One Short Story
Smut Story! NaruIno!
Tak ia sangka hari yang ditunggu akan tiba. Ia juga tak habis pikir dirinya akan mengenakan pakaian ini dengan seseorang yang ia kagumi sedari kecil. Senyuman manis terpatri di wajahnya yang telah terhias make up dengan cantik. Ino tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Hari ini akan menikah, dengan seseorang yang menjadi pahlawan dalam perang besar melawan Kaguya dan pasukannya. Perang yang membawa petaka bagi dunia shinobi, namun kini telah usai dan perdamaian telah tercapai.
Ino sejak kecil memang mengagumi sosok Naruto Senju karena kharisma dan ketampanannya, selain itu ia merupakan seorang dengan keturunan Senju. Ino selalu berusaha untuk dekat dengan Naruto disaat perempuan seusianya mengejar-ejar perhatian dari Uchiha terakhir, Sasuke Uchiha. Baginya Naruto dan Sasuke merupakan yin dan yang, matahari dan bulan, dimana Naruto menjadi matahari bagi siapapun yang dekat dengannya dan dimanapun ia berada.
Ino dibuat terpana oleh pesona Naruto ketika ia berhasil mengalahkan Jinchuriki Ichibi. Saat di mana Konoha diserang oleh aliansi Oto Suna dan Iwa saat Konoha menjadi tuan rumah ujian Chuunin. Konoha berhasil menahan gempuran dari ketiga desa itu dan berhasil memukul mereka mundur. Naruto melawan Ichibi dan menekannya menggunakan Mokuton yang pernah digunakan Shodaime Hokage, kakek Naruto. Karena usahanya itu, Yondaime menobatkan Naruto bersama Shikamaru menjadi dua orang Genin yang dipromosikan menjadi Chuunin pada ujian itu.
Dirinya sendiri tak beruntung, ia seri melawan rivalnya Sakura Haruno dan tidak dinyatakan lolos ke babak final. Ia merasa lemah saat itu dan tak berguna, ia tak pantas bersanding dengan sang matahari, Naruto Senju. Namun, dalam dirinya tumbuh tekad untuk bertambah kuat dan sejajar dengan orang yang ia kagumi. Kedua orang tua Ino merasa bangga, anak mereka mulai serius dalam menjalani hidupnya sebagai Kunoichi. Di tengah dirinya berlatih dengan giat, ia mendapat berita bahwa Naruto terluka parah dan tak berhasil membawa pulang Sasuke yang kabur ke Orochimaru. Dari yang ia dengar, Naruto berhasil mengalahkan Sasuke di Lembah Kematian, namun Kabuto datang dan menyerang Naruto yang telah kehabisan tenaga. Beruntungnya Naruto, ia berhasil diselamatkan oleh Senseinya, Kakashi Hatake, yang datang tepat waktu.
Tsunade Senju yang mendengar anak kesayangannya mengalami luka parah setelah menjalankan misi segera melakukan perawatan intensif padanya. Minato menyatakan misi ini gagal dan harus menghadapi murka serta amarah dari Tsunade karena memberikan misi yang cukup berbahaya bagi anak mereka, seorang Chuunin yang baru dipromosikan. Ia akhirnya tidak diberi jatah oleh Tsunade dan membuat Minato pundung. Beruntungnya, Naruto berhasil selamat. Satu - satunya dari grup yang dibentuk untuk mengejar Sasuke, serta tidak mengalami luka yang begitu parah adalah Shikamaru, sang pemimpin grup. Chouji dan Neji menghadapi keadaan kritis, Kiba sendiri terluka cukup parah. Ia menyalahkan dirinya akan kegagalannya dalam memimpin timnya. Ino sebagai seorang sahabat berusaha memberinya semangat agar tak merasa bersalah. Ino sendiri merasa lega ketika mendengar Naruto selamat dari fase kritisnya.
