Black or White

.

Rated : M

Genre : Crime, Friendship, Romance, Drama

Warning : Typo, OOC

Disclaimer : Masashi Kishimoto (Naruto), Highschool DxD (Ichie Ishibumi)

.

.

.

Suara gemericik air yang mengalir dari shower jatuh membasahi tubuh seorang laki-laki. Matanya terpejam mencoba menikmati sensasi dingin nan menyegarkan kala guyuran air menerpa kulit dan membasahi sekujur tubuhnya. Manik biru indah secara perlahan terlihat kala kelopak mata pria itu terbuka. Tangan pria itu terjulur untuk kemudian mematikan shower dan menghentikan guyuran air.

Bulir-bulir air masih masih menempel di tubuhnya sebelum kemudian terhapus kala selembar handuk digunakan untuk membungkus tubuhnya si lelaki. Merasa sudah cukup mengeringkan tubuhnya barulah pria itu keluar dari sana guna segera berpakaian.

.

Suasana malam hari di wilayah perkotaan negara-negara maju tak jauh berbeda dengan siang harinya, bahkan justru cenderung lebih ramai dari pada siang hari.

Seorang pria mengenakan celana kargo berwarna hijau lumut dengan atasan t-shirt putih berjalan santai menuju sebuah bangunan, tanpa memencet tombol bel ia segera masuk ke sana.

.

.

Di ruangan kelas tampak Naruto sedang duduk termenung seolah-olah tengah memikirkan sesuatu, hal tersebut dapat di sadari oleh Sakura yang kebetulan tempat duduknya berada di depan si lelaki pirang.

"Hoy Naruto!, kau sedang melamunkan apa?" tanya si gadis pink penasaran, pasalnya selama dirinya mengenal si pemuda sangat jarang melihatnya melamun.

Mendapatkan teguran dari Sakura membuat Naruto melihat padanya, "tak ada..." jawaban singkat dari si pirang membuat Sakura menghela nafas, dia hanya menggelengkan kepala lalu mengalihkan perhatiannya dengan melanjutkan membaca buku seperti apa yang sebelumnya dia lakukan.

Walaupun barusan menjawab pertanyaan Sakura dengan mengatakan dia tak memikirkan apapun namun sebenarnya saat ini otak Naruto tengah kembali mengingat kejadian kemarin di mana dirinya bertemu dengan seorang gadis kecil, entah kenapa ia tak bisa berhenti memikirkan anak perempuan tersebut karena bagi Naruto sosoknya sangat mirip dengan seseorang.

Jam pelajaran pun dimulai saat bel berbunyi dan guru masuk ke dalam kelas.

.

Beberapa jam di lewati oleh para siswa guna menuntut ilmu di sekolah hingga tibalah waktu pulang, Naruto yang sudah bersiap pergi menuju tempat kerja paruh waktunya sebagai kurir tiba-tiba saja Sasuke mencegatnya tepat sebelum dia pergi.

"Dobe tunggu sebentar?".

"Ada apa?" Naruto sedikit heran karena tangannya ditahan Sasuke agar tidak dulu pergi.

"Naruto bisa temani aku sebentar ke toko buku?, kemarin ada barangku yang tertinggal di sana dan Sasuke tidak bisa menemaniku karena ada urusan" bukannya Sasuke yang menjawab melainkan Sakura, gadis cantik itu tampak memelas dan minta di temani.

Si pirang melirik sebentar ke arah sahabatnya, pemuda Uchiha itu mengangguk kecil seperti memberikan kode yang langsung di mengerti oleh Naruto.

"Baiklah... tapi hanya sebentar soalnya aku harus cepat-cepat pergi".

Sakura tersenyum lebar karena dia tak jadi pergi sendirian setelah sebelumnya mengajak Sasuke namun kekasihnya itu bilang tak bisa menemani karena ada urusan.

Mereka berdua segera pergi dan meninggalkan Sasuke di kelas.

"Ayo Shika!" suara datar Sasuke yang walaupun cukup pelan namun bisa di dengar oleh orang yang ia panggil. Teman sebangku Naruto yang memiliki potongan rambut selayaknya nanas mendongakkan kepala setelah dari tadi merebahkan kepalanya di meja.

