Tittle : That Girl is His Girlfriend?
Genre : slice of life, teen romance
Rating : T
Words : 2k+
Sequel That Girl From The Party
"Morning, 'Mione," sapa seorang pemuda dengan kacamata bundarnya sambil memasuki kantin dan duduk di depan gadis berambut coklat yang tengah sibuk dengan bukunya.
Gadis itu tersenyum melihat sahabat terbaiknya itu. "Morning, Harry, bagaimana kelasmu?" tanya Hermione berbasa-basi.
Harry hanya menghela napas dan menahan dagunya dengan sebelah tangan. "Membosankan seperti biasa," Hermione hanya terkekeh pelan mendengar jawaban Harry yang sama seperti biasa.
Saat Harry dan Hermione tengah sibuk mengobrol, tiba-tiba Ron datang dan langsung menepuk pundak Harry membuat pemuda Potter itu terkejut. "Hai guys," sapa Ron dan langsung duduk di samping Harry.
Harry mendengus sebal menatap Ron. "Masih hidup ternyata," ucapnya sambil menatap Ron malas.
Ron tertawa kecil mencoba menenangkan sahabatnya. "Ayolah Harry, itu sudah seminggu yang lalu!" balas Ron.
Harry tidak peduli, ia masih kesal. Sejak kejadian Ron meminta Harry menemaninya ke pesta sekolah dengan berdandan sebagai wanita, Harry tidak henti-hentinya mengutuk Ron tiap kali bertemu.
Saat mereka bertiga tengah menikmati jam istirahat mereka di kantin, tiba-tiba saja seseorang gadis berlari ke arah meja mereka hingga hampir menabrak. Ketiganya cukup terkejut saat gadis itu hampir jatuh. Untung Harry dengan sigap menahan lengan gadis itu.
"Astaga, Pansy, itu berbahaya lho," kata Harry dengan nada khawatir pada Pansy yang kini memilih untuk duduk di samping Hermione.
"Hm, sorry, and thanks Harry," balasnya pada Harry dan pemuda itu balas tersenyum.
"Kau kenapa berlarian seperti itu? Seperti di kejar seseorang," tanya Hermione sambil menutup buku yang sedari tadi ia baca.
"Yeah, kabur sih kata yang lebih tepat," jawab Pansy dengan napas yang sedikit tersengal, "mencoba lari dari amukan sang Tuan Muda Malfoy,"
"Ada apa memangnya?" tanya Ron penasaran.
Pansy tiba-tiba menampilkan seringainya membuat trio itu bingung. "Kalian harus percaya saat aku bilang bahwa aku menemukan rahasia terbesar Draco,"
"Rahasia?" tanya ketiganya serentak.
"Apanya yang hebat dari hal itu?" sahut Harry. Terlihat tidak peduli, tapi Harry begitu penasaran.
Pansy makin melebarkan seringainya. "Aku mengetahuinya, Draco punya pacar baru!" ucap Pansy bersemangat namun tidak dibalas reaksi apa-apa oleh teman-temannya. "kalian tidak mau balas apa-apa?"
"Em, apa yang istimewa dengan Mafoy punya pacar baru?" tanya Ron balik.
Pansy menghela napas berat sambil memutar mata malas. "Ini sedikit berbeda. Biasanya jika punya pacar, Draco tidak akan terlalu peduli dengan hubungan mereka. Namun sekarang, aku menemukan lockscren handphone Draco adalah foto pacarnya! Dia belum pernah seperti itu sebelumnya. Terlebih Draco lebih suka one night stand, aneh jika dia sampai menjadikan foto seorang gadis sebagai wallpaper handphonenya," jelas Pansy yang masih belum memunculkan reaksi yang luar biasa dari tiga orang di sekitarnya.
"Tapi dari mana kau tau jika itu pacarnya? Bisa saja keluarganya kan?" tanya Hermione dan langsung diberi gelengan oleh Pansy.
"Kalau itu memang keluarga atau kenalannya, maka dia tidak perlu semarah itu sampai mengambil kembali handphonenya dariku. Bahkan dia menyuruhku diam saat terus menggodanya tentang foto itu,"
"Memangnya dia semarah apa?" tanya Harry pada Pansy. Namun tepat sebelum gadis itu sempat menjawab, tiba-tiba orang yang menjadi topik pembicaraan mereka datang dengan raut yang begitu kesal.
