DON'T LOOK BACK

2023© Peach Sundae

Rate : M (Mature for some scenes)

Cast : Chanyeol, Jongin, (?)


Jongin menatap kesal langit yang masih senantiasa mendung selama ia tinggal disini. Ia pikir hujan akan berhenti selama sehari saat ia datang, namun sialnya sampai ia bernafas hari ini pun air yang entah hasil evaporasi dari mmana ini masih saja turun. Memaksanya mengeratkan selimut tebal bersamaan dengan meminum kopi panas untuk permulaan hari ini sebelum pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.

Ngomong-ngomong tentang pekerjaan, ia teringat dengan toko antik milik neneknya yang berdiri tidak terlalu dekat dengan pusat jantung kota. Toko bernuansa elegan klasik yang masih berdiri kokok di antara toko-toko modern di sekitarnya. Apa lebih baik ia meneruskan toko tersebut? Tapi apa masih banyak orang yang tertarik dengan benda-benda antik kuno?

Kaki kanannya yang menggantung berusaha meraih sandal tidur berwarna biru kesukaannya di bawah meja kaca. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk bersiap diri. Pikirannya masih kalang kabut bermuara entah kemana. Ia tidak terlalu berfikir panjang setelah hidup di rumah neneknya. Mana mungkin kan ia mengandalkan uang dari ayahnya terus? Malah ia berharap setelah pindah dari Jepang ke Inggris, Jongin mendapatkan pekerjaan yang memiliki hasil lumayan cukup untuk di kirimkan ke ayahnya.

Selama ia berfikir sambil menggosok gigi, ia tahu betul kalau udaranya semakin dingin dari pada sebelumnya. Kemarin saat ia mengecek tangki pemanas di bawah rumah baik-baik saja keadaannya. Tidak ada yang bocor atau copot pipanya. Bahkan besinya saja sudah diganti dengan yang baru tahun kemarin dan dinginnya ini bukan dingin karena hujan. Lebih ke arah apa ya...

.

.

.

Jongin berusaha membuka payungnya setelah turun dari taksi, berjalan pelan menyusuri pertokoan yang familiar baginya dan sampai pada toko antik milik neneknya. Tangan kirinya merogoh saku celana mengambil kumpulan kunci yang selalu tergantung di belakang pintu dapur. Jongin tidak tau mana kunci yang sebenarnya, membuatnya menghabiskan waktu dengan mencoba seluruh kunci yang ia miliki sambil menahan rasa dingin di tubuhnya walau jaket kain tebal sudah membungkus tubuhnya.

"Sial! Yang mana sih?" Jongin frustrasi setelah mencoba setengah dari kunci tersebut, kenapa neneknya masih suka sekali menggunakan kunci kuno untuk tokonya?

Sekian puluh kunci itu pada akhirnya berhasil membuka pintu toko, Jongin langsung buru-buru masuk dan meletakkan payungnya pada rak payung, berlari menuju belakang untuk menyalakan pemanas ruangan. Sembari menunggu alatnya berfungsi dengan baik, Jongin membuat teh panas sembari melepas kunci toko dari kumpulan kunci. Dan sebuah pertanyaan muncul dibenak Jongin, baik di rumah maupun di toko hanya terdapat 10 kunci secara totalan, itu pun juga sudah ia labeli dan ia pisah. Jadi, puluhan kunci ini untuk pintu apa saja?

Mungkin neneknya memang sengaja mengumpulkan kunci-kunci dengan berbagai bentuk unik untuk dikoleksi. Namun, tiba-tiba alisnya bergerak naik mengingat ada sebuah pintu yang belum sempat ia buka. Pintu loteng yang sama sekali enggan ia jelajahi setiap ia berada di rumah tua itu. Firasatnya mengatakan bahwa aura bahaya menyelimuti ruangan tersebut ketika matanya tak sengaja fokus pada pintu kayu yang sama sekali tidak diplitur maupun di cat berwarna. Terasa asing dan terkucilkan, sehingga keengganan dalam hati Jongin untuk membuka pintu itu pun tak pernah terlaksana.

"Apa perlu aku membukanya?" monolog Jongin pada dirinya sendiri ketika menuangkan air panas yang mendidih ke dalam cangkir teh. Uap putih tersebut mengusap pelan pipinya dengan kehangatan yang diinginkan Jongin sembari menikmati air mengalir di kaca jendela. "Mungkin aku harus membukanya."

Tak tau harus bagaimana di toko antik ini, Jongin memutuskan untuk merancang apa saja yang perlu ia lakukan untuk mengurus salah satu peninggalan neneknya ini. Sembari berselancar mencari tips-tips dari ahlinya, ujung matanya tak sengaja menangkap sesuatu di lorong gelap yang ada di kiri depan toko. Meski tak ambil pusing, Jongin merasa sedikit familiar dengan sosok misterius yang terus-terusan menatap toko – lebih tepatnya dirinya yang langsung memegang tengkuknya. Rasa merinding menjalar ke seluruh tubuhnya dengan rasa penasaran untuk menggerakkan kepalanya sedikit saja.

