Disclaimer :
Naruto © Masashi Kisimoto
High school DxD © Ichiei Ishibumi
Summary : Namikaze Naruto, Anak kecil berambut kuning berumur 10 tahun yang harus kehilangan keperjakaannya karena teman kakaknya yang datang ke rumahnya, ia berpikir semua itu hanya mimpi namun ternyata tidak, dan saat itu juga hidupnya benar-benar berubah drastis.
Nee-chan to Kaa-chan no Tomodachi
Pair : Naruto x Harem
Genre : Big Breast, Harem, Shotacon, School Uniform, Handjob, Blowjob, Breast Feeding, Incest, Solo Male, Milf, Bikini, Mastrubation, Teacher, Paizuri, Apron, Bathroom, full energy.
Rate : M
Warning : Typo, OC, OOC, Multichap, R18+, alur berantakan, Not Like Don't Read!, ANAK DI BAWAH UMUR PERGILAH! DOSA BUKAN SALAH SAYA!
"Halo." berbicara
"Halo." batin
.
Chapter 11 : Neighbour Part 3
.
Sabtu, 11 September 20xx
Kediaman Namikaze
17.49 PM
.
Naruto yang tertidur karena sebelumnya ia melakukan sex dengan Mikoto hingga siang, akhirnya bangun dari istirahatnya.
Begitu membuka matanya, dia bisa melihat langit-langit kamarnya. "Kau sudah bangun?" dengan keadaan setengah sadar, Naruto mendengar suara kakaknya membuatnya menoleh ke samping dan ia melihat kakaknya yaitu Naruko tengah berbaring di sampingnya.
"Konbanwa," sapa Naruko sambil tersenyum manis. Naruto yang melihat itu mengerjapkan matanya sesaat, lalu ia langsung tersentak dan bangun dengan pipi merona.
"N-N-Nee-chan?!"
Naruko yang melihat keterkejutan Naruto ikut bangun sambil menggembungkan pipinya, "Kenapa reaksimu seperti itu?" ucap Naruko cemberut.
Naruto yang mendengar itu tersentak sesaat, "G-Gomen... a-aku hanya terkejut karena N-Nee-chan ada di sampingku," jawab Naruto lalu melihat ke arah sekitarnya dan hanya ada mereka berdua di kamarnya
Dirinya mengingat bahwa ia tengah melakukan sex dengan Mikoto hingga siang, dan setelah itu ia kehilangan kesadarannya karena kelelahan.
Begitu dia bangun, ia sudah ada di kamarnya bersama Kakaknya. Mengingat kejadian tadi pagi membuat pipi Naruto merona, dirinya tidak menyangka akan melakukan sex dengan Ibu salah satu teman kakaknya yang lain.
"Naruto-kun," panggil Naruko sambil memandang tajam adiknya, Naruto yang melamun karena memikirkan kejadian sebelumnya tersentak ketika wajah kakaknya sudah sangat dekat dengannya membuat pipinya semakin merona.
"N-Nee-chan." Melihat jarak mereka yang sangat dekat, Naruto berniat mundur menjaga jarak tapi Naruko langsung menahannya dengan mendudukkan dirinya di pahanya.
"Dari tadi aku memanggilmu tapi kau tidak mendengarkan, kau memikirkan sesuatu?" tanya Naruko sambil menempelkan keningnya dengan kening Naruto membuat tatapan mereka sangat dekat
Naruto yang mendengar itu meneguk ludahnya, kakaknya curiga. "Ti-Tidak kok... Tidak ada," jawab Naruto sambil mengalihkan pandangannya.
"Benarkah? Lalu kenapa pipimu ini merona tadi?" tanya Naruko kembali sambil mengelus pipi Naruto membuatnya semakin panik.
"I-Itu..."
"..."
"..."
"Fufu, aku tahu," jawab Naruko membuat Naruto terdiam dengan wajah pucat, "kau pasti berpikiran mesum soal Nee-chan yang tidur bersamamu bukan?" lanjut Naruko tersenyum manis lalu mendekati telinga Naruto
"Dasar mesum," bisik Naruko membuat tubuh Naruto merinding, namun di satu sisi dia bernafas lega karena untung saja kecurigaan kakaknya sedikit meleset .
"Kau pasti sekarang juga berpikiran mesum karena Nee-san duduk di pangkuanmu, benar bukan?" tanya Naruko berbisik, Naruto yang mendengar pertanyaan itu merona serta sedikit merinding karena nafas kakaknya yang mengenai telinganya membuatnya geli.
"N-Nee-chan... M-Menjauhlah sedikit, k-kau terlalu dekat," pinta Naruto dengan lembut. "Tidak mau," bisik Naruko lalu meniup pelan kuping Naruto membuat tubuhnya mengejang sesaat.
Lalu Naruko menggigit kuping Naruto membuat wajah Naruto semakin memerah. "Ne-Nee-chan... G-Geli," ucap Naruto membuat Naruko tersenyum lalu ia mengecup pipi Naruto cukup lama.
"N-N-N-Nee-chan, ke-kenapa kau menciumku."
Melepaskan kecupannya pada pipi Naruto, Naruko lalu tersenyum manis pada adik manisnya itu, "Maaf ya, aku terlalu menggodamu."
Naruto yang mendengar itu terdiam dengan wajah masih memerah karena kecupan tadi serta melihat wajah kakaknya yang terlihat cantik ketika tersenyum.
"Baiklah, hari sudah sore sebaiknya kau mandi sekarang, atau...," gantung Naruko sambil bangun dari pangkuan Naruto sambil tersenyum menggoda, "kau ingin Nee-chan yang memandikanmu?"
Naruto yang mendengar itu tersentak, "Ti-Tidak perlu?! Aku bisa mandi sendiri?!" balas Naruto lalu cepat-cepat masuk kamar mandi. Naruko yang melihat itu tertawa halus sesaat lalu turun dari kasur Naruto dan berjalan keluar dari kamar tersebut.
Sementara di kamar mandi, Naruto tengah bersandar di pintu kamar mandinya dengan wajah memerah, kejadian tadi masih terlintas di kepalanya dan membuat jantungnya berdetak kencang.
"Nee-chan... Kenapa...," batin Naruto tidak mengerti kenapa kakaknya sangat berbeda dari biasanya semenjak dirinya keluar dari rumah sakit.
.
18.20 PM
.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Naruto pun keluar dari kamarnya dan turun menuju ruang tamu. Begitu sampai, ia hanya melihat ibunya yang saat ini tengah memasak makan malam di dapur.
"Ah, Konbanwa Naruto-kun," sapa Kushina sambil tersenyum pada Naruto. "K-Konbanwa, Kaa-chan," sapa Naruto sambil duduk di salah satu kursi meja makan.
"Bagaimana? Apakah Mikoto-chan merawatmu dengan baik?"
Naruto yang mendengar itu merona dan kembali kejadian tadi pagi terlintas di kepalanya. "A-Ah... U-Um, di-dia merawatku dengan b-baik," jawab Naruto tergagap sambil mengalihkan pandangannya.
Tak berselang lama, Naruko pun turun dari lantai dua dan berjalan ke arah dapur, "Kaa-chan, apakah sudah selesai?" tanya Naruko, Kushina yang mendengar itu mengangguk.
"Ya, sedikit lagi. Kau bisa membantuku membawa yang lainnya ke meja makan, Naruko-chan," jawab Kushina lalu meminta Naruko membawa beberapa barang seperti piring, Nasi serta beberapa makanan yang sudah selesai duluan ke meja makan.
"Oke," jawab Naruko sambil tersenyum lalu menuruti perkataan ibunya, sementara Naruto yang duduk di kursi meja makan melihat senyuman Naruko kembali merona dan mengalihkan pandangannya kembali.
Naruko pun datang ke meja makan dan meletakkan masakan serta beberapa alat makan yang ia bawa, lalu mata biru Naruko beralih ke arah Naruto yang tidak melihatnya.
Melihat itu, Naruko tersenyum lalu merapatkan salah satu kursi yang ada di samping Naruto dan mendudukinya. "Naru-kun~" Naruto yang mendengar cara panggilan Naruko kembali merinding.
Ia pun dengan perlahan menoleh ke sampingnya dan melihat Naruko yang duduk di sampingnya sambil tersenyum manis.
"N-Nee-chan... To-tolong jangan memanggilku seperti itu."
Naruko yang mendengar itu tertawa pelan, "Habisnya, kau mengalihkan pandanganmu seolah tidak mau melihat Nee-chan," ucap Naruko membuat Naruto terdiam, "apa kau tidak menyukai Nee-san?" tanya Naruko dengan ekspresi sedih.
Naruto yang mendengar itu terkejut dan langsung menggelengkan kepalanya, "B-Bukan begitu... T-Tentu saja aku menyukai Nee-chan! T-Tapi...," balas Naruto tergagap dan bingung harus menjelaskan seperti apa.
Naruko yang mendengar itu tersenyum senang, "Begitu... Aku senang mendengarnya," balas Naruko sambil mengelus rambut Naruto dengan lembut.
Naruto yang di elus rambutnya kembali merona, "N-Nee-chan."
"Hei, jika kalian sudah selesai bicara ayo kita makan bersama!" ucap Kushina datang membawa sisa masakannya lalu duduk di seberang Naruto dan Naruko.
Naruto dan Naruko yang mendengar itu mengangguk lalu mereka pun makan malam bersama dengan hikmah.
