Perjalanan dari Negera Api ke Negara Angin tidak begitu berkesan. Tidak ada obrolan sedikitpun, bahkan Kankuro yang biasanya berisik saja memilih untuk diam. Sangat bukan Ino karena biasanya gadis itu bisa membuka obrolan dengan siapapun dan di manapun. Bahkan dengan orang penting sekalipun Ino mampu beradaptasi dengan baik. Mau bagaimanapun situasinya, Ino bisa mencari topik pembicaraan. Entah itu obrolan yang sedang atau berat sekalipun, pasti Ino bisa. Akan tetapi, kali ini berbeda. Canggung sekali untuk memulai pembicaraan dengan Kankuro ataupun Gaara yang posisi keduanya sama-sama penting di desa, sementara ini tidak lebih dari seorang Chuunin biasa yang tidak lebih hebat daripada Sakura yang serba bisa. Begitulah yang dipikirkan Ino selama perjalanan.
Selain itu, kebosanan Ino juga disebabkan karena ia tidak ditemani oleh kedua sahabatnya, yaitu Shikamaru dan Chouji. Kalaupun Ino bisa meminta, kedua sahabatnya itu juga tidak mungkin hadir. Bukan karena tidak mau, tetapi kedua sahabatnnya itu –Shikamaru dan Chouji– adalah shinobi super sibuk sekarang ini. Chouji sedang berada di Kumogakure sebagai perwakilan Hokage. Pemuda Akimichi itu memiliki tugas selayaknya seorang duta luar negeri. Hebat, 'kan? Sedangkan Shikamaru, pemuda berambut nanas itu tidak mungkin meninggalkan tugasnya sebagai tangan kanan Hokage.
"Hah…." Ino menghela napas dengan bosan.
Selama perjalanan Ino lebih banyak diam. Tanpa Ino sadari, ia sering menghela napas karena bosan. Ino kira tidak ada yang menyadari helaan napasnya itu, tetapi jarak yang sangat dekat membuat Gaara dapat dengan mudah menyadarinya. Meskipun demikian, Gaara tidak menghiraukannya. Pemuda itu diam saja sambil memperhatikan ke depan dan tetap membiarkan Ino melingkarkan kedua tangan di perutnya. Sejak mereka meninggalkan gerbang Konoha, tepatnya saat Gaara mulai menggunakan pasirnya untuk membawa mereka terbang, Ino langsung memeluk Gaara dan pemuda itu tidak keberatan sama sekali.
"Demi apapun, pemuda ini memiliki aura yang jauh lebih dingin daripada Neji," batin Ino.
"Maafkan aku, Neji. Aku tidak bermaksud mengusikmu. Tenanglah di atas saja bersama Tou-san," lanjut Ino di dalam hati.
Menurut Ino, selama ia berteman dengan orang lain, pemuda paling dingin adalah Neji. Namun, saat ia dihadapkan dengan Gaara, penilaiannya berubah. Sekarang yang menempati kasta laki-laki paling dingin adalah pemimpin nomor satu di Sunagakure itu. Gaara tidak banyak berubah saat pertama kali mereka bertemu. Pertemuan pertama mereka adalah saat ujian Chuunin di hutan terlarang Konoha. Saat genin, Ino dan rekan setimnya sempat bergidik ngeri dengan aura mematikan dari Gaara, termasuk Kankuro dan Temari yang dikenal sebagai Tiga Bersaudara dari Sunagakure.
Pertemuan selanjutnya dengan Gaara tidak begitu berarti bagi Ino. Hanya sekedar berpapasan dan tahu saja jika Kazekage sedang berkunjung. Kalaupun berkomunikasi, Ino akan ditemani Shikamaru. Lagipula interaksi seperti itu terjadi hanya beberapa kali saja. Gaara dan Ino dipertemukan hanya jika ada rapat penting para petinggi desa. Ino menjadi bagian orang kepercayaan Kakashi karena kemampuan telepati dan sensor untuk pertahanan dan perdamaian setelah Perang Dunia Shinobi Keempat.
Di sisi lain, bagaimana Ino tidak canggung? Pertemuan kali ini begitu mendadak. Alasannya pun luar biasa mengejutkan bagi Ino. Atmosfer kecanggungan itu disebabkan karena lamaran mendadak dari Sang Kazekage. Kalau bukan karena lamaran mendadak dari Gaara, Ino tidak harus berada di situasi se-kaku ini bersama dengan dua pemuda asing itu.
Yang tidak bisa dibayangkan adalah… bagaimana bisa Gaara 'mengambil'-nya sebagai seorang istri sementara bertemu pun jarang? Lagipula hubungan Gaara dan Ino tidak bisa disebut pertemanan karena mereka hanya sekedar tahu nama saja. Mengobrol santai pun tidak pernah? Mengapa ia yang terpilih sebagai calon istrinya? Tidak adakah gadis lain di desanya sampai-sampai Gaara harus memboyong gadis dari negara lain?
