I Accidentally Confess My Feelings Because All I Can Say Is A Lie Sequel

Title: He Accidentally Found Out About My Feelings And Now I Can't Lie Anymore

Genre: Romance comedy

Rate: T

Words: 1k+

.

.

Harry tidak mengerti kenapa kedua sahabatnya itu masih belum lelah setelah mengikutinya seharian. Bukan tanpa alasan. Hermione dan Ron terus menghantui Harry karena mereka masih belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dari pemuda berkaca mata itu. Jawaban atas apa? Tentu saja tantang Harry yang secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya karena ramuan kebohongan yang tidak sengaja ia minum.

"Harry, percuma saja menyangkal." Hermione yang berusaha untuk menyamai langkahnya dengan Harry bicara. "Mau kau hilang akal atau itu cuman kesalahpahaman, kami tidak akan percaya."

Ron yang berjalan di sampingnya mengangguk setuju. "Kau tidak bisa bohong lagi, mate. Katakan saja semuanya dan kami akan mendengarkanmu. Yah, walaupun aku masih belum bisa menerima fakta bahwa orang itu adalah Malfoy..."

Harry akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap kedua sahabatnya itu bergantian. Tatapan tajamnya sama sekali tidak membuat Ron maupun Hermione takut. "Kalau kalian sudah tau, untuk apa lagi aku bicara?"

"Well, setidaknya katakan kenapa harus Malfoy?" Ron kembali bertanya. "Bloody hell, aku sudah menanyakan hal yang sama untuk yang keduapuluh kalinya hari ini."

"Kalau begitu tanya saja terus hingga yang kesetarus kalinya!" kata Harry kesal dan segera pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

Harry berlari secepat yang ia bisa. Walaupun Harry tidak mendapati Ron dan Hermione mengikutinya, Harry tetap tidak mau berhenti. Hingga ia terpaksa menghentikan langkahnya karena tidak sengaja menabrak seseorang.

"Ah, sorry," kata Harry meminta maaf. Tapi saat ia menoleh untuk melihat siapa yang tidak sengaja ia tabrak, Harry seketika terdiam. Ia membeku di tempatnya mendapati Draco berdiri di depannya. "Draco..."

Draco mendecih kesal karena Harry yang menabraknya. "Kalau jalan itu pakai mata!"

Harry balas mendengus kesal. "Maaf karena aku berjalan dengan kakiku."

Tentu saja Draco makin kesal. Yah, siapa pun pasti tau kalau sudah bertemu, Draco dan Harry akan terus berdebat hingga ada yang berhasil memisahkan mereka. "Lari dari apa lagi kau kali ini? Lari dari masalah? Apa hidupmu sangat membosankan sampai tidak bisa hidup tenang barang sehari saja?"

"Tidak tau saja kalau masalah terbesar dalam hidupku adalah bertemu denganmu, Malfoy."

"Kenapa?" balas Draco seketika membuat Harry diam.

Karena kau membuat jantungku seperti mau meledak setiap kali kau menatapku, sialan! Sayang Harry hanya bisa mengatakannya dalam hati.

"Kau harus bertemu dengan orang sepertimu supaya kau mengerti." Pada akhirnya, Harry hanya bisa mengatakan hal itu. Well, ini bukan pertama kalinya Harry mengatakan hal yang berlawanan dengan hatinya.

Draco manggut-manggut. "Sayangnya tidak ada orang yang sekeren dan setampan aku yang bisa disamakan denganku."

Harry memang menyukai Draco, tapi bukan berarti ia tahan dengan sikap narsis pemuda berambut pirang itu.

Ingin melanjutkan pertengkaran kekanak-kanakan mereka, Harry merasa jika ia harus menyudahinya di sini. Alasannya adalah, karena ia bisa mendengar suara Ron dan Hermione mendekat. Ia harus pergi sekarang juga, atau kedua sahabatnya itu akan menempelinya lagi.

"Menyingkir, Malfoy!" perintah Harry karena Draco menghalangi jalannya.

Bukannya bergeser untuk memberikan Harry jalan, Draco malah menghadang jalan Harry. Ia sampai tidak sengaja membuat dirinya dan Harry semakin dekat karena terus saja berdiri di tempat Harry akan berjalan. Tentu saja hal ini membuat Harry kesal. Terlebih lagi, Harry merasa tidak nyaman karena berdiri terlalu dekat dengan Draco. Bisa-bisa pemuda itu mendengar debaran jantungnya yang tidak karuan sekarang.

