Extra Chapter 3: First Dating? Oh, Maybe...

Setelah obrolan serius di tengah hamparan bunga kochia dan saffron, Sasuke dan Ino memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan dari Tetsu no Kuni ke Konoha. Tidak seperti shinobi pada umumnya yang melompat dari dahan ke dahan, kali ini keduanya memilih untuk berjalan santai seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan –ya, meskipun di tengah hutan.

Meskipun tanpa berdiskusi, Sasuke dan Ino seolah sepakat untuk menikmati setiap menit perjalanan dari Tetsu no Kuni ke Konoha. Tidak usah terburu-buru karena Sasuke ingin menghabiskan sedikit waktu lebih lama lagi dengan Ino meskipun pemuda itu tidak mengatakannya secara langsung. Sasuke tahu jika mereka tiba di Konoha nanti, ia harus segera pergi untuk melanjutkan perjalanan penebusan dosanya. Setelah misi ini, tidak akan ada lagi waktu bagi Sasuke untuk melihat dan bertemu Ino.

Awalnya mereka berjalan sejajar, tetapi secara perlahan Ino memelankan langkahnya. Untung saja Sasuke terlihat tidak keberatan, hanya saja Ino yakin jika pemuda itu masih dan akan selalu dalam kondisi siaga untuk mengantisipasi bahaya yang akan datang apabila ia tidak berada dijangkauan pemuda Uchiha itu.

Saat Ino sudah berjalan sendirian di belakang Sasuke, sesekali ia mencuri kesempatan untuk memandangi cincin batu amesthyst pemberian pemuda itu. Cincin dari bahan platinum itu sangat cantik dan serasi di jari manisnya. Terlebih lagi kecantikan batu mulianya itu seolah merepresentasikan dirinya sebagai bagian dari clan Yamanaka yang dilambangkan dengan bunga cosmos berwarna ungu. Tak usah diragukan lagi, selera Sasuke itu keren!

"Apa dia benar-benar cemburu sampai repot memberikan cincin ini?" batin Ino.

Sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh Ino jika Sasuke akan memberikannya sebuah cincin. Pemuda dingin dan cuek seperti Sasuke bisa bersikap romantis seperti apa yang ia idamkan selama ini.

"Ini nyata sih, bukan mimpi. Tapi... rasanya masih tidak percaya saja," lanjutnya dalam hati.

Tanpa sadar seulas senyum manis terukir di wajah Ino. Tak lupa semburat merah muda muncul samar-samar di kedua pipinya. Saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu, Ino masih saja malu sampai merasa salah tingkah sendiri.

Setelah penantian yang panjang, akhirnya cinta Ino terbalaskan. Ini bukan lagi cinta sepihak. Di atas sana, ayahnya tidak perlu khawatir lagi. Setelah ini akan ada laki-laki yang menjaganya seperti yang dilakukan Inoichi dulu. Sepertinya Ino harus menyuruh Shikamaru dan Chouji untuk pensiun dalam menjaganya. Kedua sahabatnya itu tidak perlu lagi menjaga bayi besar dan manja seperti dirinya.

Selain itu, harapan terakhir dari gurunya –Asuma– telah terkabul. Ini selangkah lebih awal bagi kehidupan percintaan Ino. Sekarang Ino tidak kalah dalam hal percintaan oleh Sakura. Oh, tetapi... daripada Ino menyebutnya kemenangan dari rivalnya –Sakura– Ino lebih suka menyebutnya sebagai suatu anugerah. Tampaknya Kami-sama telah mengabulkan keinginan Ino tentang mendapatkan cinta positifnya yang tumbuh dari kecil hingga usianya sekarang.

Ngomong-ngomong soal Sakura... Ino masih mengkhawatirkan sahabat pink-nya itu. Bagaimana Ino bisa berterus-terang dengan sahabatnya itu soal hubungannya bersama Sasuke. Semua orang tahu, cinta Sakura begitu kuat. Sama seperti dirinya, kunoichi yang mendapat julukan 'Tsunade Kedua' itu juga mencintai Sasuke. Bahkan, Sakura telah melakukan banyak hal demi Sasuke. Salah satunya menjadi ninja medis yang hebat. Itu termasuk salah satu tekad Sakura untuk sejajar dengan Sasuke dan Naruto. Tentunya akan sangat berat jika Sakura mengetahui hubungan Ino dengan Sasuke yang mulai serius itu.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Sasuke tiba-tiba.

Pemuda itu menghentikan langkahnya dan sedikit berbalik ke arah Ino.