"Merepotkan" ucapan yang menjadi trademark si rambut nanas setelah kini tak ada Naruto serta Sakura di sana.

Sakura serta Naruto kini berjalan menuju toko buku yang untungnya tak terlalu jauh dari sekolah sehingga mereka tak perlu menghabiskan waktu lama agar tiba di sana. Setibanya di toko buku Sakura menghampiri meja kasir dan menanyakan barang yang dia cari, beruntungnya orang yang saat ini bertugas di sana adalah sosok yang menemukan benda milik si gadis keturunan Haruno tersebut.

.

"Sudah selesai kan?, kalau begitu aku pergi dulu!".

Selesai dengan urusan mereka di toko buku Naruto ingin segera pergi namun Sakura menahan tangannya, "apa lagi sekarang?" tampaknya si pirang gregetan juga setelah di tahan oleh Sasuke kini Sakura juga menahannya. Sepertinya kedua orang itu sangat suka menahan orang lain.

"Karena kau sudah mau menemaniku setidaknya biarkan aku memberikanmu minuman dulu" tawar Sakura yang masih menahan lengan si pirang.

"Tidak usah repot-repot, atau jika memang kau memaksa bisa lain kali saja" Naruto tampaknya memang sudah ingin pergi karena menolak tawaran Sakura.

"Baiklah kalau begitu" Sakura sudah ingin membiarkan Naruto pergi namun matanya secara tak sengaja melihat seorang gadis berambut biru tampak tengah berjalan dengan cepat.

"Xenovia-san" panggil Sakura pada sosok biru tersebut yang langsung membuatnya melihat ke arah dirinya dan Naruto.

"Hai Haruno-san, Uzumaki-san" sapa Xenovia yang saat ini berada di dekat duo NaruSaku, Naruto cukup terkejut saat ada orang lain di luar teman sekelasnya yang tahu namanya apalagi dia tidak merasa tidak pernah berbicara dengan orang itu.

"Mau kemana?, sepertinya buru-buru" si gadis bersurai pink penasaran pasalnya Xenovia terlihat berjalan terburu-buru.

"Aku mau ke rumah sakit, saat ini Irina sedang dirawat di sana".

"Shidou-san?, kenapa bisa?".

"Entahlah tapi orang tuanya menemukan Irina sudah bersimbah darah tadi pagi" Xenovia sendiri juga tak tahu penyebabnya karena informasi yang dia terima baru sebatas itu saja.

"Kalau begitu kami ikut denganmu ke rumah sakit dan melihat keadaan Shidou-san" tiba-tiba saja Sakura ingin ikut bersama Xenovia ke rumah sakit. Namun hal tersebut membuat Naruto mengangkat alis karena barusan Sakura mengatakan 'kami' yang berarti dia juga di ajak.

Benar saja pemikiran Naruto barusan, dia langsung ditarik kembali oleh Sakura dan kini mereka bertiga menuju rumah sakit.

.

Setibanya di sana Naruto dan Sakura hanya bisa menatap keberadaan wanita muda bernama Irina dari balik pintu kaca, mereka berdua diam terpaku melihat ke tempat di mana Irina sedang terbaring. Selang oksigen dan infus terpasang serta beberapa alat lainnya ikut menambah peralatan yang digunakan oleh teman satu sekolahan mereka itu.

Xenovia yang sebelumnya datang bersama mereka kini menghampiri si lelaki blonde dan gadis pink itu bersama dengan seorang pria berusia empat puluhan.

"Uzumaki-san, Haruno-san perkenalkan ini ayah dari Irina" Xenovia mengenalkan pria tersebut. Dengan ramah dia membungkukkan badan dan di lakukan juga oleh Naruto serta Sakura.

Perbincangan terjadi setelah perkenalan tersebut, dan dari situlah diketahui bahwa Irina nekat menggores pergelangan tangannya sendiri dikarenakan menerima pesan dari seseorang yang tak di kenal.

Mendengar cerita dari Ayah Irina itu baik Xenovia dan Sakura sudah tahu siapa orang yang mengirimi Irina pesan. Naruto yang semenjak datang ke rumah sakit hanya banyak diam tak seperti biasanya, dia tak tega dan miris melihat apa yang terjadi pada teman satu angkatannya itu namun apa yang harus dia lakukan?.