"Bloody hell!" Akhirnya Harry sudah tidak peduli lagi dan memilih untuk pergi ke arah lain. Ia secepat kilat meninggalkan Draco yang tertawa karena merasa senang sudah membuatnya kesal.

Belum puas Draco tertawa ia berhenti karena mendengar percakapan orang-orang yang mendekat.

"Aku masih belum mengerti! Kenapa harus Malfoy sih?"

"Shut up, Ronald! Pertanyaanmu itu-itu terus. Aku muak mendengarnya," kata Hermione yang juga ikut kesal mendengar pertanyaan Ron yang terus ia ulang-ulang. "Kau pikir aku tidak punya banyak pertanyaan? Sekarang kita hanya bisa membuat Harry bicara. Aku tidak peduli lagi kalau dia akan terus tutup mulut. Aku akan memaksanya!"

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah Harry bicara?" Ron kembali melontarkan pertanyaan. "Apa kau akan menerima fakta bahwa kau akan menjadi saudara ipar Malfoy? Yah, meskipun kecil—sangat kecil—kemungkinan mereka akan bersama. But hell! Aku tidak sanggup membayangkannya!"

Tepat sebelum Ron mengatakan puluhan komentar lainnya, ia terdiam. Langkah kakinya yang terburu-buru untuk mencari Harry pun seketika berhenti. Ia sampai tidak bisa mengatakan apa pun setelah melihat Draco berdiri tidak jauh dari mereka.

"Em, Ron," panggil Hermione yang juga menyadari keberadaan Draco. "Kau tadi tidak bicara dengan keras, kan?" tanyanya berbisik pada Ron.

Ron tidak menggeleng dan tidak pula mengangguk. "Entahlah, aku hanya bicara tanpa memikirkan apa orang lain bisa mendengarnya atau tidak."

Hermione jadi bingung. Ia masih memperhatikan Draco yang melihat ke arah mereka. Ia menunggu hingga pemuda Malfoy itu bicara, tapi sepertinya ia tidak berniat untuk membuka mulutnya.

"Dia sepertinya tidak mendengarkan kita," bisik Hermione, mencoba bersikap setenang mungkin.

Ron mengangguk setuju. "Hm, kalau begitu ayo kita pergi sekarang." Ia kemudian menarik lengan Hermione dan menariknya pergi dari sana.

Sementara itu, Draco yang ditinggal begitu saja memperhatikan Ron dan Hermione hingga menghilang dari pandanganya. Ia memiringkan kepalanya bingung. Keningnya sampai berkerut karena berpikir.

Dengan pikiran yang penuh akan pertanyaan dan dugaan, Draco pun berbalik. Ia mempercepat jalannya hingga akhirnya berlari. Ia tidak yakin kemana kakinya akan membawanya. Tapi ia yakin jika langkah tanpa arahnya akan membawanya pada tujuannya. Tujuannya untuk bertemu dengan Harry.

Sebuah senyum muncul di wajah Draco ketika ia melihat pemuda Gryffindor yang dicarinya. Draco mempercepat langkahnya untuk menyusul Harry. Ia langsung menahan lengan Harry membuat pemuda itu terpaksa menoleh padanya.

Harry begitu terkejut ketika tau bahwa Draco lah yang menahannya. Ia sampai lupa untuk menyingkirkan tangan Draco dan langsung saja berteriak padanya. "Oh, Merlin. What the hell do you want?"

Bukannya langsung menjawab Harry, Draco malah tersenyum padanya. Ia bahkan maju selangkah untuk mendekati Harry. Tapi Harry otomatis mundur dan itu membuat Draco kembali menambah langkahnya. Draco maju, Harry mundur. Begitu terus hingga punggung Harry menabrak tembok di belakangnya.

"Apa sih?" tanya Harry risih. Ia tidak sanggup menatap Draco lama-lama. Matanya sibuk mengalihkan pandangan. Tdak aman bagi jantungnya jika terus menatap Draco dalam jarak sedekat ini.

"Is that true?" Draco malah menjawab dengan pertanyaan.

Harry mengernyit bingung. "Apanya yang benar?"

"Kau menyukaiku."

Harry seketika terdiam. Ia berusaha mencerna perkataan Draco. "K-kau bilang aku ... menyukaimu?"