Tanpa harus Ino berterus-terang, Sasuke tahu jika gadis itu sedang mengkhawatirkan sesuatu, apalagi kalau bukan Sakura. Bukankah seharusnya Sasuke merasa bersalah dengan gadis itu? Perjamuan makan di Tetsu no Kuni itu akal-akalan Naruto untuk membantu Sasuke, tentu saja Sakura juga sudah tahu jika ia ke sana untuk memperbaiki hubungannya dengan Ino. Sejauh ini semuanya berjalan lancar, tetapi gadis bunganya itu tetap saja merasa khawatir.

"Eh?" Ino sedikit terlonjak kaget.

Sama seperti Sasuke, gadis itu ikut menghentikan langkahnya. Ia terlalu sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri sampai-sampai ia tidak sadar jika sudah terpisah cukup jauh dari Sasuke.

"Gomen ne, Sasuke-kun," ucap Ino sambil tersenyum kaku.

Ino segera menyusul Sasuke lagi. Setelah tiba di samping pemuda itu, Ino kembali tersenyum. Namun, kali ini senyumannya lebih lebar dari sebelumnya.

"Kau memikirkan Sakura?" tebak Sasuke.

Harusnya Sasuke mengatakan kepada Ino jika Sakura sudah merestui hubungan mereka? Akan tetapi... bagaimana jika Ino malah marah karena merasa dibohongi oleh Tim 7?

Sebaiknya jangan –akhirnya Sasuke memutuskan. Ia tidak akan mengatakannya sekarang.

Bahu Ino seketika menegang ketika kaget mendengar tebakan Sasuke yang 100% benar itu. Namun, sebisa mungkin ia menyembunyikan keterkejutannya. Ia berdehem sebentar, lalu menoleh ke arah Sasuke.

"Em... tidak kok. Aku... hanya merasa sedikit haus," dalih Ino berbohong.

"Ne, Sasuke-kun, bisakah kita istirahat sebentar? Bekal minum kita juga hampir habis. Bukankah lebih baik kita mengisinya dulu?" tanya Ino.

"Sungai itu!" seru Ino sambil menunjuk ke arah semak-semak terbuka yang mengarah ke sungai yang mengalir sepanjang Negara Api hingga Negara Besi.

"Kita beristirahat di sana, ya? 15 menit!" Ino kembali berseru.

Gadis itu lebih dulu berlari ke arah sungai dan meninggalkan Sasuke di belakang. Melihat tingkah Ino, bibir Sasuke mengulumkan sebuah senyuman tipis. Sekarang Sasuke mengerti mengapa gadis itu dulunya sangat poluler di Akademi. Gadis itu... seperti matahari yang memberikan kehidupan bagi semua orang. Ino begitu cerah dan tingkahnya tidak mudah ditebak.

"Mungkinkah di Konoha, dia masih sama populernya seperti dulu?" batin Sasuke.

Seharusnya Sasuke tidak perlu bertanya-tanya soal itu. Buktinya di Testu no Kuni, gadis itu sudah mendapatkan penggemar, yaitu Ren dan beberapa pemuda brengsek di sana.

Gadis itu bisa menjadi bijak dalam mengambil keputusan, berani seperti kunoichi yang seharusnya, tetapi bisa bersikap kekanak-kanakan seperti anak kecil. Hanya karena sungai, gadis itu langsung berlari meninggalkannya. Seperti sebuah ledekan, Sasuke sekarang tahu bagaimana rasanya diacuhkan. Ini hanya beberapa menit saja, lalu bagaimana dengan Ino yang ia abaikan selama bertahun-tahun?

Sementara Ino mengisi air di botol bekalnya, Sasuke mendirikan tenda untuk mereka beristirahat. Pemuda itu sudah bertanya apakah mereka membutuhkan tenda untuk beristirahat dan Ino menjawab iya. Meskipun Sasuke dan Ino bisa tiba tengah malam di Konoha, tetapi keduanya sepakat memilih untuk bermalam di pinggir hutan itu. Tak masalah jika mereka tiba terlambat, justru ini yang diinginkan Ino ataupun Sasuke. Baik Sasuke dan Ino sudah tahu jika mereka tiba nanti, itu berarti sebuah perpisahan bagi keduanya. Sasuke akan segera pergi dari desa untuk menyelesaikan penebusan dosanya. Ino belum siap untuk itu meskipun sebelumnya ia mengatakan jika sanggup menunggu Sasuke.

Mau bagaimana lagi? Hatinya tidak bisa berbohong. Ia merindukan Sasuke dan akan terus seperti itu.

"Selama dua tahun ini... apa saja yang sudah kau lewati, Sasuke-kun? Kau bertemu dengan banyak orang? Apa mereka baik?" tanya Ino.

Sasuke dan Ino sedang duduk bersebelahan di depan api unggun. Mereka baru saja selesai menghabiskan makan malam dan ini saatnya Ino membuka obrolan. Bukan Ino jika gadis itu hanya diam saja. Ini kesempatan bagi Ino untuk mengenal Sasuke

"Tidak, di luar Konoha, masih banyak orang dan sistem kepemimpinan yang kotor," jawab Sasuke sambil menoleh dan menatap Ino yang sedang duduk di sampingnya.