"Oh no," desah Pansy sambil memutar mata malas.
Manik silver Draco yang sedari tadi menjelajah seisi kantin akhirnya menemukan sosok yang sedari tadi ia cari. "Pansy! Apa-apan ini? Kenapa para murid membicarakan jika aku sedang kasmaran?!" tanya Draco frustrasi sambil berjalan ke arah Pansy.
"Dra–" belum sempat Pansy menjawab, ia sudah di seret oleh Draco keluar kantin. Harry, Ron, dan Hermione hanya bisa speechlees melihat kejadian membingungkan yang terjadi di depan mereka.
Namun ketiganya kemudian kembali sibuk dengan makanan mereka. Sambil terus mendoakan yang terbaik untuk Pansy. 'Semoga keberuntungan menyertaimu, Pans,'
.
Harry menghela napasnya dan kemudian meminum latte di depannya. Yeah, suasana cafe yang sepi ini memang jadi favorit Harry, terlebih tempat ini juga tidak terlalu jauh dengan asramannya, jadi ia bisa terus bolak-balik ke sini saat ingin mencari ketenangan.
Netra emerald Harry sedari tadi bergerak gelisah, tidak tau harus memusatkan perhatiannya ke mana. Sedari tadi Harry tidak bisa fokus dengan pikirannya, ia sendiri bahkan tidak tau alasannya apa. Seolah ia baru saja mendapatkan masalah yang begitu membuatnya gelisah. Dan anehnya lagi, entah kenapa kabar angin tentang Draco yang punya pacar bary dan begitu menyukai pacarnya itu kerap kali muncul di pikirannya. Begitu random, bahkan saat Harry hanya diam ia mendadak kesal mengingat ucapan Pansy tadi pagi.
"Damn," Harry benar-benar bingung, bahkan sekarang pun ia kembali mengingat setiap ucapan yang ia dengar dari gadis-gadis di kelasnya tentang Draco. Dan Harry makin bingung kenapa ia harus kesal saat memikirakan hal yang sama sekali tidak ada urusannya dengannya itu?
Di tengah kebingungan dan kekesalan Harry, tiba-tiba Pansy menghampirinya dengan ice tea di tangannya. "Hai Harry," sapa Pansy ramah dan kemudian duduk di kursi di depan Harry.
"Hai Pans," sapa Harry balik.
Pansy sedikit memiringkan kepalanya sambil memperhatikan wajah Harry, yang di perhatikan jadi risih. "Ada apa?"
Pansy menggeleng. "Bukan apa-apa, tapi sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu yang berat saat ini,"
Harry memperbaiki posisi duduknya agar lebih tegap. Ia menghela napas dan hanya menatap pada gelas latte di mejanya. "Entahlah, apakah aku sedang banyak pikiran sekarang? Aku sendiri enggan mau mengakui jika aku sedang memikirkan hal yang berat saat ini," jelasnya yang hanya diangguki tanda mengerti oleh Pansy.
Hening sesaat, hal ini membuat Harry jadi makin memikirkan tentang gosip yang di sebar Pansy tadi pagi. Harry menggigit bibir bawahnya terlihat ragu untuk bicara. "Em, Pans, tentang yang kau bilang tadi pagi, apakah hal itu sepenuhnya benar?" tanya Harry pelan.
"Yang mana? Tentang Draco?" Harry mengangguk. Pansy hanya angkat bahu, "mungkin iya, mungkin tidak. Bisa saja Draco naksir dengan gadis itu, tapi masih belum pacaran. Tapi bisa jadi juga jika mereka memang pacaran dan Draco serius menyukai gadis itu,"
Aneh, Harry ingin kedua kemungkinan itu tidak benar.
"Aku benar-benar penasaran dengan gadis itu, penasaran orang seperti apa dia sehingga bisa membuat Drakie, jatuh cinta," monolog Pansy sambil menyeruput ice teanya.
"Kenapa kau sebegitu penasarannya?" tanya Harry, "gadis itu seperti apa sih?"