Draco mengangguk dengan yakin. "Aku mendengarnya dari teman-temanmu."

Oh, terima kasih teman-temanku tersayang. Kalian benar-benar teman paling sialan yang pernah kumiliki.

Harry menggeleng untuk menyangkal. "Kau pasti sudah gila sampai mendengar hal aneh begitu."

"Aku mendengar sendiri kalau Wesley tidak mau kami menjadi ipar. Hah, dia bicara seolah-olah aku mau saja," kata Draco sambil mendengus.

Mendengar perkataan Draco, Harry menundukkan wajahnya. Semua rasa deg-degan yang membuat jantungnya hampir meledak itu sekarang hilang. Jantungnya terasa begitu sakit seolah diremas. Perkataan Draco barusan seolah menjawab semua pertanyaan yang ia simpan selama ini. Sekarang ia tidak perlu lagi bertanya untuk mendapatkan jawaban Draco.

Jadi begini rasanya kalah bahkan sebelum memulai, ya...

Melihat Harry yang diam saja, Draco terus memanggil namanya dan bertanya apa yang terjadi. Namun karena Harry hanya diam saja, ia akhirnya mengangkat dagu Harry membuat pemuda itu menatapnya. Manik kelabunya terus menatap manik hijau yang berusaha lari dari pandangannya. "Kau kenapa?"

Harry lagi-lagi hanya menggeleng sebagai jawaban.

Draco menghela napas melihat tingkah Harry yang menurutnya begitu merepotkan. "Apa kau tidak mau jujur saja? Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku dengan jujur. Berhenti berbohong, kau buruk dalam hal itu."

Tapi aku selalu berbohong tentang perasaanku padamu. Dan kau tidak pernah menyadarinya.

"Masih belum mau mengatakan yang sejujurnya?" Draco menyilangkan tangannya di dada. "Hah, apa perlu aku mencuri Veritaserum dari Snape?"

"No!" Harry menggeleng sambil berteriak membuat Draco bingung. "Jangan membuatku meminum ramuan-ramuan itu lagi. Cukup sudah dengan ramuan kebohongan yang kemarin!"

Kening Draco sampai berkerut karena bingung. "Ramuan apa maksudmu?"

"Kau tidak perlu tau. Tidak ada urusannya denganmu." Harry menjawab dengan ketus sambil mencoba untuk kabur. Tapi lagi-lagi Draco menghadang. Harry menatap pemuda Malfoy itu tajam. "Menyingkir."

"Tidak sampai kau mengatakan yang sebenarnya."

"Aku sama sekali tidak bohong!"

"Aku benar-benar akan mencampur minumanmu dengan Veritaserum, lho."

Harry menghentakkan kakinya karena kesal. Jelas ia tidak mau mengatakan yang sejujurnya. Tapi membayangkan dirinya meminum ramuan sialan itu membuatnya makin kesal lagi. Harry pun akhirnya menyerah. "If I tell you that what you just heard is true, what do you want me to do?"

"Be my boyfriend."

"... Ha?"

Draco menarik sebuah senyum ketika Harry menampilkan wajah bingungnya. "Kupikir wajar bagi dua orang yang saling suka untuk berkencan."

Harry mengerjap beberapa kali. "Y-ya itu memang wajar sih, tapi..." Harry sampai bingung harus bicara apa lagi. Otaknya bekerja begitu keras untuk menerjemahkan perkataan Draco. Harry terus membuka dan menutup mulutnya. Ia masih belum tau mau mengatakan apa.

Draco terkekeh pelan melihat tingkah Harry yang menurutnya menggemaskan. Tanpa menahan diri, Draco segera menunduk dan mendekatkan wajahnya dengan Harry. Ya, dia menciumnya.

Anggap saja jantung Harry sudah meledak ketika Draco memberikan ciuman kejutan itu. Ia sampai diam tidak bergerak di tempatnya dan sama sekali tidak berkedip bahkan setelah Draco selesai menciumnya.

Draco terkekeh, benar-benar dibuat gemas dengan reaksi Harry. "Gawat, aku tidak bisa cuman menciummu sekali saja." Dan Draco memberikan ciuman yang kedua. Sekarang Draco bahkan meletakkan tangannya di pinggang Harry membawa pemuda itu semakin mendekat padanya.