"Pasti berat, ya. Sampai kapan kau akan pergi? Em... jangan salah paham. Aku tidak mempermasalahkan perjalanan penebusan dosamu itu. Hanya saja, aku mengkhawatirkanmu." Buru-buru Ino mengibaskan kedua tangannya, takut-takut kalau Sasuke salah paham.

Sesuai dengan apa yang Ino katakan kepada Sasuke, Ino akan selalu mendukung keputusan pemuda itu. Hanya saja, Ino mengkhawatirkan stereotip orang-orang terhadap Sasuke. Tentunya semua penduduk di kelima negara sudah tahu tentang status Sasuke sebagai mantan ninja buronan. Pengkhianatan Sasuke seharusnya mendapatkan hukuman mati, tetapi berkat Kakashi dan Ino, Sasuke dibebaskan. Pada kenyataannya keputusan itu lebih banyak mendapatkan kontra. Orang-orang masih banyak yang menentang keputusan itu, sampai akhirnya terjadilah perlawanan Osamu yang meninggalkan hasrat dendam dari keluarganya –Genpachi.

"Aku akan menemuimu segera setelah perjalanan penebusan dosaku selesai."

Balasan itu tidak menjawab pertanyaan Ino. Namun, setidaknya Sasuke mencoba untuk melegakan kekhawatirannya itu.

"Jaga dirimu baik-baik, ya," balas Ino.

Seharusnya Ino tidak perlu mengkhawatirkan Sasuke. Sasuke sudah biasa hidup di kegelapan. Berlatih, bertarung, dan hampir mati sudah seperti makanan sehari-hari bagi pemuda itu.

"Saat kau pergi, aku berjanji akan terus berkembang agar kau tidak malu," lanjut Ino.

Alis Sasuke mengernyit. Pemuda itu sedikit memutar posisi duduknya agar ia bisa menghadap ke arah Ino.

"Kau shinobi yang hebat dengan caramu sendiri dan aku tidak akan malu memilikimu sebagai bagian dari hidupku. Saat itu terjadi, gunakan lambang Uchiha di punggungmu," balas Sasuke.

Mendengar kalimat itu, pipi Ino langsung bersemu merah. Mungkin tidak hanya pipinya saja yang memerah, tetapi wajah dan telinganya sudah senada dengan warna kepiting rebus.

"S-Sasuke-kun!" Ino tadinya melihat ke arah Sasuke, tetapi sekarang ia mengalihkan pandangan dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Melihat Ino yang salah tingkah, Sasuke tersenyum tipis. Pemuda itu beranjak bangun dari posisi duduknya. Ia tidak langsung pergi, melainkan menunggu Ino yang masih sibuk mengondisikan dirinya.

"Huft..." Ino mengembuskan napas untuk mengatur detak jantungnya yang memburu karena malu.

Meskipun Ino merasa malu sampai salah tingkah, rasa bahagianya jauh lebih banyak. Secara tidak langsung Sasuke seperti sudah melamarnya. Pemuda itu benar-benar tidak tahu tempat dan timing untuk bicara serius.

Setelah merasa sudah cukup baik-baik saja, Ino menurunkan kedua tangan dari wajahnya. Degup jantungnya juga sudah kembali normal. Ia siap untuk bertemu pandang dengan pemuda itu lagi.

Ino menyusul Sasuke untuk bangun dari duduknya. Kini keduanya kembali berhadapan. Mata onyx kembali bertemu dengan aquamarine.

"Arigatou, Sasuke-kun." Ino mendekat ke arah Sasuke dan perlahan memeluk pemuda itu.

Sasuke kembali menemukan kebahagiaannya. Tanpa sadar Sasuke lagi-lagi tersenyum. Berada didekat gadis itu, Sasuke menyadari arti kehangatan yang selama ini tidak pernah ia dapatkan.

Kemana pun Sasuke pergi, ia akan kembali ke tempat Ino berada.

-The End-

Halo, hai, ketemu lagi sama PhiruFi! Maaf banget baru bisa menyelesaikan omake fanfic ini sekarang. Karena kelabilan author, aku memutuskan untuk mengganti judul extra ke-3 ini dari 'Sasuke's Love Letter' menjadi 'First Dating? Oh, maybe...'. Awalnya memang isinya tentang bagaimana Sasuke menulis surat untuk Ino setelah 2 tahun berpisah, tetapi malah muncul konflik baru. Jadi, konflik yang itu bakalan aku tulis di fanfic selanjutnya saja.

Untuk readers, terima kasih sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca fanfic ini. Terima kasih juga sudah meninggalkan review untukku.

Aku sayang kalian!

See you in another fanfiction!