"Lihat, Ino! Itu gerbang masuk Sunagakure. Kita hampir sampai," seru Kankuro sambil menunjuk ke depan, tepat ke arah gerbang pasir menjulang tinggi yang tak lain adalah gerbang utama Sunagakure.
"Huft!"
Spontan Ino menghela napasnya. Ia merasa lega karena sebentar lagi ia tidak harus berada di posisi sedekat ini dengan orang nomor satu di desa gersang dan tandus itu.
"Kau terlihat tidak senang. Coba berlatihlah untuk menyesuaikan diri dengan iklim di desa kami karena sebentar lagi wilayah ini akan menjadi tempat tinggalmu, Ino," ujar Kankuro.
"Setelah ini kau akan menjadi istri Gaara. Mau tidak mau kau harus menetap di desa kami," lanjutnya.
Kalimat itu membuat Ino malu dan salah tingkah sampai-sampai kedua pipinya bersemu merah. Rupanya ini bukan mimpi. Lamaran dari Kazekage itu nyata. Ino kira maksud Gaara itu hanya sekedar main-main saja. Ino bahkan sempat memikirkan cara untuk membatalkannya.
Sesampainya di gerbang utama Sunagakure, pasir Gaara yang menjadi tumpangan mereka bertiga perlahan turun lalu kembali masuk ke tong kebanggaan milik tuannya itu. Kaki Ino kembali menapak permukaan tanah dan ia tak perlu melingkarkan kedua tangannya di perut Sang Kazekage.
"Selamat datang kembali, Kazekage-sama."
Beberapa ninja yang berjaga di gerbang menyambut kedatangan pemimpin mereka. Tak lupa mereka membungkuk hormat. Ino sempat takjub karena diusia mudanya Gaara sudah menjadi orang yang paling dihormati dan disegani di negaranya.
"Demi apapun, mengapa mereka membungkuk juga kepadaku?" batin Ino ketika melihat salah satu ninja membungkuk sopan tepat di depannya.
"Apa semuanya sudah disiapkan sesuai perintah? Di mana Temari?" tanya Gaara saat ia tidak melihat sosok kakak sulungnya.
"Ada beberapa urusan di gedung utama. Temari-sama berpesan jika dia akan terlambat. Jadi... Matsuri akan menggantikannya mengantar Ino-sama," jelas salah satu ninja penjaga.
Tanpa sadar kedua mata Ino melotot setelah mendengar salah satu penjaga gerbang ikut memanggilnya dengan imbuhan 'sama' yang sama sekali tidak pantas ia sandang.
"Peringkatku bahkan masih di bawahnya. Aku hanya seorang chuunin dan dia jounin. Mengapa memanggilku dengan sebutan sama?" batin Ino tak percaya.
Ino menguap tengkuknya dengan canggung. Aneh sekali ketika seseorang menyebutnya dengan suffix sama, padahal ia bukan siapa-siapa di desa itu.
"Di mana di—." Sebelum Gaara menyelesaikan pertanyaannya, seorang gadis berambut cokelat pendek terlihat setengah berlari menghampirinya.
"Saya di sini, Kazekage-sama!" seru gadis itu –Matsuri.
"Ino-sama, mari ikut dengan saya. Saya akan mengantar anda ke penginapan," kata Matsuri sambil menyodorkan tangan kanannya.
Ino mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Ia memang memperhatikan tangan Matsuri, tetapi tidak segera menyambut uluran tangan dari gadis itu. Ino malah menoleh ke arah Gaara. Ia seperti meminta persetujuan sebelum menerima tawaran dari gadis yang terlihat mirip seperti sahabat pink-nya itu.
"Ikutlah dengannya. Matsuri akan mengantarmu ke penginapan. Kau harus beristirahat sebelum menghadiri perjamuan nanti malam," kata Gaara seolah ia paham dengan maksud Ino yang terlihat kurang nyaman.
Ino menganggukkan kepalanya. Akhirnya ia menerima uluran tangan dari Matsuri dan kedua gadis itu berjalan terlebih dahulu meninggalkan Gaara dan beberapa shinobi Sunagakure.
Saat punggung Ino dan Matsuri sudah semakin jauh, Kankuro mendekati Gaara dan menepuk pundak kirinya sekilas.
"Gaara," panggil Kankuro.
Pemuda pengguna kugutsu terbaik di dunia shinobi itu kembali melanjutkan kalimatnya, "Saat berinteraksi dengannya, jangan sampai dia curiga agar rencana ini tidak gagal."
-to be continued-
Halo hai! Sesuai permintaan dari readers, akhirnya aku melanjutkan lagi cerita ini. Semoga kalian suka, ya! Sampai jumpa chapter selanjutnya. Bye bye~
