Title : Love? Maybe I am

Genre : Romance

Rating : T

Words : 1k+

Sequel " Love? Impossible "


"Harry? Harry!"

Harry mengedip beberapa kali saat mendengar Hermione memanggilnya. "Apa?" balasnya bingung.

Hermione menghela napas. "Kau dengar tidak yang aku jelaskan tadi?"

Harry berpikir keras, mencoba mengingat. "Kau, um, tadi menjelaskan apa?" Harry bertanya dengan hati-hati.

Hermione menatapnya malas, jelas kesal dengan Harry. "Kau kenapa sih? Dari tadi melamun terus," tanya Hermione.

Harry hanya menggeleng. "Bukan apa-apa, yah, bukan apa-apa," jawab Harry yang lebih terdengar seperti bisikan.

Hermione hanya dibuat makin bingung. Sejak kembali dari detensi yang diberikan Profesor Snape tadi siang, Harry jadi sedikit aneh. Ia sering melamun dan kemudian malah marah-marah pada dirinya sendiri. Dan mau sebanyak apapun Hermione bertanya 'kau kenapa', Harry hanya akan menjawab jika dia baik-baik saja.

"What are you doing, guys?" Ron yang baru keluar dari kamar anak laki-laki langsung duduk di samping Harry.

"Mengerjakan tugas, tentu saja," jawab Hermione.

"Tugas?" beo Ron dan diangguki oleh kedua sahabatnya. "Kita punya tugas?"

Hermione menggelengkan kepalanya, mendadak sakit kepala. "Sudah kuduga jika ini akan terjadi sejak kau tidak mau berhenti main catur!" ia menatap galak, membuat Ron bergidik.

"A-aku pinjam tugasmu ya?" pinta Ron pada Hermione yang tentu ditolak oleh sang gadis.

Harry hanya terkekeh pelan dengan tingkah kedua sahabatnya ini. Ia diam-diam kabur, agak merepotkan juga jika Ron malah beralih meminjam tugasnya dan Hermione dengan galak memintanya untuk tidak menolong Ron.

Harry masuk ke kamar, tidak ada siapa pun di sana kecuali dia. Ia langsung duduk di pinggir kasur, diam sejenak dan kemudian berbaring. Harry hanya menatap kosong ke langit-langit, dan tiba-tiba ia bisa merasakan jika wajahnya memanas. Harry segera menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Kenapa aku tidak bisa melupakannya sih?" desah Harry benar-benar terdengar lelah.

Harry melepaskan telapak tangannya, kembali menatap langit-langit. Wajahnya masih memerah.

Bayangan kejadian tadi siang lagi-lagi terputar di kepalanya. Saat dimana seorang Draco Malfoy menciumnya. Ya, menciumnya tepat di bibir.

"Malfoy sialan!"

Besoknya, Harry berusaha menghindari Draco. Entah Draco ingin menghampirinya atau tidak, yang jelas Harry tidak ingin melihatnya.

"Kau kenapa, sih?" Ron akhirnya bertanya saat Harry malah menyarankan mengambil jalan berputar untuk sampai ke aula. "Kenapa harus lewat sini? Lebih jauh tau," keluh Ron yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Harry. Oh, kali ini Ron akui jika sahabatnya itu sungguh menyebalkan.

.

"Draco, apa kau mencari sesuatu?"

"What?"

"Apa kau mencari sesuatu?" ulang Pansy, "kau dari tadi terus saja celingak-celinguk sana sini, seperti ada yang kau cari,"

"Bukan apa-apa," balas Draco tanpa menoleh, kembali menyusuri tiap sudut Hogwarts. Mencari pemuda Gryffindor berkacamata yang tidak bisa ia temukan sedari pagi.

Bahkan saat makan malam, Draco tetap saja tidak menemukan Harry. Tidak seperti biasanya, sekarang Ron dan Hermione hanya mengobrol berdua tanpa ada sosok berambut hitam diantara keduanya. Draco tidak tahan lagi, ia memutuskan untuk mencari Harry.

"Mau ke mana?" tanya Pansy saat Draco sudah berdiri dari tempat duduknya.

"Cari angin," balas Draco singkat dan segera pergi dari aula. Ia sempat bingung harus ke mana, tapi ia membiarkan kakinya berjalan semau mereka hingga lelah. Yang pasti, dia ingin menemui Harry.

Dan ya, beruntung, atau mungkin karena memang sudah jodoh, Draco menemukan Harry di halaman tepatnya di bawah sebuah pohon. Draco dengan senyum kemenangannya segera menghampiri Harry, tidak peduli dengan raut wajah Harry yang jelas sekali tidak ingin diganggu.

"Melamun sambil cemberut di bawah pohon dan terus memandangi bulan," Draco sengaja bicara lantang hingga Harry terkejut melihatnya. Ia menampilkan seringainya seperti biasa, "seperti gadis yang tengah patah hati,"

Wajah Harry jelas memerah dibawah sinar bulan, entah menahan marah atau apa, Draco tidak tau. Ia segera berdiri untuk segera pergi dari hadapan Draco, namun tentu Draco tidak akan membiarkannya begitu saja. Harry menatap tajam Draco yang memblokir jalannya.

"Minggir, Malfoy," kata Harry penuh penekanan.

"Tidak mau," balas Draco dengan suara rendah. Ia maju selangkah hingga makin dekat dengan Harry, membuat yang lebih pendek otomatis mundur.

Seringai kembali muncul di wajah Draco. Ia mendengus. "Kenapa? Apa kau gugup jika aku berdiri sedekat ini denganmu?" tanya Draco yang kini sudah memojokkan Harry di pohon di belakang mereka.

