Oke gaes, untuk chapter ketiga langsung aku update ya. Tenang aja, yang ini ga terlalu panjang kok chapternya, hehe.

Happy reading! :D


Beberapa saat kemudian, makan siang tersedia dan mereka pun mulai makan. Neji begitu heran melihat Tenten melahap makanannya dengan lahap.

"Wah enak! Sudah lama aku aku tidak memakan daging wagyu seperti ini! Terakhir kapan ya? Sepertinya sebelum aku menikah." seru Tenten antusias.

Neji hanya tertawa kecil mendengarnya, lalu bertanya,"Kau ini istri salah satu konglomerat Ten, masa kau tidak pernah meminta wagyu kepada chef di mansionnya Gaara?"

Mendengar pertanyaan Neji, Tenten tertegun sejenak dan tersenyum sedih kepada Neji. "Aku… Gaara tidak pernah menafkahiku, Neji."

Neji terbelalak dan tersedak mendengar jawaban Tenten yang tidak terduga itu.

"Uhuk, tidak mungkin Ten. Konglomerat sekelas Gaara tidak mungkin menelantarkan istrinya secara finansial. Jika dia tidak menafkahimu, lalu bagaimana dengan biaya koasmu dan pendidikanmu untuk menjadi dokter? Bukankah kau menikah dengan Gaara sebelum Matsuri tiada?" tanya Neji.

"Untuk biaya pendidikan koasku, ayahku sudah menyiapkan asuransi pendidikan atas namaku. Untungnya Gaara tidak bisa mencairkan asuransi itu karena itu bukan atas namanya. Dari situ aku bertahan hidup dan membiayai pendidikan koasku selama 3 tahun. Untungnya setelah lulus dan mendapatkan Surat Izin Praktik, aku langsung mendapatkan pekerjaan di rumah sakit Tokyo, walaupun hanya sebagai dokter umum dan dokter jaga IGD, jadi aku bisa membiayai hidupku sendiri dan membayar kamar di mansionnya Gaara." Jawab Tenten.

"Kau harus membayar untuk tinggal di mansionnya Gaara?" Bisik Neji tak percaya.

"Iya Neji, dia bahkan melarang semua pegawai dan pelayannya untuk melayaniku dan menganggapku tidak ada, sehingga aku harus memasak, membersihkan kamar, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri di sana. Dia hanya menganggapku ada ketika membutuhkanku dan ketika ada rekan bisnis berkunjung ke mansionnya. Dia juga hampir tidak pernah membelikanku pakaian. Dia hanya membelikanku pakaian ketika ada pesta saja, itupun dia yang memilihkan model pakaiannya, aku tidak boleh memilih pakaianku sendiri. Kau bisa lihat sendiri, pakaianku tergolong sangat biasa dan sederhana untuk ukuran istri konglomerat. Pakaianku bahkan tidak bermerk karena aku membelinya secara online. Kau boleh tidak percaya, namun itulah kenyataannya." Kata Tenten dengan mata yang berkaca-kaca.

Neji menyadari, pakaian Tenten saat ini memang terlalu sederhana untuk ukuran seorang istri konglomerat. Dia hanya mengenakan celana jeans berwarna biru terang dan kaos serta cardigan rajut berwarna putih yang terlihat sedikit kusam. Bahkan baju yang Neji pakai saat ini, terlihat jauh lebih wah dan lebih bersih daripada Tenten. Padahal posisi Neji hanyalah kepala bagian penelitian dan pengembangan di salah satu perusahaan cabang Hyuuga Corp, bukan direktur apalagi CEO. Neji tidak habis pikir, kenapa Gaara bisa setega dan sekejam ini pada istrinya.

"Maaf jika aku menanyakan sesuatu yang membuatmu sedih, Ten. Aku tidak menyangka hidupmu seberat ini." Sesal Neji.

"Tidak apa-apa, Neji. Hahaha, ya beginilah takdir, Neji." Kata Tenten sambil memalingkan muka dan menyeka air matanya yang nyaris tumpah.

"Ya sudah, ayo kita lanjutkan makannya. Sayang daging seenak ini kalau dimakan sambil menangis, hahaha." Kata Tenten yang berusaha tersenyum pada Neji dan mulai kembali memakan daging steaknya dengan lahap.

Neji kembali melanjutkan makan siangnya, dengan menatap iba ke arah Tenten, yang asyik memakan steak wagyu-nya dan tidak menyadari bahwa Neji memperhatikannya.

o0o

"Aaaaahhh kenyangnya! Terima kasih, Neji!" Kata Tenten berseri-seri setelah mereka menghabiskan makan siang mereka yang lezat.

