DISCLAIMER : I DO NOT OWN THE CHARACTERS BUT PLOT
Summary : Toneri Otsutsuki, seorang pimpinan muda perusahaan Ōtsutsuki corp sering kali berganti sekretaris. Dalam tiga bulan ini saja, sudah lima orang yang yang keluar dari pekerjaan itu. Ada apa sebenarnya?
Chapter 1
"Dadamu lumayan besar, kau tak merasa sesak memakai kemeja yang ketat itu? mari, aku akan memanjakannya." Toneri ōtsutsuki, sang boss besar perusahaan raksasa Ōtsutsuki corp ini berkata santai sambil menatap dada sekretaris pribadinya yang sedang meletakkan tumpukan berkas di atas mejanya, oh tak lupa dengan senyuman mesum yang terpatri di bibirnya.
"M-maaf?" Sang sekretaris ini sadar kalau Toneri sedang melecehkannya secara verbal. dalam hati ia ingin sekali menyemprot boss muda mesum yang sialnya luar biasa tampan di depannya ini. 'seenaknya saja dia melecehkan aku terang-terangan dengan kata-kata tak senonoh itu!!'
"Ayolah Temari. apa kau tak ingin merasakan tanganku ini memijat payudaramu?" Ia menatap sambil tersenyum nakal ke arah Temari, sekretarisnya yang baru bekerja sekitar seminggu. Menopang dagu, ia masih tak bosan untuk menjelajahi tubuh bagian atas sekretarisnya itu dengan matanya. "Tuan, t-tolong hentikan. saya tidak tertarik!" Temari segera berbalik dan kembali menuju mejanya yang ada di sudut ruangan.
Toneri tak menjawab, ia membuang napas kasar. sejujurnya ia merasa kecewa. namun ia segera mengalihkan perhatiannya dengan mengecek berkas-berkas yang baru diantarkan oleh sekretarisnya itu. 'Sial! aku tak bisa berkonsentrasi sama sekali! aku butuh pelepasan segera.' Toneri tampak gelisah. Temari diam-diam memperhatikan boss mesumnya ini dari meja kerjanya. 'pasti dia sedang horny! ugh sialan! kenapa aku harus bekerja dengan orang semesum ini sih!' Batin Temari terus merutuki nasib sialnya yang harus mendapat boss mesum seperti ini.
.
.
.
.
Temari yang sedang berada di dalam lift tak henti-hentinya mengomel sendirian. Ia jengkel luar biasa. baru sekitar seminggu ia bekerja di perusahaan ini, namun ia sudah sangat ingin hengkang secepatnya.
'ting'
Pintu lift terbuka menampilkan seorang Ōtsutsuki lain dihadapannya. Pria Ōtsutsuki itu melangkah masuk ke dalam lift.
Temari membungkukkan badannya menyapa salah satu petinggi perusahaan tersebut.
"Selamat siang tuan ōtsutsuki, Anda pergi makan siang?" Sapa Temari sambil tersenyum ramah. Pria Ōtsutsuki di depannya ini memiliki sifat terbalik dari Ōtsutsuki yang menjadi bossnya saat ini. Kalau Toneri memiliki sifat bossy, kekanakan menjengkelkan dan super mesum, maka pria di sampingnya ini sosok pribadi yang lebih perhatian dan respect kepada karyawannya. Temari lebih menghormatinya di bandingkan dengan Toneri.
"Ya. Aku akan pergi makan siang bersama client. Bagaimana pekerjaanmu hari ini? apa Toneri mengganggumu?"
'Selalu! dia selalu menggangguku!' Seru Temari dalam hati.
"ah ahaha tidak, tuan." Temari menggaruk lehernya kikuk.
Setelahnya mereka terdiam. lalu bersama-sama keluar saat lift sudah sampai lantai dasar.
"Semoga makan siangmu menyenangkan, tuan Ōtsutsuki!" Temari membungkuk hormat setelah mereka akan berpisah di sana. "Terimakasih, kau pun begitu ya, Temari. dan tolong panggil Urashiki saja, jangan terlalu formal begitu" sahutnya sambil tersenyum.
"M-mana bisa begitu tuan..." Jawab Temari yang entah mengapa mendadak salah tingkah. Urashiki hanya tersenyum melihat Temari yang tampak gugup itu.
"Aku duluan ya, Temari. kalau Toneri macam-macam, katakan saja padaku!" Ucap Urashiki sambil melenggang pergi.
Temari hanya membungkuk saat Urashiki pergi menuju luar gedung.