Naruto yang dirawat di Rumah Sakit sering mendapat kunjungan dari teman - temannya. Sakura yang merasa bersalah karena membebani Naruto dengan permintaannya berusaha untuk meminta maaf dan berkata mereka akan berusaha untuk menyelamatkan Sasuke bersama dan mengembalikan Tim 7, Naruto sendiri hanya menganggukkan kepalanya. Baginya janji itu hanya sekedar janji ketika misi ini dijalankan, dan sekarang gagal. Sasuke telah memilih jalannya sendiri. Kunjungan orang yang tak terduga adalah Ino, selama ini Naruto menganggap Ino hanya teman akrab biasa. Memang awalnya sedikit canggung karena mereka juga jarang bersama dan mengobrol. Namun Ino memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Naruto. Tiap hari setelah ia selesai latihan, ia akan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke Naruto. Naruto juga mulai terbiasa dan semakin akrab dengan Ino. Sebuah pemandangan biasa bagi para perawat dan Tsunade, Ino selalu berkunjung dan membawakan bunga. Tsunade sendiri tak masalah dengan hal itu, ia tahu bahwa anaknya akan menjadi "Lady Killer" ketika dewasa nanti. Selain itu, ia berterimakasih pada Ino karena selalu berkunjung, sehingga ia bisa mengurusi Hikari yang saat ini masih cukup kecil untuk ditinggal sendiri.
Sejak saat itu, Ino dan Naruto semakin dekat. setelah Naruto sembuh, Naruto sering berkunjung ke toko milik Yamanaka, sekedar untuk mengetahui keadaan Ino. Keduanya juga terlihat sering bersama ketika tidak menjalankan misi.
Ino semakin berlatih dengan keras, ia juga dengan rendah hati meminta Tsunade Senju untuk menjadi Senseinya. Tsunade menyetujui permintaan itu, melihat tekad yang Ino perlihatkan. Di samping itu, seseorang yang bersanding dengan Naruto harus memiliki setidaknya level yang sama dengan anaknya. Naruto bisa dibilang genius diangkatannya, hal ini tak terlepas dari latihan yang diberikan oleh Tsunade dan Minato.
Disaat hubungan mereka semakin dekat, Ino dibuat sedikit kecewa ketika suatu hari Naruto meminta ijin padanya karena harus berlatih keluar desa untuk waktu yang cukup lama. Sebenarnya Ia tak rela jauh dengan Naruto ketika dirinya yakin bisa menjalin hubungan dengan Naruto.
'Tunggu aku, Ino-chan. Aku akan berlatih dan kau juga harus bertambah kuat'
Kalimat yang Naruto ucapkan sebelum ia berangkat pergi berlatih. Mendengar ucapan itu membuat Ino semakin bertambah tekad untuk berlatih. Ia tak boleh ketinggalan dengan Naruto. Latihannya dengan Tsunade-sama juga semakin intens. Ini kesempatn baginya juga untuk mendekati keluarga orang yang ia kagumi.
3 Tahun berlalu setelah Naruto pergi berlatih. Sudah saatnya ia pulang, dan Ino selalu menantikan kedatangannya. Ino selama 3 tahun tumbuh menjadi Kunoichi yang mempesona dan kuat. Ia mendapatkan gelar Chuunin dan saat ini tengah berusaha untuk menjadi Jonin. Pelatihannya bersama Tsunade juga telah selesai, segala yang Tsunade ketahui telah ia salurkan semua pada Ino. Ino dengan senang hati menerima semua ilmu yang diberikan padanya. Dirinya juga bertambah mempesona, menjadi idaman bagi Kunoichi dan Shinobi. Rambut pirang pucatnya terlihat tumbuh lebih panjang, dan selalu ia kucir kuda, dengan poni menutupi salah satu mata birunya. Pakaian yang ia kenakan hampir sama seperti ketika ia masih genin, namun tidak dibalut dengan perban. Ia berani menampilkan perut langsing dan putihnya. Warna ungu menjadi kesukaannya sejak kecil. Pakaian atasnya terlihat sesak untuk menampung buah dadanya yang terlihat besar menyaingi seseorang dari Hyuuga. Kaki jenjang dan putih mulusnya menjadi pemandangan bagi orang yang melihatnya. Ditambah pinggul yang besar dan seksi. Bisa dibilang, Ino menjelma menjadi Kunoichi seksi dan menggairahkan serta kecantikannya yang selalu terpancar.