Usai berbincang sebentar dengan ketiga teman putrinya lalu Ayah dari Irina meminta tolong pada Xenovia untuk menitipkan sebentar Irina karena ada berkas administrasi rumah sakit yang harus di selesaikan.

Selepas kepergian pria itu Naruto dan dua orang gadis di dekatnya berdiam diri di kursi, Xenovia dan Sakura mengobrol. Namun topik obrolan tak jauh dari mereka yang menyumpahi dan meluapkan rasa kesal sosok yang membuat Irina nekat menggores pergelangan tangannya hingga kehilangan banyak darah dan saat ini dalam kondisi kritis.

"Harus ada seseorang yang memberikan pelajaran pada si brengsek itu, dia sudah membuat Irina menjadi seperti ini" Xenovia mendongakkan kepala guna melihat langit-langit lorong rumah sakit tempatnya saat ini duduk.

Naruto yang dari tadi diam tiba-tiba saja berdiri, "Aku mau ke kamar mandi sebentar" tanpa menunggu jawaban si pirang melenggang pergi dari sana dan meninggalkan dua orang teman wanitanya.

Dalam perjalanan ke kamar mandi si pirang terus bergelut dengan pikirannya, hatinya tak tega melihat kondisi Irina serta bagaimana hancurnya hati seorang Ayah yang hampir kehilangan putrinya karena sosok brengsek yang terus menerus mengganggu kehidupan si gadis muda. Sesampainya di kamar mandi untuk membasuh muka dan mencuci tangan Naruto ingin segera kembali ke tempat Sakura dan Xenovia berada namun matanya secara tak sengaja melihat sosok Ayah dari Irina yang sedang duduk di bangku yang terletak di dekat sebuah pohon.

Tanpa pikir panjang si pirang menghampiri sosok pria itu, Naruto duduk di sampingnya.

"Hyoudou Issei, bocah brengsek itu yang telah membuat putriku seperti ini" kata-kata itu langsung terucap dari sosok pria di samping Naruto.

"Dia menemui Irina lagi setelah kejadian pelecehan waktu itu, baik pihak sekolah maupun pihak berwajib tak bisa menghukumnya karena pengaruh orang tuanya" tangan pria itu mengepal kuat menahan emosi apalagi setelah tadi pagi ketika dirinya datang ke kediaman Hyoudou untuk mencari pemuda itu namun tak berhasil karena hanya bisa menemui kedua orang tuanya.

Tapi setelah memberitahukan keadaan putrinya yang kritis tanggapan dari keluarga Hyoudou membuat ayah Irina naik pitam, mereka dengan entengnya memberikan amplop berisi uang agar dirinya cepat pergi dan tak ada rasa bersalah ataupun ucapan maaf akibat kelakuan putra mereka. Tentu saja hal tersebut membuat ayah Irina mengamuk sampai-sampai dirinya harus diamankan oleh petugas keamanan.

"Paman... apa yang kau inginkan dari Hyoudou?" Naruto secara tiba-tiba mengajukan pertanyaan setelah mendengar semua cerita tadi.

"Hah?".

"Apa yang kau inginkan?, apa kau ingin dia menerima balasan yang setimpal?" Naruto kembali melontarkan pertanyaan.

Tak langsung menjawab si paman seperti berpikir, kepalanya tertunduk. Dirinya sangat ingin membalas perbuatan orang yang sudah membuat putrinya menderita.

"Aku tak akan munafik jika diriku ingin dia menerima balasan yang setimpal tapi... untuk sekarang aku ingin dia meminta maaf dan bersujud di depan Irina" si paman menatap Naruto dengan pandangan serius.

"Baiklah jika itu maumu aku bisa membuatnya berlutut di depanmu dan Irina".

"Bagaimana caranya?" lelaki yang berusia empat puluhan tahun itu sangat penasaran.

"Caranya tak bisa kubicarakan padamu tapi aku berani menjamin dia akan melakukannya, hal itu jelas tidaklah gratis".

Yakin dengan tawaran dari Naruto si paman memegang tangan si blonde, "tolong... apapun bayarannya jika itu bisa membuatnya meminta maaf dan bersujud di depan Irina maka akan kuberikan".