Setelah selesai makan, Kushina menatap serius ke dua anaknya. "Naruko-chan, Naruto-kun ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian berdua!" ucap Kushina.
Naruko yang mendengar itu mendengarkan dengan seksama, sementara Naruto ia sedikit was-was dengan topik pembicaraan Kushina.
"Senin depan, teman-teman Kaa-chan akan berkumpul di sini. Jadi, Naruto-kun tolong jangan nakal dan jaga sopan santun mu ya," ucap Kushina, "lalu Naruko-chan, Kaa-chan minta maaf, jika Senin depan kau ada tugas bersama teman-temanmu, bisakah kau melakukan di tempat lain untuk sehari saja?"
Naruko yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, "Tentu saja tidak masalah, Kaa-chan."
"Gawat... Jika teman-teman Kaa-chan akan kemari... Itu artinya...," batin Naruto panik karena pasti dia akan bertemu dengan Tifa serta Mikoto di sini, tapi selama dia diam di kamar harusnya dirinya aman.
"Tapi Kaa-chan, bisa kah aku mengajak Naruto bersamaku setelah pulang sekolah? Agar tidak mengganggu kalian?"
Naruto yang mendengar itu justru makin khawatir, itu karena pasti teman-teman kakaknya akan menyerangnya nanti.
"Ti-Tidak perlu Nee-chan... A-Aku tidak ingin mengganggu Nee-chan se-serta teman-teman Nee-chan," ucap Naruto membuat Naruko menatap adiknya kecewa.
"Ehhh~"
"Itu benar, Naruko-chan... Naruto-kun masih kecil untuk ikut berkumpul dengan teman-temanmu," timpal Kushina membuat Naruko mengembung pipinya.
"Hmmpp, baiklah kalau begitu," balas Naruko sedikit kecewa membuat Naruto tidak enak melihat wajah sedih kakaknya.
"Go-Gomen ne, Nee-chan."
Naruko yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, setelah selesai makan Naruto serta Naruko pun membawa perabotan makan ke dapur dan Kushina akan mencucinya.
"Kalau begitu, aku akan ke kamarku," ucap Naruto lalu berjalan menuju kamarnya, sementara Naruko ia tetap di dapur membantu ibunya dengan mengeringkan perabotan yang telah di cuci Kushina.
Setelah sampai di kamarnya, Naruto mendudukkan dirinya di sisi kasur sambil menghembuskan nafasnya.
"Teman-teman Kaa-chan... Akan berkunjung ya...," batin Naruto, yang dirinya ketahui hanya lah Tifa karena tinggal di sebelah rumah mereka, Mikoto karena sudah bertetangga cukup lama walau jarak jauh serta Venelana karena insiden kecelakaan.
Mengingat ketiga milf itu membuat pipi Naruto memerah karena mengingat adegan sex yang mereka lakukan.
"Ugh... Kenapa harus di sini sih," batin Naruto, "bisa-bisa aku akan di serang lagi... Tapi Kaa-chan memang ada di rumah... Tapi tetap saja aku merasa tidak aman."
"Tapi ikut dengan Nee-chan juga tidak aman... Diam di sekolah juga tidak aman... Pergi berkeliaran keluar juga tidak aman..."
"Mungkin saat sampai rumah aku akan mengunci diri di kamarku saja."
Setelah memikirkan cara agar dia aman saat pertemuan ibunya, Naruto pun terdiam di kamarnya. "Ummm... Sekarang apa...," batin Naruto bingung mau melakukan apa sekarang.
Pyang!
Naruto yang sibuk dengan pikirannya sendiri harus terkejut ketika secara tiba-tiba jendelanya pecah karena di lempari sesuatu.
"Waaa!" teriak Naruto sambil bangun dari kasurnya. "Naruto-kun! Kau tidak apa?!" panik Naruko serta Kushina berniat memasuki kamarnya, ia melihat banyak pecahan kaca berserakan di kamar Naruto berserta sebuah batu.
"Ne-Nee-chan! Kaa-chan! Ha-Hati-hati!"
"K-Kau juga! Jangan bergerak dari sana, Nee-chan akan mengambil sapu!" seru Naruko langsung turun untuk mengambil sapu.
"Na-Naruto-kun, kau tidak apa-apa?" tanya Kushina, Naruto yang mendengar itu mengangguk. "U-Um, aku baik-baik saja... Ta-tapi... Aku tidak tahu siapa yang melempar batu ke kamarku," jawab Naruto sedikit ketakutan.
"Bertahanlah, Kaa-chan akan meminta bantuan teman Kaa-chan untuk memeriksanya," ucap Kushina lalu turun, tak lama setelah itu Naruko pun datang dengan membawa sapu serta serok.
Lalu ia pun menyapu pecahan kaca di kamar Naruto dan mengumpulkannya di serok agar tidak ada yang menginjaknya.
"Naru-kun, kau tidak apa-apa kan?" tanya Naruko mendekati adiknya dan memeriksa keadaannya. "A-Aku baik-baik saja kok, N-Nee-chan?" jawab Naruto meyakinkan kakaknya.
"Syukurlah... Syukurlah kalau begitu," balas Naruko sambil memeluk erat Naruto dan mengelus-ngelus pipinya dengan pipi adiknya.
Dirinya sangat khawatir sekali dengan keadaan Naruto karena dia baru saja sembuh, dan jika dia terluka lagi, ia akan sangat sedih serta marah dengan pelaku yang membuat adiknya terluka.
Tak lama setelah itu terdengar sirene polisi datang ke tempat mereka, Naruko serta Naruto yang ada di kamar pun turun dan mereka melihat Kushina yang berbincang dengan seorang Wanita berpakaian Polisi.
"Maaf merepotkanmu, Raikou-chan," ucap Kushina meminta maaf kepada wanita bernama Raikou itu. "Tidak perlu sungkan, selain itu akhir-akhir ini memang sering terjadi kasus seperti ini di beberapa tempat, dan kami masih mencari pelakunya," jawab Wanita bernama Raikou sambil tersenyum ramah.
"Ah! Minamoto-san!" seru Naruko membuat Raikou menoleh ke arahnya. "Oh, Naruko-san... dan... Naruto benar?" tanya Raikou menatap Naruto dengan intens.
"U-Um."
"Konbanwa, aku teman ibumu, Minamoto Raikou, salam kenal," ucap Raikou sambil tersenyum lembut kepada Naruto membuat pipinya merona.
"S-Salam kenal."
"Jadi... Tadi ada yang melempar batu ke kamarmu, Naruto-kun? Apakah kau terluka?" tanya Raikou sambil merendahkan tubuhnya.
Naruto yang melihat Raikou merendahkan tubuhnya seketika tersentak karena matanya secara tak sengaja melihat dada besar Raikou.
"E-Em, a-aku baik-baik saja," jawab Naruto sambil mengalihkan pandangannya, Raikou yang melihat itu tertawa halus lalu kembali menegakkan tubuhnya.
"Lalu, apakah benda yang di gunakan untuk memecahkan kaca kamar Naruto-kun masih ada?" tanya Raikou dan di balas anggukkan oleh Naruko. "Um, mari silahkan lewat sini," jawab Naruko menuntun Raikou ke kamar Naruto.
Naruto yang diam di tempat melirik ke arah Naruko serta Raikou yang akan ke kamarnya. Namun wajahnya langsung memerah karena melihat bokong Raikou yang menggunakan rok polisi di atas lutut yang membuatnya tampak seksi, apa lagi saat dia berjalan membuat kesannya semakin WOW sekali.
Ia langsung kembali mengalihkan wajahnya sambil menutupnya dengan kedua berselang lama, Raikou pun kembali sambil membawa barang bukti dengan Naruko di belakangnya.
"Baiklah, Kushina-chan. Aku akan kembali untuk menyelidiki kasus ini, aku akan meminta anak buahku untuk berjaga di daerah sini agar tidak terjadi apa-apa," ucap Raikou dan di balas anggukkan oleh Kushina.
"Baiklah, Arigatou Raikou-chan," ucap Kushina berterima kasih dan di balas senyum oleh Raikou. "Ah, benar juga. Untuk berjaga-jaga sebaiknya untuk saat ini, Naruto-kun tidak beristirahat di kamarnya dulu," ucap Raikou membuat Naruto tersentak.
"E-Eh? Ke-Kenapa?"
"Maka dari itu aku bilang berjaga-jaga, siapa tahu saja penyerang itu kembali saat bawahanku lengah, jadi akan lebih baik kamu tidur di tempat lain dulu."
"Kalau begitu, aku akan mengajaknya tidur di kamarku," jawab Naruko sambil memeluk Naruto dari belakang membuatnya merona.
Dirinya yang mendengar itu ingin menolak, ia melihat ke arah Ibunya yang juga melihatnya. Hingga ia teringat kejadian waktu saat di rumah sakit, tentu saja itu membuat wajahnya memerah dan jika dia memilih tidur bersama ibunya itu adalah pilihan buruk.
Kushina yang juga mengingat kejadian itu merona dan langsung mengalihkan pandangannya. Raikou yang melihat gelagat aneh Kushina menaikkan alisnya, "Ada apa, Kushina-chan?"
"A-Ah, tidak! Tidak ada apa-apa!"
"Hm... Baiklah, kalau begitu aku undur diri," ucap Raikou berpamitan lalu berjalan keluar rumah Namikaze bersama seorang perempuan rambut hitam sebahu dengan tatapan seriusnya yang menunggu di luar kediaman sejak tadi.
