.

Alles is Liefde

Disclaimer: Masashi Kishimoto

White Azalea 2023

.

Sasuke merenungkan kata-kata Sai dan juga perasaannya terhadap Ino. Memang benar bahwa perasaannya semakin berkembang, dan ia perlu berbicara terbuka dengan Ino tentang hal ini. Namun, dalam waktu yang bersamaan, ada masalah yang lebih besar yang menghantui perusahaan rumah sakit tempat mereka bekerja.

Beberapa hari setelah percakapan dengan Sai, suasana di rumah sakit mulai menjadi kacau. Berita tersebar bahwa perusahaan induk yang memiliki saham mayoritas di rumah sakit akan mengambil alih manajemen dan merestrukturisasi seluruh operasionalnya. Banyak dari rekan-rekan mereka yang cemas akan kehilangan pekerjaan.

Sai, Sasuke, dan Ino berkumpul di ruang rapat bersama dengan para rekan kerja lainnya. Aura ketidakpastian dan kekhawatiran terasa begitu kuat di udara.

"Kami belum mendapatkan banyak informasi lebih lanjut tentang apa yang akan terjadi," kata Sai dengan suara serak, mencoba menjelaskan situasi kepada semua orang.

Ino mengangguk setuju, "Benar. Yang pasti, kita harus bersiap menghadapi perubahan."

Sasuke menatap kedua saudaranya dengan serius, "Kita perlu menemukan cara untuk memastikan bahwa pasien tetap mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Itu adalah prioritas kita."

Namun, di tengah-tengah kekhawatiran terhadap nasib rumah sakit, perbedaan pendapat mulai muncul di antara mereka. Sai, yang dikenal sebagai sosok yang lebih "halus", berpendapat bahwa mereka seharusnya lebih fokus pada tawaran perusahaan induk, meskipun itu mungkin mengakibatkan beberapa perubahan besar. Ino, sebagai seorang dokter yang berfokus pada pasien, berpendapat bahwa mereka harus tetap berjuang untuk menjaga kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien, bahkan jika itu berarti melawan perubahan yang akan terjadi.

Sasuke merasa dilematis di tengah-tengah perbedaan pendapat ini. Di satu sisi, ia sepakat dengan Ino bahwa kualitas perawatan harus tetap diutamakan. Namun, di sisi lain, ia juga tidak bisa mengabaikan faktor bisnis dan keberlanjutan rumah sakit.

Malam itu, Sasuke duduk di ruang kerjanya, merenungkan semua yang telah terjadi. Perasaannya yang semakin dalam terhadap Ino, perubahan besar dalam perusahaan, dan tanggung jawabnya sebagai seorang pimpinan, semuanya terasa begitu berat.

Pintu ruangannya terbuka perlahan, dan Ino masuk dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Sasuke, apakah kau baik-baik saja?"

Sasuke tersenyum lemah, "Aku baik-baik saja, Ino."

Ino duduk di kursi di depan meja Sasuke, "Aku melihat betapa sulitnya situasi ini bagimu. Memiliki tanggung jawab besar terhadap rumah sakit dan juga harus menghadapi perasaan yang berkembang, itu pasti tidak mudah."

Sasuke mengangguk, merasa terharu dengan perhatian Ino. "Ya, memang sulit. Tapi aku yakin, kita bisa menghadapi ini bersama-sama."

Ino tersenyum, "Tentu saja. Kami semua di sini untukmu, Sasuke."

Sasuke merasa hangat di dalam hatinya, merasakan dukungan dari Ino dan rekan-rekan kerjanya. Dalam momen seperti ini, ia merasa bahwa takdir mereka sebagai rekan kerja dan mungkin lebih dari itu, semakin erat terjalin.

Kedua mata mereka bertemu, dan dalam senyuman tulus yang saling terpancar, Sasuke merasa semakin yakin bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan menghadapinya bersama-sama.

.

