"Aku tidak yakin ini akan berhasil. Kau tahu, dia berasal dari klan Yamanaka..." Gaara sedikit menghela napas sebelum ia melanjutkan kalimatnya, "... dan dia adalah bagian dari tim analisis di Konoha."

Kaisekihan adalah tim dari Divisi Intelijen Konohagakure yang bekerja sama dengan Pasukan Penyiksaan dan Interogasi. Tim ini dulunya dipimpin oleh mendiang Inoichi Yamanaka. Sebelum Sang Pemimpin gugur di medan perang, jauh hari Ino sudah menjadi bagian dari tim ini meskipun tugasnya hanya membantu saat anggota lain melakukan tugasnya.

"Oh, itu... aku pun sudah tahu. Rumor mengatakan dia yang mengetahui cara kerja dari tubuh asli Pain dalam mengkoordinasikan tubuh-tubuh lainnya. Bukankah gadis itu hebat?" puji Kankurou sambil kembali menepuk pelan bahu adiknya itu.

Gaara tak menanggapi pujian Kankurou yang ditujukan untuk calon istrinya itu. Sejak tadi mata Gaara tidak sedikitpun tertuju ke lawan bicaranya, melainkan sepasang mata jade itu tengah memperhatikan ke arah jalanan yang tadi dilalui oleh Ino dan Matsuri sebelum keduanya sama-sama menghilang dari pandangannya. Ia tak mengucap sepatah katapun. Namun, jika diperhatikan dengan jeli, ada seulas senyum samar tercetak di wajah tampan pemuda berambut auburn itu.

"Itulah alasan dari rencana ini, Gaara. Jika kau tidak mau membuatnya membaca pikiranmu, buat dia jatuh cinta. Katanya, cinta bisa membuat seseorang menjadi buta dan cenderung tidak berhati-hati," kata Kankurou.

Saat mendengar kata 'cinta' Gaara langsung menoleh ke arah Kankurou. Dahinya berkerut seperti sedang berpikir keras. Sang Kazekage tampak mencerna kata-kata dari mulut saudara laki-lakinya itu.

"Jangan konyol, Kankurou," elak Gaara, tak mau mengikuti perkataan kakaknya.

"Kenapa? Kau tak bisa? Jangan konyol, Gaara. Kau pernah jatuh cinta, kami tahu. Tak ada salahnya mencobanya dengan gadis Yamanaka itu. Dia cantik dan ... kau tahu itu, 'kan?" desak Kankurou.

"Kau terlalu banyak bicara."

Gaara menyudahi obrolan dengan kakaknya itu secara paksa. Bahasan tentang cinta tidak menarik bagi Gaara. Sang Kazekage memutuskan untuk kembali ke gedung utama. Bukan untuk bersantai-santai, tetapi ia ingin melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena perjalanan menjemput Gadis Bunga itu.

Kankurou tak banyak protes ketika melihat Gaara begitu kurang ajar kepadanya. Ini bukan sekali dua kali. Kejadian semacam ini sudah sering terjadi, terutama saat mereka masih sama-sama genin.

Pemuda bertato 'Ai' itu memang tidak se-seram dulu —saat genin. Semua orang juga tahu jika Gaara yang dulu memang memiliki aura yang menakutkan dan kelam, seperti shinobi pembunuh yang kejam dan tanpa perasaan sampai akhirnya ia dijauhi dan dianggap sebagai monster. Meskipun predikat itu sudah tak lagi melekat pada Sang Kazekage, pemuda itu masih saja kaku dan canggung di beberapa situasi. Ia tak tahu bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Memang Gaara sangat ahli dalam hal diplomasi dan urusan desa lainnya. Namun, soal cinta... Gaara tak tahu apapun.

"Anak itu," keluh Kankurou.

"Sepertinya kematian Hakuto membuatnya sedikit trauma," kata Kankurou bermonolog.

Sesaat setelah Kankurou menghela napas, pemuda itu menyusul Gaara ke gedung utama. Baik Gaara ataupun Kankuro, mereka berdua sama-sama memiliki peran penting di desa. Gaara sebagai Kazekage dan Kankurou adalah ajudannya. Tak ada sedikitpun waktu luang untuk keduanya, apalagi perang baru saja usai. Banyak urusan negara yang harus diputuskan, salah satunya soal kependudukan dan perjanjian dengan negara lain demi perdamaian yang kekal.

"Terima kasih, Matsuri-san. Jika ada kepentingan lain, kau boleh meninggalkanku," kata Ino sambil sedikit membungkukkan badannya.

Melihat Ino telah membungkukkan badannya, Matsuri jadi salah tingkah. Ia buru-buru mengibas-ibaskan kedua tangannya.

"Ino-sama! Anda tidak perlu membungkuk untuk shinobi biasa seperti saya," ujar Matsuri.

"Lalu, bagaimana dengan dirimu yang memanggilku dengan suffix 'sama'? Aku hanya chuunin biasa dan bukan dari klan bangsawan seperti halnya Hyuuga ataupun Sabaku. Sebutan itu tidak pantas untukku," balas Ino keberatan.

Matsuri memamerkan senyum lebarnya ke arah Ino.

"Tapi anda calon istri seorang Kazekage. Kami sudah seharusnya menghormati anda. Lagipula ini perintah."