Kushina pun lalu menutup pintu kediamannya dan membiarkan Raikou serta bawahannya mengurus sisanya. "Saa~, ayo kita ke kamar, Naruto-kun," ucap Naruko mengajak Naruto ke kamarnya, Naruto yang mendengar itu menegang sesaat lalu mengangguk kepalanya.
Naruko pun menarik Naruto untuk ke kamarnya, sementara Kushina menatap kepergian mereka dengan pipi sedikit merona. "Astaga... Kejadian waktu itu masih terlintas di kepalaku... Jika Naruto-kun tidur bersamaku...," batin Kushina dengan pipi semakin merona, "tidak! Tidak! Tidak! Kau tidak boleh berpikir aneh-aneh dengan anakmu Kushina!"
Beralih ke sisi Naruto, saat ini ia telah sampai di kamar kakaknya. Dia meneguk ludahnya karena ia akan tidur bersama kakaknya, walau waktu ini ia pernah tidur bersamanya. "Ayo, Naruto-kun tidak perlu malu-malu," ajak Naruko sambil menarik Naruto lebih dalam ke kamarnya.
Selagi di tarik, Naruto memandang sekeliling kamar kakaknya. Ia bisa melihat kamar kakaknya sangat rapi serta terdapat banyak barang di bandingkan kamarnya.
"Bagaimana? Kamar Nee-san?"
Naruto yang mendengar itu tersentak sesaat, "A-Ah... Kamar Nee-chan bagus dan juga terdapat banyak sekali barang," jawab Naruto sambil kembali melihat kamar Naruko.
Begitu sampai di sisi kasur, Naruko langsung memeluk Naruto dengan erat lalu menjatuhkan diri mereka hingga saling berbaring di kasur.
"Ne-Nee-chan?" gumam Naruto dengan pipi merona, Naruko yang mendengar itu tidak merespons panggilan Naruto.
Ia ingin kembali melonggarkan pelukan kakaknya, namun ia bisa mendengar isakan di samping telinganya.
"N-Nee-chan?"
"Maaf... Aku hanya takut jika terjadi sesuatu denganmu," balas Naruko sambil mengelus pipinya dengan pipi Naruto, "Nee-chan tidak mau terjadi sesuatu yang buruk denganmu lagi."
Naruto yang mendengar itu terdiam, kakaknya sangat khawatir dengan keadaannya. Ia pun berinisiatif dengan membalas pelukan kakaknya untuk menenangkannya.
"Daijoubu, Nee-chan... Aku ada di sini," bisik Naruto, Naruko yang mendengar itu mempererat pelukannya. Setelah berpelukan beberapa menit, Naruko masih belum melepaskan pelukannya membuat Naruto meneguk ludahnya.
"Jika terus seperti ini, aku bisa gawat," batin Naruto panik, apa lagi terkadang bagian bawah Naruko terkadang bergerak menggesek bagian bawahnya yang bisa saja membuatnya tegang kapan saja.
Lalu, Naruko pun akhirnya sedikit melonggarkan pelukannya lalu tersenyum pada Naruto, "Arigato, Naruto-kun," ucap Naruko dan di balas anggukan pelan oleh Naruto.
"S-Sama-sama," balas Naruto tergagap, Naruko pun akhirnya bangun dari atas tubuh Naruto sambil menyeka air matanya.
Naruto yang tidak di tindih pun mendudukkan dirinya dengan pipi masih merona karena malu, "ughh... Hampir saja, jika lebih lama lagi bisa gawat tadi," batin Naruto.
Naruto yang di elus kepalanya melihat ke arah kakaknya yang tersenyum padanya, "Aku tidak menyangka bahwa adik manisku sudah bisa bersikap Dewasa," puji Naruko membuat pipi Naruto semakin merona.
"A-Aku hanya tidak ingin Nee-chan selalu mengkhawatirkanku," balas Naruto sambil mengalihkan pandangannya. "Mou~ kau itu adik kesayanganku, tentu saja jika terjadi sesuatu padamu Nee-san akan sangat khawatir tahu, memangnya kamu mau lihat Nee-san sakit seperti waktu itu karena kamu di rumah sakit?" balas Naruko sambil menggembungkan pipinya.
Naruto yang mengingat itu terdiam, memang ibunya pernah bilang jika Naruko tidak menjaga kesehatannya karena mengkhawatirkan dirinya, dan itu membuatnya merasa bersalah.
"Maaf," balas Naruto meminta maaf, Naruko yang mendengar itu terdiam sesaat lalu memeluk Naruto kembali hingga kepalanya tenggelam di belahan dada Naruko.
"N-Nhhe-chhuahn?!"
"Kau tidak perlu meminta maaf, itu juga salahnya Nee-san. Jadi tidak perlu di pikirkan ya," ucap Naruko sambil mengelus rambut Naruto dengan lembut selagi memeluk Naruto.
Naruto melepaskan pelukan Naruko sambil menganggukkan kepalanya, "Aku mengerti!" Naruko yang melihat Naruto melepaskan pelukannya menggembungkan pipinya.
"Kenapa kau tidak mau di peluk?"
"B-Bukannya tidak mau, ha-hanya saja memalukan!"
"Kenapa?! Lagi pula aku ini kakakmu tahu!"
"Bu-Bukan karena itu!"
"Lalu karena apa?" tanya Naruko, sementara Naruto terdiam dengan wajah merona, tentu saja dia tidak bisa mengatakan, "karena jika aku di peluk Nee-chan, aku akan terangsang!"
"MANA MUNGKIN AKU MENGATAKANNYA?!" batin Naruto, "A-aku tidak bisa mengatakannya," jawab Naruto sambil mengalihkan pandangannya.
"..." Naruko yang mendengar itu terdiam, ia memandang Naruto dengan ekspresi cemberut serta kesal, "apakah itu tantangan?"
Naruto yang mendengar itu kebingungan sesaat namun seketika ia terkejut ketika Naruko naik ke kasur dan menariknya hingga saat ini ia memeluk Naruto dari belakang.
"Jika mau tidak mau mengatakannya, aku akan membuatmu mengatakannya!" bisik Naruko sambil menjilati kuping Naruto membuat Naruto bergerak tidak karuan.
Agar tidak melawan, Naruko mengunci kaki serta tangan Naruto, jadi dia bisa leluasa menggodanya.
"N-Nee-chan!" gumam Naruto dengan wajah semakin memerah, tubuhnya menegang serta mengejang beberapa kali karena rasa sensitif dari kupingnya.
"Ayo, katakan... Kenapa kau tidak ingin di peluk, Nee-san?" goda Naruko sambil terus menjilati kuping Naruto.
Naruto yang mendengar itu tidak tahu harus berbuat apa, dia ingin berbohong tetapi pikirannya menjadi kacau karena rangsangan yang di buat Naruko hingga membuatnya tidak bisa berpikir.
"Ga-Gawat... Jika seperti ini terus...," batin Naruto yang perlahan kesadarannya memudar karena tidak kuat.
.
.
.
"Ugh...," lenguh Naruto perlahan membuka matanya, "dimana... Aku," batin Naruto mencoba memulihkan kesadarannya kembali.
"Naruto-kun!" Naruto yang mendengar suara kakaknya sedikit mengangkat kepalanya dan ia melihat Naruko yang menangis.
"Syukurlah!" ucap Naruko lalu memeluk Naruto dengan erat, Naruto yang di peluk Naruko terdiam sesaat hingga ingat bahwa tadi dia tengah di goda oleh Naruko hingga ia pingsan.
"N-Nee-chan."
"Gomen... Nee-san kali ini berlebihan menggodamu hingga membuatmu pingsan," ucap Naruko sambil mengelus rambut Naruto dengan lembut.
Ia yang mendengar itu terdiam, ia melirik sekitarnya di mana dia masih di kamar Naruko namun kali ini ruangannya sudah gelap serta mereka saat ini juga telah dalam posisi tidur saling berhadapan.
"Sekarang beristirahatlah... Nee-san tidak akan mengganggumu lagi," ucap Naruko sambil memeluk erat adiknya. Naruto yang mendengar itu hanya diam dengan pipi merona karena tidur sambil di peluk oleh Naruko, namun kali ini ia tidak melepaskan pelukannya karena dia tidak mau menyakiti perasaan kakaknya lagi.
"Bau Nee-san... Sungguh harum," batin Naruto lalu berusaha memejamkan matanya.
.
.
.
Minggu, 12 September 20xx
07.00 AM
.
Pagi hari menjelang, begitu Naruto bangun dari tidurnya ia sudah tidak melihat Naruko tidur bersamanya, jadi dia memutuskan untuk pergi dari kamar Naruko secepatnya sebelum di goda olehnya lagi.
Begitu selesai membersihkan badannya di kamarnya sendiri, Naruto turun menuju ruang makan dan ia melihat Naruko yang telah di meja makan menikmati sarapannya, sementara Kushina masih ada di dapur.
"O-Ohayou," sapa Naruto, Kushina yang melihat Naruto tersenyum. "Ohayou, Naruto-kun," balas Kushina.
"Ohayou," balas Naruko dengan suara lemas lalu bangun dari kursinya karena telah selesai sarapan dan pergi ke kamarnya. Naruto yang melihat itu terdiam, lalu mendudukkan dirinya di kursi meja makan untuk sarapan.