.

Beberapa minggu berlalu, konflik di rumah sakit semakin memanas. Perusahaan induk mengumumkan rencana restrukturisasi yang akan mengakibatkan pemotongan anggaran besar-besaran, pengurangan staf, dan perubahan signifikan dalam operasional rumah sakit. Para rekan kerja, termasuk Sasuke, Ino, dan Sai, merasa semakin tertekan oleh situasi ini.

Dalam sebuah pertemuan darurat, manajemen rumah sakit menyampaikan kepada tim bahwa mereka harus mulai mengevaluasi pasien berdasarkan prioritas dan sumber daya yang terbatas. Ini menjadi dilema besar bagi para dokter, terutama bagi Ino yang selalu mengutamakan perawatan dan keselamatan pasien.

Sai berbicara dengan suara tegas, "Kita harus mematuhi arahan manajemen. Kita tidak punya pilihan."

Namun, Ino berdiri dengan penuh tekad, "Tidak, Sai. Kita tidak bisa mengabaikan pasien yang membutuhkan bantuan hanya karena keputusan bisnis. Itu melanggar prinsip dasar kami sebagai dokter."

Sasuke berusaha menjaga keseimbangan di antara mereka, "Kita harus mencari jalan tengah. Menjaga kualitas perawatan sebisa mungkin, sambil tetap memahami keterbatasan yang ada."

Namun, perbedaan pendapat antara mereka semakin dalam. Ino merasa bahwa Sasuke tidak cukup berpihak pada sisi medis, sedangkan Sai merasa bahwa Ino terlalu keras kepala dan tidak realistis.

Situasi semakin rumit ketika salah satu pasien yang pernah dirawat oleh Ino mengalami komplikasi serius dan membutuhkan perawatan intensif segera. Namun, sumber daya yang terbatas membuat mereka harus memilih antara menyelamatkan nyawa pasien tersebut atau mematuhi kebijakan restrukturisasi.

Di tengah keputusan sulit ini, Sasuke merasa semakin terjepit. Ia merasa tertekan oleh tanggung jawabnya sebagai pemimpin dan harus mengambil keputusan yang pahit. Namun, hatinya juga berkonflik karena perasaannya terhadap Ino semakin dalam, dan ia ingin melindunginya.

Saat mereka berada di ruang perawatan pasien, Ino berbicara dengan tatapan penuh tekad pada Sasuke, "Kita tidak bisa hanya mengorbankan nyawa pasien ini. Kita harus melakukan segala yang bisa untuk menyelamatkannya."

Sasuke merasa perasaannya terbelah. Di satu sisi, ia setuju dengan Ino, tapi di sisi lain, ia merasa terikat oleh kebijakan perusahaan. Dalam kebingungannya, ia mendengar suara Sai yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.

"Sasuke, kau harus memutuskan. Nyawa pasien ini atau kebijakan perusahaan?"

Sasuke merasa seolah dunia berputar di sekelilingnya. Dia merasa tertekan oleh pilihan yang sulit ini, dan dia tidak ingin melihat Ino kecewa atau terluka.

Dengan tatapan penuh tekad, Sasuke akhirnya mengambil keputusan. "Kita akan melakukan semua yang kita bisa untuk menyelamatkan pasien ini."

Ino dan Sai saling pandang dengan kelegaan. Meskipun mereka tahu bahwa ini masih hanya awal dari konflik yang lebih besar, mereka tahu bahwa mereka harus tetap bersatu dan melindungi prinsip-prinsip medis yang mereka yakini.

Tetapi, di balik semua itu, Sasuke merasa semakin terjepit dalam konflik. Kepentingannya sebagai pemimpin dan tanggung jawab pada perusahaan bersaing dengan perasaannya terhadap Ino. Dan dalam ketidakpastian ini, ia tahu bahwa keputusan-keputusan sulit lainnya masih menanti di masa depan.

.

.

TBC