"Oh Harry, kau tidak akan percaya! Gadis itu begitu menggemaskan," jelas Pansy bersemangat sambil mengingat foto gadis di locksreen handphone Draco, "aku tidak berlebihan lho, tapi dia memang menggemaskan. Rambut panjangnya yang hitam legam dihias dengan bando, lalu kacamata yang membingkai kedua matanya yang berwarna hijau, dan juga kulit mulusnya yang serasi dengan dress putih yang ia kenakan,"
'W-what? ' Harry mendadak diam mendengar penjelasan Pansy. Rasanya ia familiar dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Pansy barusan. Ia menggelengkan kepalanya cepat saat satu pemikiran gila muncul di kepalanya. "Pansy," panggil Harry, ia hanya ingin memastikan beberapa hal.
"Yes?"
"Itu... apakah bandonya berwarna merah dan frame kacamatanya berwarna peach?" tanya Harry berhati-hati.
Pansy tampak terkejut mendengar pertanyaan Harry. "Ya, kau benar. Kenapa kau bisa tau?" pertanyaan pansy hanya membuat Harry jadi gagap. Gadis itu masih menatap Harry menunggu jawaban.
"Hanya tebakan saja," jawab Harry, "aku rasa aku pernah bertemu dengan gadis seperti itu di pesta sekolah," jelas Harry yang langsung di percaya oleh Pansy.
"Ah, begitu ya," dan setelah mendengar penjelasan Harry, Pansy masih terus menatapnya membuat Harry bingung. "Tapi, kalau diingat-ingat lagi, gadis itu mirip sekali denganmu,"
'Tentu saja karena dia adalah aku! ' Harry rasanya ingin sekali segera berdiri dari kursinya dan pergi begitu saja. Tapi ia masih berusaha tetap tenang. Akan gawat kalau Pansy sadar jika gadis itu memang dia. "Hm, mungkin hanya kebetulan," balasnya sambil tersenyum simpul. "sudahlah, ini sudah sore, ayo kembali ke asrama," ajak Harry dan langsung disetujui oleh Pansy.
"Bye Pansy," lambai Harry pada Pansy saat mereka harus berpisah di lorong asrama. Tentu saja asrama siswa perempuan dan laki-laki dipisahkan.
"Hm, bye Harry, good night," balas Pansy dan kemudian segera berjalan menuju kamar asramanya.
Harry menghembuskan napasnya. Hari ini ia merasa letih sekali, bukan hanya fisiknya, tapi mentalnya juga. Salahkan Draco Malfoy yang membuatnya terus saja kepikiran dengan penjelasan Pansy tentang gadis di wallpaper handphone Draco yang bisa Harry pastikan jika itu adalah dia.
"Huft, Malfoy menyebalkan itu menyusahkan saja," gumamnya sembari berjalan di lorong yang kosong.
Tidak, tidak sepenuhnya kosong. Ada orang lain di sana, buktinya ia langsung membalas gumaman Harry barusan. "Siapa yang kau bilang menyebalkan? Bukankah kau yang menyebalkan,"
Harry menghentikan langkahnya dan mendongak. Tidak terlalu terkejut mendapati Draco masih duduk santai di dekat beranda. Tapi bohong jika ia bilang bahwa ia tidak gelisah sekarang. Saat memiliki spekulasi jika gadis di wallpaper handphone Draco itu adalah dirinya, Harry jadi tidak yakin bisa berurusan dengan Draco sekarang.
"Ada apa dengan wajah bodohmu itu?" Draco menatap Harry malas, dan pemuda berkacamata itu hanya menghela napas dan kemudian melangkahkan kakinya ingin segera pergi dari hadapan sang Malfoy.
Draco memandangnya bingung. Tidak biasanya Harry akan pergi begitu saja tanpa membalas sedikit pun perkataannya. "Hoi, kau kenapa sih?" tanya Draco sebelum Harry sempat melewatinya.
"Harusnya aku yang bertanya 'kau kenapa sih?'" balas Harry membuat Draco bingung, "untuk apa juga kau memakai fotoku sebagai wallpaper handphonemu?"
"Wh-what?!" Draco yang sedari tadi bersandar di dinding langsung tegak berdiri mendengar perkataan Harry. Bahkan ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "A-apa maksudmu? Kau sudah gila ya? Mana mungkin aku melakukan hal bodoh itu," sangkal Draco yang begitu panik.
Harry menghela napasnya. Ia sangat tidak mau membahas ini sebenarnya, tapi dia juga penasaran kenapa Draco memakai fotonya untuk wallpaper handphonenya.
