Disclaimer : Boboiboy Galaxy (c) Monsta Studio

remake from my renjun's fanfiction on wp with title

"OUR LITTLE INJUN"

genre : family, friendship, science fictin and little bit romance

warning :ElementalSiblings! Little!Yaya


Laboratorium umumnya merupakan tempat untuk membuat suatu eksperimen yang nantinya akan dipresentasikan bila sudah berhasil. Berbagai alat serta bahan yang mungkin tak lazim akan dapat silihat jika berada di sana. Untuk orang yang menyukai dunia sciene akan memahami hal itu. Salah satunya adalah ilmuwan muda ini.

Dia tengah berkutat dengan beberapa zat kimia untuk membuat eksperimen. Entah apa yang dibuatnya, hanya saja hasil dari keingin tahuannya itu malah membuat kekacauan. Saat meneteskan cairan biru itu pada tanaman pakis, terjadi perubahan. Pakis itu tiba-tiba saja berubah ukuran menjadi kecil. Seperti saat pertama kali bertumbuh.

Namun, ada yang membuatnya heran.

"Kenapa ukurannya saja yang berubah, tapi sifat asalnya tetap sama? Heran," gumamnya keheranan.

Dia mengangkat pot tersebut dan memerhatikan dengan seksama tanaman pakis itu. Melupakan bahwasannya pakis tak jauh berbeda saat masih kecil atau pun dewasa.

"Ah, aku masih bingung. Sebenarnya bahan apa yang masih kurang." Ia menaruh kembali pot itu ke meja. "Ini sudah percobaan kesekian kalinya dan hasilnya tetap gagal."

Tangannya bergerak memijit kepalanya, lalu membawa botol kecil berisi cairan pengecil itu. Ia memasukannya ke dalam saku jas dan berjalan ke arah pintu sambil mengambil tas miliknya. Ini sudah waktunya pulang.

Ketika akan menutup pintu, ia memerhatikan sebentar ruangan laboratium itu. Kemudian beranjak dari sana.

"Yah ... mungkin aku akan melakukan uji coba lagi lain kali," gumamnya.

Lelaki itu melangkah dengan santai di jalanan Pulau Rintis yang cukup ramai. Para pejalan kaki lainnya sibuk dengan ponsel mereka. Hingga matanya menemukan sosok gadis dengan kerudung merah muda tengah kesusahan karena barang bawaannya.

Dengan cepat lelaki itu menghampiri si gadis dan membantunya menahan kantung besar yang kemungkinan berisi bahan masakan.

"Ah, terima kasih, Solar," kata gadis berwajah manis itu. Bibirnya tersenyum lembut karena merasa sudah merepotkan orang lain. Apalagi orang itu adalah tetangganya.

Solar tersenyum. "Tidak masalah. Kelihatannya kau baru pulang dari supermarket, Yaya," tebaknya.

Gadis yang ternyata adalah Yaya itu mengangguk. "Iya. Hari ini tugasku untuk belanja," jawabnya.

"Begitu ya. Aku boleh membantu untuk membawakannya?" Solar meminta ijin untuk membantu membawakan belanjaannya.

"Kau yakin?"

"Tentu."

"Tapi, akan sangat merepotkan. Apa lagi kita baru saja bertemu dan tak saling kenal." Yaya menolak dengan halus.

Ayolah, meskipun Boboiboy Solar itu tampan dan penuh karisma percaya diri, Yaya sedang tak ingin berurusan dengannya. Cukup sudah dia mendapatkan teror dari penggemar fanatik Solar di sekolah, tidak untuk di saat seperti ini.

Solar menautkan alisnya bingung. "Kenapa?"

"Bukan apa-apa."

"Kau jangan berbohong padaku, Yaya."

"Tidak."

"Terserah kau sajalah. Keras kepala sekali. Heran," cetus Solar malas.

Haruskah Yaya memberikan cermin ukuran besar pada lelaki penggemar dunia kimia itu? Tampaknya Solar saking percays dirinya sampai lupa kalau dia itu lebih keras kepala dari Yaya.

Solar merotasikan mata dibalik kacamata itu. "Sudahlah, lebih baik kubaantu. Tidak usah protes karena aku tak menerimanya," katanya sambil meraih kantung belajaan Yaya.

"Ish kau ini."

"Aku tahu kalau aku ini tampan."

Mereka pun berjalan menuju rumah yang jaraknya tidak begitu jauh. Maklum saja, mereka bertangga sejak kecil.

Sepanjang jalan mereka mengobrol, padahal baru pertama kali bertemu. Mungkin karena pembawaan lelaki itu yang santai cenderung over percaya diri. Ditambah Yaya juga termasuk orang yang easy going dengan siapa saja.

"Oh iya, habis darimana kau? Masih memakai jas putih dan tas di tangan. Mirip dokter baru pulang kerja." Kalau semisalnya Solar bukan seorang siswa SMA kelas tiga, Yaya tidak akan ragu untuk bilang kalau Solar memang seperti baru pulang kerja dari rumah sakit.

"Laboratiumku."

"Oh."

Tak terasa, mereka tiba di depan rumah Yaya.

"Nah, sudah sampai." Yaya tersenyum lega saat sudah tiba di asrama. Ia berbalik dan menatap Solar. "Solar, terima kasih sudah membantuku," katanya lembut.

Solar tersenyum miring. "Tak masalah, aku senang membantu orang." Ia melirik jam tangannya, "Ah, aku harus segera pulang. See you," katanya sambil melambaikan tangan dan berjalan menjauhi Yaya. Sebelumnya kantong belanjaannya sudah diberikan pada Yaya.

"Sampai jumpa!"

Namun, karena kecerobohan Solar yang mengangkat tangannya cepat membuat botol cairan dari dalam jasnya terjatuh dan menggelinding ke arah Yaya.

Tuk!

Yaya menundukan kepalanya saat merasakan ada sesuatu yang menyentuh ujung sepatunya. Di sana terdapat sebuah cairan berwarna biru di dalam botol berukuran kecil.

Yaya meraih benda itu dan menatapnya keheranan. "Benda apa ini? Apa milik Solar ya? Tapi, orangnya sudah pergi," gumamnya pelan.

Beberapa saat kemudian ia menggedikan bahunya.

"Sudahlah, besok saja aku akan mengembalikannya," katanya sambil memasukan benda itu ke dalam sakunya.

@@@

To be continued

Okay, aku sedang senang menuliskan ide dalam kepalaku. Jadi jangan heran kalau banyak update cerita baru. Nggak akan langsung aku beresin satu-satu karena itu beneran ribet. Cuman, kalau nggak dicantumin takut keburu ilang idenya.

well, untuk yang ini mungkin cepet beres dengan beberapa perubahan dari cerita aslinya di wp

so, see you in next part!

with luv, Aprilia Hidayatul