Harry sepertinya sudah selesai dengan proses menerjemahkan peristiwa yang baru saja terjadi. Ia pun perlahan menutup matanya. Harry kini terjatuh dalam kenikmatan ciuman Draco. Rasanya seperti hidup dalam mimpi. Harry terlalu bahagia sampai tidak mau melepaskan ciuman mereka. Ia bahkan menahan Draco yang berusaha untuk menyudahi ciuman mereka.

Draco hanya bisa tertawa di sela ciuman mereka. Siapa sangka jika Harry Potter yang tadi sangat menyangkal kini berubah sepenuhnya. Bahkan Harry sama sekali lupa jika mereka sedang berada di lorong yang mana bisa saja ada orang yang akan melihat. Tapi Draco suka ini. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggan Harry.

Hingga tiba-tiba suara seseorang yang menggema menginterupsi.

"Are you fucking serious?"

Harry seketika mendorong Draco. Tapi ia tidak sepenuhnya membuat jarak diantara mereka. Tentu saja ia tidak bisa lebih jauh karena Draco masih memeluk pinggangnya dan tidak mau melepaskannya.

"Ronald! Kubilang diam saja dan segera pergi!" Hermione yang berdiri di samping Ron memukul pemuda Weasley itu. Wajahnya sedikit memerah, entah karena adegan ciuman Harry dan Draco atau karena ketahuan mengintip.

Ron sama sekali tidak peduli dan tetap berjalan mendekati Harry dan Draco. "Aku masih belum mendapatkan jawaban untuk semua pertanyaanku tapi aku sudah harus melihat kalian berciuman sebagai gantinya? Serius, kenapa bisa kau menyukai Malfoy?"

Bukannya Harry, Draco yang malah menjawab Ron. "Tch. Kau mengganggu saja. Memangnya kau pikir aku sudah mendengar alasannya menyukaiku?"

"Kau menciumnya meski tidak tau apa-apa?"

"Memangnya kenapa? Dia menyukaiku, aku menyukainya, apalagi yang penting?"

"Oh— ah... Kata-katamu bagus juga." Ron malah berakhir memuji Draco dengan canggung.

Hermione yang melihat keduanya mulai bertengkar kemudian maju. Ia menahan Ron yang berusaha untuk mendekati Harry. Ia tau jika Ron pasti akan mengambil Harry dari Draco. "Ronald, kubilang biarkan saja mereka," Hermione menarik Ron sekuat tenaga. Ia kemudian berganti menatap Harry. "Tapi bukan berarti aku melepaskanmu. Awas kalau nanti kau masih tidak mau bicara. Kupastikan kau mendapatkan ramuan itu lagi." Dan setelah memberikan peringatannya, Hermione akhirnya berhasil menarik Ron dan membawanya pergi dari tempat Harry dan Draco berada.

Harry menghela napas berat. Siapa sangka jika ramuan kebohongan itu bisa membuatnya kerepotan bahkan sampai hari ini. Ia kemudian kembali menatap Draco. Wajahnya memanas mengingat ciuman mereka tadi.

Sedangkan Draco kini menatapnya dengan bingung. "Ramuan apa yang dia maksud?"

Harry sama sekali tidak menjawab. Ia malah memasang wajah datar dan kemudian pergi—melarikan diri dari Draco.

Tidak langsung menahannya seperti sebelumnya, Draco malah tertawa sambil menggeleng. Ia memperhatikan punggung Harry yang semakin menjauh dan kemudian menyusulnya. "Hei, kau benar-benar akan diam saja?"

Harry lagi-lagi tidak membalas. Ia malah mempercepat langkahnya. Namun ia sama sekali tidak berusaha kabur dan sepenuhnya meninggalkan Draco. Ia malah memberikan kesempatan pada pemuda Malfoy itu untuk terus mengikutinya. Well, mungkin kali ini Harry tidak akan menyalahkan ramuan kebohongan yang tidak sengaja ia minum. Bagaimana pun juga, kalau bukan karena Ron yang keceplosan, mungkin Harry tidak akan pernah bisa berkencan dengan Draco. Oh, apa mereka berkencan sekarang? Hm, mungkin Harry akan memulainya dengan menceritakan kebenarannya terlebih dahulu kepada Draco. Tapi setelah ia menghilangkan rona merah di wajahnya, tentu saja.

.

He Accidentally Found Out About My Feelings And Now I Can't Lie Anymore Completed