Harry tidak menjawab. Napasnya seolah tertahan, tapi manik hijaunya masih terus menatap Draco tajam.

"Aku penasaran," suara Draco terdengar seperti bisikan, "apakah kau juga segugup ini saat aku cium kemarin?"

Harry langsung tau jika wajahnya sudah memerah, karena ia bisa merasakan wajahnya begitu panas. Ia segera membuang muka.

Draco makin tersenyum lebar. Ia makin mendekatkan wajahnya pada wajah memerah Harry. "Padahal baru kemarin aku bersumpah jika aku tidak akan menyukaimu, tapi beberapa menit kemudian, aku langsung mengakui jika aku jatuh cinta padamu," nada suara Draco tidak semenyebalkan biasanya, malah terdengar begitu lembut.

Dan suara itu hanya membuat Harry kembali menatap Draco dengan ragu-ragu. Jantungnya kembali berdegup kencang melihat senyum itu.

"Boleh kucium lagi?" Draco bertanya dengan harap-harap cemas. Ia makin gugup saat Harry tidak menjawab dan malah membuang muka lagi.

"Kemarin langsung menciumku begitu saja, dan sekarang kau meminta dengan sopan?" Harry terkekeh kecil, kembali menatap Draco. "Kau aneh,"

Draco kembali tersenyum penuh kemenangan ketika mendapatkan senyum lebar dari Harry. "Aku anggap jawabannya sebagai, ya," dan Draco segera mencium Harry tepat di bibir untuk yang kedua kalinya.

Draco memeluk pinggang Harry untuk membuatnya makin mendekat. Harry tidak menolak, ia hanya mengikuti Draco yang menuntunnya. Ciuman kali ini lebih lama daripada ciuman pertama mereka di perpustakaan kemarin. Dan kali ini, tidak ada alasan untuk menolak.

Setelah ciuman manis itu berakhir, Draco tertawa gemas melihat Harry yang sudah semerah kepiting rebus. Ia mengelus pipi Harry lembut. "Mau lagi, hm?"

Harry menatap Draco jengkel. Makin jengkel lagi ketika Draco memandangnya dengan tatapan super menyebalkannya. Harry langsung memukul Draco di perut membuat pemuda Malfoy itu merintih.

"Auch! Kenapa kau memukulku?" meskipun kesakitan dan ingin protes, Draco tetap tidak melepaskan pelukannya.

"Bisakah kau berhenti menjadi menyebalkan sehari saja?"

"Memangnya aku sekarang menyebalkan?"

Dan Draco mendapatkan satu pukulan bonus lagi. "Sangat menyebalkan!" Harry memandangnya malas. "Astaga, ternyata kita sama saja," ia menghela napas.

"Sama apanya?" tanya Draco makin mengeratkan pelukannya.

"Aku juga bilang jika aku tidak akan pernah menyukaimu. Sekali pun, tidak akan," jelas Harry yang kini dengan malu-malu mengalungkan lengannya di leher Draco.

"Dan sekarang kita saling berpelukan dan mengakui jika kita jatuh cinta," ia kembali mencium bibir Harry sekilas. "Hal yang kita bilang tidak mungkin malah menjadi sebaliknya,"

Harry diam sesaat, dan kemudian membalas. "Menurutmu bagaimana reaksi yang lain jika tau tentang kita?"

Draco mendengus. "Apa itu perlu dipertanyakan? Pertama, jelas mereka akan terkejut. Lalu kemudian si menyebalkan Pansy akan terus bicara jika ia benar bahwa aku akan berbalik menyukaimu,"

Harry tertawa. "Hal yang sama yang akan dilakukan oleh Hermione,"

"Tapi," Draco memberi jeda pada perkataannya, "mungkin agak berbeda untuk si bodoh Weasley," Harry mengernyit, "ia pasti akan terdiam di tempat dengan wajah bodohnya dan berkata..."

"Bloody hell,"

Harry langsung menoleh ke belakang mendengar suara yang begitu ia kenal. Ia panik mendapati Ron berdiri di belakang mereka dengan wajah super bingung. Harry langsung melepaskan pelukan Draco dan makin panik lagi saat Hermione yang kini sudah berlari menuju mereka. Sama terkejutnya dengan Ron, namun ia malah diam-diam tersenyum.

"Tuh kan," Hermione berkata dengan lantang, "baru kemarin aku bilang, sudah langsung kejadian!"

Draco tertawa dan kembali memeluk Harry, tidak peduli jika Harry terus saja menolak. "Well, well, Harry, sepertinya sahabatmu tidak terlalu mempermasalahkan ini,"

"Ya, mereka mungkin tidak keberatan, tapi bisakah kau lepaskan?" Harry masih berusaha untuk melepaskan pelukan Draco.

"Kenapa? Tidak suka?"

"Iya!"

Draco kembali tertawa. "Kalau begitu aku cium saja," dan ia langsung mencium Harry, tidak peduli pada Harry yang terus menolak dengan alasan malu. Lagipula Ron dan Hermione sudah meninggalkan mereka berdua, tidak mau mengganggu.

Draco menatap Harry yang memerah, tersenyum lembut padanya. "Well, sekarang mustahil untuk tidak jatuh cinta padamu,"


Love? Maybe I amCompleted

.

.

A/N

Ini diaaaa yang minta sequel Love? Impossible!

Gimana? Gimana? Gimana?

Makasih ya,, buat yang masih nunggu ini cerita buat update:)

See ya!