Tsunade bangga terhadap anak didiknya, menurutnya, Ino bisa bersanding dengan anak kesayangannya, Naruto. Secara diam - diam ia telah merestui hubungan Ino dan Naruto. Ia melihat Ino begitu mendamba dan mengagumi anak laki - lakinya. Ino juga bisa dibilang dekat dengan Hikari, adik dari Naruto. Tiap hari seletah selesai berlatih, Ino selalu menyempatkan bermain dengan Hikari dan membuatnya sangat dekat dengan Ino. Tsunade juga tak sabar melihat Naruto, sebagai seorang ibu yang telah lama tak bertemu membuatnya begitu merindukannya.
Hari yang ditunggu tiba, Naruto kembali dari pelatihan panjangnya. Ia tumbuh menjadi pemuda tampan seperti ayahnya. Ia juga bertambah kuat. Selama pelatihannya, ia merasakan kedekatannya dengan Ino berbuah menjadi benih cinta. Ia bertekad setelah pelatihannya selesai, ia akan menyatakan perasaannya pada Ino.
Ketika mereka bertemu pun, akhirnya Ino dengan senang menerima perasaan Naruto. Mimpinya selama ini menjadi kenyataan.
Ino kembali tersenyum mengingat kejadian itu. Setelah melewati waktu yang cukup lama dan banyak kejadian mulai dari penyerangan Konoha oleh Akatsuki, kematian senseinya, Asuma Sarutobi, dan perang melawan zombie masalalu dan Dewi Kelinci, akhirnya selesai. Hari bahagia bagi dirinya akan datang.
"Apa kau sudah siap, Musume?" Suara maskulin membuyarkan pikiran Ino. Ia menoleh dan mendapati ayahnya, telah siap untuk mengantarnya ke pelaminan.
Ino tersenyum simpul. "Aku sudah siap, Touchan."
"Kau begitu cantik, Ino-chan."
Lagu mulai terdengar di altar, pintu besar area itu terbuka dan menampilkan Inoichi yang menggandeng Ino yang berpakaian pengantin serta tak bisa menutupi lekuk tubuh seksinya. Naruto yang menunggu di altar pelaminan menunggu dengan sabar kedatangan Ino. Senyuman simpul terpatri di wajah tampan Naruto.
"Ino-neechan, begitu cantik." Ucap Hikari yang telah tumbuh menjadi Kunoichi seperti ibunya.
"Yapss..." Tsunade menganggukkan kepalanya. Ia bahagia akhirnya, Naruto melepas masa lajangnya.
"Jangan menangis, Hime" Minato menggoda Tsunade yang terlihat mulai menitikkan air matanya.
"Diamlah, Minato - baka." Ia memukul kepala Minato. Minato sendiri mengelus kepalanya.
...
Perayaan di hari itu begitu membahagiakan. Naruto dan Ino akhirnya menjadi sepasang suami istri. Saat ini mereka berdua telah selesai dari perayaan, Naruto terlihat gugup duduk di atas kasur mereka. Saat ini ia tengah menunggu Ino yang masih mandi dan membersihkan badan di kamar mandi.
Naruto menelan ludahnya kasar melihat Ino keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk kecil yang terlihat kesusahan menutupi lekuk tubuhnya. Betapa beruntungnya Naruto bisa mendapatkan Ino.
"Ne, Ruto-kun. Tenggorokanmu bisa kering jika mulutmu terus menganga seperti itu." Ino menggoda Naruto yang terlihat terpukau dengan mulut terbuka.
