Legenda mengatakan bahwa dunia ini pernah bertemu dengan dunia lain melalui sebuah gerbang kuno. Lokasinya, meskipun tidak jelas, konon terletak di sebelah tengah benua ini, yaitu di sekitaran pegunungan yang membelah dua negara di jaman ini. Konon kabarnya, meskipun telah hilang, gerbang itu masih ada disana, menunggu untuk ditemukan kembali. Bahkan meskipun itu telah dikubur oleh Kerajaan di masa lalu untuk suatu alasan, pemerintah yang sekarang dari Kekaisaran tidak peduli lagi. Ada sesuatu yang harus mereka ambil. Dan setelah bertahun-tahun pencarian, akhirnya mereka berhasil menemukan gerbang kuno itu beserta sejarah yang menyelimutinya.

Catatan sejarah yang berhasil dikumpulkan mengisahkan pertemuan antara Kerajaan masa lalu dengan Kerajaan yang bernama Badahulu. Tidak ada info yang jelas mengenai sistem pemerintahan, budaya, dan masyarakat Kerajaan dari dunia lain itu selain gambaran betapa terbelakang nya mereka jika dibandingkan dengan Kerajaan mereka yang bertemu dengan Kerajaan itu, yaitu Kerajaan Blaghodka. Perempuannya masih bertelanjang dada sama seperti pria, dan persenjataannya juga tertinggal beberapa ratus tahun. Untuk ukuran pada tahun itu, maka jelaslah ada sesuatu yang salah dengan dunia ini.

Namun yang pasti, kekayaan alamnya tidak bisa dibantah. Emas disana cukup banyak jumlahnya, dan saat utusan dari Blaghodka pergi ke wilayah barat Badahulu, yang mana harus berpindah pulau dimana mereka harus menumpangi kapal dagang Kerajaan sebelah, kekayaan alam disana sudah cukup jelas, baik dari hasil tani maupun tambang. Negara yang mereka sebut sebagai Madzhapahit, terutama, disebut cukup maju untuk memiliki meriam yang ukurannya, meskipun kecil, jauh lebih baik dibandingkan tetangga-tetangganya yang tidak memiliki meriam sama sekali. Mereka menyebutnya sebagai Tsetbang.

Penelitian yang dilakukan dari hasil penelaahan dokumen-dokumen dan catatan sejarah menyatakan bahwa Madzhapahit kemungkinan besar telah menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya tanpa gangguan berarti, terutama Badahulu, Lamadzhang, dan Ga*h, yang terakhir tidak diketahui nama lengkapnya dikarenakan dokumennya rusak dimakan rayap.

Perkembangan teknologi, diperkirakan berjalan cukup lambat dan kemungkinan besar militer mereka masih menggunakan kapal kayu, atau paling mentok baru mengenal kapal dengan mesin uap, dan mungkin mereka masih belum mengenal senapan mesin. Lupakan nobav, mobil saja mereka mungkin tidak punya.

Ivan Feodor, Kepala Tsentral'naya Voyennaya Razvedka, disingkat sebagai TVR, mengatakan dalam rapat final bahwa, "Mereka tidak memiliki sihir, jelas ini adalah kekurangan terbesar di dunia itu. Meskipun sihir dulu dikenal untuk penyembuhan dan bertempur saja, beberapa abad yang lalu kita telah mengetahui bahwasanya sihir juga sangat berguna untuk pengaplikasian teknologi baru. Amber misalnya, yang kita gunakan untuk menyalakan lampu dan berbagai peralatan lainnya, tidak akan pernah berhasil tanpa adanya jaringan penyaluran mana. Sama halnya dengan radio, tak akan terwujud tanpa bantuan sihir. "

Pernyataannya dalam rapat final itu secara jelas menggambarkan dunia itu sangat mungkin masih menggunakan obor sebagai penerangan utama, pun alat komunikasi masih menggunakan burung merpati maupun kurir.

Berdasarkan hasil penelitian intensif dan evaluasi berkali-kali, Kekaisaran memutuskan untuk menginvasi dan menaklukkan dunia sebelah yang diyakini masih terbelakang, jauh terbelakang dibandingkan mereka. Tujuannya, salah satunya namun yang paling utama adalah mengambil sumber daya dan kekayaan alam mereka demi kepentingan mereka di masa depan nanti.

Imperator Pyotr Alekseyevich Fyodorov, sang Kaisar langsung memberikan lampu hijau dalam rapat final itu. Pasukan pun langsung disiapkan, dengan pasukan yang dikirim adalah 20th Guards Combined Arms Army, salah satu pasukan tingkat elit di Eastern Army Group. Meskipun diyakini mereka itu terbelakang, tetapi Komando Militer Timur tidak ingin mengirim pasukan reguler dengan alasan ingin penaklukan ini berlangsung dengan cepat dan efisien.