"Sama-sama, Ten." Kata Neji datar.

"Kira-kira kita mendarat berapa lama lagi ya?" Tanya Tenten.

Neji mengecek arlojinya dan berkata,"Kita baru terbang sekitar empat setengah jam, kemungkinan kita baru mendarat sekitar 10 jam lagi."

"Wah masih lama juga ya." Komentar Tenten sambil kembali duduk di sofa bersama Neji yang kembali melanjutkan kegiatan membaca novelnya.

"Kau membaca apa Neji? Kelihatannya seru sekali." Tanya Tenten penasaran.

"Ah ini? Ini novel favoritku, Murder on the Orient Express karya Agatha Christie. Kau tahu Agatha Christie dan Hercule Poirot kan?"

"Oh kau suka Poirot juga? Tetapi aku lebih suka menonton serial atau filmnya sih daripada membaca novelnya."

"Cobalah membaca novelnya, Ten. Ceritanya lebih orisinil dan menarik daripada di serial atau film." Saran Neji.

"Kau tahu Neji? Satu-satunya hal yang akan terjadi jika aku membaca buku adalah aku akan tertidur pulas." Canda Tenten. Neji terbahak mendengarnya.

"Kau ini benar-benar lucu, Ten. Lalu bagaimana caranya membaca buku saat kau kuliah dulu? Bukankah kedokteran bukunya banyak dan tebal?"

"Ah, dulu aku mengakalinya dengan mencatat dan merekam dosen ketika mengajar dan praktik. Jika tidak, yang ada aku akan belajar di alam mimpi, hahaha. Lalu, apa saja yang berbeda antara serial dan bukunya?"

Neji menghentikan kegiatan membaca novelnya dan mulai menjelaskan perbedaan antara novel dan serial Hercule Poirot pada Tenten. Di luar dugaan, ternyata Neji benar-benar hafal isi novel dan serial Hercule Poirot di luar kepala. Setelah selesai membahas perbedaan antara novel dan serial Poirot, mereka mulai membandingkan antara Sherlock dan Poirot (Tenten lebih menyukai Sherlock karena lebih banyak tindakan aksinya dan dia menyukai tokoh Dr. Watson, sedangkan Neji lebih memilih Poirot karena permainan psikologis yang apik dalam setiap kasusnya) dan membahas film-film kesukaan mereka. Ketika mereka masih membahas tentang film-film kesukaan mereka, seorang pramugari menginterupsi pembicaraan mereka.

"Maaf mengganggu waktunya, Tuan Hyuuga dan Nyonya Kazekage. Sekarang sudah waktunya makan malam, anda berdua ingin makan malam apa?" Tanya pramugari itu.

"Kau ingin apa, Ten?"

"Foie Gras boleh Neji. Aku juga sudah lama sekali tidak makan itu.

"Baiklah. Foie Gras dua porsi ya. Dan jangan lupa wine-nya juga." Kata Neji pada pramugari itu.

o0o

"Aaahhhh enaknya, jarang-jarang aku makan makanan mewah seperti hari ini! Terima kasih, Neji!" Seru Tenten berseri-seri.

"Sama-sama, Ten." Balas Neji sambil tersenyum simpul.

"Kau masih mau lanjut membaca novel itu, Neji? Aku ingin menonton film di Netflix. Tidak apa-apa kan? Takutnya kau terganggu, kau kan suka ketenangan." Tanya Tenten.

"Tidak masalah, Ten. Nyalakan saja TV-nya, disitu ada Netflix kok." Jawab Neji datar dengan mata sudah terpancang kembali ke novel Murder on the Orient Express-nya.

"Oke, thanks." Kata Tenten sambil menyalakan TV dan memutar Netflix.

Tenten memilih untuk menonton film Mission Impossible sambil menikmati cemilan sementara Neji terlihat berkonsentrasi membaca novelnya. Namun di tengah film, Tenten merasa kepala dan matanya berat sekali…

Neji's POV

Pluk!

Ketika aku sedang asyik membaca, aku merasakan ada sesuatu yang jatuh di pundakku. Dan ketika aku melihat ke sebelah kanan…

Kami-sama, wanita ini tertidur pulas! Lucu, bagaimana dia bisa tertidur pulas ketika menonton film yang penuh laga aksi seperti Mission Impossible? Entahlah, mungkin dia hanya kelelahan karena tidak terbiasa berpergian selama ini.

Aku tidak bisa membiarkannya tidur terlalu lama di pundakku, selain posisinya yang kurang nyaman dan pundakku yang terlalu keras baginya, aku juga tidak ingin menimbulkan isu tidak sedap padaku dan wanita ini.