Dengan cepat ia menutup mulutnya. Meskipun ia telah melihat tubuh telanjang Ino, ia tak pernah bosan dengan pemandangan itu. Mereka berkomitmen untuk melakukannya setelah menikah, selama ini mereka hanya bermain satu sama lain dan tak lebih dari itu.
Ino berjalan mendekat ke arah Naruto kemudian duduk di pahanya. Ino memeluk Naruto dan menenggelamkan kepala Naruto ke buah dada besar miliknya.
"Ne, sekarang kau bisa bermain sepuasnya dengan ini." Ucap Ino.
Naruto kemudian memeluk tubuh seksi Ino, kemudian mengangkat selanjutnya menidurkan Ino di kasur mereka.
"Sungguh beruntungnya diriku ini." Gumam Naruto.
Ino terkikik geli mendengar gumaman Naruto. Ia akhirnya bisa melakukannya sekarang dengan Naruto. Posisi mereka saat ini saling berpelukan dengan kepala Naruto, ia tenggelamkan di lembah surgawi itu.
"Ughh." Ino melenguh nikmat merasakan lidah Naruto bermain dengan dadanya.
"Saatnya membuka kado." Ucap Naruto. Ia mengangkat kepalanya kemudian menyingkap handuk yang masih terbalut di tubuh Ino. Matanya berbinar melihat pemandangan di bawahnya ini, sementara Ino terlihat memerah diperhatikan Naruto sedemikian intens.
"Jangan memandangiku seperti itu, baka." Ucap malu Ino.
"Oh, ratu Gosip dan penggoda bisa malu juga ternyata." Ucap Naruto. Ia tak membuang waktu lagi, melihat puting menantang milik Ino, membuat Naruto semakin bergairah. Dengan cepat ia memilinnya dan mengulum yang lain.
"Ighh, ughh... terus, Ruto-kun." Ino melenguh nikmat. Ia sering melakukan ini dulu dengan Naruto, namun saat ini berasa berbeda.
Naruto masih sibuk mengulum dan memilin puting Ino. Ino yang menikmati permainannya tak tinggal diam. Tangannya mengarah ke bawah dan membuka celana yang masih Naruto kenakan. Monster itu akhirnya terlepas, tangan Ino mengelus monster milik Naruto. Tangan Ino terlihat kecil dibanding ukuran milik Naruto.
"Puah..." Naruto melepas kulumannya dan melenguh menikmati elusan tangan Ino.
"Hari ini, kau menjadi milikku seutuhnya, Ino-chan."
"Ugh ugh" Ino hanya melenguh, merasakan tangan Naruto mulai bermain dengan vagina miliknya.
"Waw, kau sudah basah di bawah sini, Ino-chan."
"Ugh, terus Ruto-kun."
"Dengan senang hati." Naruto memasukkan dua jarinya ke lubang kenikmatan Ino dan bermain di dalamnya.
Ino sendiri masih mengelus Penis milik Naruto. Satu tangannya membantu tangan Naruto yang berusaha melepas baju yang masih ia kenakan. Sekarang keduanya telah bertelanjang dada sepenuhnya. Permainan panas mereka akan dimulai.
Naruto semakin cepat bermain dengan lubang milik Ino, dan membuat meracau tidak jelas. Satu tangan Ino ia kalungkan di leher Naruto sementara tangan lainnya masih mengelus monster milik Naruto. Naruto yang berada di atas, merendahkan tubuhnya dan mencium bibir Ino. Terjadi persilatan lidah antara keduanya. Lidah Naruto memaksa masuk dan dengan kalah, Ino membiarkan lidah Naruto menginvasi mulutnya. Setelah beberapa menit bersilat lidah, mereka terpaksa melepasnya karena kebutuhan oksigen.
"Ugh, terus Ruto-kun. Aku semakin dekat." Naruto yang mendengar racauan Ino semakin mempercepat permainan jarinya.