Entah mengapa Ino sedikit merasa aneh ketika mendengar Matsuri mengucapkan kata 'calon istri'. Nada bicara gadis berambut cokelat itu agak tidak enak didengar, seperti sedikit sengit, tetapi berhasil ditutupi dengan senyuman lebar itu.

"Hah, apa yang sudah aku pikirkan?" batin Ino.

Buru-buru Ino menggelengkan kepalanya. Ia tak seharusnya berburuk sangka. Barangkali sebutan itu masih belum akrab didengar telinganya, jadi wajar saja jika Ino sedikit merasa aneh ketika Matsuri mengatakannya.

"Kalau begitu, saya mohon izin. Ada beberapa hal yang harus saya lakukan," pamit Matsuri.

Ino menganggukkan kepalanya untuk menanggapi Matsuri. Tak lama setelah itu, Matsuri benar-benar meninggalkan kamar penginapan Ino.

Saat pintu kamar penginapan itu sudah sepenuhnya kembali tertutup rapat, Matsuri langsung menghela napasnya dengan kasar.

"Tch! Mengapa semua gadis yang dijodohkan dengan Kazekage sangatlah jelek? Mereka tidak bisa memilih dengan jeli disaat ada aku yang lebih cocok dengan Kazekage," gerutu Matsuri pelan.

Matsuri masih berdiri di depan kamar penginapan Ino, jadi ia menggerutu dengan suara pelan agar tidak ada orang lain yang mendengarnya. Setelah puas mengomel, gadis berpangkat genin itu segera melangkah menjauh dari kamar Ino.

Ino baru saja dibicarakan oleh Matsuri dan gadis itu tidak menyadarinya. Ia masih berpikir positif jika gadis yang sedikit mirip dengan Sakura itu baik dan tidak menyimpan dendam apapun kepadanya.

"Oh, aku lupa. Seharusnya aku menanyakannya. Seperti tak asing dengan gadis itu... tapi, kapan kami pernah bertemu?" ujar Ino bermonolog.

"Aku akan menanyakannya nanti saat bertemu kembali," lanjut Ino.

Setelah kepergian Matsuri dari kamar penginapannya, Ino membereskan barang bawaannya. Ia mengeluarkan beberapa pakaian santai untuk musim panas dan barang lainnya.

"Kyaaaa!" pekik Ino tiba-tiba.

"Kami-sama!Mengapa yang kubawa adalah sunscreen kosong?!"

Inilah alasan yang membuat Ino memekik keras. Ternyata ia salah memasukkan sunscreen yang sudah tak ada isinya. Ini pasti karena ia kurang fokus saat berkemas-kemas. Saat itu Ino sedang mengobrol dengan ibunya dan ibunya terlihat mengkhawatirkannya. Tanpa disadari, ternyata gadis itu memasukkan barang yang kosong.

"Geh!" keluh Ino.

"Aku tak mungkin bisa hidup tanpa tabir surya di tempat tandus dan se-gersang ini." Tak henti-hentinya Ino mengeluh kesal.

Tak mau kulit sensitifnya terbakar karena sinar UV, Ino memutuskan untuk keluar mencari toko yang menjual tabir surya. Pikirnya tak mungkin jika desa se-kering ini tidak menjual barang itu. Ino hanya tak tahu saja.

Sudah 37 menit berlalu, tetapi Ino belum juga menemukan toko yang menjual tabir surya. Ini sudah toko ketiga yang ia datangi, tetapi tempat itu tidak juga menjual barang yang ia cari.

"Apa orang-orang di sini tidak membutuhkannya? Bagaimana mereka mengatasi masalah kulit kering dan terbakar karena terik matahari? Tidak bisa dipercaya," omel Ino.

Saat Ino baru saja keluar dari toko, seseorang tiba-tiba datang lalu menghadangnya.

"Gadis yang malang. Kau hanya ditipu oleh para bajingan itu. Kau tidak menyadarinya?"

Seseorang dengan jubah hitam misterius sedang berdiri di depan Ino.

-to be continued-

Astaga! Aku benar-benar enggak menyangka kalau fanfic ini masih banyak banget yang nunggu kelanjutannya. Terharu banget karena kalian mau menunggu dengan sabar padahal udah lebih dari 2 tahun tidak aku lanjutkan. Maaf, ya!

Yuk, tebak-tebakan. Kira-kira rencana apa, ya? Ada yang udah bisa nebak? Aku kasih clue samar-samar di chapter ini, lho~ Adakah yang sadar?

By the way, aku benar-benar ingin mengucapkan terima kasih banyak atas apresiasi kalian semua. Sayang banget, deh!

zielavienaz96: Sayang kamu juga, deh! Kira-kira apa, ya? Yuk, coba tebak xD

Guest: Siap! Aku lanjutkan, ya, tapi maaf kalau lama eheheh~

Inzaghi: Halo, maaf ya kalau kurang panjang. Semoga terhibur dengan ceritaku. Sayang, deh! Terima kasih banyak, ya. Semoga sudah tidak ada lagi typo yang mengganggu.

Azzura yamanaka: Halo, thank you, ya! Love

gekanna87: Omo~ Kak Ann! Terima kasih banyak! Apa Kak Ann bisa nebak?

kchi77327: Halo, terima kasih, ya! Maaf kalau lama update-nya.

See you next chapter~