Scarworship
"Halo, sayang. Apa kau baik-baik saja?"
Si Letkol menoleh, tersirat kegelisahan disana. Sedari tadi Letkol termenung sembari menatapi kertas putih yang setengah terbakar. Yang bertanya, Tara, diam sejenak, mengamati Letkol seperti suatu hal yang mustahil. Tara menemukan keganjilan.
"Kenapa, Letkol?"
"Aku dapat surat dari Carl."
Senyum jahil penuh keingintahuan terpatri, di tepuk beberapakali kepala Letkol hingga menatap dalam manik hijau itu. "Apa? Surat apa, Letkol?"
Ia tercekat, sementara Tara tidak paham kenapa Letkol mendadak aneh. Taruhlah, Letkol memang aneh. Tapi tidak seperti ini dan itu. "Carl mengajakku melakukan sesuatu, Tara."
"Katakan saja, Letkol."
Letkol mungkin berpikir untuk tidak mengatakan secara jelas di depan Tara. Jadi, ia membisikan sesuatu yang teramat pelan dan hati-hati, setelahnya hanya tawa dari Tara yang terdengar dan ia menjauhi Letkol tanpa alasan yang jelas.
"Letkol, lakukan saja. Aku tidak akan memberitahu Rick, juga Michonne..."
Tidak tahu apa yang membuat langkah kaki Letkol ikut menari dalam situasi ini. Mereka akan melakukan sesuatu yang teramat baru di sebuah gedung tersembunyi, setelah godaan demi godaan saling mereka lontarkan, buat tak tahan dan mabuk kepayang, selalu terpikir sedari malam hingga membuat fantasi yang kotor.
Hanya suara pintu berderit yang terdengar dan Carl yang meringkuk memeluk kaki di sudut sana. Letkol tidak tahu ada ruangan semacam ini di tempat persembunyian baru yang Michonne temukan. Tidak ada senyum yang selalu hadir di wajah Carl, hanya perpaduan grogi dan malu terlukis di sana.
Wajah Carl merah merona, di bawah cahaya dua batang lilin dari tangan Letkol dan Carl.
"Welcome back." Itu suara dari Carl. Yang di balas anggukan singkat dari Letkol, dia juga gugup. Aneh rasanya.
Tidak tahu siapa yang memulai, mereka memeluk satu sama lain. Bertukar kehangatan dalam deru napas yang tertahan. Di singkirkan oleh Carl helaian hitam kelam milik Letkol, mengamati dengan sangat jelas manik hijau milik gadis ini yang menjadi awal pertama mereka bertemu.
"Carl..."
Si Carl menghentikan kegiatan sejenak, mengamati sekali lagi wajah si Letkol yang ada di bawahnya. Tidak ada apa-apa yang menghiasi wajah si gadis, seperti make-up atau perona bibir. Hanya ada sesuatu yang melingkar di leher, sebuah kalung berwarna biru yang Letkol klaim pemberian dari sang ibu, meski tak ingat.
"Kenapa? Kau tidak mau melakukannya bersamaku, Letkol?"
Letkol membuang muka. "Bukan begitu."
Yang tersisa dari bagian atas tubuh si gadis hanya sebuah kaus teramat tipis yang tembus pandang. Carl mungkin sudah berhasil melihat apa yang ada di sana.
"Biarkan aku bangun dulu, Carl."
Carl tersenyum menggoda, menelusuri lengan sebelah kanan Letkol dengan jemari. Dingin rasanya, tapi sedikit membuat gairah Letkol terbakar oleh cinta. Gadis ini membelakangi Carl, membiarkan satu persatu pakaian yang tersisa di tubuhnya di lucuti satu persatu.
Ada sedikit lenguhan di sana, ketika sentuhan kelewat lembut menyentuh punggung Letkol lewat bibir manis Carl.
Lalu semua itu terhenti. "Letkol?"
"Aku sudah bilang kalau aku terluka di punggung waktu itu Carol yang menjahitnya..."
"Aku mengesampingkan ini waktu di RS itu, siapa yang melakukan ini, Let?"
"Aku jatuh dari pohon."
Di lingkarkan sebuah pelukan di pinggang, menelusuri leher Letkol dari belakang melalui bibir Carl setelah ia menyingkirkan helaian rambut. "Bo-bohong."
"Negan." Si Letkol bersuara.
"Ha?"
"Setelah Negan mengancam Rick dan berencana memotong lenganmu. Aku datang untuk menghajar Negan dan berakhir seperti ini. Pemukul baseball berduri, sakit."
Di sentuh luka di sana oleh Carl, cukup dalam untuk seorang gadis menahannya. Rasanya Carl ingin menangis, ia pernah diabaikan Letkol beberapa minggu, mungkin ini alasannya.
"Kau masih di sini, Letkol."
Letkol ini berbalik, memandangi manik biru milik Carl dan membelai wajahnya. "Aku takut kalau Negan berulah lagi, Carl. Kau kehilangan matamu dan ini permanen. Aku akan menjadi cahaya bagi matamu."
Selanjutnya entah apa yang terjadi. Carl merasa sangat pusing waktu itu, dia berusaha menjadi lelaki sejati walau entah sampai kapan. Kecupan ringan dari Carl sukses membuat Letkol tak berdaya, terlebih ketika mereka bertukar hangat dari tubuh yang sudah tak terbungkus apapun lagi.
Seingat Letkol, ada sebuah ciuman kecil di bekas lukanya. Carl bilang itu membuatnya cepat sembuh.
Entahlah.
"Pagi."
"Pagi, Carl. Mau mandi bersama?"
Tak dapat Carl menjawab ya atau tidak ia hanya terlalu bingung dengan apa yang terjadi. Berdiri ia di ambang pintu, melihat Lekol di dalam sebuah bathtub, wangi sekali.
"Apakah semalam kita baru saja..."
Si Letkol tersenyum. "Hei, jangan malu begitu, sini..."
Carl mendekat perlahan, masuk ke dalam bathtub setelah melipat seluruh pakaian. Rick tidak akan tahu soal ini, biarlah waktu yang memberitahu.
Dibiarkan Letkol membasuh helaian Carl, memijatnya lembut dengan sampo beraroma mint.
"Nanti aku akan memotong rambutmu, Carl..."
"Thanks."
"I love you, Carl."