Kutaruh novelku di meja, kumatikan TV, dan kucoba menggendongnya. Di luar dugaan, ternyata tubuhnya lebih berat dari yang kukira. Padahal, dia terlihat begitu kurus. Akhirnya aku berhasil menggendongnya seperti pose pengantin baru di film. Kubawa dia ke kamar dan dengan hati-hati kuletakkan tubuhnya di atas ranjang.

Setelah memastikan dia tidur di posisi yang nyaman, aku menatap wajah manisnya yang tertidur pulas. Aku tidak tahu, kenapa hatiku begitu tenang dan damai ketika melihatnya terlelap seperti ini. Dia… dia terlihat seperti bidadari untukku.

Tanpa sadar, aku mengelus kepala dan wajahnya. Yang kutahu saat ini, aku hanya ingin menjaganya, melindunginya, dan melihat senyumnya yang menawan. Aku bahkan tidak peduli lagi dengan kenyataan bahwa dia adalah istri sah orang lain, aku ingin selalu bersamanya…

Normal POV

Tanpa Neji sadari, dia mencium kening dan bibir Tenten.

"Selamat tidur, Hime." Bisik Neji lirih di telinga Tenten sambil memakaikan selimut ke tubuh Tenten. Kemudian ia keluar kamar dan memutuskan untuk tidur di sofa sembari menunggu waktu landing tiba.

o0o

Setengah jam sebelum waktu landing, pramugari membangunkan Neji dan Tenten untuk bersiap-siap. Setelah selesai membereskan barang mereka, mereka duduk di kursi penumpang biasa dengan seatbelt terpasang erat di tubuh mereka.

"Neji, apa kau yang memindahkanku dari sofa ke kamar?" tanya Tenten.

"Iya Ten." Jawab Neji datar.

"Terima kasih, Neji." Kata Tenten dengan wajah sendu.

"Kenapa Ten? Kau terlihat sedih." Tanya Neji.

"Tidak, Neji. Hanya saja… aku merasa lebih nyaman ketika bersamamu daripada ketika bersama Gaara. Setelah turun dari pesawat, kemungkinan besar kita akan jarang bertemu, dan aku harus menghadapi temperamen Gaara lagi." Kata Tenten sendu.

Mendengar itu, Neji mengeluarkan handphone-nya dari saku celananya dan menyerahkannya ke Tenten.

"Eh, untuk apa Neji? Aku punya handphone sendiri." Tanya Tenten heran.

"Ketik saja nomer HP yang ada WA-mu disitu." Jawab Neji datar.

Setelah mengetikkan nomor HP-nya sekaligus nomor WA-nya, Tenten mengembalikan HP Neji dengan wajah bertanya-tanya. Setelah menerima HP-nya dari Tenten, Neji menyimpan nomor HP Tenten dan menelepon Tenten.

Tenten melihat nomor HP Neji yang masuk ke HP-nya dan memandang Neji dengan heran. Lalu Neji berkata,"Simpanlah Ten, itu nomor HP dan juga nomor WA-ku. Jika kau butuh bantuan atau apapun, kau bisa menghubungiku di nomor itu."

Tenten tersenyum senang melihat layar ponselnya dan menyimpan nomor ponsel Neji.

"Terima kasih, Neji. Kau…benar-benar orang yang baik ya." Kata Tenten tersenyum manis pada Neji. Neji merasa pipinya mulai memanas dan berusaha menutupinya dengan memalingkan wajahnya.

"Sama-sama Ten. Terima kasih juga telah menjadi teman perjalanan yang baik. Jujur ini pertama kalinya aku mengobrol dengan orang lain selama berjam-jam. Bahkan dengan ayahku dan Hinata-sama pun, aku tidak pernah mengobrol dengan mereka lebih dari satu jam." Respon Neji masih sambil memalingkan wajahnya.

Tenten terkejut, namun senang karena dia bisa menjadi teman yang baik bagi Neji. Neji yang melirik ke arah Tenten, hanya bisa memberikan senyum langkanya pada Tenten.

Dan ketika pramugari meminta Neji dan Tenten untuk mematikan ponsel mereka, mereka sontak mematikan ponsel bersamaan dan bersiap untuk mendarat.

o0o

To be Continued


Oke gaes, untuk chapter depan mereka udah mendarat di Swiss ya.

Di chapter selanjutnya ada adegan kekerasan dan seksualnya, untuk yang di bawah 18 tahun atau ga suka adegan kekerasan bisa di-skip aja ya, thanks :)

Stay tune!