"Temui aku di lokasi ini setelah aku menyelesaikan apa yang ku janjikan dan siapkan bayarannya saat itu" secarik kertas di serahkan oleh Naruto setelah sebelumnya dia menuliskan alamat di sana.

Tak menunggu tanggapan si paman, Naruto pergi begitu saja untuk menghampiri Sakura sekaligus dia akan pamit pergi karena harus melakukan kerja sambilan. Namun belum sampai ke pintu masuk tangannya sudah lebih dulu di tarik oleh seseorang yang ternyata adalah Sakura.

"Apa maksudnya dengan kau akan membuat Hyoudou berlutut?, apa kau akan menghajarnya?" todongan pertanyaan diberikan oleh si gadis pink.

"Ya... aku akan membuatnya berlutut di depan keluarga Irina. Soal caranya biarkan aku melakukan itu sendiri dan jangan bocorkan ini pada siapapun termasuk pada Sasuke".

Sakura ingin melontarkan pertanyaan lagi namun dia di dahului oleh Naruto, "Sakura, maaf aku tak bisa mengantarkanmu pulang. Aku ada pekerjaan setelah ini jadi akan ku beritahu Sasuke agar dia menjemputmu di sini".

.

Sasuke kini tampak sedang ada di kantor polisi, dirinya mendapat sengaja berkunjung ke sana karena ada urusan dengan sang ayah setelah tadi berpisah dari Shikamaru.

Kaki jenjangnya melangkah perlahan hingga dari arah belakang tiba-tiba ada tangan yang langsung merangkulnya. "Tumben sekali dirimu mau datang ke sini" ujar pria itu dan membuat Sasuke berhenti melangkah.

Bola mata si Uchiha muda berputar bosan, sungguh salah satu hal yang membuatnya malas datang ke tempat ini adalah karena kakaknya sendiri.

"Tou-san ada urusan denganku jadi bisa lepaskan rangkulanmu?, ini menjijikkan" kata-kata menohok dari Sasuke tak membuat sang kakak yang bernama Itachi itu sakit hati justru anggapan Itachi hal tersebut adalah bukti rasa sayang sang adik padanya.

"Sudahlah Itachi, jangan ganggu adikmu itu" satu suara lagi terdengar yang ternyata sedari tadi sudah ada orang lain di sana.

"Ah Shisui kau ini" dengan berat hati Itachi melepaskan rangkulannya pada sang adik.

Pria bernama Uchiha Shisui yang merupakan teman sekaligus sahabat dari Itachi itu hanya tersenyum saja, mereka berdua hampir tak terpisahkan bahkan sejak kecil hingga sekarang mereka sudah me jadi polisi. Keduanya juga selalu berpartner dan menjadi detektif untuk menyelesaikan kasus-kasus yang hebatnya tingkat keberhasilannya selalu tinggi, mereka juga sering ditawari pangkat lebih tinggi namun juga sebanyak itulah mereka menolak karena keduanya sangat menyukai bekerja di lapangan.

"Kalian menjijikkan, selalu bersama seperti sepasang kekasih atau jangan-jangan memang seperti itu" Sasuke tampaknya memang suka menghina dan mencibir kakaknya sendiri.

"Maaf saja tapi aku sudah punya kekasih dan dia adalah seorang wanita, tak seperti kakakmu itu" Shisui langsung menyanggah tuduhan Sasuke, sungguh menggelikan mendengarnya dari anak bungsu Fugaku dan Mikoto Uchiha itu.

"Makanya kau cepat lulus supaya kita bertiga bisa bertugas bersama di kepolisian" sambil menyilangkan tangan di dada kakak dari Sasuke itu menatap wajah adiknya.

"Cih!, aku tak berminat menjadi seorang polisi" selesai mengatakan itu Sasuke merasakan ponselnya bergetar lalu diikuti suara ringtone. Rupanya ada panggilan masuk dan itu dari Naruto, si pemuda blonde memberitahu bahwa saat ini Sakura ada di rumah sakit jadi si Uzumaki menyuruh Sasuke menjemputnya dan mengantrakan pulang.