'Andai saja tuan Urashiki yang menjadi atasanku ..pasti aku tak terkena tekanan batin begini..' Batin Temari lirih.
.
.
.
.
Toneri sedang berada di sebuah club malam, ia duduk di ruangan VVIP dengan beberapa gadis yang sengaja ia sewa untuk menemaninya. Disana ia juga bersama teman-temannya yang lain. Ada Kakashi hatake, sang pewaris Hatake corp dan Pain tendo, Seorang kontraktor sukses. Masing-masing dari mereka ditemani oleh dua orang gadis yang bergelayut manja di sisi mereka. Menuangkan minuman dan membiarkan tubuh mereka di gerayangi oleh pria-pria hidung belang itu.
"Sekretaris sok suci itu terus menolakku." Toneri tiba-tiba bersuara. Kedua temannya hanya tertawa mendengar keluhan dari Toneri. "Kau ini, sabarlah sedikit. Dia bahkan baru beberapa hari bekerja sudah mau kau gas saja, eh Toneri!" Yang lain tertawa keras mendengarnya. "Diam kau Kakashi." Toneri yang sedikit mabuk kesal mendengar penuturan sahabatnya itu.
"Kakashi benar, Toneri. bersabarlah maka kau akan mendapatkannya!" Sahut Pain kalem sambil menyesap beer di tangannya.
Toneri diam tak membalas. ia hanya sibuk menciumi leher salah seorang wanita yang sedang bersamanya sambil sesekali meremasi payudaranya. sedangkan wanita yang lain bergelayutan manja di lengan kekar Toneri dan salah satu tangannya menari bebas di sekitar selangkangan Toneri.
"Get a room, please!"
Pain melempar kacang ke arah Toneri.
Yang lain hanya bisa tertawa melihat wajah kesal Toneri yang sedang horny karena merasa terganggu oleh lemparan Pain.
.
.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Toneri baru saja keluar dari sebuah hotel berbintang lima di kotanya.
Ia merasa sangat pusing luar biasa setelah semalam minum-minum bersama teman-temannya. Ditambah ia juga baru saja selesai bersenang-senang dengan kedua wanita jalang yang menemaninya saat di club.
Bercinta dengan dua wanita memang sangat melelahkan namun menggairahkan di saat yang bersamaan.
kini penampilannya terlihat berantakan.
Ia berjalan dengan gontai namun berhasil menemukan mobilnya di parkiran.
Duduk di kursi kemudi, ia memijat pelipisnya. menarik dan menghembuskan napas, ia akhirnya menyalakan mesin mobilnya dan segera mengemudi pulang.
Saat di jalan, ia mengerem mendadak saat seorang wanita yang entah dari mana tiba-tiba muncul menyeberang jalan.
"Sialan!" Umpat Toneri keras. Wanita tadi terkejut bukan main saat mobil Toneri hampir saja menabraknya. "Matamu buta ya? atau kau tak bisa menyetir, huh?!" Maki wanita tadi tepat di depan mobil Toneri. Setelah mengacungkan jari tengah, Wanita itu segera berlari menjauhi jalanan.
"Apa-apaan dia. pakai mengacungkan jari tengah segala. yang salah itu kau dasar wanita sial. cantik tapi sangat galak seperti monster." Gumam Toneri tak terima.
Suara klakson kendaraan di belakang mobil Toneri mulai ramai bersahutan. Bahkan ada yang berteriak "Cepat jalan, sialan!" atau "Kau kira ini jalanan milik bapakmu!"
Toneri mendecih lalu cepat-cepat kembali menyetir. Sial sekali pagi ini, batinnya. Ia hanya ingin cepat-cepat sampai rumah dan tidur dengan tenang. pasti kalian bertanya-tanya, mengapa repot-repot untuk pulang kalau ia bisa saja tidur di hotel. Tidak, Toneri tak mau tidur di hotel bekas ia bercinta apalagi dengan para jalang. Ditambah, ia tak mau orang-orang mengenalinya saat ia keluar dari hotel nantinya. Makanya ia sengaja untuk checkout lebih awal untuk menghindari bertemu dengan banyak orang.
Sesampainya di rumah, ia meninggalkan begitu saja mobilnya di depan gerbang untuk di urus oleh anak buahnya. ia lelah, tak ada waktu untuk memarkirkan mobilnya dengan baik. Saat itu sudah pukul enam lewat tiga puluh lima menit. Toneri segera menuju ke lantai atas, tempat kamar pribadinya berada. Beberapa maid menyapanya tapi Toneri tak membalas satupun sapaan dari mereka. ia hanya fokus menuju kamar untuk segera tidur.