"Ughhhhh. Aku keluar..." Terlihat ekspresi penuh kenikmatan di wajah cantik Ino.
Naruto mengeluarkan jarinya yang telah berlumuran cairan cinta milik Ino. Ia kemudian mencicipinya.
"Nikmat seperti biasanya Ino-chan." Ucap Naruto. Ino yang telah pulih dari orgasme segera mengulum jari Naruto, merasakan cairan miliknya sendiri.
Naruto kemudian mendudukkan diri, Penisnya masih terlihat tegak berdiri. Mengetahui maksud dari suaminya, Ino bangkit dari tidurnya dan merangkak ke arah Naruto.
"Sepertinya, Naruto kecil memerlukan perhatianku." Ucap Ino.
"Ughh" Terdengar lenguhan keluar dari mulut Naruto merasakan tangan lembut nan putih milik Ino.
Ino memulai untuk mengelus penis besar milik Naruto. Ia awalnya dulu cukup terkejut mengetahui ukuran milik Naruto. Ia juga sedikit kerepotan bermain dengan penis milik Naruto pada awalnya. Namun seiring berjalannya waktu dan banyak permainan, akhirnya ia mulai terbiasa.
Ino melirikkan matanya ke arah Naruto, keduanya saling berpandangan. Ino tersenyum menggoda kemudian mencium pucuk milik Naruto. Ino memainkan monster milik Naruto dengan lidahnya. Ia mulai menjilati kepala kemudian turun ke buah milih Naruto dan kembali keatas. Merasa sudah cukup, Ino mulai memasukkan penis besar Naruto ke dalam mulutnya.
"Ughh, tak pernah bosan aku dengan sensasi ini, Ino-chan." Ucap Naruto. Ino hanya mengedipkan matanya pada Naruto dan terus mengulum penis Naruto, menaik turunkan kepalanya. Beberapa waktu Ino melakukan Blowjob pada Naruto, ia merasakan penis Naruto berkedut.
"Aku makin dekat, Ino-chan." Mendengar ucapan Naruto, Ino mempercepat permainannya. Naruto meraih rambut pirang Ino dan membantu permainan Ino.
"Ugh, bersiaplah, Ino-chan." Ucap Naruto. "Aku keluar..." Ino merasakan tembakan sperma kental milik Naruto. Dengan lihai ia menelan semua cairan milik Naruto dan tak menyisakannya sedikit pun.
Puah...
Ino melepas kulumannya kemudian menjilati penis Naruto yang masih terlihat tegak berdiri meskipun baru saja orgasme.
"Memang, monster kecil ini cukup tangguh, Ne Ruto-kun." Ino mengelus penis Naruto, merasakan otot - otot yang ada."Jadi siap ke menu utama, Ruto-kun?" Ucap Ino yang telah membaringkan tubuhnya di atas kasur. Tangannya ia gunakan untuk membuka lubang kenikmatan yang sebentar lagi akan menjadi milik Naruto seutuhnya.
Merespon undangan yang diberikan Ino padanya, Naruto merangkak ke atas Ino dan memosisikan penisnya di lubang Ino.
"Apa kau siap, Ino-chan?" Tanya Naruto. Ino menganggukkan kepalanya. "Ini akan sedikit sakit."
Dengan perlahan Naruto memasukkan penisnya ke vagina milik Ino. Ino merenguh kesakitan, ia merasa dibelah menjadi dua ketika penis Naruto mulai masuk. Melihat Ino yang merintih sakit, ia langsung memilin puting dan mencium bibir Ino untuk mengurangi rasa sakitnya. Naruto cukup sabar agar Ino mulai terbiasa, melihat Ino mulai sedikit tenang, dengan sedikit hentakan, Naruto berhasil memasukkan seluruh monsternya ke lubang Ino. Ino merintih kesakitan dan terlihat noda darah keluar dari penyatuan mereka.