"Ne, Naruto-kun, apa kau berkelahi lagi dengan kakakmu? Sejak tadi dia tampak murung loh," tanya Kushina membuat Naruto yang mendengar itu tersentak. "A-Ah, tidak... Kami tidak berkelahi kok, mu-mungkin saja dia lelah," balas Naruto lalu mencoba menikmati sarapannya.
Namun begitu dia menikmati sarapannya, bayangan saat Naruko menangis tadi malam terngiang di kepalanya, "Nee-chan."
"Benarkah? Jika kau berkelahi sama Nee-sanmu, sebaiknya kau secepatnya berbaikan loh, tidak baik jika kalian berkelahi."
Naruto yang mendengar itu diam sesaat lalu menganggukkan kepalanya. Begitu selesai sarapan, Naruto pergi ke depan kamar Naruko untuk membicarakan kejadian tadi malam.
Namun keraguan besar hinggap di hati Naruto, bagaimana jika Naruko tidak ingin di ganggu dan di dekati olehnya. Ia mencoba memberanikan diri, namun ketakutannya semakin besar untuk mencoba memasuki kamar Naruko.
Jadi dia memutuskan hanya berbicara di depan pintu kamar Naruko. "Nee-chan... Kejadian tadi malam bukan salah Nee-chan... Aku... Hanya tidak tahan jika di goda seperti itu... Sekaligus... Akhir-akhir ini banyak yang aku pikirkan semenjak keluar dari rumah sakit... Jadi... Jangan menyalahkan dirimu, Nee-chan," ucap Naruto, namun Naruko tidak membalasnya.
"Aku akan pergi keluar dulu, aku menyayangimu... Nee-chan... Jadi jangan sedih," ucap Naruto lalu pergi dari kamar tersebut.
.
.
.
Naruto side
08.45 AM
.
Setelah berpamitan dengan Kushina untuk keluar bermain mencari teman sekolahnya, saat ini Naruto berjalan ke tempat temannya dengan kepala menunduk karena masih kepikiran dengan kakaknya yang menangis.
Walau memang sepenuhnya itu kesalahannya yang membuatnya pingsan karena berlebihan menggodanya, tapi tetap saja dia tidak tenang melihat itu walaupun dulu mereka terkadang tidak akrab dan saling bermusuhan, tetapi entah kenapa sekarang berbeda.
"Ugh... Perasaan apa ini," batin Naruto memegang kepalanya yang sedikit sakit. Tanpa Naruto sadari, sedari tadi ada dua orang yang mengawasinya, lalu mereka pergi dari situ.
Beberapa menit berjalan, Naruto yang akan sampai di tempat temannya harus terkejut ketika seseorang menariknya.
Naruto yang melihat siapa yang menariknya tersentak ketika melihat dua pria yang tidak dia kenal. "Siapa kalian?!" gumam Naruto setengah berteriak, namun salah satu Pria langsung memukul tengkuk Naruto agar pingsan.
"Yosh! Kita mendapatkan salah satu anak pengusaha terkaya!"
"Hehe! Dengan begini kita bisa kaya raya! Ayo kita pergi dari sini sebelum ada yang lihat!"
"Oi-oi-oi... Apa yang kalian lakukan?" kedua pria yang mendengar itu menoleh ke sumber suara dan di belakang mereka terdapat seorang pemuda rambut kuning dengan kacamata, serta memiliki tubuh berotot.
"Kuso! Ada saksi mata!"
"Enyahlah sebelum kami beri pelajaran!" teriak salah satu penculik berniat menusuk Kintoki dengan sebuah pisau
BUAGH! BUAGH!
Namun dengan cepat, orang tersebut menghajar kedua penculik itu hingga babak belur, lalu ia menghembuskan nafasnya dan menatap kedua penculik yang tak sadarkan diri itu dengan tatapan sinis.
"Kalianlah yang enyah dari sini, dasar sampah!" ucapnya, lalu ia melihat keara Naruto yang tak sadarkan diri. Ia pun berjongkok dan menepuk pipi Naruto beberapa kali, "Oi! Gaki! Sadarlah ini masih pagi loh?!"
Namun tidak ada respons dari Naruto, pemuda itu mendecih kesal sambil menggaruk kupingnya yang tidak gatal. "Bagaimana ini, aku tidak tahu di mana anak ini tinggal... jika aku bawa ke tempat boss, bisa-bisa aku di hajar... Jika aku di bawa pulang aku bisa di pukul, Kaa-chan," gumamnya kebingungan.
"Tapi masih mending dari pada aku di keroyok sama Boss, Kaa-chan pasti mau mendengarkan," ucap pemuda itu lalu membawa Naruto pergi dari tempat itu.
.
.
Other Place
.
Kriet!
"Kaa-chan! Tadaima!" ucap pemuda itu memasuki kediamannya sambil membawa Naruto, tak berselang lama seorang Wanita rambut hitam panjang datang sambil membawa secangkir kopi.
"Oh, Kintoki, kau sudah kembali... dan apa maksudmu membawa anak kecil ke sini? Apa yang sudah kau perbuat?" sapaan Wanita itu seketika berubah menjadi pertanyaan beruntun, apa lagi auranya yang tenang berubah menjadi menyeramkan.
"De-Dengarkan aku dulu, Kaa-chan... Aku menemukan anak ini di sekap oleh dua orang tadi, jadi aku menolongnya, dan saat ini dia tak sadarkan diri," ucap pemuda bernama Kintoki tergagap karena takut merasakan aura ibunya.
Wanita itu menatap anak kecil yang di bawa Kin hingga ia tersentak karena yang dia bawa adalah, Naruto. "Astaga, dia Naruto-kun," gumam Wanita itu sambil memeriksa keadaan Naruto.
"Naruto? Aku seperti pernah mendengar nama itu... Etto... Bukankah harusnya Naruko?"
"Dia adalah adiknya."
"Eh?! BOHONG?!"
"Kintoki, di mana kau menemukan lokasi Naruto-kun?" tanya Wanita itu menatap serius anaknya. "E-Eh? A-Ah, cukup jauh dari sini, sekitar blok J... aku rasa," jawab Kintoki.
"Bisakah kau serius?" tanya wanita itu dengan ekspresi tidak senang. "I-Itu betul kok!" jawab Kintoki panik, dia tidak mau di pukul oleh ibunya.
"Baguslah, kemarin ada yang melakukan penyerangan di kediamannya, bisa saja dalangnya adalah mereka," ucap Wanita itu lalu mengambil ponselnya dan memberi pesan ke bawahannya, "Aku akan meminta Sara-san dan bawahannya untuk menangkap mereka."
"B-Begitu... Ka-Kalau begitu, aku akan pergi lagi... Karena tidak tahu di mana dia tinggal j-jadinya aku membawanya kemari, J-Jaa na Kaa-san!" ucap Kintoki lalu pergi secepat mungkin meninggalkan Naruto serta ibunya di ruang tamu.
"Huft... Bagaimana ini, apa aku sebaiknya memberitahu Kushina-chan?" gumam Wanita itu kebingungan, dia mengecek ponselnya lalu menatap Naruto yang masih pingsan, "tidak... Tunggu sebentar... Jika aku bilang padanya dia pasti akan panik," batin wanita itu.
"Tapi itu hal lumrah dari seorang ibu bukan? Pasti semua ibu akan khawatir sekali dengan keadaan anaknya!"
"Ugh..." Ibu Kintoki yang mendengar Naruto melenguh tersentak dan ia melihat Naruto yang perlahan membuka matanya. "Oh! Syukurlah kau sudah sadar, Naruto-kun!" gumam Wanita itu.
"Ini, di mana?" gumamnya sambil berusaha bangun, dan begitu mendudukkan dirinya ia terkejut ketika melihat dada besar di depan wajahnya yang membuatnya langsung merona.
"Wahhh!" seru Naruto langsung merangkak mundur, dan ia bisa melihat seorang wanita yang ia kenal yang memiliki dada tersebut.
"A-Anda, R-Raikou-san?!" kejut Naruto. "Ohayou, Naruto-kun," sapa wanita yang tak lain adalah, Minamoto Raikou.
"A-Ah benar juga... Ta-tadi... La-Lalu ini di mana?" tanya Naruto dengan ekspresi panik. "Hei! Tenanglah! Kau baik-baik saja, sekarang kau ada di kediamanku," ucap Raikou sambil memegang kepala Naruto dengan lembut, lalu merendahkan tubuhnya.
"Kau tadi hampir di culik bukan? Tadi anakku melihatmu jadi dia menolongmu dan membawamu ke sini karena tak sadarkan diri," lanjutnya sambil tersenyum lembut berusaha menenangkan Naruto.
"B-Begitu...," gumam Naruto, lalu tanpa sengaja matanya melihat dada besar Mikoto yang tertutup oleh sweater berwarna putihnya, "g-gawat! A-Aku masuk kandang singa lagi?!"
"Selagi menenangkan dirimu, sebaiknya kau diamlah di sini sebentar... Nanti aku akan mengantarkanmu pulang," ucap Raikou sambil berdiri dan berjalan ke arah dapur.
"A-Ah, ti-tidak perlu...a-aku akan pulang sendiri!"
"Tidak boleh, di luar sana orang yang ingin menangkapmu masih belum di tangkap, selain itu kau baru pertama kali di sini bukan? Bisa saja nanti kau akan ke tangkap lagi nanti," ucap Raikou membuat Naruto terdiam karena ucapannya ada benarnya, tapi jika dia di sini, bisa saja terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan.