Ini baru pukul delapan lewat empat puluh lima saat suara nyaring yang berasal dari ponsel Toneri tak hentinya terus berdering. Ia menenggelamkan kepalanya di balik bantal namun tak kunjung juga suara itu berhenti. ''Sialan! siapa sih yang mengganggu tidurku!''
Menggeram kesal, Toneri dengan malas meraih asal ponsel yang terletak di nakas. Tanpa melihat nama penelepon, ia segera mengangkatnya.
"Sia-" Baru saja ingin menanyakan siapa yang telah mengganggunya, ia segera menjauhkan ponsel dari telinganya yang meski sudah dijauhkan, tetapi masih terdengar suara teriakan dari seberang sana.
'Toneri! Segera ke kantor!! sekarang!!'
Ah, itu Ayahnya..
Toneri dengan cepat memutuskan panggilan telepon itu secara sepihak dan segera bangkit. Sambil menguap, ia menuju kamar mandi untuk sekedar membasuh diri.
Terlihat lingkaran hitam di sekitar matanya yang mengantuk. Saat ini, ia telah berada di lantai dua puluh lima perusahaannya. Tepatnya ia berada di dalam ruangannya. Ia tak sendiri, disana ada sekretarisnya, bersama dengan Urashiki dan juga Hamura yang tak lain adalah ayahnya.
"Kau lihat ini pukul berapa? kau bermalas-malasan saja dasar anak manja! baru tiga bulan kau menjabat sebagai pimpinan. tapi lihat dirimu! kemana saja kau semalaman? Aku menanyakanmu tapi tak ada satupun anak buahmu yang tau kau ada dimana. Kau ini seorang pemimpin, bagaimana kau mengharapkan karyawanmu untuk disiplin sedangkan kau memberikan contoh buruk kepada mereka. kalau begini caranya, aku akan mencabut posisimu yang sekarang dan kau bisa menggantikan posisi Urashiki." Hamura berteriak tepat di hadapan Toneri yang terdiam berdiri menatap lantai. Urashiki yang namanya disebut melirik sekilas ke arah Hamura dan Toneri secara bergantian. Hamura adalah pamannya, dan Toneri adalah sepupunya. Ia sangat mengenal bagaimana Toneri. Toneri memang anak manja , tak heran ia suka berbuat sesukanya. Tapi Urashiki tak pernah mengadukan hal-hal buruk yang telah di lakukan Toneri pada Hamura. Urashiki berdiri di samping Hamura yang duduk di meja kerja Toneri sambil sesekali memeriksa dokumen-dokumen yang belum ditanda tangani oleh Toneri.
"Tenanglah paman, jangan memarahi Toneri begitu. mungkin dia sedang ada urusan yang penting sehingga membuat dirinya tak bisa pulang semalam." Sambil memijit pundak Hamura, Ia mencoba untuk membujuk pamannya ini agar berhenti memarahi Toneri. Ia tak tega juga melihat Toneri yang di semprot oleh ayahnya di pagi hari begini. ditambah, ia khawatir akan kesehatan ayah Toneri yang akhir-akhir ini sedang buruk.
Toneri tinggal terpisah dari orangtuanya. Hamura berpikir kalau membiarkan anak itu tinggal sendiri akan membuatnya menjadi sedikit mandiri dan bertanggung jawab.
Toneri hanya terdiam. ia tak membalas perkataan Hamura ataupun merespon belaan dari Urashiki. Ia tau, Sepupunya itu akan selalu membelanya di depan ayahnya. Namun ia akan tetap menceramahi dirinya nanti. Sekilas ia melirik ke arah Temari, sekretarisnya yang nampak senyum-senyum melihat ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Saat Temari tersadar bahwa Toneri melihatnya, ia berpura-pura sedang membaca berkas di tangannya.
'Sekretaris sialan! bossnya sedang dalam masalah dia malah seenaknya menertawakanku. awas kau!' Batin Toneri.
satu jam berlalu, kini Hamura keluar dari ruangan Toneri bersama Urashiki.
Wajah Toneri sangat kusut. ia kesal karena acara tidurnya terganggu, yang lebih parah adalah, ia terpaksa segera ke kantor untuk mendengarkan ceramah dan makian dari ayahnya.
Ini bahkan masih pukul sepuluh pagi.
Toneri berjalan menuju sofa di ruangannya dan meminta Temari untuk membangunkannya kalau ada urusan penting. Ia hanya ingin tidur sekarang.
.
.
.
bersambung...
