalanya dengan si bodoh itu, Semua teman ku menyusahkan saja." Ikki hanya tertawa kecil mendengar keluhan Shikamaru tapi ia tidak menyangkalnya karena memang seperti itu apa adanya. "Baiklah, Rapat selesai dan sekarang bersiaplah. Kita akan pergi saat fajar."

Semua orang mulai pergi dari ruangan tersebut untuk mempersiapkan perbekalan yang mereka butuhkan dalam ekspedisi ini tak terkecuali Ikki yang kembali menuju gudang senjata miliknya. Armor ringan, Pedang dan beberapa hal-hal yang ia perlukan dalam perjalanan ini dan untuk makanan ia masukan kedalam sebuah kantung kulit. Namun karena suara Armor yang terjatuh dari tempatnya membuat seseorang bangun dari tidurnya.

"Kau mau kemana?" Tanya Orang itu saat ia melihat Ikki menaruh kembali Armor yang terjatuh kembali ke tempatnya dan Ikki hanya bisa diam. Ia tidak dapat mengatakan apapun padanya karena ia takut jika ekspedisi akan ketahuan. Maka dari itu ia dan teman-temannya akan berangkat saat matahari sepenuhnya terbenam dan menghilang dalam kegelapan.

"Mungkin tugas kali ini sangat berat hingga kau tidak dapat mengatakannya kepada ku tapi.." Orang itu berjalan mendekati Ikki dan tanpa ia duga sebuah dekapan hangat ia rasakan dari arah belakangnya. ".. Kembalilah dengan selamat. Sebagaimana Arthuria menunggu Lord Naruto, Aku akan menunggu mu."

Ikki hanya bisa diam. Dalam hidupnya, Ia tidak dapat merasakan perasaan sayang dari oranglain kecuali keluarga Namikaze dan Arthuria namun kali ini, Seseorang yang tinggal bersama dengannya di bawah atap yang sama atas keputusan temannya, Berkata akan menunggu ia kembali. Dirinya hanya bisa terdiam untuk kesekian kalinya, Lidahnya kelu dan mulutnya tidak dapat mengatakan apapun namun hati kecilnya mematahkan semua itu.

Dalam keheningan Ikki hanya bisa berkata, "Aku akan pulang dengan selamat, Stella."

...

Sementara itu,

Camelot, Kingdom of Britania

Dua orang pemuda berambut kuning sedang berada di sebuah ruangan. Pemuda-pemuda itu sangat tampan dan juga tatapan pada mata mereka sangat tegas, Belum lagi dengan Armor berwarna putih menambah sisi karismatik dari keduanya. Rambut blonde yang sama menunjukkan bahwa kedua pemuda itu adalah saudara. Mereka berdua bukan berada di ruangan biasa, Melainkan berada di ruangan singgasana raja dan dihadapan mereka berdua, Duduklah seorang pria di singgasananya.

Uther Pendragon, King of Britania, Seorang Ksatria yang sangat hebat namun sebagai seorang raja yang sangat hebat ataupun raja yang di puja rakyatnya, Ia gagal sebagai seorang ayah. Dan itulah yang membuat anak keduanya membenci dirinya setelah membuang sang kakak yang ia rasa tidak berguna hanya karena permasalahan yang menurutnya sepele.

Dan untuk sekian lamanya, Raja itu memanggil anak keduanya dan Keponakannya untuk menghadap kepadanya. "Arthur, Gawain, Aku perintahkan kalian untuk pergi menuju kerajaan Airia. Aku sudah mengirim pembawa pesan kepada Raja Strada dan beliau mengizinkan kalian pergi kesana. Pergilah dan temui Kakak kalian, Arthuria, Lalu sampaikan kepadanya untuk pulang dan meninggalkan Duke Namikaze karena aku sudah mendapatkan pasangan yang lebih baik untuknya."

Arthur yang mendengar itu hanya menundukkan kepalanya, Dan Gawain yang ada di sebelahnya sadar akan tingkah laku dari sepupunya itu. Arthur saat ini marah kepada raja mereka, ayahnya, karena semena-mena kepada kakak mereka. Namun pandangan Gawain menggelap saat mendengar Raja menjelekkan seseorang, "Duke Namikaze, Orang yang tidak berguna seperti itu, Tidak akan pernah cocok untuk menjadi menantu ku."

Walau yang dikatakan Raja adalah kebenaran yang tidak dapat disangkal namun itu juga bukan tindakan yang benar dari seorang raja. Lagipula Gawain yakin kalau Naruto hanya membuat-buat penampilannya sebagai orang yang tidak berguna karena dari berita yang tersebar bahwa Naruto adalah anak ajaib yang menjadi Wizard. 'Dan lagi ini sudah beberapa bulan semenjak berita tentang Duke Namikaze sadar dari kondisi hidup dan mati yang ia alami.' Pikirnya seraya pergi keluar bersama dengan Arthur.

"Jadi? Apa yang akan kita lakukan Arthur?" Tanya Gawain dan Arthur hanya menghela nafasnya lalu berkata, "Lakukan saja tugas kita sebagai Ksatria, Gawain. Kita akan bersiap lalu pergi melalui Viento di kerajaan Shalaqin, Lalu pergi menuju Airia." Gawain menganggukkan kepalanya dan berpisah meninggalkan Arthur seorang diri.

Dalam kesediriannya Arthur hanya bisa diam. Ia tidak habis pikir dengan apa yang ayahnya katakan saat ini. Ekonomi Britania sedang merosot tajam kebawah dan lagi banyak sekali bangsawan yang semena-mena begitu juga Ksatria yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai Ksatria dan mencoreng julukan dari Britania, The Land of The Knight.

'Kerajaan ini tidak akan bertahan lama, 5-10 tahun dari sekarang, Kerajaan ini akan runtuh dengan sendirinya.' Pikirnya dan ia tidak ingin itu semua terjadi. Apa yang harus ia perbuat? Melakukan kudeta akan mencoreng kode etik seorang Knight namun jika melihat kondisi saat ini Arthur putus asa. Setidaknya ia akan tahu apa yang akan terjadi nanti dan tahu harus mengambil keputusan apa jika waktunya sudah tiba namun sekarang ia harus menjalankan tugasnya.

"Mari kita berangkat menjemput kakak, Caliburn." Ucap Arthur dengan senyuman di wajahnya saat mengelus gagang pedang yang tersemat di pinggangnya dan pergi menuju ruangannya.

To Be Continue

Author's Note

Sebelumnya aku minta maaf karena tidak update minggu kemarin, Tapi tenang saja, Besok senin aku akan tetap update kok dengan kata lain 2 chapter dalam 1 minggu

Yahh tapi aku juga tidak tahu bisa update pagi, siang, sore ataupun malam jadi nantikan saja, Sobat.

Salam, FI. BIJISETSUNA