"Pansy menceritakan tentang gadis yang kau jadikan wallpaper handphonemu, dan itu terlalu kebetulan jika dia mirip sekali dengan diriku saat berndandan sebagai seorang gadis minggu lalu," jelas Harry hanya membuat Draco kesulitan mencari alasan.
Draco memijit pelipisnya. Ia sudah begitu lelah seminggu ini karena pikirannya yang terus saja di penuhi oleh pemuda yang mengajaknya ribut malam ini. Dan sekarang ia harus mencari seribu alasan untuk menyelamatkan harga dirinya.
"Jangan terlalu percaya diri Potter," Draco berucap tenang. Ia berjalan mendekati Harry yang masih memandangnya malas dan memberi alasan, "ingatlah jika aku tidak terlalu jahat untuk menyebarkan fotomu, namun aku juga tidak terlalu baik untuk tidak memberitahu orang-orang tentang seorang Potter yang menjadi gadis di pesta sekolah. Jadi aku biarkan saja orang-orang melihat lockscreen handphoneku dan kemudian sadar jika ia adalah Harry Potter,"
Harry mendengus. Belum pernah ia bertemu dengan orang yang seburuk ini dalam berbohong. "Lalu kenapa kau sampai marah saat Pansy membuka ponselmu?"
"Aku marah karena dia memakainya tanpa seizinku," jawab Draco singkat. "Lagipula, alasan apa lagi yang aku butuhkan selain untuk mengejekmu?"
Harry hanya mengangkat bahu. "Kau menyukaiku mungkin?" Draco hampir saja mengumpat. "bukankah saat pertama kali kau bertemu denganku di pesta sekolah kau jatuh cinta padaku?"
"Hell! Jika aku tau bahwa itu kau, aku hanya akan menertawaimu," balas Draco segera agar ia tidak keceplosan dan bilang jika Harry benar.
"Dan ingat satu hal lagi," wajah Harry mendadak kesal, "kau yang malam itu melakukan lebih Malfoy. Untuk apa juga kau melakukan hal itu jika kau memang tidak menyukaiku?" Draco bungkam dengan raut kesalnya.
Harry menyeringai penuh kemenangan. "Kenapa? Mengakui jika apa yang aku katakan itu benar?"
Draco sebenarnya sudah tidak tahan dengan wajah Harry yang meremehkannya. Sejak kejadian malam itu, Draco selalu menganggap jika wajah manis yang selalu menantangnya terlihat menggodanya. Well, sebenarnya bukan hanya sejak malam itu, namun sebelumnya, beberapa kali Draco juga menganggap jika wajah itu begitu menggoda.
"Mengakuinya Malfoy?" seringai Harry makin mengembang.
"Shut up," ucap Draco dengan nada yang mendadak memelan sambil menatap wajah Harry lekat-lekat.
Harry hanya bisa terkekeh kecil melihat Draco yang sepertinya mulai terbawa suasana. "Make me," balasnya sedikit berbisik namun bisa di dengar jelas oleh Draco.
"Sesuai permintaanmu," dan setelahnya, Draco segera mengunci kedua bibir Harry dengan sebuah ciuman.
Draco tidak terkejut saat Harry tidak menolaknya sama sekali. Ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang Harry, dan pemuda berkacamata bundar itu membalasnya dengan mengaitkan kedua lengannya di pundak Draco. Ciuman mereka makin dalam ketika Harry membuka mulutnya karena Draco yang terus saja menjilati bibirnya.
"Mmh, jadi aku benar?" tanya Harry di sela-sela ciuman mereka dengan nada penuh kemenangan.
Draco berdecak kesal mendengarnya. Ia makin mengeratkan pelukannya di pinggang Harry dan makin memperdalam ciuman mereka. Ia bahkan tidak membiarkan bibir Harry untuk istirahat barang sejenak saja, dan terus mengajak lidah Harry bermain.
"Aku rasa kau sudah terbiasa menggodaku, Potter," ucap Draco dengan seringai khasnya setelah ciuman mereka berakhir.
Harry hanya memutar mata malas. "Bukan aku yang menggodamu, tapi kau memang menyukaiku kan?"
Draco makin melebarkan seringainya. "Kau dari tadi bilang jika aku menyukaimu, bagaimana jika ternyata malah kau menyukaiku?"