"Perlahan, Ruto-kun." Ucap Ino. Naruto terus memilin dan menciumi leher dan tengkuk Ino untuk membantu mengurangi rasa sakitnya. Melihat Ino menganggukkan kepalanya untuk memberi kode agar Naruto bergerak. Dengan gerakan lambat dan perlahan, Naruto mulai memaju mundurkan pinggulnya. Ino yang semula merintih sakit, mulai melenguh nikmat dan menikmati pergumulan mereka.
"Kau sangat rapat, Ino-chan." Ucap Naruto. Ia semakin cepat menggerakkan pinggulnya melihat Ino memejamkan matanya menikmati setiap hentakan Naruto.
"Ahh... ah... ah... terus Ruto-kun." Racau Ino. "Naruto kecil sungguh sangat besar." tambahnya.
"Yah, semua demi membuatmu nikmat, Ino-chan." Bisik Naruto. Tangan Naruto masih sibuk memainkan puting tegang milik Ino. Sesekali ia memilin dan mencubitnya membuat Ino semakin kenikmatan.
Ino sendiri sekarang berada di langit kenikmatan. Mulanya memang sakit, tapi setelah beberapa saat, ia mulai menikmati dan meracaun tidak jelas. Kedua tangannya ia rangkulkan pada leher Naruto sedangkan kedua kakinya ia kaitkan ke pinggang Naruto.
"ughhh... ah... ah... ah..." Ino hanya mendesah nikmat.
Beberapa saat mereka dalam posisi itu. Naruto merasakan dinding vagina Ino menyedot penisnya dan berkedut.
"Aku semakin... Dek... ahggg...at... Ruto-kun." Ino mendesah.
"Aku juga Ino-chan." balas Naruto. "Kita keluarkan bersama..."
Gerakan Naruto semakin cepat, ia ingin mengalami puncak kenikmatan bersama dengan istrinya. Penisnya berkedut.
"AKU KELUAR, RUTO-KUN..." Teriak nikmat Ino.
"AKU JUGA, INO-CHAN." Balas Naruto.
Mereka berdua akhirnya merengkuh puncak kenikmatan bersama. Naruto jatuh, membaringkan dirinya di atas bantal Payudara besar Ino. Sedangkan Ino sendiri mendongakkan kepalanya, menikmati puncak orgasme yang baru saja ia alami. Ia memeluk erat Naruto dan tak membiarkan ia melepas penyatuannya.
"Ughhh... Kau yang terbaik, Ino-chan." Ucap Naruto yang telah pulih dari orgasmenya.
Ino mengelus-elus surai pirang Naruto. Ia tersenyum bahagia."Kau juga Ruto-kun." Mereka bertahan dalam posisi itu selama beberapa saat. Tak membiarkan cairan cinta mereka keluar.
Naruto yang kuat, kembali beraksi."Apa kau masih sanggup, Hime?" Tanya Naruto pada Ino. Ino menganggukkan kepalanya. Melihat hal tersebut, Naruto menyedot puting Ino, membuatnya kembali mendesah.
"Aku tak sabar untuk menikmati susu yang akan keluar nantinya, Hime." Ucap Naruto disela acara menyedotnya.
"Aughhh.." Ino hanya mendesah.
Naruto bangkit tanpa melepas penyatuan mereka. Dengan kekuatannya, ia membalikkan tubuh Ino dan membuat mereka dalam posisi Doggy.
"Apa kau siap beraksi lagi, Ino-chan?" Tanya Naruto lagi.
"Cepatlah, Ruto-kun." Ucap Ino. "Jangan membuat Hime mu ini menunggu." tambahnya.
Naruto menyeringai dan tersenyum. Malam itu di kediaman Senju Yamanaka hanya desahan nikmat yang terdengar dari keduanya. Mereka merengkuh kenikmatan, menikmati setiap waktu yang dimiliki dalam kebersamaan untuk melanjutkan Garis Keturunan Senju.
...
End...