"Ugh... Jika aku terus di sini bisa gawat... Aku akan usahakan tidak melihatnya," batin Naruto sambil menutup kedua matanya dengan pipi merona.
Raikou yang membuatkan minuman di dapur melihat ke arah Naruto karena area dapur berhadapan dengan ruang tamu. Dia bisa melihat, Naruto tengah menutup kedua matanya dengan rapat-rapat.
Raikou yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya, lalu ia melihat sekitarnya yang tidak terdapat siapa-siapa. Lalu matanya melihat ke arah dirinya sendiri di mana ia menggunakan baju Sweater putih dengan celana pendek bewarna merah, bahkan celana pendeknya hampir tidak terlihat karena sweaternya.
Terdiam beberapa saat, Raikou lalu tersenyum penuh misterius. Setelah selesai membuatkan minuman serta camilan untuk Naruto, ia pun berjalan ke arah ruang tamu.
"Ayo, Naruto-kun, silahkan di minum," ucap Raikou sambil meletakkan minumannya di depan Naruto. "E-Eh! A-Ah, Arigato!" ucap Naruto berterima kasih sambil membuka matanya.
Tetapi ia langsung merona karena melihat dada besar Raikou di depan matanya, dengan cepat ia langsung kembali menutup matanya rapat-rapat.
Melihat Reaksi Naruto, Raikou tertawa dalam hatinya. Lalu ia pun mendudukkan dirinya di samping Naruto. "Jadi, Naruto-kun... Tadi kau berniat pergi ke mana?" tanya Raikou penasaran.
Naruto yang mendengar itu terdiam sesaat, "A-Ah... Tadi aku berniat pergi ke rumah salah satu temanku... Tapi tiba-tiba ada yang menarikku dan memukulku," jawab Naruto masih memejamkan matanya sambil mengelus lehernya.
"Benarkah? Bagaimana keadaan lehermu?" tanya Raikou mendekati Naruto dan memeriksa lehernya. Naruto yang di sentuh lehernya tersentak dan ia juga bisa merasakan tangannya di apit oleh benda yang lembut.
"Bagaimana? Apakah masih sakit?" Naruto yang mendengar suara Raikou di samping telinganya reflek menjaga jaraknya, dan tanpa sengaja ia menyenggol dada besar Raikou.
"Aahhnn~!"
Naruto yang melihat itu terkejut dan semakin menjauh dari Raikou dengan wajah memerah. "Go-Gomen, Minamoto-san!" ucap Naruto meminta maaf, "g-gawat... jika seperti ini terus..."
Naruto yang merasakan di bawahnya menegang langsung menutupinya dengan kedua tangannya. "Fufufu~ ternyata benar," ucap Raikou sambil mendekati Naruto.
"Apa kau berpikir mesum soalku, Naruto-kun?"
"Ti-Tidak, itu tidak benar!" balas Naruto mencoba mengelak. "Kalau begitu kenapa kau menutupi bawahmu?" tanya Raikou dengan nada menggoda membuat Naruto meneguk ludahnya.
"I-Itu...," gumam Naruto kebingungan memberikan jawaban, "ga-gawat... Aku harus pergi secepatnya dari sini sebelum sesuatu yang tidak aku inginkan terjadi!" batin Naruto berniat kabur.
Namun sebelum dirinya melarikan diri, ia harus terkejut ketika Raikou sudah sangat dekatnya dan memegang kedua bahunya dan langsung menciumnya.
"Uhhhmnn!" seru Naruto terkejut dalam ciumannya bersama Raikou. Ia pun mencoba mendorong Raikou untuk melepaskan ciuman itu, tetapi hal itu di manfaatkan Raikou dengan langsung menyentuh bagian bawah Naruto dengan menggunakan tangan kirinya.
"Uhmmnn!"
"Dasar anak nakal, masih kecil berpikiran mesum, apakah penampilanku ini membuatmu terangsang?" goda Raikou sambil mengelus bagian bawah Naruto dengan lembut, Naruto yang mendengar itu semakin memerah wajahnya.
Sekuat tenaga ia mendorong Raikou menjauh, tetapi kekuatan mereka jelas berbanding jauh, "Mi-Minamoto-san... J-Jangan," pinta Naruto.
"Ara~ Ara~ Kenapa tidak boleh? Bagian bawahmu ini sudah tegang, jika tidak di sembuhkan kau akan sakit nanti loh," ucap Raikou dengan nada seksual, tangannya pun berhenti mengelus bagian bawah Naruto dan menurunkan celananya hingga keluar penisnya yang sudah tegang.
Raikou yang melihat penis Naruto cukup berbeda untuk anak seusianya, tersentak dengan pipi merona. Lalu ia tersenyum dan menatap Naruto yang wajahnya telah memerah, "Ara, tidak aku sangka kau memiliki penis yang besar untuk anak seusiamu," ucap Raikou sambil mengocok pelan penis Naruto.
"Shhh, to-tolong jangan..."
"Jangan khawatir, aku akan menyembuhkannya, dan panggil saja aku Raikou," ucap Raikou lalu mencium Naruto penuh nafsu.
.
.
Naruko side
.
Beralih ke sisi, Naruko. Saat ini ia tengah di ruang tamu bersama ibunya, begitu keluar dari kamar ia tidak melihat Naruto sama sekali, dan ibunya bilang adiknya itu ingin ke rumah temannya.
Dia yang mengetahui itu hanya diam, dan berpikir mungkin memang lebih baik jika dia tidak bertemu Naruto untuk sesaat. Karena dia tidak ingin menyakiti Naruto lagi, terkadang sifat Broconnya ini di luar batas jika terjadi sesuatu pada adiknya dan itu membuatnya terkadang menyakiti Naruto.
jadi dia menjaga jaraknya agar tidak menyakitinya. Kushina yang melihat Naruko melamun, terdiam sesaat lalu menghembuskan nafasnya pelan.
"Apa kau sedang berkelahi dengan Naruto-kun?" tanya Kushina mengulangi pertanyaannya. Naruko yang mendengar itu sedikit mengalihkan pandangannya, "Tidak... Hanya saja... Akhir-akhir ini terlalu berlebihan menggoda Naruto-kun hingga menyakitinya," balas Naruko sambil memeluk kedua kakinya.
"Jadinya... Aku sedikit menjaga jarak darinya."
Kushina yang mendengar itu terdiam sesaat lalu tertawa pelan membuat Naruko menatap bingung ibunya, "Kenapa ibu tertawa, apakah ada yang lucu?"
"Um? Tidak... Hanya saja, kelakuanmu ini mengingatkanku kejadian saat kau kecil," jawab Kushina sambil tersenyum, "waktu itu kau juga menjaga Naruto-kun, kau mengajaknya bermain hingga tidak sengaja menyakitinya. Naruto-kun menangis dan kau sangat sedih karena membuatnya menangis, lalu kau menjaga jarak dari Naruto-kun karena tidak ingin menyakitinya."
"Tapi Naruto-kun selalu menangis karena tidak ada kamu, lalu karena tidak mau Naruto-kun menangis terus kau pun kembali mendekatinya dan ia berhenti menangis lalu tersenyum senang karena melihatmu."
Naruko yang mendengar itu terdiam sambil mencoba mengingat kejadian itu. Waktu itu, ia berumur 9 tahun dan Naruto berumur 2 tahun, Ibunya sibuk dengan pekerjaannya begitu juga dengan ayahnya, jadinya dialah yang menjaga Naruto.
Dia mengajaknya bermain dan terkadang sering menggodanya dengan menarik pipinya karena dia tampak sangat menggemaskan.
Saat dia bermain dengan Naruto dengan membangun rumah-rumahan dari kotak-kotak kayunya kecil, ia tak sengaja menjatuhkannya dan mengenai kepala adiknya hingga membuatnya menangis.
Ia yang melihat Naruto menangis tentu panik dan ia ikut menangis karena membuat adiknya terluka. Karena tidak ingin menyakiti Naruto lagi, ia pun menjauhi adiknya.
Namun baru beberapa jam dia menjauhinya, Naruto selalu saja menangis. Ibunya pun memintanya untuk mendekatinya, dia pun menurutinya dan Naruto tersenyum padanya, Ia yang melihat itu ikut tersenyum dan kembali bermain dengan Naruto.
Ia yang mengingat itu tersenyum, Kushina lalu mengelus rambut Naruko dengan lembut. "Cepatlah berbaikan dengan Naruto-kun, kau tahu sejak tadi dia juga melamun tahu," ucap Kushina menyarankan Naruko untuk berbaikan dengan adiknya.
Naruko yang mendengar itu terdiam sesaat lalu menganggukkan kepalanya.
"Um!"
.
.
Naruto Side
.
Beralih ke sisi Naruto, saat ini ia tengah duduk di sofa dengan Raikou yang tengah mengulum penisnya sambil menarik turunkan kepalanya.
"Uhmhnn Hhhmnn!"
"Ra-Raikou-san! Ahhh!"
Naruto sebenarnya ingin pergi, tetapi tentu saja ia tidak bisa karena Raikou mengancamnya akan melaporkan perbuatannya, jadi mau tidak mau dia hanya bisa menuruti Raikou.
"Ahh... Gawat... padahal aku hanya ingin menggodanya, tapi melihat penis besarnya membuatku terangsang... Bahkan suamiku tidak sebesar miliknya," batin Raikou sambil mengulum penis Naruto.