Mengumpulkan keberanian yang ditemani dengan suara debaran jantungnya, Jongin berhasil menoleh sejenak sampai dirinya mematung ketika sosok yang pernah ia lihat saat pemakaman neneknya berjalan mundur. Otaknya menyuruh badannya untuk berjalan keluar toko dan Jongin menemukan dirinya sudah berada di depan lorong sempit dan buntu tanpa ia sadari.

Rintikan air hujan yang mulai reda membasahi kepala dan bahu Jongin.

Ke mana dia?

Seolah sosok tadi merupakan kunci jawaban dari banyaknya pertanyaan yang memenuhi pikirannya, Jongin hendak melangkah memasuki lorong tersebut sebelum sebuah tangan menarik lembut bahu kanannya.

"You better watch out. Once you take a step, your fate will be changed forever."

Orang asing itu pergi begitu saja setelah memberi ultimatum padanya. Seolah nasib yang ia miliki akan baik-baik saja bila ia tidak melangkah lebih jauh menelusuri lorong tersebut. Tapi ngomong-ngomong apakah orang itu kenal dirinya? Atau malah kenalan neneknya? Entahlah, Jongin sedang tidak ingin memikirkan sesuatu yang berat dan tak memiliki jawabannya secara instan.

Pindah ke Inggris sepertinya bukan pilihan yang baik, ia juga tidak memiliki alasan kuat kenapa ia harus tinggal di sini tanpa tau harus melakukan apa.

Merasakan tubuhnya dingin, Jongin kembali ke toko lalu memilih pulang dengan berjalan kaki berharap pikirannya yang kacau dapat waras kembali.

.

.

.

Iris hitam milik pemuda jangkung itu mengamati setiap langkah Jongin yang baru saja kembali dari kota. Chanyeol merasa tidak baik-baik saja ketika kehadiran pemuda itu ada di sini. Seolah sesuatu yang jahat datang bersamaan dengannya, mengganggu ketenangan yang perlahan berubah intens dan berat.

Kalau Chanyeol masa bodoh ia bakalan blak-blakan untuk menanyai semua hal yang perlu ia ketahui dari ibunya. Tapi rasanya lebih baik mengamati terlebih dahulu dari pada membuat rumor yang tidak-tidak.

Cahaya temaram di kamar atas membuat Chanyeol menutup tirai untuk mengindik kegiatan Jongin. Meski terkesan mesum, ia berharap tidak tertangkap basah seperti anak kecil yang sedang mengindik temannya lewat celah pintu.

"Apa yang kau lakukan?" suara lembut dari kakaknya membuat Chanyeol terdiam dengan tangannya yang perlahan menutup tirai jendelanya lebih rapat. "Dasar mesum."

"Bukan mesum," bela Chanyeol dengan wajah seriusnya, "lebih tepatnya penasaran."

"Sama saja bukan kalau kau mengamati tetanggamu yang sedang tidur ataupun ganti baju lewat jendela?"

Meski bukan waktunya untuk berdebat dan bercanda, Chanyeol memilih untuk mengungkapkan kegelisahannya. Park Yoora – kakak perempuan yang paling Chanyeol sayangi membawakan dirinya minuman hangat serta cemilan, seolah tau ada yang ingin Chanyeol katakan namun tidak tau harus kepada siapa.

"Aku tau kau sedang gelisah, tapi apa ada hubungannya dengan pendatang baru tersebut?"

Chanyeol mengangguk ketika selesai memasang meja bulat kecil yang ia simpan diselipan rak buku. "Entah kenapa ketika dia datang seolah ada sesuatu yang tidak beres – tidak sejak awal rumah itu sudah tidak beres. Apa nuna merasakannya juga?"

.

.

.

Waktunya akan tiba」

Ketika tangannya berusaha merogoh kumpulan kunci yang ada di sakunya, secarik kertas kusam terjatuh tepat di tangga menuju loteng. Seakan mengetahui pemikiran Jongin untuk menelusuri dan mengobrak-abrik isi loteng, keengganan Jongin semakin menjadi-jadi untuk tidak berurusan dengan ruangan tersebut.

Ia yakin kertas tersebut tidak pernah berada dalam kantong celananya. Meski orang asing yang ia temui tadi pun tidak melakukan pergerakan aneh seperti menyelipkan sesuatu ke dalam kantong celananya. Walau rasa skeptis terlintas pada benak Jongin, ia sudah menyadari tidak ada yang beres di rumah ini.

.

.

.

TBC


Hahaha (ketawa stress) akhirnya bisa balik ke dunia perffan walau tidak yakin apakah menarik. Tekanan hidup bener-bener bikin WB parah bertahun-tahun dengan draft yang tidak ada hentinya berulang-ulang direvisi - padahal tiap malem mikirin hunkai wikwik :v

Untuk pertama kalinya bikin ff berbau supernatural, misteri, dan thriller, semoga bisa membawakannya dengan baik karena terbiasa bikin ff hurt/comfort yang bikin batin tambah menderita :v

Semoga ff ini lanjut dengan lancar :')