"Hoy Aniki pinjam mobil" setelah sambungan ponsel terhubung Sasuke meminta Itachi meminjamkannya mobil untuk menjemput Sakura.

Sambil merogoh saku dan menyerahkan kunci mobilnya pada Sasuke, Itachi tampak penasaran. "Untuk apa?".

"Jangan banyak tanya" mendapatkan apa yang dirinya mau Sasuke segera pergi dari hadapan duo Uchiha itu dan bergegas menuju rumah sakit.

"Padahal sewaktu kecil dia sangat lucu, tapi kenapa saat dewasa sifatnya menjadi tak seperti dulu ya?".

"Jika aku menjadi Sasuke maka aku akan melakukan hal serupa" celetuk Shisui yang membuat Itachi refleks menoleh.

.

.

Besoknya di sekolah Naruto tetap beraktivitas sama seperti biasanya, dia bercanda dan tertawa dengan teman-temannya. Walaupun Sakura tahu Naruto akan melakukan suatu hal pada si brengsek Issei namun dia tak tahu kapan dan di mana hal tersebut akan terjadi. Sakura jadi tegang sendiri mengetahui apakah si pirang akan berhasil atau tidak meskipun masih belum di mulai, dia juga sebenarnya sangat ingin melihat Issei mendapatkan ganjaran yang setimpal namun mengetahui Naruto yang akan melakukannya seperti ada rasa lain yang muncul.

Sifat Sakura yang hari ini terlihat lebih memperhatikan Naruto membuatnya agak pendiam hingga Sasuke pun menyadari bahwa sang kekasih yang biasanya bawel itu lebih menjadi lebih tenang, "apa ada masalah?".

"O-oh tidak ada, hanya saja aku merasa sedikit mengantuk karena tadi malam menonton drama sampai larut" timpal Sakura asal.

Sasuke dapat mengetahui bahwa saat ini Sakura sedang berbohong, pasalnya dia tahu bahwa gadis pink itu tak terlalu menyukai tayangan drama apalagi harus sampai bergadang dan tidur larut malam. Kecuali jika sahabat si pink yakni Ino memaksa maka bisa saja itu terjadi tapi berhubung saat ini Ino sudah hampir dua minggu tidak masuk maka itu tak bisa dijadikan alasan. Sasuke mengangkat bahu dan membiarkannya saja toh jikapun ingin cerita biarlah nanti Sakura yang akan berbicara sendiri lebih dulu.

Meninggalkan Sasuke dan Sakura yang tengah makan di kantin, Naruto saat ini sedang berada di kamar mandi. Dia tengah menyelesaikan urusannya yaitu buang air kecil, ketika sedang asik dengan hajatnya dari arah luar terdengar suara derap kaki memasuki kamar mandi.

"Ini menyebalkan, kenapa aku harus selalu datang ke tempat kotor ini hanya untuk menikmati sebatang rokok".

Dari suaranya Naruto dapat mengenali siapa yang kini ada di sana, dia mencoba menajamkan pendengarannya lagi dan menguping pembicaraan.

"Matsuda mana rokoknya?".

"Ini, tapi jangan lupa kau harus memberikan beberapa lembar fotonya padaku".

"Hey jangan hanya Matsuda saja, aku juga mau".

"Iya, Iya... aku akan memberikannya pada kalian berdua. Nanti malam aku akan mencetaknya di ruang fotografi, tapi kalian harus berjaga jangan sampai ada orang yang mendekat ke sana".

"Ok Bos/Siap Bos" suara dua orang terdengar berbarengan.

"Sudahlah, aku mau merokok dulu. Kalian pergilah jika tidak ingin ikutan" suara pintu kamar mandi di samping Naruto terbuka lalu tertutup kembali tanda ada yang masuk ke dalamnya dan dua orang yang tadi berbicara tampaknya sudah ke luar karena derap kaki mereka terdengar menjauh.

Merasa mendapatkan informasi penting Naruto keluar dari kamar mandi, dia tersenyum tipis bahkan hampir tak terlihat pasalnya tak perlu cape-cape mencari informasi mengenai targetnya.

Setelah keluar dari kamar mandi bukannya ke kantin dan menghampiri duo SasuSaku si pirang malah langsung ke kelas.

.

.

.

TBC