Sebelumnya dia telah mengunci pintu rumahnya agar tidak ada yang masuk melihat kegiatan mereka, jadi dirinya bisa leluasa mengulum penis Naruto.
Melepaskan kulumannya sesaat, Raikou menaikkan sweaternya hingga terlihat dada besarnya yang tertutup dalaman berwarna ungu.
Naruto yang melihat itu meneguk ludahnya dengan wajah memerah. Raikou lalu melepaskan dalamannya membuat dadanya tanpa penutup apa pun.
"Bagaimana, Naruto-kun?" Naruto yang mendengar itu tidak bisa menjawab, Raikou lalu mengapit penis Naruto dengan dadanya.
"A-Aghh! R-Raikou-san!"
"Bagaimana? Rasanya di apit oleh dada yang kamu suka ini?" tanya Raikou lalu menjilati ujung penis Naruto sesaat lalu kembali mengulum penis Naruto sambil menarik turunkan kepalanya serta dadanya.
"Shhh! Aghh... Aku... Mau keluar... R-Raikou-san," gumam Naruto, Raikou yang mendengar itu memang bisa merasakan penis Naruto semakin mengeras dan berkedut di mulutnya.
Ia pun meningkatkan tempo kulumannya menanti apa yang akan di keluarkan, Naruto tidak tahan akhirnya mencapai puncaknya, "Aku... Keluar," ucap Naruto tanpa sadar menahan kepala Raikou.
Raikou yang merasakan sperma Naruto di mulutnya menelannya dengan senang hati, Naruto yang telah mencapai puncaknya mengatur nafasnya yang memburu.
Selesai menelan semua sperma Naruto, Raikou pun melepaskan kulumannya sambil menjilati bibirnya yang sedikit terdapat sisa sperma Naruto.
"Kau keluar banyak sekali tadi, Naruto-kun, dan rasanya sungguh luar biasa," ucap Raikou benar-benar tidak menyangka Naruto bisa keluar cukup banyak dari suaminya, dan rasanya benar-benar berbeda.
Naruto yang mendengar itu terdiam sambil mengatur nafasnya, Raikou yang melihat penis Naruto masih tegang sedikit terkejut padahal dia sudah keluar banyak tadi.
Tubuhnya seketika memanas serta bergetar, nafasnya mulai memburu, gejolak nafsunya seketika memuncak, bagian bawahnya semakin basah dan ingin merasakan bagaimana rasanya penis Naruto menusuknya dan memberikannya kenikmatan.
Raikou lalu berdiri dan menurunkan celana pendek miliknya serta celana dalam ungunya hingga memperlihatkan vaginanya yang telah basah.
"Mari kita lanjutkan, Naruto-kun," ucap Raikou dengan wajah satunya, lalu ia pun memposisikan penis Naruto di vaginanya lalu menurunkan pinggulnya perlahan.
"Ugh!" lenguh Naruto ketika merasakan penisnya dipijat vagina Raikou. "Ahh!" desah Raikou ketika penis Naruto masuk semua memenuhi vaginanya.
"Sugoii... Penisnya memenuhi vaginaku."
"R-Raikouhmmnp!" perkataan Naruto terhenti karena Raikou menutup mulut Naruto dengan menempelkan kedua dadanya.
"Diam, dan hisap dadaku, Naruto-kun," pinta Raikou sambil memeluk leher Naruto dan menggoyangkan kedua dadanya di wajah Naruto.
Naruto yang mendengar itu terdiam dengan wajah merona, namun ia tetap menurutinya dari pada dia kena masalah.
Naruto pun menghisap salah satu dada Raikou membuatnya memejamkan matanya sambil melenguh nikmat.
"A-Ahhh... Yh-Yha... Seperti itu, A-Ahhh!" lenguh Raikou sambil meremas rambut Naruto, "tidak aku agmhhh! Sangka... Kau sungguh Ahhh! Ahli, uhmmn!"
Raikou yang belum puas mulai menaik turunkan pinggulnya membuatnya semakin mendesah nikmat, Naruto yang menghisap dada Raikou melenguh sambil memejamkan matanya karena merasakan penisnya di pijat di dalam vagina Raikou.
"Ahhh! Ahhhh! Ini... Luar biasa ahhhh! Oohhh! Ohhh! Penismu menyentuh rahimku, Naru... Ahhhh!" desah Raikou dengan ekspresi senang sambil melihat pinggulnya naik turun dengan penis Naruto di vaginanya.
Melepaskan dadanya dari mulut Naruto, ia lalu mencium Naruto dengan penuh nafsu, "Uhhmmn! Hhhghnm! Ahhmmnn!" desah mereka berdua sambil saling bersilat lidah dan bertukar saliva.
Raikou yang akan mencapai puncaknya mulai menambah kecepatan gerakan pinggulnya, Naruto juga yang merasakan vagina Raikou semakin menyempit membuatnya tidak tahan untuk mencapai puncaknya.
"Hhmmn! R-Raikou-sanhmmn!"
"Uhmnn! Keluarkan... Kita keluar bersama! Hhhmmmhnn!"
Tak berselang lama, Raikou serta Naruto pun sama-sama mencapai puncak mereka sambil berciuman untuk meredam suara desahan mereka agar tidak terdengar keluar.
Raikou bisa merasakan bagian bawahnya terisi oleh sperma Naruto dalam jumlah banyak. Bahkan mungkin dia yakin ia bisa hamil jika seperti ini, namun untungnya dia sedang dalam keadaan aman
Mereka lalu melepaskan ciuman mereka sambil mengatur nafas mereka yang memburu, setelah normal Raikou tersenyum pada Naruto.
"Kau keluar banyak sekali tadi... Naruto-kun," ucap Raikou lalu melihat ke bawah di mana terdapat sisa sperma yang keluar dari penyatuan mereka, "lihat... bahkan saking banyaknya sampai keluar."
Naruto yang mendengar itu terdiam dengan wajah memerahnya, Raikou lalu melepaskan penyatuan mereka hingga terlihat penis Naruto berlumuran sisa sperma serta cairan miliknya.
"Tadi itu nikmat sekali, Naruto-kun... Sekarang biar aku bersihkan penismu ini," ucap Raikou lalu mengulum penis Naruto untuk menghilangkan sisa sperma yang ada di penisnya.
"U-ughh! R-Raikou-san ji-jika kau melakukan itu!"
Raikou yang mendengar itu awalnya kebingungan namun seketika ia terkejut ketika penis Naruto kembali tegang begitu dia mengulumnya beberapa saat.
Ia melepaskan kulumannya dan menatap penis Naruto dengan takjub, deru nafasnya kembali memburu. Ia tidak menyangka penis Naruto bisa kembali tegang walau sudah keluar banyak tadi.
"Ara, padahal tadi sudah keluar banyak, tapi masih bisa tegang seperti ini," ucap Raikou tersenyum sambil menyentuh ujung penis Naruto sesaat, lalu ia pun mendekati kuping Naruto dan berbisik, "ayo kita lanjutkan di kamar."
.
.
Setelah berbisik kepada Naruto, Raikou pun menarik Naruto menuju kamarnya dan menguncinya agar tidak ada yang masuk. setelah sampai, Raikou menyandarkan Naruto di pintu kamarnya dan menciumnya penuh nafsu, dirinya tidak bisa menahan diri lagi.
Naruto yang di cium Penuh nafsu oleh Raikou hanya mengikuti karena lidahnya mengobrak-abrik dalam mulutnya dan mengajak lidahnya berdansa penuh nafsu.
Setelah beberapa menit berciuman, Raikou melepaskan ciumannya hingga terlihat benang Saliva di antara mulut mereka. "katakan padaku... Naruto-kun, apakah kemarin kau juga berpikiran mesum terhadapku?" tanya Raikou menatap Naruto serius sambil mengatur nafasnya karena ciuman tadi.
Tangan Raikou bergerak ke arah penis Naruto yang masih berdiri tegak dan mengocoknya dengan lembut.
Naruto yang merasakan penisnya di kocok kembali oleh Raikou mengerang dengan wajah merona lalu mengangguk pelan, "U-Um," jawab Naruto sambil menunduk kan kepalanya menahan desahannya karena kocokan Raikou semakin cepat
Raikou yang mendengar itu terdiam sesaat lalu tersenyum, ia pun memegang tangan Naruto lalu mengarahkannya untuk di kasur, "Sekarang duduk di sini, dan tutup matamu," ucap Raikou lalu mengarahkan jarinya ke bibir Naruto.
"Jika kau membuka matamu, aku akan menghukummu," lanjutnya sambil jarinya menyentuh ujung penis Naruto sesaat dengan senyum menggoda.
Naruto yang mendengar itu meneguk kembali ludahnya dan menutup matanya, Raikou yang melihat itu tersenyum lalu melakukan sesuatu selagi Naruto menutup matanya.
Setelah beberapa menit, Raikou berdiri di depan Naruto. "Kau boleh buka matamu, Naruto-kun." Naruto yang mendengar itu membuka matanya dan ia langsung terkejut dengan wajah merona karena Raikou berdiri di depannya dengan pakaian polisinya
Berbeda dari kemarin, sekarang kancing bajunya sedikit ia buka membuat belahan dadanya terlihat. Raikou melihat Naruto dengan senyuman manis di bibirnya, "Bagaimana, Naruto-kun?"
Naruto tidak bisa berkata-kata, ia meneguk ludahnya dalam-dalam dengan wajah masih memerah. Raikou yang melihat reaksi Naruto tertawa kecil lalu mendekatinya dan menciumnya kembali.