"Bloody hell," Harry melepaskan lengannya dari pundak Draco dan memberi celah di antara mereka berdua, "aku masih waras Malfoy, mana mungkin aku menyukaimu,"
"Lalu kenapa kau tidak menolak saat aku cium?" tanya Draco segera menyela Harry.
"Kau sendiri kenapa menciumku?" tanya Harry balik yang tidak di balas apa-apa oleh Draco. Harry menyeringai dan kembali maju satu langkah sehingga mereka sudah sedekat sebelumnya. Dan Draco mengambil kesempatan ini untuk kembali memeluk pinggang Harry dan mencium bibirnya yang masih kemerahan.
Draco tidak peduli lagi dengan perdebatan bodoh mereka barusan. Ia hanya mau melepaskan semua rasa lelahnya karena terlalu sering kepikiran pemuda di dalam pelukannya saat ini. Dan bahkan ciuman ini rasanya belum cukup.
Harry pun sama saja. Terlalu sering Draco Malfoy muncul dalam pikirannya akhir-akhir ini. Dan sepertinya ciuman ini bisa mengurangi sedikit kerinduannya.
Tapi rindu bukan berarti Harry menyukai Draco. Harry bersikeras jika ia tidak menyukainya, dan Draco pun juga berpikir begitu. Mereka menolak untuk saling jatuh cinta. Walau kenyataannya memang begitu.
Dan ciuman kali ini terasa sedikit berbeda. Ciuman yang lebih manis, dan tidak menuntut sama sekali. Setelah ciuman yang terasa singkat tersebut, bahkan keduanya hanya diam saling memandang satu sama lain. Draco akan mengakui satu hal. Netra hijau itu memang lebih indah jika dilihat sedekat ini.
Keduanya masih saling memandang, dengan masih berpelukan tentunya. Dan entah kenapa, langit malam ini hanya membuat suasananya makin romantis Oh, Draco jadi ingin mengambil foto mereka yang seperti ini.
Flash!
"Gawat, flashnya nyala!"
Harry dan Draco yang tadi kebingungan mendapati cahaya terang yang tertuju pada mereka sekarang mendadak panik mendengar suara yang tidak asing bagi mereka.
Harry segera melepaskan lengan Draco yang masih melingkar di pinggangnya saat melihat Pansy yang bersembunyi di balik tembok. "Pansy!"
Dan ya, gadis berambut hitam itu perhalan keluar dari persembunyiannya dengan cengirannya. "Hai guys, masih belum ke asrama?" tanya Pansy basa-basi.
"Hapus foto itu sekarang juga!"
Pansy sedikit kaget saat Harry dan Draco memberinya perintah secara bersamaan. Dan ia malah menyeringai setelahnya.
"Astaga, kompak sekali, yeah, namanya juga jodoh," balas Pansy sambil memamerkan layar ponselnya yang memperlihatkan foto Harry dan Draco yang tadi berhasil ia ambil.
Draco mengepalkan tinjunya. Masih kesal dengan perbuatan Pansy tadi pagi, dan sekarang kekesalannya bertambah berkali-kali lipat. "Pans, hapus foto itu!"
Pansy mencibir dan segera berbalik badan saat Draco berjalan ke arahnya dengan raut siap membunuhnya. "Sorry guys, tapi foto ini terlalu indah dan sayang jika tidak kugunakan untuk wallpaper handphoneku!"
"Pansy!" teriak Harry dan Draco bersamaan sambil mengejar Pansy yang sudah terlebih dahulu berlari meninggalkan mereka.
Sambil mengejar Pansy, Harry dan Draco tidak pernah absen untuk mengutuk Pansy. Dan hal itu hanya membuat Pansy makin tertawa kencang. Menyenangkan menggoda orang yang sedang kasmaran kan?
Dan yeah, hari yang cukup menyebalkan bagi Draco dan Harry. Bahkan setelah berlarian sekeliling asrama mengejar Pansy, mereka bertiga hanya berakhir mendapat omelan dari McGonagall karena berkeliaran malam-malam.
Haah, entah lah, mereka mungkin hanya akan pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bahkan jika Pansy mengumumkan jika ia akan menjadi cupid untuk mereka berdua.
Dan untuk sebentar, lagi-lagi Harry kembali mengutuk Ron. Penyebab semua kesialannya ini.
That Girl is His Girlfriend?— Completed