Kedua tangannya memegang tangan Naruto dan mengarahkannya untuk meremas dadanya selagi terbalut baju polisi.
Raikou mendesah pelan dalam ciumannya bersama Naruto, "Remas Dadaku lagi, Naruto-kun. Sama seperti yang kau lakukan sebelumnya." Setelah mengatakan itu Raikou kembali mencium Naruto.
Naruto yang mendengar itu meremas dada Raikou cukup kuat membuatnya semakin mendesah dalam ciumannya, tangan Raikou pun mulai membuka sedikit kancing bajunya lalu mengeluarkan dadanya selagi masih menggunakan baju polisi.
Setelah itu, Raikou mengapit penis Naruto yang dari tadi tegang dengan kedua dadanya kembali lalu menaik turunkannya.
"A-Ahhh! R-Raikou-san!" selagi menaik turunkan dadanya, Raikou mulai menjilati ujung penis Naruto, memberinya rangsangan membuat Naruto semakin menggerang nikmat.
Cukup dengan menjilati ujung penisnya, Raikou mulai memasukkan penis Naruto ke mulutnya lalu menaik turunkan kepalanya bersama dadanya dan menghisap penis Naruto cukup kuat.
Naruto yang merasakan Raikou menghisap kuat penisnya semakin menggerang nikmat. Raikou yang bisa merasakan penis Naruto berkedut di mulutnya tersenyum dan menghentikan hisapannya membuat Naruto tidak bisa mendapatkan klimaksnya
"R-Raikou-san!" Naruto menatap Raikou terkejut karena tidak membiarkannya klimaks, sementara Raikou tersenyum jahat kepada Naruto. "Ini hukuman karena kau berpikir mesum padaku kemarin," ucap Raikou mencium ujung penisnya yang berkedut sekali.
Naruto yang merasakan itu melenguh, dirinya benar-benar ingin keluar sekarang, Raikou yang melihat itu semakin tersenyum. "Lalu, karena aku polisi dan kau sepertinya dalam masalah, aku akan membantumu, jadi katakan padaku... Kau butuh bantuan apa?"
Naruto yang mendengar itu menatap Raikou dengan nafas menderu, "B-Biarkan aku keluar, Ra-Raikou-san!". Raikou yang mendengar itu semakin tersenyum lalu memasukkan penis Naruto ke mulutnya dan menghisapnya.
Naruto yang merasakan penisnya kembali di hisap melenguh dan tanpa sadar menahan kepala Raikou kembali, "Keluaar!" seru Naruto dan setelah itu ia mengeluarkan sperma kembali di dalam mulut Raikou.
Dengan senang hati Raikou menelan sperma Naruto tanpa sisa. Setelah merasakan ia selesai keluar, Raikou mengeluarkan penisnya Naruto lalu menjilati bibirnya yang terdapat sisa sperma.
"Dasar anak nakal! Kau kembali menahan kepalaku tadi," ucap Raikou sambil menatap Naruto penuh nafsu, ia yang melihat penis Naruto masih berdiri tegak langsung mendorongnya hingga berbaring di kasurnya lalu naik ke atas tubuhnya sambil membuka kedua kakinya.
"Karena kenakalanmu, kau harus di hukum," ucap Raikou sambil menyeringai nakal. Setelah mengatakan itu, Raikou memosisikan penis Naruto di bawah vaginanya lalu menurunkan pinggulnya membuat penisnya masuk ke dalam vaginanya.
"Ahhh~!" Raikou mendesah cukup keras ketika penis Naruto masuk sepenuhnya, sementara Naruto melenguh ketika penisnya terasa di pijat erat di dalam vagina Raikou.
"Yahh! Penismu memenuhi vaginaku lagi, Naruto-kun!" ucap Raikou lalu menggerakkan pinggulnya naik turun perlahan. Naruto yang berbaring di kasur hanya melenguh ketika Raikou mulai bergerak, dia melihat Raikou yang menatapnya dengan penuh nafsu, dadanya memantul ke atas bawah mengikuti irama sex mereka.
Raikou yang melihat Naruto menatapnya merendahkan tubuhnya lalu mencium penuh nafsu, ia memegang ke dua tangan Naruto lalu mengarahkannya untuk meremas dadanya sementara pinggulnya tetap bergerak naik turun dengan stabil.
"Uhhmhn! Bagaimana~ ahhh! Apa kau senang melakukan sex denganku sambil menggunakan pakaian ini~? Ahhh! Ahhhh!" tanya Raikou setelah melepaskan ciumannya.
Naruto yang mendengar itu hanya diam sambil melihat betapa sexynya Raikou yang berpakaian polisi saat ini tengah melakukan sex dengannya.
"Ahhh! Sugoii... Ahh! Ahh! Ohhh!" melihat Raikou yang mendesah kenikmatan membuat Naruto tidak bisa berpikir jernih. Lalu ia pun menggerakkan pinggulnya membuat Raikou tersentak sesaat.
"Ohh! Yahh! Begitu! Tusuk lebih dalam, Naruto-kun~! Ahhh! Ahhh!" desah Raikou ketika Naruto mulai menggerakkan pinggulnya membuat penisnya semakin masuk ke dalam.
Selagi menggerakkan pinggulnya, Naruto juga mulai menghisap dada Raikou membuatnya semakin mendesah nikmat.
"Ahhh~ padahal kau masih kecil tapi sudah ahli sekali, Ahhh! Ohhh! Kau hebat sekali, Naruto-kun!" desah Raikou. Naruto yang merasakan vagina Raikou semakin menyempit membuat penisnya tidak tahan dan akan mencapai klimaksnya.
Raikou yang juga bisa merasakan penis Naruto berkedut di vaginanya mendekap kepala Naruto yang di bawahnya sambil ikut menggerakkan pinggulnya.
"Ahhh! Ahh! Yah! Keluarkan! Keluarkan di dalam Naruto-kun!"
Naruto yang tidak tahan pun akhirnya mencapai klimaksnya dan mengeluarkan spermanya di dalam. Raikou yang juga mencapai klimaksnya mengeluarkan cairan cinta miliknya hingga membasahi penis Naruto.
Setelah selesai, mereka mengatur nafas mereka yang memburu, Raikou melepaskan dekapannya sambil menatap Naruto dengan senyuman nakal. Lalu Raikou menaikkan pinggulnya membuat penis Naruto keluar dari vaginanya dan terlihat penisnya masih berdiri tegak dengan berlumuran sperma membuat Raikou semakin bernafsu.
Naruto yang masih mengatur nafasnya harus kembali menggerang ketika Raikou menghisap penisnya membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya.
Setelah selesai, Raikou menjilati bibirnya, "Kau masih kuat bukan, Naruto-kun... Aku bisa melihatnya dari penismu ini," ucap Raikou lalu menyentuh ujung penis Naruto sambil tersenyum nakal.
Naruto yang mendengar itu masih mengatur pernafasannya dan sesekali tubuhnya bergetar karena sentuhan Raikou terhadap penisnya.
Raikou lalu bangun dan mendekati Naruto kembali lalu berbisik ke telinganya, "Ayo... Kita lanjutkan sekali lagi.". setelah mengatakan itu, Raikou pun pindah ke tengah kasur , membuat Naruto yang berbaring di sisi kasur melihatnya sambil mengatur nafasnya.
Raikou melirik ke arah Naruto dengan senyuman nakalnya lalu mengarahkan bokongnya kepada Naruto, memberikannya posisi doggystyle.
"Ayo, Naruto-kun~!"
Naruto yang melihat pose Raikou memerah wajahnya, nafasnya yang sudah kembali normal menjadi memburu lagi. Naruto lalu mulai bangkit dan mendekati Raikou, melihat itu Raikou semakin tersenyum nakal lalu menatap sayu Naruto.
"Naruto~kun!" rayu Raikou sambil membuka Vaginanya yang basah, Naruto yang sudah di kuasai nafsu langsung mendekatinya dan memasukkan penisnya ke dalam vaginanya.
"Ahhh~! Yah! Bagus! Begitu~! Ohhh~!" desah Raikou ketika Naruto menusuk-nusuk vaginanya kembali dengan penisnya yang sudah membuatnya kecanduan.
Naruto yang merasakan penisnya kembali di pijat oleh vagina Raikou melenguh nikmat, tangannya memegang pinggul Raikou lalu mempercepat gerakan pinggulnya.
Raikou yang merasakan Naruto mempercepat gerakan pinggulnya semakin mendesah, tangannya meremas bantal di bawahnya dengan erat.
"Shhh~ R-Raikou-san! Ahh!" rancau Naruto terus mempercepat gerakan pinggulnya. "Ohh~ Yah! Naruto-kun! Lebih dalam! Tusuk lebih dalam! Ahhh~!" desah Raikou semakin keras.
"Ahh~ jangan menahan diri, Naruto-kun~ Ohh~! Tunjukkan dirimu yang sebenarnya! Ahh~!"
Naruto yang mendengar itu seolah mengikuti dan langsung memeluk Raikou dari belakang sambil terus mempercepat pinggulnya membuat penisnya semakin masuk ke dalam dan terkadang mengenai rahim Raikou.
"Ohh~! Bagus~! Ahh! Ahh~!" ketika Naruto semakin mempercepat pinggulnya, Raikou semakin merancau remasan pada bantal di bawahnya semakin kuat.
"Shh~ R-Raikou-san! Aku..." Raikou yang mendengar itu melirik ke arah Naruto dengan wajah menikmati sex mereka, dirinya tahu Naruto akan mencapai puncaknya karena dia bisa merasakan penis Naruto semakin keras di vaginanya.
"Dalam~! Keluarkan di dalam lagi~!"
"Aggh~ Raikou-san! Ughh!" Naruto yang sudah tidak tahan pun menusuk penisnya sedalam mungkin lalu mengeluarkan benihnya kembali di dalam rahim Raikou.
"Ahhhh~!" Raikou yang juga mencapai klimaksnya mendesah panjang mengeluarkan cairan cintanya hingga membasahi kasur. Kembali ia bisa merasakan rahimnya di isi oleh sperma Naruto, memiliki kenikmatan tersendiri untuknya.
Setelah selesai dari klimaksnya, Naruto membaringkan dirinya sambil mengatur nafasnya kembali. Raikou yang merasakan penis Naruto keluar dari vaginanya ketika berbaring melenguh pelan, saking banyaknya cairan yang di keluarkan Naruto membuatnya meluber jatuh membasahi kasur.
"Ahhh~sugoii... Dia masih bisa keluar sebanyak ini, padahal dia masih muda sekali," batin Raikou lalu mendekati Naruto dan berbaring di samping Naruto yang juga mengatur nafasnya, "gomen, Kushina... Sepertinya aku sudah jatuh cinta dengan putramu ini," batin Raikou menatap sayu Naruto yang mengatur nafasnya lalu mencium pipinya dengan lembut.
"Terima kasih untuk hari ini, Naruto-kun," ucap Raikou setelah mencium pipinya, lalu mendekati telinganya dan berbisik, "mulai sekarang, aku adalah milikmu."
.
.
Kediaman Namikaze
18.00 PM
.
Hari menjelang sore, namun Naruto masih belum kembali. Naruko yang ada di ruang tamu tampak risau serta khawatir, begitu juga dengan Kushina. Dia sempat menelpon salah satu keluarga teman Naruto yang sering dia ajak main namun mereka bilang Naruto tidak sempat datang ke tempat mereka.
Ding dong!
Mendengar suara bel, Naruko langsung bergegas ke depan dan membuka pintu siapa tahu itu Naruto beserta siapa pun yang mengantarnya.
Sesuai dugaannya, yang datang adalah Naruto beserta seorang polisi yang tak lain adalah Raikou. "Konbanwa, Naruko-chan," sapa Raikou sambil tersenyum, sementara Naruto yang di samping Raikou hanya diam sedikit menundukkan kepalanya.
"Naruto-kun!" seru Naruko langsung memeluk Naruto dengan erat, Naruto yang di peluk oleh kakaknya hanya bisa melenguh karena eratnya pelukannya.
"N-Nee-chan... Sesak."
"Kau dari mana saja? Nee-chan khawatir tahu jika terjadi apa-apa denganmu!"
"Syukurlah... Aku pikir terjadi apa-apa terhadap Naruto-kun," ucap Kushina yang datang di belakang mereka bersyukur Naruto baik-baik saja.
"Sebenarnya, ada beberapa orang yang berniat menangkap Naruto-kun, namun tadi Kintoki melihat kejadian itu dan menolongnya. Karena tidak tahu rumah Naruto, jadinya dia membawanya ke tempatku," ucap Raikou menjelaskan. Naruko yang mendengar itu tersentak, tangannya yang memeluk Naruto menguat di sertai tangannya yang terkepal kuat.
"Apa kau terluka?" tanya Naruko sedikit tegas, Naruto yang mendengar itu menggelengkan kepalanya. "A-Aku baik-baik saja," balas Naruto.
"Maaf karena tidak memberitahumu lebih awal, Kushina. Aku takut jika memberitahumu dan kau berniat ke tempatku korban selanjutnya adalah kau atau pun Naruko."
Kushina yang mendengar itu menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak apa... Aku mengerti, lalu... Bagaimana dengan mereka yang berniat menangkap Naruto-kun?"
"Saat ini belum ada kabar, aku sudah meminta bantuan untuk melakukan pencarian sekitar sini sejauh 20 km, sebaiknya kalian berhati-hatilah... Ada kemungkinan mereka akan kembali," jawab Raikou dan di balas anggukkan oleh Kushina.
"Kalau begitu aku undur diri, jaga diri kalian, Kushina-chan, Naruko-chan, Naruto-kun," ucap Raikou sedikit menundukkan badannya lalu pergi dari sana, Naruto yang mendengar itu melirik ke arah Raikou yang masuk ke mobil polisi.
Raikou yang melihat Naruto meliriknya mengedipkan matanya membuat wajah Naruto merona kembali.
Setelah kepergian Raikou, Kushian serta Naruko mengajak Naruto untuk masuk ke dalam. "Kau benar-benar baik saja, Naruto-kun?" tanya Kushina masih khawatir namun dia tahan tadi saat berbicara dengan Raikou.
Naruto yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, untuk Naruko dia berdiri di belakang Naruto dan memeluk lehernya dengan erat, seolah tidak membiarkan Naruto pergi jauh darinya.
"Baiklah kalau begitu, sekarang sebaiknya kau mandi dulu sana," ucap Kushina menyuruh Naruto untuk mandi, mendengar itu Naruto mengangguk.
.
.
Setelah selesai mandi dan makan bersama, saat ini Naruto berbaring di kamarnya sambil melihat langit-langit kamarnya. Kejadian tadi siang kembali terngiang di kepalanya membuat wajahnya memanas, jika saja tadi siang dia tidak tertangkap oleh mereka pasti hal ini tidak terjadi.
Cklek!
Naruto yang mendengar suara pintunya terbuka menoleh dan ia melihat Naruko yang berdiri di ambang pintu dengan baju tidurnya.
"N-Nee-chan, ada apa?" tanya Naruto sambil bangun dari berbaringnya, perasaannya tidak enak. Tanpa menjawab, Naruko mendekat lalu memegang tangan Naruto lalu menariknya menuju kamarnya.
Sementara Naruto yang di tarik kakaknya sempat ingin melawan namun karena kejadian tadi pagi serta tadi sore, dia tidak jadi melawan dan mengikuti tarikan kakaknya.
Sesudah sampai di kamarnya, Naruko melepaskan tangan Naruto. "Kau berbaringlah di kasur duluan, Naruto-kun," ucap Naruko sambil menutup pintu kamarnya. Naruto yang mendengar itu merona sambil meneguk ludahnya, tapi dia hanya menurut Karena sudah jelas Kakaknya pasti mengajaknya tidur bersama lagi seperti kemarin.
Dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir serta sedih lagi. Setelah menutup pintu kamarnya, Naruko mematikan lampu kamarnya membuat ruangan menjadi gelap, Naruto yang sudah berbaring di kasur hanya dia sambil tidur menyamping berniat membelakangi kakaknya.
Namun Naruto harus terkejut dengan wajah merona karena merasakan kakaknya yang berbaring di sampingnya tengah memeluknya dengan erat.
"Ne-Nee-chan."
"Apa kau benar baik-baik saja, Naruto-kun?" tanya Naruko sambil mempererat pelukannya. "U-Um, tentu saja," balas Naruto sedikit berbohong, tentu saja dia tidak mungkin bilang bahwa dia kelelahan melayani Raikou di ranjang.
Naruko yang mendengar itu meletakkan dagunya di bahu Naruto semakin mempererat pelukannya, "Lalu... Mengenai tadi pagi... Maafkan Nee-chan ya, Naruto-kun."
Naruto yang mendengar itu menggelengkan kepalanya pelan, "Su-sudah aku bilang bukan, itu bukan salah Nee-chan... Aku hanya sedang dalam banyak pikiran jadi..."
Naruko yang mendengar itu tersenyum, lalu dia membalikkan tubuh Naruto membuatnya saling berhadapan dengannya. Naruto yang berhadapan dengan Naruko merona wajahnya, walau ruangannya gelap tapi dia bisa melihat kakaknya saat ini menatapnya dengan wajah sayu.
Naruko perlahan mendekatkan keningnya dengan Naruto, lalu tanpa di sangka Naruko mencium bibir Naruto dengan lembut.
Naruto yang di cium oleh Naruko semakin memerah wajahnya. Melepaskan ciumannya sesaat, Naruko lalu berbisik kepada Naruto.
"Gomen, Naruto-kun."
Cup!
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Note : HELLO~ EVERYBODY?!
JENG JENG JENG GENJRENG!
Bagaimana kabarnya Minna-san~. Yak~ sudah satu tahun lebih tidak pernah update nih fanfic ye~ mhuehehe~.
Maklum, sudah sibuk dengan real life jadi mau gimana lagi, tapi saya usahakan untuk mengupdate nih fanfic kali ini.
Bagaimana? Kalian puas? Aku harap puas ya.
Jaa~ kita langsung saja ke voting berikutnya
Azuma Fubuki : 7
Kurenai : 1
Shikibu : 0
Zenith : 1
Friedrich : 1
Dengan begini alur berikutnya akan di ambil alih sama Azuma Fubuki, tapi untuk alur setelahnya saya masih membutuhkan voting dari kalian jadi siapakah yang akan mengambil alih setelah Fubuki. Kita akan lihat nanti bersama.
Oleh karena itu, saya author newbie Undur diri
Jeng! Jeng! Jeng! Jeng! Genjreng!
FCI. 4KagiSetsu Out
